Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal dan retensio plasenta. Persalinan normal terjadi dalam empat tahap dan melibatkan pembukaan serviks, pengeluaran bayi, pelepasan plasenta, dan observasi. Retensio plasenta terjadi jika plasenta tidak dilepaskan selama 30 menit setelah kelahiran bayi, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adhesi atau inkreta plasenta. Penanganannya mel
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
1. BAB II
TINJAUAN TEORI
6
A. Persalinan Normal
1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2009).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009).
2. Tahap persalinan:
a. Kala I (pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).
Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm.
2) Fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.
2. 7
b. Kala II (pengeluaran bayi)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
c. Kala III (pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses
retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda
sebagai berikut: uterus menjadi berbentuk bundar, uterus terdorong ke
atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV (observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling
sering terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati, 2012).
B. Retensio Plasenta
1. Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2009).
3. 8
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta dapat dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati,
plasenta inkarserata, polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu
diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti
forasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan inversio uteri (Manuaba, 2010).
2. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi
dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir
persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi,
melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang
berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum
uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak
uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika
jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar
memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh
darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium
yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh
darah dan retraksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
4. 9
perdarahan berhenti (/2012/05/retensio-plasenta-retensio.html diakses pada
tanggal 01-06-2014 pukul 08.06 WIB).
3. Jenis retensio plasenta
a) Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis. Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan ikat, sebagian atau
seluruhnya sehingga menyulitkan lepasnya plasenta saat terjadi
kontraksi dan retraksi otot uterus, biasanya jenis ini banyak terjadi pada
kasus retensio plasenta.
b) Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium. Hilangnya lapisan jaringan
ikat longgar sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya mencapai
lapisan desidua basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri
saat kontraksi atau retraksi otot uterus, dapat terjadi tidak diikuti
perdarahan karena sulitnya plasenta lepas. Plasenta manual sering tidak
lengkap sehingga perlu diikuti dengan kuretase.
c) Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miornetrium. Implantasi jonjot plasenta sampai
mencapai otot uterus sehingga, tidak mungkin lepas sendiri. Perlu
dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti
(kuretase tajam dan dalam, histeroktomi).
5. 10
d) Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sampai lapisan peritoneum
kavum abdominalis. Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan, plasenta
manual sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan dan sulit
dihentikan, atau perforasi. Tindakan definitif : hanya histeroktomi.
e) Plasenta Inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri
disebabkan oleh kontriksi ostium uteri. Plasenta telah lepas dari
implantasinya, tetapi tertahan oleh karena kontraksi sekmen bawah
rahim (http://www. scribd.com/doc/218378932/askep-retensio-plasenta
diakses pada tanggal 02-06-2014 pukul 12.29 WIB)
4. Anatomi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio
sentralis) (http://delvita-pratiwi.blogspot.com /2012/06/retensio-plasenta.
html diakses pada tanggal 27-06-2014 pukul 09.35 WIB).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16
minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila
diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari
bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil
dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis (http://delvita-
6. 11
pratiwi.blogspot.com /2012/06/retensio-plasenta.html diakses pada tanggal
27-06-2014 pukul 09.35 WIB).
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries
yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai
mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah
tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua (http://delvita-pratiwi. blogspot.
com /2012/06/retensio-plasenta.html diakses pada tanggal 27-06-2014
pukul 09.35 WIB).
Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin,
mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan
mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi
ke janin (http://delvita-pratiwi.blogspot.com /2012/06/retensio-plasenta
.html diakses pada tanggal 27-06-2014 pukul 09.35 WIB).
5. Terapi
Bila tidak terjadi perdarahan: perbaiki keadaan umum penderita bila
perlu misal: infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian
antipiretika. Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih.
Lanjutkan memeriksa apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara
Klein, Kustner atau Strassman (http://delvita-pratiwi.blogspot.com
7. 12
/2012/06/retensio-plasenta.html diakses pada tanggal 27-06-2014 pukul
09.35 WIB).
Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta
dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya
kuretase. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta
increta/percreta, lakukan hysterectomia (http://delvita-pratiwi.blogspot.com
/2012/06/retensio-plasenta.html diakses pada tanggal 27-06-2014 pukul
09.35 WIB).
6. Penanganan
a. Penanganan retensio plasenta dengan cara manual plasenta
1) Persiapan sebelum tindakan:
a) Pasien
(1) Infus cairan
(2) Oksitosin
(3) Verbal-anastesia atau analgesia per rektal
(4) Kateter nelatin steril dan penampung urine
(5) Klem penjepit atau kocher
(6) Kain alas bokong
(7) Tensimeter dan stetoskop
b) Penolong
(1) Sarung tangan panjang DTT (untuk tangan dalam)
(2) Sarung tangan DTT (untuk tangan luar)
8. 13
(3) Topi, masker, kacamata pelindung, celemek
2) Pencegahan infeksi sebelum tindakan:
a) Kenakan pelindung diri (barier protektif)
b) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
c) Keringkan tangan dan pakai sarung tangan DTT
d) Bersihkan vulva dan perineum dengan air DTT atau sabun
antiseptik
e) Pasang alas bokong yang bersih dan kering
3) Tindakan penetrasi ke kavum uteri:
a) Lakukan anastesia-verbal atau analgesia per rektal sehingga
perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit
b) Lakukan kateterisasi kandung kemih
(1) Pastikan kateter masuk dengan benar
(2) Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan
c) Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian tegangkan tali
pusat sejajar lantai
d) Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan
kebawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali
pusat
e) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten atau
keluarga untuk memegang kocher, kemudian tangan lain penolong
menahan fundus uteri
9. 14
f) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
g) Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke pangkal jari telunjuk)
4) Melepas plasenta dari dinding uterus:
a) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah
(1) Bila implantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada
sisi bawah tali pusat. Bila implantasi di korpus depan,
pindahkan tangan dalm ke sisi atas tali pusat dengan punggung
tangan menghadap keatas.
(2) Implantasi di korpus belakang kemudian lepaskan plasenta
dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung
jari diantara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung
tangan pada dinding uterus bagian belakang (menghadapi sisi
atas tali pusat)
(3) Implantasi di korpus depan kemudian lakukan peyisipan ujung
jari di antara plasenta dan dinding uterus dengan punggung
tangan pada dinding dalam uterus bagian depan (menghadap
sisi atas tali pusat)
10. 15
(4) Kemudian gerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan
Catatan: sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan
ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi
penyulit
5) Mengeluarkan plasenta:
a) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus
b) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus
pada saat plasenta dikeluarkan
c) Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar
(hindari percikan darah)
d) Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
e) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir
(1) Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang
keluar
11. 16
(2) Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan
semua barang, bahan atau instrumen bekas pakai dan
bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan
(3) Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan
yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya
(4) Lepaskan sarung tangan dan segera cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan handuk
pribadi yng bersih dan kering
6) Perawatan pasca tindakan:
a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
instruksi apabila masih diperlukan
b) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia
c) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau
d) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan
e) Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan tanda-tanda
bahaya yang mungkin terjadi. Minta keluarga segera melapor pada
penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu atau timbul tanda-tanda
bahaya tersebut (Wiknjosastro, 2008).
12. 17
Bagan 2.1
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
RETENSIO PLASENTA
Belum lahir setelah 30 menit bayi lahir
Sikap Bidan
a. Evaluasi
b. Knsultasi dengan puskesmas
atau dokter keluarga
c. Merujuk ke puskesmas atau
rumah sakit
d. Plasenta manual
Indikasi Plasenta Manual
a. Perdarahan 400 cc
b. Riwayat retensio plasenta
berulang
c. Sejarah habitual HPP (berulang)
Retensio Plasenta Tanpa Perdarahan
a. Perdarahan terlalu banyak
b. Keseimbangan bekuan darah ditempat
plasenta lepas, perlekatan erat
Persiapan merujuk pasien
a. Infus cairan pengganti
b. Petugas untuk pertolongan darurat
c. Keluarga untuk donor darah
Komplikasi: atonia uteri, perforasi,
perdarahan berlanjut, tamponade
gagal, segera rujuk penderita ke
rumah sakit
Tindakan dirumah sakit
a. Perbaiki keadaan umum (infus,
transfusi, antibiotika)
b. Tindakan plasenta manual atau
histerektomi
13. 18
Sumber : http://ilubimhthamrin.com/2011/06/perdarahan-postpartum.html
diakses pada tanggal 11.06.2014 pukul 22.00 WIB.
7. Komplikasi
Komplikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan,
multi organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta
akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki
miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara
plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah
untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus (retensio.
plasenta.blogspot.com/2013/11/komplikasi.html).
C. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta pada ibu
bersalin adalah:
1. Umur
Umur/usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
status kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur yang
relatif muda atau sebaliknya terlalu tua cenderung lebih mudah untuk
mengalami komplikasi kesehatan dibandingkan dengan ibu dengan kurun
14. 19
waktu reproduksi sehat yakni 20-35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan
kematangan sel-sel reproduksi, tingkat kerja organ reproduksi serta tingkat
pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pemenuhan gizi pada masa
kehamilan. Hubungannya dengan retensio plasenta, dikatakan bahwa angka
kejadian retensio plasenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda
atau ibu hamil primigravida usia di atas 35 tahun.
Ini dikarenakan banyak wanita yang menikah di usia muda sedangkan
endometrium belum matang sehingga pada masa pertumbuhannya plasenta
akan mengalami hipertropi (perluasan) dan dapat menutupi sebagian
keseluruhan jalan lahir. Makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran
yang progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas
(http://referensikesehata.Blog spot.com/2013/06/.html diakses pada tanggal
27-04-2014 pukul 09.01 wib).
2. Paritas/Graviditas
Paritas ibu pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi
menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta
akan mengadakan perluasan implantasi dan vili khorialis akan menembus
dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva
sampai perkreta. Ashar Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi
15. 20
retensio plasenta pada multipara, sedangkan didapatkan kejadian retensio
plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (http:// referensikesehata. blogspot.
com/2013/06/.html diakses pada tanggal 27-04-2014 pukul 09.01 wib).
Pada multipara, keadaan endometrium pada daerah korpus uteri telah
mengalami degenerasi dan nekrosis, menurunnya kemampuan dan fungsi
tubuh disebabkan kematian sejumlah besar sel pada jaringan endometrium
sebagai tempat implantasi plasenta endometrium korpus uteri pada
multipara menyebabkan daerah endometrium menjadi tidak subur lagi
sehingga pemberian oksigenisasi ke hasil konsepsi akan terganggu dan
memungkinkan plasenta untuk menanamkan diri lebih dalam untuk
memenuhi kebutuhan janin yang dilahirkan mengakibatkan tertahannya
jonjot korion plasenta di miometrium atau disebut juga retensio plasenta.
Korpus uteri merupakan bagian atas rahim yang mempunyai otot paling
tebal, sehingga dalam keadaan normal, plasenta berimplantasi pada daerah
korpus uteri. Pada multipara, keadaan endometrium didaerah korpus uteri
sudah mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi, hal
ini terjadi karena degenerasi di dinding endometrium (http://www.
scribd.com/doc/84301575/Paritas-Dan-Retensio-Plasenta diakses pada
tanggal 01-06-2014 pukul 08.27).
16. 21
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami
oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Graviditas I dan
graviditas lebih dari IV mempunyai angka kematian maternal yang lebih
tinggi. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan suatu hal yang baru
dalam hidupnya sehingga secara psiklogis mentalnya belum siap dan ini
akan memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu juga retensio plasenta
sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini disebabkan karena fungsi alat-alat
vital dan organ reproduksi mulai mengalami kemunduran yang
diakibatkan semakin rendahnya hormon-hormon yang berfungsi dalam
proses kematangan reproduksi. Kehamilan lebih dari tiga kali atau lebih
dari empat, menyebabkan rahim ibu teregang dan semakin lemah sehingga
rentan untuk terjadinya komplikasi dalam persalinan yang salah satunya
adalah kejadian retensio plasenta (http:// campusline21. blogspot. Com
/2012/04/.html diakses pada tanggal 27-04-2014 pukul 08.15 wib).
3. Fungsional
Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus (referensikesehata.blogspot.com/2013/ 06/html
diakses pada tanggal 02-06-2014 pukul 12.47 wib).
17. 22
Contoh:
a. His kurang kuat
b. Plasenta sukar terlepas
1) Karena mempunyai insersi di sudut tuba, berbentuk plasenta
membranasea atau plasenta anularis, berukuran sangat kecil,
plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut diatas
disebut plasenta adesiva (http://referensikesehata.blogspot.com/
2013/06/.html).
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai di bawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
3) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta) (http://midwif3. wordpress.com
/2013/ 03/01/retensio-plasenta-2/ diakses pada tanggal 27-04-2014
pukul 09.01)
4. Patologi anatomis
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Penyebab
retensio plasenta secara anatomi, dapat dibagi menjadi 3, yaitu plasenta
18. 23
akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta (http:// www.scribd.
com/doc/220728083/Retensi-Plasenta diakses pada tanggal 02-06-2014
pukul 14.48 wib).
5. Faktor uterus
Hal ini dapat menyebabkan retensio plasenta karena kelainan bentuk
uterus, sehingga menyebabkan plasenta sukar terlepas, tetapi biasanya hal
ini tidak banyak terjadi oleh ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta
contoh:
a. Kelainan bentuk uterus (bicornus, berseptum)
b. Riwayat tindakan pada uterus yaitu tindakan bedah sesar, operasi uterus
yang mencapai kavum uteri, abortus dan dilakukan kuretase yang bisa
menyebabkan implantasi plasenta abnormal (campusline 21.blogspot.
com /2012/04/.html diakses pada tanggal 27-06-2014 pukul 09.35 wib).
19. 24
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu
Bersalin
Sumber:
1. Saifuddin, Abdul Bari, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Prawirohardjo, S, 2010, Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat, Jakarta: P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. http://referensikesehata. blogspot. com/2013/06/ .html di akses pada tanggal 6
maret 2014 pukul 3.57 WIB
4. http://genaalvionita.wordpress.com/2013/08/02/69/ di akses pada tanggal 6 maret
2014 pukul 4.00 WIB
5. http://retensio-plasenta. blogspot.com /2013/01/ retensio- plasenta. html di akses
pada tanggal 6 maret 2014 pukul 3.57 WIB
6. htp:// anotebookmidwifemcb. wordpress. Com /retensio- plasenta/ di akses pada
tanggal 6 maret 2014 pukul 3.57 WIB
1. Umur
2. Paritas
3. Graviditas
4. Fungsional
a. His kurang
b. Plasenta sukar terlepas
5. Patologi Anatomi
a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta
6. Faktor Uterus
Retensio plasenta pada ibu
bersalin