Dokumen tersebut membahas berbagai jenis rinitis yaitu rinitis akut, rinitis atrofi, rinitis alergi, dan rinitis vasomotor. Rinitis akut disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sementara rinitis atrofi disebabkan oleh infeksi hidung kronik yang menyebabkan atrofi mukosa dan tulang hidung. Rinitis alergi disebabkan oleh reaksi alergi terhadap alergen yang melibatkan IgE sementara rinitis
Dokumen tersebut merangkum strategi penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi ini meliputi rinitis, faringitis, laringitis, tonsillitis, bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Penatalaksanaannya bervariasi antara pengobatan suportif untuk gejala ringan hingga antibiotik untuk infeksi berat, dengan memilih antibiotik sesuai pola kuman di masing-masing wilayah. Pengendalian penularan penting untuk penyakit menular sepert
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bakteri atau virus dan menyerang anak usia 2 bulan hingga 5 tahun. Gejalanya berupa batuk, kesulitan bernafas, demam, dan kehilangan nafsu makan. Bahaya ISPA jika tidak diobati adalah anak tidak bisa minum, kejang, dan berat badan menurun. Penanganannya dengan memberi obat demam, obat batuk tradisional, menjaga kebersihan, dan se
Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Rhabdovirus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar ke seluruh jaringan saraf, menimbulkan kelumpuhan dan kematian. Penularannya melalui gigitan atau sentuhan luka dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti anjing dan kucing. Pencegahan melalui vaksinasi luka dan pemberian vaksin anti-rabies.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis rinitis yaitu rinitis akut, rinitis atrofi, rinitis alergi, dan rinitis vasomotor. Rinitis akut disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri sementara rinitis atrofi disebabkan oleh infeksi hidung kronik yang menyebabkan atrofi mukosa dan tulang hidung. Rinitis alergi disebabkan oleh reaksi alergi terhadap alergen yang melibatkan IgE sementara rinitis
Dokumen tersebut merangkum strategi penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi ini meliputi rinitis, faringitis, laringitis, tonsillitis, bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Penatalaksanaannya bervariasi antara pengobatan suportif untuk gejala ringan hingga antibiotik untuk infeksi berat, dengan memilih antibiotik sesuai pola kuman di masing-masing wilayah. Pengendalian penularan penting untuk penyakit menular sepert
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bakteri atau virus dan menyerang anak usia 2 bulan hingga 5 tahun. Gejalanya berupa batuk, kesulitan bernafas, demam, dan kehilangan nafsu makan. Bahaya ISPA jika tidak diobati adalah anak tidak bisa minum, kejang, dan berat badan menurun. Penanganannya dengan memberi obat demam, obat batuk tradisional, menjaga kebersihan, dan se
Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Rhabdovirus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar ke seluruh jaringan saraf, menimbulkan kelumpuhan dan kematian. Penularannya melalui gigitan atau sentuhan luka dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti anjing dan kucing. Pencegahan melalui vaksinasi luka dan pemberian vaksin anti-rabies.
Dokumen ini membahas tentang sifilis, penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis dapat menyebabkan komplikasi sistemik dan kongenital jika tidak ditangani. Penyakit ini dibagi menjadi sifilis dini yang masih menular, sifilis laten, dan sifilis lanjut yang tidak menular. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari papula, kondiloma, hingga kelainan organ dalam. Diagnosis
Ringkasan:
Dokumen ini membahas tentang pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA) di pelabuhan, bandara dan perbatasan. Tujuannya adalah mencegah penyebaran penyakit internasional dengan mengawasi OMKABA yang masuk dan keluar wilayah Indonesia. Kantor Kesehatan Pelabuhan bertugas melakukan pemeriksaan dokumen dan sampel fisik untuk menerbitkan sertifikat kesehatan
Audiometri digunakan untuk mengukur ambang pendengaran dengan alat elektroakustik. Terdapat berbagai jenis audiometri seperti pure tone audiometry untuk mengetahui ambang pendengaran nada murni, speech audiometry untuk ambang pendengaran ucapan, dan tympanometry untuk mengetahui kondisi telinga tengah. Audiometri bermanfaat untuk skrining, diagnostik, dan monitoring gangguan pendengaran.
F00-F09 mencakup Gangguan Mental Organik dan Simtomatik, termasuk berbagai jenis demensia seperti Alzheimer, vaskuler, dan lainnya, sindrom amnestik organik, delirium, serta gangguan mental lainnya akibat kerusakan otak dan penyakit fisik.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan gatal pada kulit dan sering kambuh. Pasien mengeluhkan rasa gatal dan benjolan pada lengan dan kaki yang semakin parah saat stres. Pemeriksaan menunjukkan benjolan merah dengan bekas luka goresan tersebar secara simetris. Diagnosis prurigo nodularis ditegakkan dan pasien mendapat pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
Dokumen ini membahas tentang sifilis, penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis dapat menyebabkan komplikasi sistemik dan kongenital jika tidak ditangani. Penyakit ini dibagi menjadi sifilis dini yang masih menular, sifilis laten, dan sifilis lanjut yang tidak menular. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari papula, kondiloma, hingga kelainan organ dalam. Diagnosis
Ringkasan:
Dokumen ini membahas tentang pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan dan bahan adiktif (OMKABA) di pelabuhan, bandara dan perbatasan. Tujuannya adalah mencegah penyebaran penyakit internasional dengan mengawasi OMKABA yang masuk dan keluar wilayah Indonesia. Kantor Kesehatan Pelabuhan bertugas melakukan pemeriksaan dokumen dan sampel fisik untuk menerbitkan sertifikat kesehatan
Audiometri digunakan untuk mengukur ambang pendengaran dengan alat elektroakustik. Terdapat berbagai jenis audiometri seperti pure tone audiometry untuk mengetahui ambang pendengaran nada murni, speech audiometry untuk ambang pendengaran ucapan, dan tympanometry untuk mengetahui kondisi telinga tengah. Audiometri bermanfaat untuk skrining, diagnostik, dan monitoring gangguan pendengaran.
F00-F09 mencakup Gangguan Mental Organik dan Simtomatik, termasuk berbagai jenis demensia seperti Alzheimer, vaskuler, dan lainnya, sindrom amnestik organik, delirium, serta gangguan mental lainnya akibat kerusakan otak dan penyakit fisik.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan gatal pada kulit dan sering kambuh. Pasien mengeluhkan rasa gatal dan benjolan pada lengan dan kaki yang semakin parah saat stres. Pemeriksaan menunjukkan benjolan merah dengan bekas luka goresan tersebar secara simetris. Diagnosis prurigo nodularis ditegakkan dan pasien mendapat pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
Dokumen tersebut membahas tentang status pasien yang mengeluhkan bersin berulang sejak usia 15 tahun. Berdasarkan pemeriksaan ditemukan hiperemis mukosa hidung dan edema concha. Diagnosis yang ditetapkan adalah rhinitis kronik dengan kemungkinan rhinitis alergika atau vasomotor. Terapi yang direncanakan antara lain pemberian antihistamin dan kortikosteroid intranasal.
Faringitis adalah radang pada struktur mukosa tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri. Gejala umumnya meliputi nyeri tenggorokan, demam, dan pembesaran kelenjar getah bening leher. Penatalaksanaan meliputi antibiotik, analgesik, cairan, dan diet ringan untuk memulihkan keseimbangan nutrisi. Komplikasi potensial termasuk otitis media dan abses. Perawatan fokus pada menurunkan demam,
Rhinitis alergi adalah inflamasi membran mukosa hidung yang disebabkan oleh paparan terhadap materi alergenik. Rhinitis alergi dapat diklasifikasikan berdasarkan alergen penyebabnya dan cara masuknya alergen ke tubuh. Manifestasi klinisnya berupa rinorea, bersin, dan kongesti hidung. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, riwayat penyakit, dan tes kulit. Tatalaksananya meliputi terapi non-
Dokumen ini membahas perbedaan antara rhinitis alergi dan rhinitis vasomotor. Rhinitis alergi disebabkan oleh reaksi alergi terhadap alergen, sedangkan rhinitis vasomotor disebabkan oleh gangguan sistem saraf otonom. Gejala rhinitis alergi meliputi bersin berulang dan rinore encer, sedangkan rhinitis vasomotor ditandai dengan hidung tersumbat. Pengobatan rhinitis alergi meliputi menghindari alergen dan obat antihist
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis atopik, termasuk epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, sasaran dan strategi terapi, tata laksana terapi, terapi non-farmakologi dan farmakologi."
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung, definisi rinitis alergi menurut WHO, epidemiologi, klasifikasi gejala, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan rinitis alergi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan tes alergi. Penatalaksanaan meliputi menghindari alergen, obat antihistamin, kortikosteroid intranasal, serta imunoterapi.
Dokumen tersebut membahas mengenai penyakit dan gangguan kesehatan yang umum ditemukan pada anak, khususnya bayi dan anak di bawah lima tahun. Beberapa penyakit dan gangguan tersebut hanya menimbulkan ketidaknyamanan sementara, sementara yang lainnya dapat berbahaya bahkan mengancam jiwa. Penyakit berbahaya dapat dicegah melalui program imunisasi nasional.
otitis media penyakit telinga yang berbau, dan sakit nyeri dan bengkak, biasanya terjadi pada anak kecil tetapi bisa juga kepada orang tua, infeksi telinga yang disebabkan oleh bakteri . dan harus menerima antibiotik. adadada dadada dadad dadada dadafa afaaw sfafeg agageqgq agqgagq agqgaqg
Asma merupakan penyakit obstruksi saluran nafas kronis yang sering dijumpai pada kehamilan dan dapat mempengaruhi hasil kehamilan seperti abortus, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Penatalaksanaannya meliputi pencegahan serangan, penggunaan obat-obatan seperti teofilin, kortikosteroid, dan inhalasi, serta menghindari faktor pemicu seperti asap rokok dan alergen.
PPT FARMAKOTERAPI KELOMPOK 1 INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (1).pptfarmasipkcpesanggrah
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis, penyebab, dan penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas yang meliputi sinusitis, otitis media, laringitis, faringitis, dan tonsilitis.
2. Jenis-jenis infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh virus dan bakteri yang menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan nyeri tenggorokan, serta penatalaksanaannya mel
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. PENDAHULUAN
• Joint Task Force on Practice Parameters in Allergy, Asthma, and Immunology (1998)
mendefinisikan rinitis sebagai :
‘Peradangan pada membran yang melapisi hidung, dengan ciri :
1. Sumbatan hidung
2. Rinore
3. Bersin
4. Gatal pada hidung dan/atau postnasal drainage.’
• Gejala – gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 jam sehari dalam dua hari berurutan
atau lebih.
• Rinitis alergi secara klinis : gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah pajanan
alergen melalui inflamasi yang diperantarai oleh Imunoglobulin E yang spesifik terhadap
alergen tersebut pada mukosa hidung.
3. EPIDEMIOLOGI
Alergi merupakan
masalah kesehatan
global
10-25% Populasi
Jika memiliki salah
satu gejala atopi
Risiko atopi 3x
lebih besar
Rinitis alergi paling
sering pada anak
usia sekolah
15% : 6-7 tahun
40% : 13-14 tahun
Sering tidak
terdiagnosis sehingga
terapi tidak adekuat
Tidak Adekuat
4. ETIOLOGI
Polusi
Udara
Debu
Bau-
bauan
tertentu
Udara Dingin
Makanan Uap
• Rinitis alergi merupakan penyakit multifaktorial
yang meliputi interaksi antara faktor genetik dan
lingkungan.
• Umumnya faktor pencetus ini berupa iritan non
spesifik.
• Alergen penyebab pada bayi dan anak sering
disebabkan oleh alergen makanan, sedangkan
alergen inhalan lebih berperan pada anak yang
lebih besar
• Meskipun rinitis alergi lebih banyak muncul
pada anak yang lebih besar, namun pajanan
alergen (sensitisasi) sudah terjadi sejak dini.
5. PATOFISIOLOGI
• Pada permukaan mukosa hidung dan lamina propria terdapat sel mast dan basofil,
yang merupakan unsur terpenting pada patofisiologi rinitis alergi.
• Sekitar 50% manifestasi reaksi hipersensitivitas tipe 1 fase lambat
• Orang yang tersensitisasi alergen inhalan seperti tungau debu rumah, bulu kucing/
anjing, atau pollen, sel mast dan basofilnya akan diselaputi oleh IgE terhadap alergen
spesifik tersebut.
• Paparan ulang terhadap alergen tersebut memicu suatu rangkaian kejadian yang
meliputi respons fase cepat dan fase lambat yang menimbulkan gejala rinitis alergi.
• Paparan terhadap alergen menyebabkan migrasi sel mast dan basofil yang sudah
diselaputi IgE spesifik dari lamina propria ke permukaan epitel.
6. PATOFISIOLOGI
• Jika alergen berikatan dengan dua molekul IgE yang terikat pada permukaan sel, maka
preformed mediator seperti histamin dilepaskan dari sel.
• Respons fase cepat pada rinitis alergi ini menyebabkan timbulnya secara mendadak
bersin, gatal hidung, tersumbatnya hidung dan rinore.
• Respons fase lambat terjadi dalam waktu 4-8 jam setelah paparan alergen dan
merupakan suatu proses cellular-driven dengan adanya infiltrasi eosinofil, neutrofil,
basofil, limfosit T dan makrofag, yang melepaskan mediator inflamasi dan sitokin
tambahan dan memperpanjang respons proinflamasi. Hal ini menyebabkan gejala
kronis dan persisten dari rinitis alergi, terutama sumbatan hidung, anosmia,
hipersekresi mukus dan hiperresponsif nasal terhadap alergen dan iritan.
• Paparan alergen yang terus-menerus seringkali menyebabkan keadaan inflamasi
kronis
8. MANIFESTASI KLINIS
• Ditemukan pada anak berusia di atas 4-5 tahun dan insidensinya meningkat progresif,
mencapai 10-15% pada usia dewasa
• Pada anak dapat berupa rinosunitis berulang, adenoiditis, otitis media, dan tonsilitis
• Gejala : rasa gatal di hidung dan mata, bersin, sekresi hidung, hidung tersumbat, suara
sengau, gangguan penciuman dan pengecapan, serta bernafas melalui mulut gejala
tenggorokan kering, mengorok, gangguan tidur
• Rinitis alergi kronis : wajah yang khas dark circle atau shiner serta bengkak (bags)
dibawah mata, adenoid face, allergic salute
9. ANAMNESIS
• Pada anamnesis perlu ditanyakan: lama, frekuensi, waktu timbulnya dan beratnya penyakit,
persisten atau intermiten.
• Gejala yang ditanyakan berupa hidung berair, hidung tersumbat, postnasal drip, gatal di hidung
dan palatum, bersin-bersin, gejala mata merah, gatal dan berair, fungsi penciuman, tidur
mengorok dan ada/tidaknya gangguan tidur.
• Riwayat atopi dalam keluarga (asma, dermatitis atopi, rinitis alergi) perlu ditanyakan untuk
mendukung status atopi pasien
10. PEMERIKSAAN FISIK
• Gatal pada hidung, telinga, palatum
atau tenggorok, sekret bening cair,
kongesti nasal, nyeri kepala sinus,
disfungsi tuba estachius, bernafas
lewat mulut atau mengorok, post nasal
drip kronis, batuk kronis non
produktif, sering mendehem, dan
kelelahan pagi hari.
• Tanda : allergic shiner, geographic
tongue, Dennie Morgan’s line, dan
allergic salute.
• Bila disertai keluhan pada mata
edema, sekret, dan kelainan lainnya.
13. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan hitung jenis eosinofil,
hitung total eosinofil, dan kadar IgE total serum.
• Pada pemeriksaan sitologi mukosa menunjukkan hitung persentase eosinofil meningkat.
• Bila memungkinkan dilakukan uji kulit alergen untuk menentukan status atopi serta
menentukan kemungkinan alergen penyebab. Bila disertai kelainan mata, dapat dilakukan
pemeriksaan eosinofil pada sekret mata.
• Pada pasien yang berusia 4 tahun atau lebih dapat dilakukan foto atau CT scan sinus
paranasalis bila dicurigai komplikasi sinusitis atau adanya deviasi septum nasi.
14. DIAGNOSIS
• Riwayat atopi dalam keluarga merupakan faktor predisposisi rinitis alergi yang
terpenting pada anak.
• Tanda karakteristik pada muka seperti allergic salute, allergic crease, Dennie’s line,
allergic shiner dan allergic face seperti telah diuraikan di atas, namun demikian tidak
satu pun yang patognomonis.
• Tanda klasik yaitu mukosa edema dan pucat kebiruan dengan ingus encer. Tanda ini
hanya ditemukan pada pasien yang sedang dalam serangan.
• Meskipun tes kulit dapat dilakukan pada semua anak tetapi tes kulit kurang bermakna
pada anak berusia di bawah 3 tahun.
• Uji provokasi hidung jarang dilakukan pada anak karena pemeriksaan ini tidak
menyenangkan.
15. DIAGNOSIS
• Pemeriksaan in vitro (RAST, ELISA) untuk alergen spesifik hasilnya kurang sensitif
dibandingkan dengan tes kulit dan lebih mahal.
• Kadar normal IgE total dan IgE spesifik pada anak lebih rendah dibandingkan dengan
dewasa. Kurang dari setengah penderita rinitis alergi anak mempunyai kadar IgE total
yang meningkat. Adapun kadar IgE total serum pada bayi adalah 0-1 IU/ml yang
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan menetap setelah usia 20-30 tahun (100-
150 IU/ml), kemudian menurun sesuai dengan bertambahnya usia.
• Pemeriksaan sekret hidung dilakukan untuk mendapatkan sel eosinofil yang meningkat
>3% kecuali pada saat infeksi sekunder maka sel neutrofil segmen akan lebih dominan.
Gambaran sitologi sekret hidung yang memperlihatkan banyak sel basofil, eosinofil, juga
terdapat pada rinitis eosinofilia nonalergi dan mastositosis hidung primer.
18. TATALAKSANA
• Tata laksana rinitis alergi meliputi penghindaran alergen penyebab, medikamentosa, dan
imunoterapi
• Antihistamin H1 generasi 2 oral (setirizin, loratadin, levosetirizin, desloratadin) diberikan
untuk mengurangi gejala bersin, gatal, dan rinorea tetapi sangat sedikit pengaruhnya
terhadap sumbatan hidung.
• Kortikosteroid topikal adalah pengobatan paling efektif untuk mengontrol gejala rinitis
alergi persisten.
• Kortikosteroid oral dapat diberikan untuk jangka pendek (5-7 hari) untuk gejala yang
berat dan sulit diatasi atau pasien dengan polip nasal.
19. TATALAKSANA
• Dekongestan oral tidak diberikan secara rutin. Dekongestan oral dapat diberikan untuk
mengurangi sumbatan hidung bila diperlukan.
• Dekongestan topikal dapat dipertimbangkan untuk penggunaan jangka pendek (tidak
lebih dari 5 hari). Hindari penggunaan dekongestan topikal untuk jangka panjang karena
terdapat risiko terjadinya rinitis medikamentosa. Dekongestan topikal tidak disarankan
untuk diberikan pada anak di bawah 5 tahun.
• Ipratropium bromide topikal dapat diberikan untuk mengurangi gejala rinorea.
• Imunoterapi dengan alergen spesifik dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak
membaik dengan kombinasi penghindaran alergen dan pengobatan
28. PROGNOSIS
• Rinitis alergi pada masa anak akan bertambah berat dengan bertambahnya usia.
• Penggunaan beberapa jenis medikamentosa profilaksis juga dapat mengurangi gejala
yang timbul
• Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan
dan pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala.
• Bila alergen penyebab diketahui, maka penghindaran alergen pencetus perlu terus
menerus dilakukan. Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian
menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.