SI & PI, Angga Priyana, Hapzi Ali, Pengendalian Internal, Universitas Mercu Buana,2019
1. SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
IMPLEMENTASI PENGENDALIAN INTERNAL PADA
PT. DUA SEKAWAN ACCU
(Untuk melengkapi prasyarat Mata Kuliah Sistem Informasi & Pengendalian Interal)
Dosen : Prof. Hapzi Ali
Nama : Angga Priyana
NIM : 55518110048
Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Mercu Buana
Jakarta
2018
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena
berkat rahmat dan hidayahnya, saya bisa menyusun dan menyajikan Makalah Pengendalian
Internal ini yang berisi tentang mekanisme pengendalian pada perusahaan dagang lebih tepatnya
seperti PT Dua Sekawan Accu yang sudah menerapkan Pengendalian Internal berbasis computer
yang merupakan salah satu peran Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Pengendalian Internal ini masih
terdapat banyak kekurangan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharapan kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan di
dalam menyusun makalah-makalah atau tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf jika di dalam penulisan Makalah Pengendalian Internal ini
terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian Internal (PI) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber
daya manusia (SDM) dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk
membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian
intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber
daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi
penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan
intelektual seperti merek dagang).
PT Dua Sekawan Accu merupakan contoh perusahaan distribusi aki kendaraan
yang menerapkan aplikasi pengendalian internal yang menjadi dasar penggunaan
media komunikasi dan pengolahan data perusahaan. Kedua perusahaan sedang
mengembangkan pengendalian internal untuk menunjang bisnisnya agar lebih efektif
dan berdaya saing tinggi.PT Dua Sekawan Accu menggunakan pengendalian internal
berbasis computer untuk mengembangkan sistem order yang berbasis internet,
melengkapi sistem order via telepon. Bahkan merambah sistem social seperti
Facebook, WhatsUp untuk membangun komunikasi melalui situs tersebut serta
berbagai penawaran promosi via media social. Hal ini terbukti efektif meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Tapi seringkali pengendalian Internal yang dimiliki tidak dapat bekerja dengan
baik. Contoh masalahnya seperti Lingkungan Kerja,Faktor Cuaca, dan lainnya.
Namun hal tersebut tentu bisa diatasi dengan mudah bila kita memahami penerapan
pengendalian internal dengan baik sehingga menjadi bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pengendalian Internal?
2. Apa saja komponen Pengendalian Internal?
3. Apa saja jenis-jenis Pengendalian Internal?
4. Bagaimana penerapan Pengendalian Internal pada PT Dua Sekawan Accu?
4. C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tipe Pengendalian Internal yang digunakan pada PT Dua
Sekawan Accu.
2. Mengetahui bagaimana Pengendalian Internal yang diterapkan di PT Dua
Sekawan Accu dapat mendukung bisnis operasi, mendukung keputusan dan
keunggulan strategic.
3. Untuk mengetahui apa saja komponen dan jenis jenis Pengendalian Intena
menurut COSO.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perusahaan
PT Dua Sekawan Accu merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
distributor aki kendaraan yang berdiri pada tahun 2007. Perusahaan ini menjadi
perusahaan distributor terbesar dalam rantai distribusi aki kendaraan di Kota Serang.
PT Dua Sekawan Accu dikenal sebagai distributor aki di Kota Serang dengan
penjualan 800 juta perbulannya. Saat ini, PT Dua Sekawan Accu sudah dapat ditemui
mudah di Kota Serang. PT Dua Sekawan Accu menawarkan fasilitas yang lengkap baik
dari pelayanan maupun produk yang dijual. Fasilitas pelayanan yang paling utama yaitu
sistem order atau pesan antar melalui hotline khsusus dan akan diantar ke rumah. Kualitas
layanan komsumen merupakan poin penting dalam pengembangan Pengendalian
Internal dalam pelayanan PT Dua Sekawan Accu.
2.2 Pengertian Pengendalian Internal
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu
tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk
mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber
daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud
(seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-masing sistem yang
dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau
organisasi tertentu. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari
pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan
yang lainnya.
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat
menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau
pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang
dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Lebih rinci
lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk
mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat serta
menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut
6. Pengendalian Intern, atau dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas
kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan
informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang
berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan
laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan
operasional dan strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan
transaksi spesifik, pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (mis. memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan
terhadap suatu layanan yang benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern
mengurangi variasi proses dan pada gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat
diperkirakan.
2.2.1 Definisi Awal
Samuel Johnson menyimpulkan pengertian awal ini sebagai “daftar atau
akun yang dipegang oleh seorang pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa
oleh pegawai lain”.
Pada tahun 1930 George E. Bennet mempersempit definisi pengecekan
internal menjadi sebagai berikut.
Sistem pengecekan internal bisa didefinisikan sebagai koordinasi dari
sistem akun-akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seorang
karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri juga secara berkelanjutan
mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk hal-hal tertentu yang rawan
kecurangan.
2.2.2 Definisi untuk Akuntan Publik
Hal ini dinyatakan dalam seksi 320.27-.28 (173) Standar Profesional
AICPA, yang diambil dari Statement of Auditing Standards (SAS) No. 1.
Pengendalian administratif mencakup, tetapi tidak terbatas pada rencana
organisasi, prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan yang tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi. Otorisasi
tersebut merupakan fungsi manajemen yang berhubungan langsung dengan
tanggung jawab pencapaian tujuan organisasi dan merupakan titik awal untuk
mendapatkan kontrol akuntansi dan transaksi.
7. Pengendalian akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur dan
catatan yang berkaitan dengan proses pengembilan keputusan yang tercermin
dalam otorisasi manajemen atas transaksi. Otorisasi tersebut merupakan fungsi
manajemen yang berhubungan langsung dengan tanggung jawab pencapaian
tujuan organisasi dan merupakan titik awal untuk menetapkan kontrol akuntansi
dan transaksi.
Pengendalian akuntansi terdiri atas rencana organisasi prosedur dan
catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan kendalan pencatatan
keuangan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa:
Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum atau khusus dari
manajemen.
Transaksi dicatat (1) untuk menyampaikan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum atau kriteria lainnya
yang berlaku untuk laporan tersebut, dan (2) untuk menjaga akuntabilitas atas
aktiva.
Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai otorisasi manajemen.
Akuntabilitas yang tercatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada
pada periode yang wajar bila terdapat perbedaan maka akan diambil tindakan
yang tepat.
2.2.3 Definisi Untuk Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah penggunaan semua sum-berdaya perusahaan
untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai
aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai.
Saran pengendalian ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada, bentuk organisasi,
kebijakan, sistem prosedur, instruksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan,
anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar auditing, metode, rencana, dan auditing
internal.
8. 2.3 Tujuan Pengendalian Internal
Hery (2013:160) tujuan pengendalian internal tidak lain adalah untuk memberikan
jaminan yang memandai bahwa :
1. Asset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana mestinya dan
hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan semata, bukan untuk
2. Kepentingan personal (Perorangan) oknum karyawan tertentu. Dengan demikian,
pengendalian internal diterapkan agar supaya seluruh asset perusahaan dapat
terlindungi dengan baik dari tindakan penyelewengan dan kepentingan perusahaan.
3. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat diandalkan. Ini
dilakukan dengan cara memperkecil resiko baik atas salah saji laporan keuangan yang
disengaja (Fraud) maupun yang tidak disengaja (Kelalaian).
4. Karyawan telah mentaati hokum dan peraturan.
Konsep COSO (2013:3) menyebutkan pengendalian internal ditunjukan untuk
mencapai tiga kategori tujuan yang memungkinkan organisasi untuk focus pada aspek
pengendalian internal yang berbeda, yang mencakup tujuan-tujuan operasi, tujuan-
tujuan pelaporan , dan tujuan-tujuan ketaatan. Tujuan-tujuan operasi berkaitan dengan
efektivitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk tujuan kinerja operasional dan
keuangan dan untuk menjaga asset dari kerugian.
2.4 Unsur-Unsur Pengendalian Internal
COSO (2013:4) elemen-elemen pengendalian internal adalah :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Sikap atau prilaku para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya
pengendalian internal organisasi (Valery G.Kumaat 2011:3). Pendapat Susanto
(2013:96) pengertian lingkungan pengendalian itu sendiri yaitu Lingkungan
pengendalian perbentukan suasana organisasi serta memberikan kesadaran tentang
perlunya pengendalian bagi suatu organisasi.
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Komponen kedua dari pengendalian internal. Pengendalian resiko merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis
resiko yang memhambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Resiko dapat berasal
dari dalam atau luar perusahaan. Resiko yang berasal dari luar perusahaan
mempengaruhi perusahaan secara menyeluruh, yang termasuk di dalam resiko ini
adalah tantangan yang berasal dari pesaing, perubahan kondisi ekonomi, kemajuan
teknologi,peraturan daerah, dan bencana alam.
9. Resiko yang berasal dari dalam perusahaan berkaitan dengan aktivitas tertentu di
dalam organisasi misalnya SDM yang tidak terlatih, SDM yang tidak mempunyai
motivasi, dan perubahan dalam tanggung jawab manajemen sehingga tidak efektifnya
dewan redaksi dan tim audit. Manajemen bertanggung jawab dalam menentukan
resiko yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai targetnya, memperkirakan
tingkat pengaruh dari setiap resiko, menilai kemungkinannya, dan menentukan
tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi pengaruhnya dan kemungkinannya
(Susanto, 2013:99).
Berdasarkan rumusan COSO, bahwa penilaian resiko melibatkan proses yang
dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai resiko terhadap pencapaian
tujuan. Resiko sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa
akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dari resiko terhadap
pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relative terhadap toleransi resiko
yang ditetapkan.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf
(2011.326) yaitu kebijakan dan prosedur selain yang telah dimasukan dalam keempat
komponen lainnya, yang membantu untuk menyakinkan bahwa tindakan-tindakan
yang penting telah dilakukan untuk mengatasi resiko-resiko dalam mencapai tujuan
organisasi.
Hery (2013:93) yaitu kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko telah diambil guna mencapai tujuan
entitas.
Agoes Sukrisno (2012:101) yaitu kebijakan atau prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengendalian
adalah kebijakan dan prosedur yang dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas
dalam mengatasi resiko pengendalian telah dilakukan dalam mencapai tujuan tertentu.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi dibutuhkan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan dan
mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan. Informasi yang
berkualitas diidentifikasi, diambil atau diterima, diproses dan dilaporkan oleh sistem
informasi. Komunikasi sudah tercakup dalam sistem informasi. Komunikasi terjadi
pula dalam bentuk tindakan manajemen. Komunikasi harus dapat menyampaikan
pesan dengan jelas dari manajemen bahwa karyawan harus melakukan pengendalian
internal dengan serius (Susanto,2013:105).
10. Menurut COSO bahwa informasi sangat penting bagi setiap entitas untuk
melaksanakan tanggung jawab pengendalian internal guna mendukung pencapaian
tujuan-tujuannya. Informasi yang diperlukan manajemen adalah informasi yang
relevan dan berkualitas baik yang berasal dari sumber internal atau eksternal dan
informasi digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain dari
pengendalian internal.
5. Aktivitas Pemantauan (Monitoring Activities)
Aktivitas pengawasan/pemantauan berhubungan dengan penilaian atas mutu
pengendalian internal secara berkeseimbangan (rutin) oleh manajemen untuk
menentukan bahwa pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan
dimodifikasi sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada dalam perusahaan
(Hery:2013:93).
COSO menyebutkan bahwa aktivitas pemantauan merupakan kegiatan evaluasi
dengan beberapa bentuk apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah atau kombinasi
yang digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima komponen
pengendalian internal mempengaruhi prinsip-prinsip dalam setiap komponen ada
fungsi dan berfungsi.
2.5 Istilah-istilah penting dalam Pengendalian Intern
Kondisi Terlaporkan (Reportable Condition)
Istilah lainnya adalah Defisiensi Signifikan, kedua istilah ini dipergunakan dalam
mendefinisikan suatu kondisi yang defisiensi secara signifikan di dalam rancangan atau
operasional atas pengendalian intern yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
melakukan pencatatan, proses, mengkompilasi dan melaporkan data keuangan yang
konsisten dengan asersi manajemen di dalam laporan keuangan perusahaan. Defisiensi
signifikan yang luas dapat mengakibatkan Kelemahan Material (Material Weakness).
Kelemahan Material (Material Weakness)
Didefinisikan sebagai kondisi yang terlaporkan dimana rancangan atau opersional
dari salah satu atau lebih pengendalian intern-nya tidak mampu mengurangi atau
menurunkan suatu resiko ringan atau salah penyajian yang disebabkan oleh kesalahan
atau penggelapan yang jumlahnya relatif material kaitannya dengan laporan keuangan
yang jika di audit akan dapat ditemukan, akan tetapi tidak terdeteksi dalam periode yang
sama oleh pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan secara normal.
11. Kompensasi Pengendalian (Compensating Control)
Ada beberapa perusahaan yang karena skala usahanya memang termasuk kecil,
mengakibatkan perusahaan tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengendalian
intern yang sederhana sekalipun (misalnya: pemisihan tugas atau fungsi). Adalah penting
bagi manajemen untuk melakukan kompensasi terhadap bagian yang pengendaliannnya
lemah atau tidak dapat berjalan untuk suatu kurun waktu tertentu. Dalam hal internal
manajemen telah melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahan pengendalian
tersebut, internal auditor seharusnya tidak melaporkan kelemahan tersebut sebagai
material weakness, bahkan reportable condition sekalipun, hendaknya disesuaikan
dengan sekala perusahaan.
2.5 Keterbatasan Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk
memberikan jaminan yang memadai bahwa asset perusahaan telah diamankan secara
tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan. Factor manusia adalah factor yang
sangat penting sekali dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian internal. Sebuah
sistem pengendalian yang baik akan dapat menjadi tidak efektif oleh karena adanya
karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Hal demikian juga
dengan kolusi, dimana kolusi ini akan dapat secara signifikan mengurangi keefektifan
sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahaan tugas
(Hery:2013:102).
COSO menyebutkan bahwa pengendalian internal tidak bias mencegah penilaian
buruk atau keputusan atau kejadian eksternal yang dapat menyebabkan sebuah organisasi
gagal untuk mencapai tujuan operasionalnya. Jadi dapat ditarik ke simpulan sistem
internal yang efektif dapat juga mengalami kegagalan.
12. BAB III
METODE
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan studi kasus tunggal
yang menggunakan 5 komponen pengendalian COSO sebagai alat analisa.
Pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Jenis penelitian kualitatif dipilih karena penelitian bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.
2. Pendekatan deskriptif dipilih terkait dengan tujuan penelitian untuk menggambarkan
fenomena pada obyek yang sedang diteliti, dalam hal ini berupa pencapaian yang telah
dilakukan oleh sebuah organisasi secaya obyektif.
3. Studi kasus digunakan mengingat obyek yang diteliti hanya satu, yaitu PT Dua
Sekawan Accu. Studi kasus juga mampu mendeskripsikan peristiwa-peristiwa spesifik
yang terjadi dalam perusahaan sehingga fokus pada satu permasalahan dalam hal ini
penerapan pengendalian internal yang memungkinkan peneliti untuk lebih memahami
runtutan peristiwa yang sedang terjadi.
4. Pendekatan COSO dipilih karena pendekatan ini menyediakan framework standar
yang telah teruji dan berlaku secara internasional.
5. Pengendalian internal menurut COSO yaitu :
Control Environment (Lingkungan Pengendalian).
Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan jelas
nilai-nilai integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi dan
mengurangi tingkat ke efektivitasan perusahaan dalam memasarkan produknya.
Risk Assessment (Penaksiran Resiko).
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang
menciptakan resiko bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya mengelola
resiko tersebut. Dimana perusahaan dituntut fleksibel dalam menangkap semua
tantangan resiko yang terjadi dan sering kali berubah-ubah setiap waktu dan
menemukan solusi mengatasinya.
13. Control Activities (Kegiatan Pengendalian).
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang kebijakan
dan prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi perusahaan.
Kebijakan dan prosedur yang dibuat PT Dua Sekawan Accu untuk memaksimalkan
produksi penjualan dan menghindari resiko yang fatal.
Information and Communication (Informasi dan Komunikasi).
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada seluruh
karyawan perusahaan dari atas hingga bawah. Disini peran sangat penting karena
Informasi yang jelas dan Komunikasi yang terjada menciptakan lingkungan kerja di
PT Dua Sekawan Accu menjadi efektif dan tidak terjadi kesalahan komunikasi dan
selaras dan visi misi PT Dua Sekawan Accu.
Monitoring (Pemantauan).
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi
kekurangan yang signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen puncak
dan ke dewan komisaris. Proses ini sangat dibutuhkan dan perlu penanganan serius
untuk menghindari fraud yang terjadi. Banyak celah untuk melakukan kecurangan
dari mulai di sector akuntansi, pemasaran, penjualan, pengiriman dan masih banyak
lagi. Pemantauan juga harus rutin dilakukan setiap hari, untuk menghindari hal-hal
yang merugikan PT Dua Sekawan Accu dari segi material maupun non material.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer berupa hasil wawancara, yaitu informasi
langsung dari pihak yang langsung berkaitan dengan obyek yang sedang diteliti.
3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data,
antara lain :
Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan dengan rangka untuk memperoleh gambaran umum
pengendalian internal mengenai PT Dua Sekawan Accu. Aktivitas penelitian yang
dilakukan pada saat survey pendahuluan adalah observasi dan mengumpulkan data dari
internal maupun eksternal PT Dua Sekawan Accu.
14. Wawancara terstruktur
Sugiono (2015) mengemukakan, wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan dalam satu tahap, dikarenakan peneliti
telah melakukan observasi dan telah memalahmi gambaran umum perusahaan sehingga
wawancara dilakukan guna menggali lebih dalam informasi yang dibutuhkan tentang
komponen pengendalian COSO dalam bentuk check list. Adapun responden pada
wawancara ini adalah manajemen perusahaan sebagai pelaksana aktivitas pengendalian
internal sehari-hari yang terdiri dari manajer dan bagian akuntansi.
Penilaian Terhadap Respond Konsumen
Penilaian ini menanyakan seberapa puas konsumen terhadap pelayanan yang diberikan
dan dilihat oleh konsumen secara langsung. Respond konsumen terhadap pengendalian
internal menunjukan tingkat yang baik dimana konsumen merasa nyaman atas
pelayanan yang diberikan oleh PT Dua Sekawan Accu dan tak sedikit dari konsumen
barang/produk yang dijual memiliki kualitas yang sangat baik dan tahan lama dengan
harga yang kompetitif.
15. BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Dari hasil evaluasi yang dilakukan penulis,ditemukan beberapa kebaikan-kebaikan
didalam sistem pengendalian yang diterdapat pada penjualan kredit sampai dengan
penerimaan kas yang diterapkan oleh perusahaan, seperti :
1. Seluruh transaksi penjualan dilakukan berdasarkan pada purchases order yang diterima
dari pelanggan.
2. Setiap pengiriman barang didasarkan pada DO (Delivery Order) sehingga menjamin tidak
adanya barang yang keluar dari gudang/dikirimkan tanpa perintah dan otorisasi dari
perusahaan.
3. Bentuk formulir–formulir yang digunakan perusahaan cukup memadai, misalnya:
Formulir sudah bernomor urut cetak, sehingga dapat dippertanggung jawabkan oleh
pihak – pihak yang berkepentingan..
Nama formulir sudah tercantum dengan jelas, hal in akan memudahkan untuk
mengidentifikasinya, bentuk formulir juga mudah untuk dibaca dan dimengerti.
Tembusan dari setiap formulir telah memiliki warna yang berbeda sehingga
mempermudah pendistribusian atas formulir disetiap bagian pada perusahaan.
Sudah terdapat kolom tanda tangan pada dokumen untuk diisi dengan tanda tangan
dari pihak perusahaan dan dari pihak pelanggan yang melakukan transaksi
16. BAB V
KESIMPULAN & SARAN
PT Dua Sekawan Accu merupakan perusahaan yang sudah sangat maju,dengan terus
mempelajari dan menganalisa kekurangan dan kelebihan perusahaannya dan lingkungannya, PT
Dua Sekawan Accu dapat mengantisipasi kelemahan-kelemahan perusahaan mereka disertai
strategi-strategi yang baik diharapkan perusahaan ini dapat terus berkembang.
Saran PT Dua Sekawan Accu harus meningkatkan kewaspadaan kepada pengawasan di
lapangan dengan melakukan pengontrolan yang sangat agresif, harus melakukan pengontrolan
secara rutin untuk setiap pendistribusian produk dan bagain marketing yang selalu di control.
Harganya di bawah dari produk lain, ditambah keunggulan-keunggulan lain, menentukan
kualitas produk,memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan
keinginan konsumen yang heterogen, sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan
keinginan konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari masing-masing atau tidak.
Melakukan riset pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen,sehingga dapat diketahui
kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk aki kendaraan yang terus berkembang.