2. Definisi
Kondisi inflamasi hidung yang dimediasi oleh IgE
akibat paparan alergen pada individu yang telah
tersensitisasi.
Rhinitis alergi didefinisikan secara klinis oleh gejala
yang disebabkan oleh peradangan yang diperantai
secara imunologis (paling sering IgE-dependent)
pada membran mukosa hidung.
Gejala klasik: hidung beringus (rhinorrhea), hidung
tersumbat (nasal obstruction), hidung gatal (nasal
itching), bersin (sneezing)
K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007
3. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Global
2-25% pada anak-
anak
1,5-12,4% (cenderung
meningkat tiap tahun)
1-40% pada dewasa
Prevalensi Indonesia
36% orang dewasa
dengan rinitis alergi
mengalami penurunan
performa kerja
Eropa: dewasa 17-
28,5%
Rinitis alergi berhubungan
dengan asma, 15%-38% pasien
dengan AR. Gejala nasal
ditemukan pada 6%-85% pasien
dengan asma.
Usia rata-rata rinitis alergi: 8-
11 tahun dan 80% rinitis alergi
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2016
Kemenkes RI. Rinitis Alergi.2022
Harianto. Sumarman, I. Madiadipoera, T. Prevalensi dan Tingkat Gejala Rinitis Alergi Perenial Serta Sumber Alergen Mite Dalam Kamar Tidur Penderita
Pada Penduduk Usia Diatas 10 tahun Didaerah Bandung Tahun 1998. Tesis. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Unpad. Bandung.2000.
Bandung (2008): 5,8% prevalensi
rinitis alergi pada anak usia 10
tahun
4. K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007
Etiologi : Alergen
01 Serbuk sari
02 Bulu binatang
03
Debu
04 Spora jamur
05 Makanan
5. Faktor Risiko
K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
Sultész, M., Horváth, A., Molnár, D. et al. Prevalence of allergic rhinitis, related comorbidities and risk factors in schoolchildren. Allergy Asthma Clin Immunol 16, 98 (2020).
https://doi.org/10.1186/s13223-020-00495-1
Baumann LM, Romero KM, Robinson CL, Hansel NN, Gilman RH, Hamilton RG, Lima JJ, Wise RA, Checkley W; PURA Study Investigators. Prevalence and risk factors for allergic
rhinitis in two resource-limited settings in Peru with disparate degrees of urbanization. Clin Exp Allergy. 2015 Jan;45(1):192-9. doi: 10.1111/cea.12379. PMID: 25059756; PMCID:
PMC5339878.
● Riwayat atopi
● Memiliki orang tua dengan rinitis alergi
● Sensitisasi alergi terhadap aeroallergen rumah tangga
● Total kadar serum IgE yang tinggi (di atas persentil ke-95)
● Tinggal di perkotaan
● Tinggal dekat pabrik
● Terpapar asap rokok
● Riwayat ISPA sering dan berulang
9. Klasifikasi
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10.
11. ● Hampi 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
● Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar (lakrimasi)
● Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satusatunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
12. ● Gejala (Durasi sakit, derajat keparahan)
○ Rinore/keluar ingus yang encer dan banyak
○ Bersin-bersin berulang
○ Hidung tersumbat
○ Hidung gatal
○ Mata gatal, kadang disertai banyak air mata keluar
(lakrimasi), bengkak, merah
○ Seasonal/musiman
● Keadaan lingkungan dan faktor pencetus
○ Serbuk bunga
○ Binatang peliharaan
○ Kelembapan dan jamur
○ Paparan rokok
○ Debu
● Riwayat atopi pada keluarga
● Kondisi atopi yang berhubungan (dermatitis atopik,
asma, konjungtivitis)
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
13. ● Pernapasan menggunakan mulut
(mouth breathing)
● Allergic Shiner → bayangan gelap di
daerah bawah mata yang terjadi karena
stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung.
● Allergic salute → Sering menggosok
hidung. Jika lama kelamaan akan
mengakibatkan timbulnya garis
melintang di dorsum nasi bagian
sepertiga bawah yang disebut allergic
crease.
● Frequent sniffing & throat clearing.
Pemeriksaan fisik
14. ● Facies Adenoid → Mulut sering
terbuka dengan lengkung langit langit
yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan
pertumbuhan gigi-geligi.
● Dinding posterior faring tampak
granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral
faring menebal.
● Lidah tampak seperti gambaran peta
(geographic tongue).
Pemeriksaan fisik
15. Rinoskopi anterior
● Mukosa edema, berwarna pucat disertai
dengan sekret yang banyak.
● Bisa terdapat polyps dan abnormalitas lainnya
● Bisa terdapat hipertrofi konka inferior
● Sekret encer yang banyak
Pemeriksaan fisik
16. Pemeriksaan Penunjang - Spesific allergen testing
SKIN PRICK TEST
● Merupakan standar baku emas
untuk pemeriksaan rhinitis alergi
di klinik dan untuk skrining
apabila menggunakan alergen
dan alat yang terstandardisasi.
● Apabila menggunakan alergen
yang tidak terstandardisasi dan
hasilnya (-), dilanjutkan dengan
intradermal.
KONTRAINDIKASI
● Asma yang tidak terkontrol
● Penyakit jantung yang tidak stabil
● Penggunaan B-blocker
● Kehamilan
17. INTRADERMAL SKIN TESTING
● Dapat mengetes sensitivitas terhadap anestesi lokal, neuromuscular
blocking agent, antibiotik, dan kontras media.
● Tidak direkomendasikan untuk alergi makanan dan bahan kimia
● Dapat digunakan untuk mengonfirmasi skin prick test.
● Menggunakan short beveled needle 26 gauge, diinjeksikan antigen yang
telah didilusikan 0,02 mL.
21. IMUNOTERAPI
Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala
yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan
cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukkan IgG blocking antibody
dan penurunan lgE.
Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu ; intradermal
dan sub-lingual.
22. OPERASI
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior),
konkoplasti atau multiple outfractured, inferiorturbinoplasty perlu
dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan
dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
23. KONSELING DAN EDUKASI
1. Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai
2. Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin
3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani
IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FPKP. 2017
KOMPLIKASI
● Polip hidung: alergi hidung sebagai salah satu faktor penyebab
terbentuknya dan kekambuhan polip hidung
● Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak
● Sinusitis paranasal.
AR is also frequently associated with asthma, which is found in 15% to 38% of patients with AR,4,5 and nasal symptoms are pre- sent in 6% to 85% patients with asthma.6-9 In addition, AR is a risk factor for asthma,4,9 and uncontrolled moderate-to-severe AR affects asthma control
Allergic rhinitis impairs QOL, sleep, school and work.
The initial response occurs within five to 15 minutes of exposure to an antigen, resulting in degranulation of host mast cells. This releases a variety of pre-formed and newly synthesized mediators, including histamine, which is one of the primary mediators of allergic rhinitis. Histamine induces sneezing via the trigeminal nerve and also plays a role in rhinorrhea by stimulating mucous glands. Other immune mediators such as leukotrienes and prostaglandins are also implicated as they act on blood vessels to cause nasal congestion. Four to six hours after the initial response, an influx of cytokines, such as interleukins (IL)-4 and IL-13 from mast cells occurs, signifying the development of the late phase response. These cytokines, in turn, facilitate the infiltration of eosinophils, T-lymphocytes, and basophils into the nasal mucosa and produce nasal edema with resultant congestion.
A non-IgE mediated hyperresponsiveness can develop due to eosinophilic infiltration and nasal mucosal obliteration. The nasal mucosa now becomes hyperreactive to normal stimuli (such as tobacco smoke, cold air) and causes symptoms of sneezing, rhinorrhea, and nasal pruritis.
Rhinorrhea : keluarnya cairan lendir hidung yang encer
Klasifikasi menurut Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA-WHO 2019, berdasarkan ARIA 2001)
Berdasarkan frekuensi gejala → intermitten dan persisten
Berdasarkan karakteristik gejala → ringan, sedang-berat
Klasifikasi menurut Allergic Rhiinitis and Its Impact on Asthma (ARIA-WHO 2019, berdasarkan ARIA 2001)
Berdasarkan frekuensi gejala → intermitten dan persisten
Berdasarkan karakteristik gejala → ringan, sedang-berat
Seasonal allergic rhinitis (SAR) develops only during specific periods of the year (corresponding to the pollination of wind-pollinated plants or mould sporulation). Perennial allergic rhinitis (PAR) occurs when the condition is triggered by allergens found in the patient’s environment at concentrations sufficient to induce symptoms of the disease all year round. The triggers include house dust mites, pet fur, cockroaches and mould in the Central Europe or wind-pollinated plant pollen in the tropical zone. Episodic allergic rhinitis (EAR) is caused by exposure to a specific airborne allergen on a sporadic and short-term basic
Occupational: latex, asam anhidrat, wood dust, hard wood
Food: gustatory (hot, spicy food) → mengandung capsaicin → menstimulasi serat saraf sensorik untuk mengeluarkan neuropeptida dan takinins.
Allergic shiner : warna gelap di bawah mata. Disebabkan oleh penyumbatan vena di dalam alur infraorbital, terutama dari hidung.
Allergic shiner : warna gelap di bawah mata. Disebabkan oleh penyumbatan vena di dalam alur infraorbital, terutama dari hidung.
Mukosa pucat atau berwarna keabu-abuan (mukosa livid).
Rinitis vasomotor
Keadaan idiopatik, tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat.
Gejala dicetuskan oleh berbagai rangsangan non-spesifik (asap, bau menyengat, minuman beralkohol, makanan pedas, dll)
Gejala dominan: hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri, rinore mukoid/serosa, jarang disertai gejala mata.
Rinitis medikamentosa
Akibat pemakaian vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan berlebihan
Gejala: hidung tersumbat terus menerus dan berair
Dipertimbangkan untuk pasien dengan gejala sedang/parah yang menetap yang:
tidak merespon dengan terapi biasanya
Tidak ingin menggunakan obat jangka lama
Pasien dengan allergic asthma
Memasukkan sedikit ekstrak alergen secara SC/sublingual
SC: Setiap 3x/minggu untuk fase awal lalu setiap 2-4 minggu untuk fase maintenance
SL: pemberian pertama di tempat praktik dokter, lalu selanjutnya dilakukan sendiri oleh pasien
Durasi terbaik pengobatan: 3-5 tahun, efek pengobatan dapat bertahan selama 7-12 tahun
SL lebih aman: rendah risiko anafilaksis, compliance lebih tinggi, dan kemungkinan pencegahan asma baru di pasien
Radiofrequency ablation dari turbinat inferior memberikan penurunan resistensi hidung dan perbaikan kongesti bila dibandingkan dengan semprotan mometason intranasal (INCS)
Metode lain :
Turbinoplasty with microdebrider
Partial inferior turbinoplasty.
Hubungan obesitas dan RA → hormon leptin. ada hubungan peningkatan leptin dengan IL (patogenesis AR)
hindari cuaca dingin/panas, why → lebih ke rhinitis vasomotor (masih diperdebatkan)
Tanda khas pemeriksaan THT: hipertrofi inferior konka, mukosa pucat (mucosa livid)
Pembedahan → di reduksi konka inferior pake kauter (gaboleh terlalu kecil nanti rinitis atrofi atau turbinasinya terganggu) sekitar 50% aja