SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Rhinitis Allergy
Definisi
Kondisi inflamasi hidung yang dimediasi oleh IgE
akibat paparan alergen pada individu yang telah
tersensitisasi.
Rhinitis alergi didefinisikan secara klinis oleh gejala
yang disebabkan oleh peradangan yang diperantai
secara imunologis (paling sering IgE-dependent)
pada membran mukosa hidung.
Gejala klasik: hidung beringus (rhinorrhea), hidung
tersumbat (nasal obstruction), hidung gatal (nasal
itching), bersin (sneezing)
K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Global
2-25% pada anak-
anak
1,5-12,4% (cenderung
meningkat tiap tahun)
1-40% pada dewasa
Prevalensi Indonesia
36% orang dewasa
dengan rinitis alergi
mengalami penurunan
performa kerja
Eropa: dewasa 17-
28,5%
Rinitis alergi berhubungan
dengan asma, 15%-38% pasien
dengan AR. Gejala nasal
ditemukan pada 6%-85% pasien
dengan asma.
Usia rata-rata rinitis alergi: 8-
11 tahun dan 80% rinitis alergi
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2016
Kemenkes RI. Rinitis Alergi.2022
Harianto. Sumarman, I. Madiadipoera, T. Prevalensi dan Tingkat Gejala Rinitis Alergi Perenial Serta Sumber Alergen Mite Dalam Kamar Tidur Penderita
Pada Penduduk Usia Diatas 10 tahun Didaerah Bandung Tahun 1998. Tesis. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Unpad. Bandung.2000.
Bandung (2008): 5,8% prevalensi
rinitis alergi pada anak usia 10
tahun
K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007
Etiologi : Alergen
01 Serbuk sari
02 Bulu binatang
03
Debu
04 Spora jamur
05 Makanan
Faktor Risiko
K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion
Sultész, M., Horváth, A., Molnár, D. et al. Prevalence of allergic rhinitis, related comorbidities and risk factors in schoolchildren. Allergy Asthma Clin Immunol 16, 98 (2020).
https://doi.org/10.1186/s13223-020-00495-1
Baumann LM, Romero KM, Robinson CL, Hansel NN, Gilman RH, Hamilton RG, Lima JJ, Wise RA, Checkley W; PURA Study Investigators. Prevalence and risk factors for allergic
rhinitis in two resource-limited settings in Peru with disparate degrees of urbanization. Clin Exp Allergy. 2015 Jan;45(1):192-9. doi: 10.1111/cea.12379. PMID: 25059756; PMCID:
PMC5339878.
● Riwayat atopi
● Memiliki orang tua dengan rinitis alergi
● Sensitisasi alergi terhadap aeroallergen rumah tangga
● Total kadar serum IgE yang tinggi (di atas persentil ke-95)
● Tinggal di perkotaan
● Tinggal dekat pabrik
● Terpapar asap rokok
● Riwayat ISPA sering dan berulang
Pathogenesis
Manifestasi
Klinis
Klasifikasi
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Klasifikasi
ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
● Hampi 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
● Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar (lakrimasi)
● Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satusatunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
● Gejala (Durasi sakit, derajat keparahan)
○ Rinore/keluar ingus yang encer dan banyak
○ Bersin-bersin berulang
○ Hidung tersumbat
○ Hidung gatal
○ Mata gatal, kadang disertai banyak air mata keluar
(lakrimasi), bengkak, merah
○ Seasonal/musiman
● Keadaan lingkungan dan faktor pencetus
○ Serbuk bunga
○ Binatang peliharaan
○ Kelembapan dan jamur
○ Paparan rokok
○ Debu
● Riwayat atopi pada keluarga
● Kondisi atopi yang berhubungan (dermatitis atopik,
asma, konjungtivitis)
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
● Pernapasan menggunakan mulut
(mouth breathing)
● Allergic Shiner → bayangan gelap di
daerah bawah mata yang terjadi karena
stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung.
● Allergic salute → Sering menggosok
hidung. Jika lama kelamaan akan
mengakibatkan timbulnya garis
melintang di dorsum nasi bagian
sepertiga bawah yang disebut allergic
crease.
● Frequent sniffing & throat clearing.
Pemeriksaan fisik
● Facies Adenoid → Mulut sering
terbuka dengan lengkung langit langit
yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan
pertumbuhan gigi-geligi.
● Dinding posterior faring tampak
granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral
faring menebal.
● Lidah tampak seperti gambaran peta
(geographic tongue).
Pemeriksaan fisik
Rinoskopi anterior
● Mukosa edema, berwarna pucat disertai
dengan sekret yang banyak.
● Bisa terdapat polyps dan abnormalitas lainnya
● Bisa terdapat hipertrofi konka inferior
● Sekret encer yang banyak
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang - Spesific allergen testing
SKIN PRICK TEST
● Merupakan standar baku emas
untuk pemeriksaan rhinitis alergi
di klinik dan untuk skrining
apabila menggunakan alergen
dan alat yang terstandardisasi.
● Apabila menggunakan alergen
yang tidak terstandardisasi dan
hasilnya (-), dilanjutkan dengan
intradermal.
KONTRAINDIKASI
● Asma yang tidak terkontrol
● Penyakit jantung yang tidak stabil
● Penggunaan B-blocker
● Kehamilan
INTRADERMAL SKIN TESTING
● Dapat mengetes sensitivitas terhadap anestesi lokal, neuromuscular
blocking agent, antibiotik, dan kontras media.
● Tidak direkomendasikan untuk alergi makanan dan bahan kimia
● Dapat digunakan untuk mengonfirmasi skin prick test.
● Menggunakan short beveled needle 26 gauge, diinjeksikan antigen yang
telah didilusikan 0,02 mL.
WHO - ARIA 2008
IMUNOTERAPI
Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala
yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan
cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukkan IgG blocking antibody
dan penurunan lgE.
Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu ; intradermal
dan sub-lingual.
OPERASI
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior),
konkoplasti atau multiple outfractured, inferiorturbinoplasty perlu
dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan
dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
KONSELING DAN EDUKASI
1. Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai
2. Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin
3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani
IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FPKP. 2017
KOMPLIKASI
● Polip hidung: alergi hidung sebagai salah satu faktor penyebab
terbentuknya dan kekambuhan polip hidung
● Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak
● Sinusitis paranasal.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to CSS Rhinitis Allergy Kelompok 1.pptx

CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCoassTHT
 
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlREFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlShodiqulAmin2
 
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxSitiRohmah175718
 
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIbu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIvanaYusuf2
 
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIbu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIvanaYusuf2
 
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdf
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdfMAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdf
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdfanitasrilestari1
 
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiCara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiInformasi Kesehatan
 
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anakKontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anakAriyanto Harsono
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebraKindal
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisRizal_mz
 
Asma bronkial-ppt
Asma bronkial-pptAsma bronkial-ppt
Asma bronkial-pptedypurwadi2
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkialyeliani
 
Materi 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxMateri 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxYudiatma1
 
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docx
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docxFitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docx
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docxwarisanuhurridha2
 
Urtikaria
UrtikariaUrtikaria
UrtikariaKindal
 
Case Tonsilitis -Ariel.pptx
Case Tonsilitis -Ariel.pptxCase Tonsilitis -Ariel.pptx
Case Tonsilitis -Ariel.pptxFirasZacky
 

Similar to CSS Rhinitis Allergy Kelompok 1.pptx (20)

CBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotorCBD rhinitis vasomotor
CBD rhinitis vasomotor
 
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlmlREFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
REFERAT THT.pptx mk kmlmlmlmm mlmlmlmlmlml
 
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
 
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIbu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
 
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdfIbu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
Ibu Yuliana Sambara - Seminar Alergi Dokter Prodia.pdf
 
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdf
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdfMAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdf
MAKALAH FARMAKOTERAPI I KELOMPOK 6-d.pdf
 
Pretest tht
Pretest thtPretest tht
Pretest tht
 
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiCara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
 
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anakKontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
Kontroversi tentang diagnosis dan penatalaksanaan penyakit alergi  anak
 
Prurigo hebra
Prurigo hebraPrurigo hebra
Prurigo hebra
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitis
 
Asma bronkial-ppt
Asma bronkial-pptAsma bronkial-ppt
Asma bronkial-ppt
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Asma 01
Asma 01Asma 01
Asma 01
 
Materi 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxMateri 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptx
 
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docx
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docxFitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docx
Fitz Urticaria & Angioedema (wecompress.com).docx
 
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan EnchepalitisAsuhan Keperawatan Enchepalitis
Asuhan Keperawatan Enchepalitis
 
Urtikaria
UrtikariaUrtikaria
Urtikaria
 
Case Tonsilitis -Ariel.pptx
Case Tonsilitis -Ariel.pptxCase Tonsilitis -Ariel.pptx
Case Tonsilitis -Ariel.pptx
 
INFEKSI ASAL UDARA
INFEKSI ASAL UDARAINFEKSI ASAL UDARA
INFEKSI ASAL UDARA
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

CSS Rhinitis Allergy Kelompok 1.pptx

  • 2. Definisi Kondisi inflamasi hidung yang dimediasi oleh IgE akibat paparan alergen pada individu yang telah tersensitisasi. Rhinitis alergi didefinisikan secara klinis oleh gejala yang disebabkan oleh peradangan yang diperantai secara imunologis (paling sering IgE-dependent) pada membran mukosa hidung. Gejala klasik: hidung beringus (rhinorrhea), hidung tersumbat (nasal obstruction), hidung gatal (nasal itching), bersin (sneezing) K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007
  • 3. EPIDEMIOLOGI Prevalensi Global 2-25% pada anak- anak 1,5-12,4% (cenderung meningkat tiap tahun) 1-40% pada dewasa Prevalensi Indonesia 36% orang dewasa dengan rinitis alergi mengalami penurunan performa kerja Eropa: dewasa 17- 28,5% Rinitis alergi berhubungan dengan asma, 15%-38% pasien dengan AR. Gejala nasal ditemukan pada 6%-85% pasien dengan asma. Usia rata-rata rinitis alergi: 8- 11 tahun dan 80% rinitis alergi ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2016 Kemenkes RI. Rinitis Alergi.2022 Harianto. Sumarman, I. Madiadipoera, T. Prevalensi dan Tingkat Gejala Rinitis Alergi Perenial Serta Sumber Alergen Mite Dalam Kamar Tidur Penderita Pada Penduduk Usia Diatas 10 tahun Didaerah Bandung Tahun 1998. Tesis. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Unpad. Bandung.2000. Bandung (2008): 5,8% prevalensi rinitis alergi pada anak usia 10 tahun
  • 4. K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT FK UI. 2007 Etiologi : Alergen 01 Serbuk sari 02 Bulu binatang 03 Debu 04 Spora jamur 05 Makanan
  • 5. Faktor Risiko K. J. LEE's Essential Otolaryngology 12th EdItion Sultész, M., Horváth, A., Molnár, D. et al. Prevalence of allergic rhinitis, related comorbidities and risk factors in schoolchildren. Allergy Asthma Clin Immunol 16, 98 (2020). https://doi.org/10.1186/s13223-020-00495-1 Baumann LM, Romero KM, Robinson CL, Hansel NN, Gilman RH, Hamilton RG, Lima JJ, Wise RA, Checkley W; PURA Study Investigators. Prevalence and risk factors for allergic rhinitis in two resource-limited settings in Peru with disparate degrees of urbanization. Clin Exp Allergy. 2015 Jan;45(1):192-9. doi: 10.1111/cea.12379. PMID: 25059756; PMCID: PMC5339878. ● Riwayat atopi ● Memiliki orang tua dengan rinitis alergi ● Sensitisasi alergi terhadap aeroallergen rumah tangga ● Total kadar serum IgE yang tinggi (di atas persentil ke-95) ● Tinggal di perkotaan ● Tinggal dekat pabrik ● Terpapar asap rokok ● Riwayat ISPA sering dan berulang
  • 9. Klasifikasi ARIA-WHO Allergic Rhinitis Guideline. 2019. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD [Editors]. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher, 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 10.
  • 11. ● Hampi 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. ● Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi) ● Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satusatunya gejala yang diutarakan oleh pasien. DIAGNOSIS - ANAMNESIS
  • 12. ● Gejala (Durasi sakit, derajat keparahan) ○ Rinore/keluar ingus yang encer dan banyak ○ Bersin-bersin berulang ○ Hidung tersumbat ○ Hidung gatal ○ Mata gatal, kadang disertai banyak air mata keluar (lakrimasi), bengkak, merah ○ Seasonal/musiman ● Keadaan lingkungan dan faktor pencetus ○ Serbuk bunga ○ Binatang peliharaan ○ Kelembapan dan jamur ○ Paparan rokok ○ Debu ● Riwayat atopi pada keluarga ● Kondisi atopi yang berhubungan (dermatitis atopik, asma, konjungtivitis) DIAGNOSIS - ANAMNESIS
  • 13. ● Pernapasan menggunakan mulut (mouth breathing) ● Allergic Shiner → bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. ● Allergic salute → Sering menggosok hidung. Jika lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease. ● Frequent sniffing & throat clearing. Pemeriksaan fisik
  • 14. ● Facies Adenoid → Mulut sering terbuka dengan lengkung langit langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi. ● Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. ● Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue). Pemeriksaan fisik
  • 15. Rinoskopi anterior ● Mukosa edema, berwarna pucat disertai dengan sekret yang banyak. ● Bisa terdapat polyps dan abnormalitas lainnya ● Bisa terdapat hipertrofi konka inferior ● Sekret encer yang banyak Pemeriksaan fisik
  • 16. Pemeriksaan Penunjang - Spesific allergen testing SKIN PRICK TEST ● Merupakan standar baku emas untuk pemeriksaan rhinitis alergi di klinik dan untuk skrining apabila menggunakan alergen dan alat yang terstandardisasi. ● Apabila menggunakan alergen yang tidak terstandardisasi dan hasilnya (-), dilanjutkan dengan intradermal. KONTRAINDIKASI ● Asma yang tidak terkontrol ● Penyakit jantung yang tidak stabil ● Penggunaan B-blocker ● Kehamilan
  • 17. INTRADERMAL SKIN TESTING ● Dapat mengetes sensitivitas terhadap anestesi lokal, neuromuscular blocking agent, antibiotik, dan kontras media. ● Tidak direkomendasikan untuk alergi makanan dan bahan kimia ● Dapat digunakan untuk mengonfirmasi skin prick test. ● Menggunakan short beveled needle 26 gauge, diinjeksikan antigen yang telah didilusikan 0,02 mL.
  • 18.
  • 19.
  • 20. WHO - ARIA 2008
  • 21. IMUNOTERAPI Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tujuan dari imunoterapi adalah pembentukkan IgG blocking antibody dan penurunan lgE. Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu ; intradermal dan sub-lingual.
  • 22. OPERASI Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferiorturbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
  • 23. KONSELING DAN EDUKASI 1. Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai 2. Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin 3. Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FPKP. 2017 KOMPLIKASI ● Polip hidung: alergi hidung sebagai salah satu faktor penyebab terbentuknya dan kekambuhan polip hidung ● Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak ● Sinusitis paranasal.

Editor's Notes

  1. AR is also frequently associated with asthma, which is found in 15% to 38% of patients with AR,4,5 and nasal symptoms are pre- sent in 6% to 85% patients with asthma.6-9 In addition, AR is a risk factor for asthma,4,9 and uncontrolled moderate-to-severe AR affects asthma control Allergic rhinitis impairs QOL, sleep, school and work.
  2. The initial response occurs within five to 15 minutes of exposure to an antigen, resulting in degranulation of host mast cells. This releases a variety of pre-formed and newly synthesized mediators, including histamine, which is one of the primary mediators of allergic rhinitis. Histamine induces sneezing via the trigeminal nerve and also plays a role in rhinorrhea by stimulating mucous glands. Other immune mediators such as leukotrienes and prostaglandins are also implicated as they act on blood vessels to cause nasal congestion. Four to six hours after the initial response, an influx of cytokines, such as interleukins (IL)-4 and IL-13 from mast cells occurs, signifying the development of the late phase response. These cytokines, in turn, facilitate the infiltration of eosinophils, T-lymphocytes, and basophils into the nasal mucosa and produce nasal edema with resultant congestion. A non-IgE mediated hyperresponsiveness can develop due to eosinophilic infiltration and nasal mucosal obliteration. The nasal mucosa now becomes hyperreactive to normal stimuli (such as tobacco smoke, cold air) and causes symptoms of sneezing, rhinorrhea, and nasal pruritis.
  3. Rhinorrhea : keluarnya cairan lendir hidung yang encer
  4. Klasifikasi menurut Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma (ARIA-WHO 2019, berdasarkan ARIA 2001) Berdasarkan frekuensi gejala → intermitten dan persisten Berdasarkan karakteristik gejala → ringan, sedang-berat
  5. Klasifikasi menurut Allergic Rhiinitis and Its Impact on Asthma (ARIA-WHO 2019, berdasarkan ARIA 2001) Berdasarkan frekuensi gejala → intermitten dan persisten Berdasarkan karakteristik gejala → ringan, sedang-berat Seasonal allergic rhinitis (SAR) develops only during specific periods of the year (corresponding to the pollination of wind-pollinated plants or mould sporulation). Perennial allergic rhinitis (PAR) occurs when the condition is triggered by allergens found in the patient’s environment at concentrations sufficient to induce symptoms of the disease all year round. The triggers include house dust mites, pet fur, cockroaches and mould in the Central Europe or wind-pollinated plant pollen in the tropical zone. Episodic allergic rhinitis (EAR) is caused by exposure to a specific airborne allergen on a sporadic and short-term basic Occupational: latex, asam anhidrat, wood dust, hard wood Food: gustatory (hot, spicy food) → mengandung capsaicin → menstimulasi serat saraf sensorik untuk mengeluarkan neuropeptida dan takinins.
  6. Allergic shiner : warna gelap di bawah mata. Disebabkan oleh penyumbatan vena di dalam alur infraorbital, terutama dari hidung.
  7. Allergic shiner : warna gelap di bawah mata. Disebabkan oleh penyumbatan vena di dalam alur infraorbital, terutama dari hidung.
  8. Mukosa pucat atau berwarna keabu-abuan (mukosa livid).
  9. Rinitis vasomotor Keadaan idiopatik, tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid), dan pajanan obat. Gejala dicetuskan oleh berbagai rangsangan non-spesifik (asap, bau menyengat, minuman beralkohol, makanan pedas, dll) Gejala dominan: hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri, rinore mukoid/serosa, jarang disertai gejala mata. Rinitis medikamentosa Akibat pemakaian vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan berlebihan Gejala: hidung tersumbat terus menerus dan berair
  10. Dipertimbangkan untuk pasien dengan gejala sedang/parah yang menetap yang: tidak merespon dengan terapi biasanya Tidak ingin menggunakan obat jangka lama Pasien dengan allergic asthma Memasukkan sedikit ekstrak alergen secara SC/sublingual SC: Setiap 3x/minggu untuk fase awal lalu setiap 2-4 minggu untuk fase maintenance SL: pemberian pertama di tempat praktik dokter, lalu selanjutnya dilakukan sendiri oleh pasien Durasi terbaik pengobatan: 3-5 tahun, efek pengobatan dapat bertahan selama 7-12 tahun SL lebih aman: rendah risiko anafilaksis, compliance lebih tinggi, dan kemungkinan pencegahan asma baru di pasien
  11. Radiofrequency ablation dari turbinat inferior memberikan penurunan resistensi hidung dan perbaikan kongesti bila dibandingkan dengan semprotan mometason intranasal (INCS) Metode lain : Turbinoplasty with microdebrider Partial inferior turbinoplasty.
  12. Hubungan obesitas dan RA → hormon leptin. ada hubungan peningkatan leptin dengan IL (patogenesis AR) hindari cuaca dingin/panas, why → lebih ke rhinitis vasomotor (masih diperdebatkan) Tanda khas pemeriksaan THT: hipertrofi inferior konka, mukosa pucat (mucosa livid) Pembedahan → di reduksi konka inferior pake kauter (gaboleh terlalu kecil nanti rinitis atrofi atau turbinasinya terganggu) sekitar 50% aja