Jurnal Refleksi Dwi MIngguan Modul 3.1 (1) (1).pdfYosiOktafianti1
Jurnal ini merangkum pembelajaran Dewi Fortuna Wulandari pada Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Modul ini mengajarkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dewi merasa antusias karena dapat mempelajari cara mengambil keputusan yang berdampak positif. Ia
Lampiran 3_ Lembar Evaluasi Diri Guru Penggerak.docxAjatSedrajat
Lembar evaluasi diri guru Ajat menunjukkan beberapa kompetensi yang sudah dimiliki dan perlu ditingkatkan, termasuk tantangan yang dihadapi. Kompetensi yang dimiliki adalah kemampuan mengembangkan diri sendiri dan orang lain, memotivasi siswa, serta mengelola program sekolah berpusat pada siswa. Kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah pemahaman karakteristik belajar siswa dan keterlibatan orang tua. Tant
Jurnal Refleksi Dwi MIngguan Modul 3.1 (1) (1).pdfYosiOktafianti1
Jurnal ini merangkum pembelajaran Dewi Fortuna Wulandari pada Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Modul ini mengajarkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dewi merasa antusias karena dapat mempelajari cara mengambil keputusan yang berdampak positif. Ia
Lampiran 3_ Lembar Evaluasi Diri Guru Penggerak.docxAjatSedrajat
Lembar evaluasi diri guru Ajat menunjukkan beberapa kompetensi yang sudah dimiliki dan perlu ditingkatkan, termasuk tantangan yang dihadapi. Kompetensi yang dimiliki adalah kemampuan mengembangkan diri sendiri dan orang lain, memotivasi siswa, serta mengelola program sekolah berpusat pada siswa. Kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah pemahaman karakteristik belajar siswa dan keterlibatan orang tua. Tant
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxYusmantoYusmanto
Dokumen tersebut membahas tentang modul pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Modul ini membahas tentang tujuan pembelajaran, agenda, dan aktivitas diskusi kelompok untuk menganalisis skenario pembelajaran berdiferensiasi.
1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 STUDI KASUS (1) (1).pptxADEHARADEHAR
Maaf, saya tidak mendapatkan konteks lengkap dari kasus tersebut. Bisakah Anda memberikan ringkasan singkat tentang kasusnya? Ringkasan akan membantu saya memahami situasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait kasus tersebut.
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3 - M. RIYANTO.pptxRiyanTSSJ
Kasus 3 menggambarkan interaksi antara Ibu Dani, guru Bahasa Inggris, dengan siswa Fajar yang terlihat acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Ibu Dani menegur Fajar namun hanya mendapat jawaban "tidak tahu". Ibu Dani kemudian bertanya apakah Fajar tidak kasihan padanya sebagai guru yang sudah berusaha mengajar.
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Dokumen tersebut membahas tentang nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak. Diskusi kelompok menghasilkan kesepakatan untuk melaksanakan program "Konservasi Goes To School" untuk memperkuat nilai-nilai inovatif, kolaboratif, kreatif, dan berpihak pada murid serta peran sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi. Kegiatan ini akan dilaksanakan antara September-Desember 2022.
Diagram Frayer adalah diagram yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian informasi kosakata. Diagram ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk menganalisis kosakata baru dengan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya. Guru dapat memanfaatkan diagram Frayer untuk mengajak siswa menganalisis permasalahan, memperbanyak kosa kata, dan melihat pemahaman siswa terhadap masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Guru menghadapi dilema etika ketika harus menentukan siswa mana saja yang layak naik kelas, mengingat beberapa siswa memiliki nilai di bawah ketentuan minimal. Keputusan yang diambil adalah tetap menaikkan kelas siswa tersebut dengan syarat mereka menyelesaikan tugas tambahan untuk memenuhi kriteria nilai mata pelajaran.
Dokumen tersebut membahas lima posisi kontrol guru dalam menerapkan disiplin positif yang berpusat pada murid, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi-posisi kontrol ini dijelaskan lebih lanjut beserta contoh dialog antara guru dan murid yang terlambat hadir sekolah.
PPT Ruang Kolaborasi Modul 2.1 Angkatan 5_Sesi 1.pptxYusmantoYusmanto
Dokumen tersebut membahas tentang modul pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Modul ini membahas tentang tujuan pembelajaran, agenda, dan aktivitas diskusi kelompok untuk menganalisis skenario pembelajaran berdiferensiasi.
1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 STUDI KASUS (1) (1).pptxADEHARADEHAR
Maaf, saya tidak mendapatkan konteks lengkap dari kasus tersebut. Bisakah Anda memberikan ringkasan singkat tentang kasusnya? Ringkasan akan membantu saya memahami situasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait kasus tersebut.
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3 - M. RIYANTO.pptxRiyanTSSJ
Kasus 3 menggambarkan interaksi antara Ibu Dani, guru Bahasa Inggris, dengan siswa Fajar yang terlihat acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Ibu Dani menegur Fajar namun hanya mendapat jawaban "tidak tahu". Ibu Dani kemudian bertanya apakah Fajar tidak kasihan padanya sebagai guru yang sudah berusaha mengajar.
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Dokumen tersebut membahas tentang nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak. Diskusi kelompok menghasilkan kesepakatan untuk melaksanakan program "Konservasi Goes To School" untuk memperkuat nilai-nilai inovatif, kolaboratif, kreatif, dan berpihak pada murid serta peran sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi. Kegiatan ini akan dilaksanakan antara September-Desember 2022.
Diagram Frayer adalah diagram yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian informasi kosakata. Diagram ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk menganalisis kosakata baru dengan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya. Guru dapat memanfaatkan diagram Frayer untuk mengajak siswa menganalisis permasalahan, memperbanyak kosa kata, dan melihat pemahaman siswa terhadap masalah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Guru menghadapi dilema etika ketika harus menentukan siswa mana saja yang layak naik kelas, mengingat beberapa siswa memiliki nilai di bawah ketentuan minimal. Keputusan yang diambil adalah tetap menaikkan kelas siswa tersebut dengan syarat mereka menyelesaikan tugas tambahan untuk memenuhi kriteria nilai mata pelajaran.
Dokumen tersebut membahas lima posisi kontrol guru dalam menerapkan disiplin positif yang berpusat pada murid, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi-posisi kontrol ini dijelaskan lebih lanjut beserta contoh dialog antara guru dan murid yang terlambat hadir sekolah.
Forum diskusi membahas 4 kasus yang melibatkan pelanggaran disiplin siswa dan upaya guru dalam menerapkan pendekatan disiplin positif. Kasus-kasus tersebut dianalisis menggunakan konsep budaya positif seperti restitusi, posisi kontrol guru, dan kebutuhan dasar manusia untuk menilai langkah yang diambil guru dan siswa dalam menyelesaikan masalah pelanggaran. Diskusi memberikan rekomendasi alternatif pendekatan yang sesuai dengan
R Kolaborasi Modul 1.4 A6_Sesi 1_09.00.pptxkhoirulfuad6
As we all know, cars create pollution, and cause a lot of road deaths and other accidents.
Firstly, cars, as we all know, contribute to most of the pollution in the world.Cars emit a deadly gas that causes illnesses such as bronchitis, lung cancer, and ‘triggers’ off asthma. Some of these illnesses are so bad that people can die from them.
Secondly, the city is very busy. Pedestrians wander everywhere and cars commonly hit pedestrians in the city, which causes them to die. Cars today are our roads biggest killers.
Thirdly, cars are very noisy. If you live in the city, you may find it hard to sleep at night, or concentrate on your homework, and especially talk to someone.
In conclusion, cars should be banned from the city for the reasons listed.
Learning from Television
Traditionally, educators have perceived television as not particularly beneficial to literacy development. Concerns were fueled by findings suggesting that with the introduction of television people spend less time reading books and reading scores decline. As our society is striving to make adjustments to the decline in literacy skills, new ways of learning and teaching are being explored, educators are becoming interested in exploring the educational potential of television. Therefore, the interest in television as an educational medium has increased for several reasons.
First, existing educational television programs that were developed to enhance the literacy development of both children and adults have been quite successful in achieving their intended outcomes. This has been reported in several researches dealing with such things such as television supported distance learning programs from the Open University in Great Britain.
Second, because television is a very accessible medium, it has the potential to reach learners that have not been able to participate in traditional adult literacy programs. Television is accessible both in terms of its technology and in terms of its content. By
1985, 99% of all US households had a least one television set. Moreover, viewers are intimately familiar with the content of television and tend to associate it with pleasurable experience because of its power to entertain
Finally, the development of new visual technologies makes it possible to provide users with more control and interactivity and thus to adapt televised instruction to the needs of a variety of learners and learning styles.
To conclude, many teachers in UK are recently becoming aware to benefit the potential of television programs to support the teaching processes.
Learning from Television
Traditionally, educators have perceived television as not particularly beneficial to literacy development. Concerns were fueled by findings suggesting that with the introduction of television people spend less time reading books and reading scores decline. As our society is striving to make adjustments to the decline in literacy skills, new ways of learning and teaching are being explored, edu
1. Forum diskusi membahas 4 kasus yang melibatkan konflik antar siswa dan guru. Kasus menggambarkan berbagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah seperti restitusi, pemantauan, dan penguatan.
2. Peserta dibagi menjadi kelompok untuk menganalisis kasus tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait posisi, kebutuhan, dan langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah secara positif
ruang kolaborasi modul 1.4 budaya positif kelompok 3 (final).pdfignasiusfandyjayanto1
Kasus 4 mengisahkan tentang pertengkaran antara Anto dan Dino saat bermain basket. Dino menjadi emosi dan menarik paksa kemeja Anto hingga rusak. Kepala sekolah Ibu Suti berusaha menenangkan keduanya dengan mengambil posisi pemantau. Ibu Suti membuat Dino bercerita tentang kekesalannya dan menjelaskan bahwa membuat kesalahan adalah hal wajar namun mempertahankan diri juga penting.
Dalam kasus ini, Ibu Dani menghadapi kesulitan mengajar Fajar yang sering acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Ibu Dani mencoba mengontrol Fajar dengan menyuruhnya maju ke depan dan menjawab soal, namun Fajar tetap tidak bisa menjawab. Ibu Dani mengungkapkan kekecewaannya karena usahanya mengajar Fajar. Kebutuhan dasar Fajar mungkin kebebasan dan kesenangan. J
PPT RUKOL MODUL 1.4. NILAI POSITIF KELOMPOK 1.pdfAdeIrma538422
Ibu Dani mengambil posisi pembuat merasa bersalah dalam menangani Fajar yang sering acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Fajar membutuhkan kasih sayang dan kebebasan. Jika menjadi pemantau, Ibu Dani akan mengarahkan Fajar berdasarkan peraturan dan konsekuensinya dengan ekspresi datar dan formal.
Ruang Kolaborasi 1.4 Kelompok 2 (2).pdfRestuKuswara3
Contoh Ruang Kolaborasi CGP.
Pada ruang kolaborasi ini kami membahas tentang Budaya Positif yang bisa diterapkan pada siswa sesuatu dengan kasus yang dipaparkan
Ruang Kolaborasi.pptx Tugas Calob Guru Penggerakjohan199969
Assalamualikum wr.wb
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru. Berikut ini adalah salah satu tugas yang ada pada pendidikan guru penggerak
Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Unggah Hasil Diskusi Kelompok
Budaya Positif yang harus diterapkan di sekolah sebaiknya berdasarkan 3 konsep, yaitu Disiplin Positif, Posisi Kontrol, dan Restitusi.
Jika 3 konsep tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga ataupun sekolah, maka tidak akan ada yang tersakiti dan tidak ada yang menyakiti.
Similar to ruang kolaborasi sesi 1 modul 1.4.pptx (20)
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfDenysErlanders
Buku non teks yang bermutu dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa. Buku-buku ini menawarkan konten yang inspiratif,
inovatif, dan mendorong pengembangan karakter siswa.
Pemanfaatan buku non teks bermutu membutuhkan peran aktif
guru untuk memilih dan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran
Banyak orang menganggap mempelajari kitab Wahyu adalah sulit. Selain karena membicarakan simbol-simbol yang tidak biasa, kitab Wahyu juga memiliki tema-tema yang kompleks. Nah, bagaimana cara terbaik membedah kitab Wahyu?
Mari kita pelajari bersama lebih dahulu 3 pasal pertama dari kitab ini dalam kelas diskusi "Bedah Kitab Wahyu" (BKW) pada 19—26 Juni 2024 melalui grup WA.
Sebelum kelas dimulai, ikuti lebih dahulu pemaparan materinya via Zoom pada:
Rabu, 19 Juni 2024.
- Pagi: pkl. 10.30—12.00 WIB
- Malam: pkl. 19.00—20.30 WIB
Daftarkan diri Anda segera di https://bit.ly/form-mlc.
Kontak:
WA: 0821-3313-3315 (MLC)
E-Mail: kusuma@in-christ.net
2. IDENTITAS MODUL
PAKET MODUL 1. Paradigma dan Visi Guru Penggerak
MODUL 1.4. Budaya Positif
SESI PEMBELAJARAN Sesi 1. Forum Diskusi
JUMLAH JAM PELAJARAN 3 JP
FASILITATOR
KOMPETENSI LULUSAN
YANG DITUJU
● Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak
pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
CAPAIAN UMUM MODUL
● CGP mampu memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak
pada murid.
● CGP mampu melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai
konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
● CGP mampu memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
CAPAIAN KHUSUS MODUL
● CGP mampu menjelaskan konsep budaya positif yang berdasarkan pada konsep perubahan paradigma stimulus respons ke teori kontrol serta nilai-
nilai kebajikan universal yang dijabarkan penerapannya pada modul ini.
● CCGP mampu menjelaskan konsep makna disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar manusia, restitusi dengan 5
posisi kontrol guru serta segitiga restitusi dan menerapkannya dalam ekosistem sekolah yang aman, dan berpihak pada murid.
● CGP mampu menyusun strategi-strategi aksi nyata yang efektif dengan mewujudkan kolaborasi beserta seluruh pemangku kepentingan sekolah
agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
● CGP mampu menganalisis secara reflektif dan kritis penerapan budaya positif di sekolah dan mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan
murid.
5. TUJUAN PEMBELAJARAN
• CGP dapat mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif dengan membentuk komunitas praktisi dengan CGP
lain.
6. SKENARIO PEMBELAJARAN
No JUDUL SESI AKTIVITAS DURASI
1 Pembukaan
● Penyambutan dan ice breaking
● Penjelasan Tujuan dan Pembuatan Kesepakatan Belajar 10 menit
2 Reviu Materi Reviu materi pada Sesi eksplorasi konsep Modul 1.4 20 menit
3 Diskusi Kelompok
● Peserta dibagi menjadi tiga kelompok (3-4 orang).
● Setiap kelompok mendiskusikan kasus-kasus yang sudah
disediakan (4 kasus)
95 menit
3 Penutup
● Mengingatkan tahapan belajar selanjutnya
● Penutupan dan Foto Bersama 10 menit
7. KESEPAKATAN BELAJAR
1. Seluruh peserta memiliki kesempatan untuk berpendapat;
2. Berpikiran terbuka dan saling menghormati;
3. Jika ada satu peserta berbicara maka peserta yang lain mendengarkan;
4. Berpendapat setelah dipersilakan;
5. Berpartisipasi penuh; dan
6. Mengikuti sesi kelas dengan perasaan yang gembira.
9. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apakah yang dimaksud dengan disiplin dan nilai-nilai kebajikan universal?
2. Apa perbedaan antara hukuman, konsekuensi, dan restitusi?
3. Bagaimanakah merumuskan keyakinan kelas?
4. Apa yang Anda pahami terkait kebutuhan dasar manusia?
5. Sebutkan lima posisi kontrol kita sebagai guru?
6. Jelaskan langkah-langkah penerapan segitiga restitusi?
10. MIND MAP SUBSTANSI MODUL
MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
3. Keyakinan Kelas
4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
6. Restitusi - Segitiga Restitusi
12. Pengantar Diskusi Kelompok
• Fasilitator memandu peserta untuk membagi diri menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang.
• CGP akan berdiskusi di Breakout Room
• Tugasnya adalah menganalisis 4 studi kasus yang disediakan
menggunakan pisau analisis materi budaya positif yang telah dipelajari.
• Waktu kerja kelompok adalah 90 menit
• Pilih 1 orang sebagai juru bicara
• Hasil diskusi dipresentasikan pada Ruang Kolaborasi Sesi 2
13. Kasus 1
Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat
masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru
2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali,
mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap
seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni
mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil mengingatkan
mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan
tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah
Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah
mengobrol.
14. Kasus 1 (Lanjutan)
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan
tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia
melakukan memperbaiki permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat
ragu-ragu dan membela diri, namun pada akhirnya mengatakan akan
meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh saja
dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu
Santi menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk
menggantikan rasa tidak dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali
mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai dengan Keyakinan Kelas. Ibu
Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan untuk
memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
15. Kasus 1 (Lanjutan)
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau
mereka mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman
sekelasnya. Tema yang mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas,
terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana penerapannya di
kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email
kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut. Mereka pun memberitahu
Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila
lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni
sebagai guru pengganti.
16. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
1. Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah
dijalankan oleh Ibu Santi?
2. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai
dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi
yang telah diusulkan mereka?
3. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam
menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
4. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang
ditempuh Ibu Santi?
17. Kasus 2
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia
pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak
menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan
pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna
coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan salah
mengenakan sepatu.
18. Kasus 2 (Lanjutan)
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam
warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna
hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin
kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada
peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar
peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya.
Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai
peraturan”.
19. Kasus 2 (Lanjutan)
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap
dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya.
Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan
sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke
sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang
copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan
berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman.
Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak
berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
20. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
● Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman?
Jelaskan, apakah indikatornya?
● Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, kira-kira apa yang
akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan
diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
● Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
- Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus berwarna
hitam?
- Bagaimana Anda menyikapi langkah yang diambil Pak Lukman mengenai
kasus tersebut?
21. Kasus 3
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun
beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak
acuh pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan
dan kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan,
dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil
memegang buku bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo
Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk
kembali, kira-kira siapa yang bisa?”
22. Kasus 3 (Lanjutan)
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi
pada Fajar, sepertinya tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya
pun tidak terlalu bagus untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh
ibu Dani, Fajar hanya menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab,
“Gimana kamu Fajar, kamu gak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek
mengajarkan kamu. Tidak kasihan sama Ibu?” dan Fajar pun diam membisu.
23. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
●Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
●Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
●Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau
dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan? Jelaskan.
●Apabila Anda adalah kepala sekolah disana dan mengetahui hal ini, bagaimana tindak
lanjut Anda?
24. Kasus 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba
terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan
mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3
kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan
membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Kepala Sekolah, Ibu Suti
menanyakan Dino tentang Keyakinan Sekolah yang telah disepakati.
25. Kasus 4 (Lanjutan)
Ibu Suti melanjutkan bertanya apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan
yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun mengangguk. Kemudian Ibu
Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk
memperbaiki masalah. Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki
pak. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai
copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang
akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
26. Kasus 4 (Lanjutan)
Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah gak tahu bu, saya lem
kembali mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau
di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana kalau kamu
menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan
menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti
meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir
sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya
siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”.
Dino kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
27. Kasus 4 (Lanjutan)
Akhirnya Anto mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Anto
belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali terlihat kedua
anak laki-laki tersebut Anto dan Dino pada jam pulang sekolah, mereka sudah
bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
28. Lakukan Analisis dan Jawablah pertanyaan ini!
● Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-
hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
● Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto
dikuatkan oleh Ibu Suti?
● Kira-kira nilai-nilai kebajikan (Keyakinan Sekolah) apa yang dituju dalam
kasus tersebut? Jelaskan.