SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, 
bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam 
masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan 
kurang baiknya manajemen tahap kedua dan ketiga proses kelahiran dan pelayanan 
emergensi obstetrik. 
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah 
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus 
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. 
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya 
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar 
kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan kebanyakan terjadi 
pada wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun serta wanita 
dengan jarak persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun. 
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga 
sering pasien yang bersalin di luar kemudian mengalami perdarahan postpartum dan 
terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah 
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. (Yayan Akhyar) 
B. TUJUAN 
1. Tujuan Umum 
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu 
mengetahui serta memahami tentang perdarahan postpartum. 
2. Tujuan Khusus 
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi perdarahan post partum 
b. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi perdarahan post partum 
c. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi perdarahan post partum 
d. Untuk mengetahui dan memahami etiologi perdarahan post partum
e. Untuk mengetahui dan memahami faktor risiko perdarahan post partum 
f. Untuk mengetahui dan memahami insidensi perdarahan post partum 
g. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dan pathway perdarahan post 
2 
partum 
h. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis perdarahan post partum 
i. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik baik secara umum dan 
khusus pada perdarahan post partum 
j. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dan penilaian klinik 
pada perdarahan post partum 
k. Untuk mengetahui dan memahami cara penatalaksanaan perdarahan post partum 
l. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi perdarahan post partum 
m. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan perdarahan post partum 
n. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan perdarahan post partum 
C. PEMBATASAN MASALAH 
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis 
hanya membicarakan tentang “Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum”. 
D. RUMUSAN MASALAH 
1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum ? 
2. Bagaimana epidemiologi perdarahan post partum ? 
3. Apa saja klasifikasi perdarahan post partum ? 
4. Apa saja etiologi perdarahan post partum ? 
5. Sebutkan faktor risiko pada perdarahan post partum ? 
6. Apa insidensi dari perdarahan post partum ? 
7. Bagaimana patofisiologi dan pathway perdarahan post partum ? 
8. Apa manifestasi klinis perdarahan post partum ? 
9. Bagaimanai pemeriksaan fisik baik secara umum dan khusus pada perdarahan post 
partum ? 
10. Apa pemeriksaan penunjang dan penilaian klinik pada perdarahan post partum / 
11. Bagaimana cara penatalaksanaan perdarahan post partum ?
3 
12. Apa komplikasi perdarahan post partum ? 
13. Bagaimana cara pencegahan perdarahan post partum ? 
14. Bagaimana asuhan keperawatan perdarahan post partum ? 
E. METODE PENULISAN 
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber 
pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku 
cetak yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam 
pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat. 
F. SISTEMATIKA PENULISAN 
Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari empat bagian. 
Bab I Pendahuluan. 
Bab II Pembahasan. 
Bab III Penutup.
4 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. DEFINISI 
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam 
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum 
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan 
plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). 
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 
24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) 
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran 
(Marylin E Dongoes, 2001). 
POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan 
yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti 
klien mengeluh lemah, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 
90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %. 
Jadi, post partum/puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik 
maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai 
tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 
minggu). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : 
1. Immediate post partum dalam 24 jam pertama, 
2. Early post partum period (minggu pertama) dan 
3. Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam). 
B. EPIDEMIOLOGI 
Perdarahan karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir meningkat 
insidennya pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada 
kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu besar ataupun pada rahim yang melemah daya 
kontraksinya seperti pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada 
kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga 
anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya.
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta 
yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa 
nifas. Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas 
durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta 
shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs 
dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi 
kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan 
untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga 
yang mendekati 30 menit atau lebih. (yayanakhyar.com, 2008) 
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan 
derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat 
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai 
terjadi kehilangan darah yang sangat banyak. 
5 
C. KLASIFIKASI 
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian : 
1. Perdarahan postpartum primer ( early postpartum hemorrhage ) 
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. 
Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, sisa plasenta, 
retensio plasenta, dan laserasi jalan lahir. 
2. Perdarahan postpartum sekunder ( late postpartum hemorrhage ) 
Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir. 
Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah sisa plasenta dan laserasi 
jalan lahir. 
D. ETIOLOGI 
Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain : 
1. Antonia uteri. 
Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah: 
a. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus). 
b. Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala
persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan 
kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir. 
c. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun) 
d. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara. 
e. Partus lama Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada 
6 
otot-otot uterus(Dep Kes RI,1999). 
f. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin 
besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya 
setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000) 
g. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. 
pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang 
sekarang. 
h. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya 
inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot uterus (Cunningham,2000). 
i. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan 
mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999). 
j. Anemia. 
k. Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 
10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah 
meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat 
dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan 
penyebab anemia dalam kehamilan adalah: 
a) Kurang gizi(malnutrisi). 
b) Kurang zat besi. 
c) Malabsorbsi. 
d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid. 
l. Sisa ketuban dan selaput ketuban 
m. Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, 
forniks dan rahim 
n. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering 
dijumpai pada : 
a) Sclusio plasenta 
b) Kematian janin yang lama dalam kandungan 
c) Pre eklamasi dan eklamasi
7 
d) Infeksi, hepatitis, dan septik syok. 
2. Retensi Plasenta 
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir 
disbut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan 
aktif Kala III bis disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut 
sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan Nitabuch 
Layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium 
dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetirum. 
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas 
secsio sesarea, pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian dari plasenta 
masih tertinggal dalam uterus disebut rest-plasenta dan dapat menimbulkan PPP 
primer atau lebih sering) sekunder. Proses Kala III didahului dengan ahap 
pelepasan/separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara 
pelepasan Duncan) atau plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar 
pervaginam(cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir. 
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan 
menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan 
perdarahan yang cukup banyak (perdarahan Kala III) dan harus diantisipasi dengan 
segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam. 
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban 
a. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) 
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) 
Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah 
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap 
pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium 
uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah 
terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara 
manual/digital atau kuret dan pemberia uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah 
perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya. 
4. Trauma jalan lahir 
a. Episiotomi yang lebar 
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
8 
c. Rupture uteri 
5. Penyakit darah 
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. 
Tanda yang sering dijumpai : 
a. Perdarahan yang banyak. 
b. Solusio plasenta. 
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan. 
d. Pre eklampsia dan eklampsia. 
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik. 
6. Hematoma 
Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab 
yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang 
sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap 
dilakukan penjahitan dan perdarahan akan erembes atau timbul hematoma pada bekas 
jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain. 
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis 
yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, 
trombositopenia, terjadi hipofibrinogemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin 
degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial tromboplastin 
time). 
Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin 
dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang 
dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, 
trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproic 
acid). 
7. Inversi Uterus 
Kegawat daruratan kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah 
terjadinya inverse uterus. Inverse uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus 
(endometrium) turun dan keluar ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit 
sampai komplit.
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, 
serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke 
bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya 
ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver 
crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras 
atau bersin). 
Inversio uteri ditandai dengan tanda-tanda: 
a. Syok karena kesakitan 
b. Perdarahan banyak bergumpal 
c. Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih 
9 
melekat 
d. Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup 
lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami 
iskemia, nekrosis, dan infeksi. 
8. Subinvolusi Uterus 
Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan, yaitu : 
a. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya: 
a) Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu. 
b) Grande multipara (lebih dari empat anak). 
c) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). 
d) Bekas operasi Caesar. 
e) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. 
b. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya: 
a) Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, 
forsep. 
b) Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak 
besar. 
c) Uterus yang kelelahan, persalinan lama. 
d) Uterus yang lembek akibat narkosa. 
e) Inversi uteri primer dan sekunder.
10 
E. FAKTOR RESIKO 
1. Penggunaan obat-obatan (anestesi umum, magnesium sulfat 
2. Partus presipitatus 
3. Solutio plasenta 
4. Persalinan traumatis 
5. Uterus yang terlalu teregang (gemelli, hidramnion) 
6. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus 
7. Partus lama 
8. Grandemultipara 
9. Plasenta previa 
10. Persalinan dengan pacuan 
11. Riwayat perdarahan pasca persalinan 
F. INSIDENSI 
Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 
5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di 
negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%5. 
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut5: 
1. Atonia uteri 50 – 60 % 
2. Sisa plasenta 23 – 24 % 
3. Retensio plasenta 16 – 17 % 
4. Laserasi jalan lahir 4 – 5 % 
5. Kelainan darah 0,5 – 0,8 % 
G. PATOFISIOLOGI 
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk 
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan 
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi 
tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir 
seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan 
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya 
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan 
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock 
hemoragik. 
11 
Pathway 
Atoni uterus Laserasi jalan lahir 
Uterus tdk 
berkontraksi & lembek 
- 
500-600 cc/24 jam 
MK : Gg. 
Perfusi 
jaringan 
Histerektomi 
Luka insisi 
HB & Fe2+ 
Anemia 
Perdarahan 
DIC/gg.koagulasi 
Suply darah 
MK : 
Defisit 
Vol 
cairan 
- TD 
- HR 
Robekan dinding 
vagina 
Robekan 
jalan lahir 
- Ekstrimitas 
dingin 
- Mual, 
muntah 
Mk : Gg. 
Nutisi < Keb. 
Tubuh 
MK : Resti 
Infeksi 
Nyeri 
MK : Gg. Rasa 
Nyaman ; 
Nyeri 
Psikologis 
Trauma 
Takut 
Mk : Ansietas 
Plasma beku 
Trombositopenia 
Transfuse 
trombosit 
Syok 
hipovolemia 
Kelemahan 
MK : 
Intoleransi 
aktivitas
12 
H. MANIFESTASI KLINIS 
Suhu meningkat lebih dari 380 C, air ketuban keruh kecoklatan dan berbau, 
leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari 20.000/mm3 dari 
persalinan. (arief mansur, 1999). 
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang 
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, 
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. 
Gejala Klinis berdasarkan penyebab: 
1. Atonia Uteri 
- Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan 
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). 
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi 
cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain) 
2. Robekan jalan lahir 
- Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah 
bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. 
- Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil. 
3. Retensio plasenta 
- Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, 
kontraksi uterus baik 
- Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, 
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan 
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) 
- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh 
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera 
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus 
tidak berkurang. 
5. Inversio uterus 
- Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali 
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. 
- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah: 
1. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir). 
- Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi. 
- Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir. 
- Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang 
13 
lemah tersebut menjadi kuat. 
2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak). 
- Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil. 
- Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. 
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan. 
- Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras 
tapi perdarahan tidak berkurang. 
I. PEMERIKSAAN FISIK 
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital: 
a. Suhu badan. Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah 
satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat 
hipovolemia. 
b. Denyut nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi 
hipovolemia yang semakin berat. 
c. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia. 
d. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak 
normal. 
2. Pemeriksaan Khusus: 
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan 
mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi: 
a. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan), 
ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma). 
b. Sistem vaskuler: 
- Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam 
berikutnya.
- Tensi diawasi tiap 8 jam. 
- Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah. 
- Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan. 
- Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi 
14 
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. 
c. Sistem Reproduksi 
- Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian 
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta 
konsistensinya. 
- Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan 
bau. 
- Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka 
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas. 
- Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak. 
- Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum. 
- Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum 
kehamilan (sub involusi). 
d. Traktus urinarius. Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi 
lancar atau tidak, spontan dan lain-lain. 
e. Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi. 
f. Integritas Ego: mungkin cemas, ketakutan dan khawatir. 
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG 
1. Tes koagulasi (hitung trombosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, 
fibrinogen dan produk pecahan fibrin ) dapat mengidentifikasi koagulopati. 
2. Ultrasonografi : dapat mengungkapkan jaringan plasenta yang tertahan. 
3. Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang. 
4. Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel 
darah putih (SDP). (Hb saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat 
tidak hamil: 37%-47%, saat hamil: 32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500- 
10.000/mm3,saat hamil 5.000-15.000). 
5. Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
6. Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih. 
7. Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin 
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa 
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi: 
menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. 
15 
Penilaian Klinik 
Tabel 1. Penilaian Klinik Untuk Menentukan Derajak Syok 
Volume 
Kehilangan 
Darah 
Tekanan Darah 
(sistolik) 
Gejala dan 
Tanda 
Derajat Syok 
500-1.000 mL 
(10-15%) 
Normal 
Palpitasi, 
takikardia, 
pusing 
Terkompensasi 
1000-1500 mL 
(15-25%) 
Penurunan ringan 
(80-100 mm Hg) 
Lemah, 
takikardia, 
berkeringat 
Ringan 
1500-2000 mL 
(25-35%) 
Penurunan sedang 
(70-80 mm Hg) 
Gelisah, pucat, 
oliguria 
Sedang 
2000-3000 mL 
(35-50%) 
Penurunan tajam 
(50-70 mm Hg) 
Pingsan, 
hipoksia, anuria 
Berat 
Tabel 2. Penilaian Klinik Untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum 
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja 
Uterus tidak berkontraksi dan 
lembek. 
Perdarahan segera setelah anak 
lahir 
Syok 
Bekuan darah pada 
serviks atau posisi 
telentang akan 
menghambat aliran 
darah keluar 
Atonia uteri 
Darah segar mengalir segera 
setelah bayi lahir 
Uterus berkontraksi dan keras 
Plasenta lengkap 
Pucat 
Lemah 
Menggigil 
Robekan jalan lahir 
Plasenta belum lahir setelah 30 
menit 
Perdarahan segera 
Uterus berkontraksi dan keras 
Tali pusat putus akibat 
traksi berlebihan 
Inversio uteri akibat 
tarikan 
Perdarahan lanjutan 
Retensio plasenta 
Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi Retensi sisa plasenta
16 
tidak lengkap 
Perdarahan segera 
tetapi tinggi fundus 
tidak berkurang 
Uterus tidak teraba 
Lumen vagina terisi massa 
Tampak tali pusat (bila 
plasenta belum lahir) 
Neurogenik syok 
Pucat dan limbung 
Inversio uteri 
Sub-involusi uterus 
Nyeri tekan perut bawah dan 
pada uterus 
Perdarahan sekunder 
Anemia 
Demam 
Endometritis atau sisa 
fragmen plasenta 
(terinfeksi atau tidak) 
K. PENATALAKSANAAN 
1. Terapi 
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan 
kuat, uterus harus diurut : 
a. Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian 
bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada 
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, 
mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan 
lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni 
uteri. 
b. Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. 
Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan. 
c. Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama 
berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan 
uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang 
tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, 
mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi. 
d. Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko 
mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk 
setelah 12 jam 
e. Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 
18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk 
penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum 
dilakukan diruang persalinan.
f. Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, 
terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan 
mengurut uterus secara efektif 
g. Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat 
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk 
mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta. 
h. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter 
17 
foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran. 
i. Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila 
terdapat tanda kegawatan pernafasan. 
2. Penatalaksanaan Umum 
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal 
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman 
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat 
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan 
dengan masalah dan komplikasi 
e. Atasi syok jika terjadi syok 
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan 
uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL 
dengan tetesan 40 tetes/menit ). 
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan 
lahir. 
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah. 
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk 
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan 
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya. 
3. Penatalaksanaan khusus 
a. Atonia Uteri 
Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu 
harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah 
terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan 
urutan sebagai berikut:
a) Pasang infus. 
b) Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau 
18 
ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc. 
c) Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus. 
d) Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan; 
e) Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit). 
f) Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah; 
g) Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau 
kompresi aorta. 
Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan: 
a) Pemberian uterotonika intravena. 
b) Kosongkan kandung kemih. 
c) Menekan uterus-perasat Crede. 
d) Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta. 
Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan 
penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu 
melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika 
intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama. Perdarahan postpartum 
akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir 
Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, 
keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan 
lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari 
perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan 
jarum bulat. 
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon 
pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang 
infus dan pemberian uterotonika intravena. 
Kompresi Bimanual Internal 
Kenali dan tegakan kerja atonia uteri. Sambil melakukan pemasangan 
infus dan pemberian uterotonika,lakukan pengurutan uterus Pastikan plasenta 
lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir. Lakukan tindakan spesifik yang
diperlukan. Kompresi bimanual eksternal 
yaitu menekan uterus melalui dinding 
abdomen dengan jalan saling mendekatkan 
kedua belah telapak tangan yang 
melingkupi uteus. Bila perdarahan 
berkurang kompresi diteruskan, 
pertahankan hingga uterus dapat kembali 
berkontraksi atau dibawa ke fasilitas 
kesehata rujukan. Kompresi bimanual 
internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan 
tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium. 
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari 
tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian 
tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga 
mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau 
mengurangi, denyut arteri femoralis. 
Letakan satu tangan anda pada dinding perut, dan usahakan untuk 
menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin. Letakkan tangan yang lain pada 
korpus depan dari dalam vagina, kemudian tekan kedua tangan untuk 
mengkompresi pembuluh darah di dinding uterus. Amati jumlah darah yang 
keluar yang ditampung dalam pan. Jika perdarahan berkurang, teruskan kompresi, 
pertahankan hingga uterus dapat berkontraksi atau hingga pasien sampai di tempat 
rujukan. Jika tidak berhasil, cobalah mengajarkan pada keluarga untuk melakukan 
kompresi bimanual eksternal sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya 
untuk penatalaksaan atonia uteri 
19 
b. Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial 
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan 
yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila 
ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat. Pasang infus oksitosin 
20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan 
dengan misoprostol 400mg per rektal. Bila traksi terkontrol gagal melahirkan 
plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus. Restorasi cairan
untuk mengatasi hipovolemia. Lakukan transfusi darah bila diperlukan. Berikan 
antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral). 
20 
c. Plasenta Inkaserata 
Tentukan diagnosis kerja Siapkan peralatan dan bahan untuk 
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau 
eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus 
oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi 
uterus yang mungkin timbul. Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver 
sekrup untuk melahirkan plasenta.Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan 
sebagian plasenta tampak jelas. Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 
dan 8 dan lepaskan spekulum. Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan 
plasenta tampak jelas. Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta 
disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk 
memegang klem tersebut. Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral. 
Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik 
plasenta keluar perlahan-lahan. 
d. Ruptur Uteri 
Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan 
siapkan laparatomi. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, 
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan 
Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, 
lakukan operasi uterus. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi 
pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi. Lakukan bilasan peritonial dan 
pasang drain dari cavum abdomen. Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada 
tanda-tanda infeksi. 
e. Sisa Plasenta 
Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah 
dilahirkan Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis Lakukan 
eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau 
jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret. Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat 
ferosus 600mg/hari selama 10 hari. 
21 
f. Ruptur Peritonium Dan Robekan Dinding Vagina 
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber 
perdarahan Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik. Jepit 
dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat 
diserap. Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal. Khusus pada 
ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan 
busi pada rektum, sebagai berikut . Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang 
busi rektum hingga ujung robekan. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan 
jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( 
deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit 
dengan benang no 2/0.Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub 
mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.Mukosa 
vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa d an sub kutikuler. Berikan 
antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi. 
g. Robekan Serviks 
Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan 
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi. Bila 
kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak 
maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio. Jepitan klem ovum 
pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, 
jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, 
jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua 
robekan dapat dijahit Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi 
fundus uteri dan perdarahan paska tindakan. Berikan antibiotika profilaksis, 
kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi. Bila terjadi defisit cairan lakukan 
restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.
22 
L. KOMPLIKASI 
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan : 
1. Syok Hemoragie 
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran 
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah 
ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak 
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis 
tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah 
di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan. 
2. Anemia 
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan 
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut 
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga 
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi. 
3. Sindrom Sheehan 
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. 
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis 
kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin. 
M. PENCEGAHAN 
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan 
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat 
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang 
sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua 
kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah 
perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai 
berikut: 
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keaadaan umum dan mengantisipasi 
setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan 
pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multipritas, anak besar, hamil kembar, dan 
23 
lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan 
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama 
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan 
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan 
menghindari persalinan duku 
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan 
rujukan sebagaimana mestinya 
Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan: 
1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin 
karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia 
uteri. 
2. Pemberian Misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi lahir.
24 
BAB III 
ASUHAN KEPERAWATAN 
Kasus Minggu ke 2. A 
Ny. Lane usia 38 tahun, P4A0, anak hidup 3, melahirkan pervaginam. Saat ini dalam kala IV. 
Setelah plasenta lahir Ners Ayla memonitor jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 
cc. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. Pasien 
tidak ada riwayat penyakit jantung, kanker, hipertensi, kelainan darah dan penyakit penyerta 
lainnya. Ners Ayla melakukan perawatan yang intensif pada immediate post partum; uterus 
membesar, kontraksi uterus jelek (dalam 12 jam tidak ada mules), konsistensi rahim lembek 
saat di palpasi, posisi uterus obliq kiri. Pasien sudah mencoba menyusui bayinya, namun 
tidak berhasil karena keadaan pasien yang lemas dan agak pusing. Tekanan darah 90/60 
mmHg, nadi 86x/mnt. Saat diukur tinggi fundus uteri didapatkan 3 jari di atas umbilicus. 
Setelah ners Ayla mengobservasi plasenta didapatkan cotyledon lengkap dan tidak ada 
kelainan. Saat di cek keadaan jalan lahir tidak ditemukan laserasi jalan lahir. Setelah 
pengkajian riwayat penanganan kala uri ternyata sempat dilakukan manipulasi uterus secara 
berlebihan, memijit uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta. 
Selain itu bayi yang dilahirkan beratnya 3950 gram. Ners Ayla melakukan tindakan 
penatalaksanaan darurat perdarahan dengan memberikan cairan dan transfuse sembari 
memantau produksi urine, saat ini produksi urine >30 cc/jam. 
A. DATA FOKUS 
Data Subjektif Data Objektif 
1. jumlah perdarahannya, ternyata 
berjumlah 700 cc. 
2. Darah keluar sekonyong-konyong 
setelah plasenta lahir berwarna merah 
menyala. 
3. membesar, kontraksi uterus jelek (dalam
25 
12 jam tidak ada mules) 
4. konsistensi rahim lembek saat di palpasi, 
posisi uterus obliq kiri. 
5. keadaan pasien yang lemas dan agak 
pusing. 
6. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 
86x/mnt. 
7. Saat diukur tinggi fundus uteri 
didapatkan 3 jari di atas umbilicus. 
8. mengobservasi plasenta didapatkan 
cotyledon lengkap dan tidak ada 
kelainan. 
bayi yang dilahirkan beratnya 3950 gram. 
Data Tambahan 
Data Subjektif Data Objektif 
Klien mengeluh bingung, Klien tampak bingung 
B. ANALISA DATA 
Data Masalah Etiologi 
1. DS : - 
DO: 
a. jumlah perdarahannya, ternyata 
berjumlah 700 cc. 
b. Darah keluar sekonyong-konyong 
setelah plasenta lahir berwarna merah 
menyala. 
c. keadaan pasien yang lemas dan agak 
pusing. 
d. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 
86x/mnt. 
Kekurangan volume 
cairan 
Perdarahan 
pervagina.
26 
2. DS : - 
DO : 
a. jumlah perdarahannya, ternyata 
berjumlah 700 cc. 
b. Darah keluar sekonyong-konyong 
setelah plasenta lahir berwarna merah 
menyala. 
c. membesar, kontraksi uterus jelek 
(dalam 12 jam tidak ada mules) 
d. konsistensi rahim lembek saat di 
palpasi, posisi uterus obliq kiri. 
e. keadaan pasien yang lemas dan agak 
pusing. 
f. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 
86x/mnt. 
g. Saat diukur tinggi fundus uteri 
didapatkan 3 jari di atas umbilicus. 
h. mengobservasi plasenta didapatkan 
cotyledon lengkap dan tidak ada 
kelainan. 
Resiko shock 
hipovolemik 
Perdarahan yang 
terus menerus. 
3. DS : - 
DO : 
a. jumlah perdarahannya, ternyata 
berjumlah 700 cc. 
b. Darah keluar sekonyong-konyong 
setelah plasenta lahir berwarna merah 
menyala. 
c. membesar, kontraksi uterus jelek 
(dalam 12 jam tidak ada mules) 
d. konsistensi rahim lembek saat di 
palpasi, posisi uterus obliq kiri. 
e. keadaan pasien yang lemas dan agak 
Resiko terjadinya 
anemia 
Efek dari perdarahan.
27 
pusing. 
f. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 
86x/mnt. 
g. Saat diukur tinggi fundus uteri 
didapatkan 3 jari di atas umbilicus. 
h. mengobservasi plasenta didapatkan 
cotyledon lengkap dan tidak ada 
kelainan. 
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan) yang 
berlebihan 
2. Risiko terjadinya shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan 
3. Resiko terjadinya anemia berhubungan dengan efek dari perdarahan. 
D. INTERVENSI 
No. Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan dan 
Kriteria Hasil 
Intervensi Rasional 
1. Kekurangan 
volume cairan 
berhubungan 
dengan 
hilangnya 
cairan 
(perdarahan) 
yang 
berlebihan 
Setelah dilakukan 
tindakan 
keperawatan 2x24 
jam diharapkan 
menunjukkan 
perbaikan 
keseimbangan 
cairan dengan 
kriteria hasil : 
1. Tanda-tanda 
vital stabil 
Mandiri : 
1. Evaluasi, laporkan, dan 
catat jumlah serta 
jumlah kehilangan 
darah, lakukan 
perhitungan pembalut 
1. Perkiraan 
kehilangan darah 
membantu 
membedakan 
diagnosa, setiap 
gram peningkatan 
berat pembalut 
sama dengan 
kehilangan kira-kira 
1 ml darah
28 
2. Pengisian 
kapiler cepat 
3. Berat jenis 
urin adekuat 
secara 
individual 
2. Lakukan tirah baring. 
Instuksikan klien untuk 
menghindari Valsalva 
manover dan koitus 
3. Posisikan klien dengan 
tepat, telentang dengan 
panggul ditinggikan atau 
posisi semi–fowler. 
Hindari posisi 
trendelenburg 
4. Catat tanda – tanda vital, 
pengisian kapiler pada 
dasar kuku, warna 
membrane mukosa/ kulit 
dan suhu. 
2. Perdarahan dapat 
berhenti dengan 
reduksi aktivitas. 
Peningkatan 
tekanan abdomen 
atau orgasme (yang 
meningkatkan 
aktivitas uterus) 
dapat meransang 
perdarahan 
3. Menjamin 
keadekuatan darah 
yang tersedia untuk 
otak; peninggian 
panggul 
menghindari 
kompresi vena 
kava. Posisi semi-fowler 
memungkinkan 
janin bertindak 
sebagai tanpon 
4. Membantu 
menentukan 
beratnya 
kehilangan darah, 
meskipun sianosis 
dan perubahan 
pada tekanan 
darah, nadi adalah
29 
5. Hindari pemeriksaan 
rectal atau vagina 
Kolaborasi : 
1. Berikan larutan 
intravena, ekspander 
plasma, darah lengkap, 
atau sel-sel kemasan, 
sesuai indikasi 
2. Siapkan untuk kelahiran 
sesaria 
tanda-tanda lanjut 
dari kehilangan 
sirkulasi atau 
terjadinya syok 
5. Dapat 
meningkatkan 
hemoragi, 
khususnya bila 
plasenta previa 
marginal atau total 
terjadi 
1. Meningkatkan 
volume darah 
sirkulasi dan 
mengatasi gejala-gejala 
syok 
2. Hemoragi berhenti 
bila plasenta 
diangkat dan sinus-sinus 
vena tertutup 
2. Risiko 
terjadinya 
shock 
hipovolemik 
berhubungan 
dengan 
perdarahan 
Setelah diberikan 
asuhan 
keperawatan 3x24 
jam, diharapkan 
shock 
hipovolemik tidak 
terjadi, dengan 
kriteria hasil : 
1. Perdarahan 
berkurang 
Mandiri : 
1. Kaji pendarahan setiap 
15-30 menit 
2. Oservasi TTV setiap 15 
menit dan apabila TTV 
normal, observasi TTV 
dilakukan setiap 30 
menit 
1. Mengetahui adanya 
gejala syok sedini 
mungkin 
2. Mengetahui kondisi 
klien dan untuk 
mengetahui adanya 
gejala syok sedini 
mungkin
30 
2. TTV normal 
3. Kesadaran CM 
3. Awasi adanya tanda-tanda 
syok, pucat, 
keringat dingin, dan 
kepala pusing. 
Kolaborasi : 
- Kolaborasi dalam 
pemberian terapi cairan 
3. Mendeteksi adanya 
gejala syok sedini 
mungkin 
- Mempertahankan 
volume cairan 
sehingga sirkulasi 
bisa adekuat 
3. Resiko 
terjadinya 
anemia 
berhubungan 
dengan efek 
dari 
perdarahan. 
Setelah diberikan 
asuhan 
keperawatan 3x24 
jam, diharapkan 
tidak terjadi 
anemia selama 
dalam masa 
perawatan.Kriteria 
hasil : 
1. Hb 12,1-15,1 
mg/dL 
2. Konjungtiva 
tidak anemis. 
3. Mukosa tidak 
pucat. 
Mandiri : 
1. Identifikasi pengetahuan 
pasien tentang anemia 
dan jelaskan penyebab 
dari anemia. 
2. Anjurkan pada pasien 
untuk tirah baring. 
Kolaborasi : 
1. Kolaborasi dalam 
pemberian nutrisi yang 
adekuat (DietTKTP) 
1. Pengetahuan yang 
cukup memudahkan 
pasien untuk 
kooperatif terhadap 
tindakan 
keperawatan. 
2. Aktivitas yang 
sedikit akan 
mengurangi 
metabolisme 
sehingga beban 
suplai oksigen ke 
jaringan akan 
menjadi lebih baik. 
1. Nutrisi merupakan 
bahan sebagai 
pembentuk Hb 
terutama zat besi.
31 
3. Kolaborasi dengan 
dokter dalam: 
a. Pemberian 
koagulantia dan 
roburantia.Pemberian 
transfusi. 
b. Pemeriksaan DL 
secara 
berkala.5.Observasi 
KU pasien, 
konjungtiva dan 
keluhan pasien.
32 
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 
jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi perdarahan 
postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum dapat 
disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta, hematoma dan 
kelainan pembekuan darah. 
Karena etiologi dari perdarahan postpartum berbeda-beda. Oleh sebab itu, 
penanganannya juga berbeda-beda. Namun dalam hal ini, sangat perlu diperhatikan 
manajemen aktif kala II dan III dengan baik. Selain itu, tindakan deteksi dini dan sangat 
berarti dalam pencegahan terjadinya perdarahan postpartum demi menekan tingginya 
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat perdarahan postpartum. 
B. SARAN 
Mahasiswa diharapkan dapat mengenali perdarahan postpartum sehingga dapat 
melakukan tindakan deteksi, pencegahan serta penanganan terhadap perdarahan 
postpartum.

More Related Content

What's hot

What's hot (17)

Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Perdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptPerdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.ppt
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Kasus hpp
Kasus hppKasus hpp
Kasus hpp
 
Pp hdocx
Pp hdocxPp hdocx
Pp hdocx
 
Post partum
Post partumPost partum
Post partum
 
Ppt bu ayu
Ppt bu ayuPpt bu ayu
Ppt bu ayu
 
256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin
 
Perdarahan post partum
Perdarahan post partumPerdarahan post partum
Perdarahan post partum
 
Fisiologi persalinan
Fisiologi persalinanFisiologi persalinan
Fisiologi persalinan
 
Jtptunimus gdl-sriastutik-7500-2-babii(-)
Jtptunimus gdl-sriastutik-7500-2-babii(-)Jtptunimus gdl-sriastutik-7500-2-babii(-)
Jtptunimus gdl-sriastutik-7500-2-babii(-)
 
162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp
 
Haemorraghe post partum
Haemorraghe post partumHaemorraghe post partum
Haemorraghe post partum
 
Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4Persalinan 3 dan 4
Persalinan 3 dan 4
 
Askep kala iv
Askep kala ivAskep kala iv
Askep kala iv
 
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVPenatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 

Similar to PPH Asuhan (20)

Makalah hpp akper muna
Makalah hpp akper munaMakalah hpp akper muna
Makalah hpp akper muna
 
Makalah hpp akper muna
Makalah hpp akper munaMakalah hpp akper muna
Makalah hpp akper muna
 
Askep hpp
Askep hppAskep hpp
Askep hpp
 
Perdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paperPerdarahan postpartum paper
Perdarahan postpartum paper
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Makalah hpp
Makalah hppMakalah hpp
Makalah hpp
 
Hpp
HppHpp
Hpp
 
162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp162970870 askep-hpp
162970870 askep-hpp
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
Karlis santi
Karlis santiKarlis santi
Karlis santi
 
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
Tindakan kbi AKBID PARAMATA RAHA
 
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 2 AKBID PARAMATA RAHA
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadianHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadianHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
 
Perdarahan postpartum rev.pptx
Perdarahan postpartum rev.pptxPerdarahan postpartum rev.pptx
Perdarahan postpartum rev.pptx
 
Neuro
NeuroNeuro
Neuro
 
HPP.pptx
HPP.pptxHPP.pptx
HPP.pptx
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

PPH Asuhan

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap kedua dan ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik. Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan kebanyakan terjadi pada wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun serta wanita dengan jarak persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian mengalami perdarahan postpartum dan terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. (Yayan Akhyar) B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui serta memahami tentang perdarahan postpartum. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dan memahami definisi perdarahan post partum b. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi perdarahan post partum c. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi perdarahan post partum d. Untuk mengetahui dan memahami etiologi perdarahan post partum
  • 2. e. Untuk mengetahui dan memahami faktor risiko perdarahan post partum f. Untuk mengetahui dan memahami insidensi perdarahan post partum g. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dan pathway perdarahan post 2 partum h. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis perdarahan post partum i. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik baik secara umum dan khusus pada perdarahan post partum j. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dan penilaian klinik pada perdarahan post partum k. Untuk mengetahui dan memahami cara penatalaksanaan perdarahan post partum l. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi perdarahan post partum m. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan perdarahan post partum n. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan perdarahan post partum C. PEMBATASAN MASALAH Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya membicarakan tentang “Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum”. D. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum ? 2. Bagaimana epidemiologi perdarahan post partum ? 3. Apa saja klasifikasi perdarahan post partum ? 4. Apa saja etiologi perdarahan post partum ? 5. Sebutkan faktor risiko pada perdarahan post partum ? 6. Apa insidensi dari perdarahan post partum ? 7. Bagaimana patofisiologi dan pathway perdarahan post partum ? 8. Apa manifestasi klinis perdarahan post partum ? 9. Bagaimanai pemeriksaan fisik baik secara umum dan khusus pada perdarahan post partum ? 10. Apa pemeriksaan penunjang dan penilaian klinik pada perdarahan post partum / 11. Bagaimana cara penatalaksanaan perdarahan post partum ?
  • 3. 3 12. Apa komplikasi perdarahan post partum ? 13. Bagaimana cara pencegahan perdarahan post partum ? 14. Bagaimana asuhan keperawatan perdarahan post partum ? E. METODE PENULISAN Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku cetak yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat. F. SISTEMATIKA PENULISAN Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari empat bagian. Bab I Pendahuluan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup.
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %. Jadi, post partum/puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : 1. Immediate post partum dalam 24 jam pertama, 2. Early post partum period (minggu pertama) dan 3. Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam). B. EPIDEMIOLOGI Perdarahan karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak terlalu besar ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya.
  • 5. Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih. (yayanakhyar.com, 2008) Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak. 5 C. KLASIFIKASI Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian : 1. Perdarahan postpartum primer ( early postpartum hemorrhage ) Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, dan laserasi jalan lahir. 2. Perdarahan postpartum sekunder ( late postpartum hemorrhage ) Adalah perdarahan ≥ 500 ml yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah sisa plasenta dan laserasi jalan lahir. D. ETIOLOGI Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain : 1. Antonia uteri. Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah: a. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus). b. Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala
  • 6. persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir. c. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun) d. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara. e. Partus lama Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada 6 otot-otot uterus(Dep Kes RI,1999). f. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000) g. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang sekarang. h. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot uterus (Cunningham,2000). i. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999). j. Anemia. k. Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah: a) Kurang gizi(malnutrisi). b) Kurang zat besi. c) Malabsorbsi. d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid. l. Sisa ketuban dan selaput ketuban m. Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan rahim n. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada : a) Sclusio plasenta b) Kematian janin yang lama dalam kandungan c) Pre eklamasi dan eklamasi
  • 7. 7 d) Infeksi, hepatitis, dan septik syok. 2. Retensi Plasenta Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disbut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif Kala III bis disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan Nitabuch Layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetirum. Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas secsio sesarea, pernah kuret berulang, dan multiparitas. Bila sebagian dari plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut rest-plasenta dan dapat menimbulkan PPP primer atau lebih sering) sekunder. Proses Kala III didahului dengan ahap pelepasan/separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta sudah sebagian lepas tetapi tidak keluar pervaginam(cara pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan Kala III) dan harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam. 3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban a. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberia uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya. 4. Trauma jalan lahir a. Episiotomi yang lebar b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
  • 8. 8 c. Rupture uteri 5. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai : a. Perdarahan yang banyak. b. Solusio plasenta. c. Kematian janin yang lama dalam kandungan. d. Pre eklampsia dan eklampsia. e. Infeksi, hepatitis dan syok septik. 6. Hematoma Kausal PPP karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan perdarahan akan erembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-lain. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT (partial tromboplastin time). Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino caproic acid). 7. Inversi Uterus Kegawat daruratan kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah terjadinya inverse uterus. Inverse uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
  • 9. Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras atau bersin). Inversio uteri ditandai dengan tanda-tanda: a. Syok karena kesakitan b. Perdarahan banyak bergumpal c. Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih 9 melekat d. Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi. 8. Subinvolusi Uterus Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan, yaitu : a. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya: a) Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu. b) Grande multipara (lebih dari empat anak). c) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun). d) Bekas operasi Caesar. e) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya. b. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya: a) Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep. b) Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar. c) Uterus yang kelelahan, persalinan lama. d) Uterus yang lembek akibat narkosa. e) Inversi uteri primer dan sekunder.
  • 10. 10 E. FAKTOR RESIKO 1. Penggunaan obat-obatan (anestesi umum, magnesium sulfat 2. Partus presipitatus 3. Solutio plasenta 4. Persalinan traumatis 5. Uterus yang terlalu teregang (gemelli, hidramnion) 6. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus 7. Partus lama 8. Grandemultipara 9. Plasenta previa 10. Persalinan dengan pacuan 11. Riwayat perdarahan pasca persalinan F. INSIDENSI Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%5. Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut5: 1. Atonia uteri 50 – 60 % 2. Sisa plasenta 23 – 24 % 3. Retensio plasenta 16 – 17 % 4. Laserasi jalan lahir 4 – 5 % 5. Kelainan darah 0,5 – 0,8 % G. PATOFISIOLOGI Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
  • 11. membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik. 11 Pathway Atoni uterus Laserasi jalan lahir Uterus tdk berkontraksi & lembek - 500-600 cc/24 jam MK : Gg. Perfusi jaringan Histerektomi Luka insisi HB & Fe2+ Anemia Perdarahan DIC/gg.koagulasi Suply darah MK : Defisit Vol cairan - TD - HR Robekan dinding vagina Robekan jalan lahir - Ekstrimitas dingin - Mual, muntah Mk : Gg. Nutisi < Keb. Tubuh MK : Resti Infeksi Nyeri MK : Gg. Rasa Nyaman ; Nyeri Psikologis Trauma Takut Mk : Ansietas Plasma beku Trombositopenia Transfuse trombosit Syok hipovolemia Kelemahan MK : Intoleransi aktivitas
  • 12. 12 H. MANIFESTASI KLINIS Suhu meningkat lebih dari 380 C, air ketuban keruh kecoklatan dan berbau, leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari 20.000/mm3 dari persalinan. (arief mansur, 1999). Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab: 1. Atonia Uteri - Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer). - Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain) 2. Robekan jalan lahir - Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. - Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil. 3. Retensio plasenta - Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik - Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan 4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) - Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera - Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. 5. Inversio uterus - Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. - Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
  • 13. Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah: 1. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir). - Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi. - Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir. - Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang 13 lemah tersebut menjadi kuat. 2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak). - Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil. - Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan. - Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. I. PEMERIKSAAN FISIK 1. Pemeriksaan tanda-tanda vital: a. Suhu badan. Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia. b. Denyut nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. c. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia. d. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal. 2. Pemeriksaan Khusus: Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi: a. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan), ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma). b. Sistem vaskuler: - Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya.
  • 14. - Tensi diawasi tiap 8 jam. - Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah. - Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan. - Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi 14 kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. c. Sistem Reproduksi - Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya. - Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau. - Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas. - Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak. - Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum. - Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi). d. Traktus urinarius. Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain. e. Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi. f. Integritas Ego: mungkin cemas, ketakutan dan khawatir. J. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Tes koagulasi (hitung trombosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, fibrinogen dan produk pecahan fibrin ) dapat mengidentifikasi koagulopati. 2. Ultrasonografi : dapat mengungkapkan jaringan plasenta yang tertahan. 3. Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang. 4. Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih (SDP). (Hb saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil: 37%-47%, saat hamil: 32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500- 10.000/mm3,saat hamil 5.000-15.000). 5. Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
  • 15. 6. Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih. 7. Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. 15 Penilaian Klinik Tabel 1. Penilaian Klinik Untuk Menentukan Derajak Syok Volume Kehilangan Darah Tekanan Darah (sistolik) Gejala dan Tanda Derajat Syok 500-1.000 mL (10-15%) Normal Palpitasi, takikardia, pusing Terkompensasi 1000-1500 mL (15-25%) Penurunan ringan (80-100 mm Hg) Lemah, takikardia, berkeringat Ringan 1500-2000 mL (25-35%) Penurunan sedang (70-80 mm Hg) Gelisah, pucat, oliguria Sedang 2000-3000 mL (35-50%) Penurunan tajam (50-70 mm Hg) Pingsan, hipoksia, anuria Berat Tabel 2. Penilaian Klinik Untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja Uterus tidak berkontraksi dan lembek. Perdarahan segera setelah anak lahir Syok Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar Atonia uteri Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir Uterus berkontraksi dan keras Plasenta lengkap Pucat Lemah Menggigil Robekan jalan lahir Plasenta belum lahir setelah 30 menit Perdarahan segera Uterus berkontraksi dan keras Tali pusat putus akibat traksi berlebihan Inversio uteri akibat tarikan Perdarahan lanjutan Retensio plasenta Plasenta atau sebagian selaput Uterus berkontraksi Retensi sisa plasenta
  • 16. 16 tidak lengkap Perdarahan segera tetapi tinggi fundus tidak berkurang Uterus tidak teraba Lumen vagina terisi massa Tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir) Neurogenik syok Pucat dan limbung Inversio uteri Sub-involusi uterus Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus Perdarahan sekunder Anemia Demam Endometritis atau sisa fragmen plasenta (terinfeksi atau tidak) K. PENATALAKSANAAN 1. Terapi Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut : a. Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri. b. Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan. c. Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi. d. Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam e. Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
  • 17. f. Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif g. Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta. h. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter 17 foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran. i. Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan. 2. Penatalaksanaan Umum a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi e. Atasi syok jika terjadi syok f. Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ). g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir. h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah. i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya. 3. Penatalaksanaan khusus a. Atonia Uteri Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai berikut:
  • 18. a) Pasang infus. b) Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau 18 ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc. c) Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus. d) Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan; e) Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit). f) Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah; g) Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi aorta. Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan: a) Pemberian uterotonika intravena. b) Kosongkan kandung kemih. c) Menekan uterus-perasat Crede. d) Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta. Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama. Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat. Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena. Kompresi Bimanual Internal Kenali dan tegakan kerja atonia uteri. Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,lakukan pengurutan uterus Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir. Lakukan tindakan spesifik yang
  • 19. diperlukan. Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan. Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah didalam miometrium. Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis. Letakan satu tangan anda pada dinding perut, dan usahakan untuk menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin. Letakkan tangan yang lain pada korpus depan dari dalam vagina, kemudian tekan kedua tangan untuk mengkompresi pembuluh darah di dinding uterus. Amati jumlah darah yang keluar yang ditampung dalam pan. Jika perdarahan berkurang, teruskan kompresi, pertahankan hingga uterus dapat berkontraksi atau hingga pasien sampai di tempat rujukan. Jika tidak berhasil, cobalah mengajarkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal sambil penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk penatalaksaan atonia uteri 19 b. Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat. Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal. Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta secara hati-hati dan halus. Restorasi cairan
  • 20. untuk mengatasi hipovolemia. Lakukan transfusi darah bila diperlukan. Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g supp/oral). 20 c. Plasenta Inkaserata Tentukan diagnosis kerja Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin timbul. Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak jelas. Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan spekulum. Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak jelas. Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk memegang klem tersebut. Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral. Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-lahan. d. Ruptur Uteri Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan operasi uterus. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkwatirkan lakukan histerektomi. Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen. Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi. e. Sisa Plasenta Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
  • 21. plasenta dengan dilatasi dan kuret. Hb 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari selama 10 hari. 21 f. Ruptur Peritonium Dan Robekan Dinding Vagina Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap. Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal. Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut . Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung robekan. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0.Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa d an sub kutikuler. Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk terapi. g. Robekan Serviks Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi. Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan porsio. Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan paska tindakan. Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi. Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8 gr% berikan transfusi darah.
  • 22. 22 L. KOMPLIKASI Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan : 1. Syok Hemoragie Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan. 2. Anemia Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI bayi. 3. Sindrom Sheehan Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin. M. PENCEGAHAN Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keaadaan umum dan mengantisipasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
  • 23. 2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multipritas, anak besar, hamil kembar, dan 23 lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan 3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama 4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan 5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan duku 6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan: 1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. 2. Pemberian Misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi lahir.
  • 24. 24 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Kasus Minggu ke 2. A Ny. Lane usia 38 tahun, P4A0, anak hidup 3, melahirkan pervaginam. Saat ini dalam kala IV. Setelah plasenta lahir Ners Ayla memonitor jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 cc. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. Pasien tidak ada riwayat penyakit jantung, kanker, hipertensi, kelainan darah dan penyakit penyerta lainnya. Ners Ayla melakukan perawatan yang intensif pada immediate post partum; uterus membesar, kontraksi uterus jelek (dalam 12 jam tidak ada mules), konsistensi rahim lembek saat di palpasi, posisi uterus obliq kiri. Pasien sudah mencoba menyusui bayinya, namun tidak berhasil karena keadaan pasien yang lemas dan agak pusing. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 86x/mnt. Saat diukur tinggi fundus uteri didapatkan 3 jari di atas umbilicus. Setelah ners Ayla mengobservasi plasenta didapatkan cotyledon lengkap dan tidak ada kelainan. Saat di cek keadaan jalan lahir tidak ditemukan laserasi jalan lahir. Setelah pengkajian riwayat penanganan kala uri ternyata sempat dilakukan manipulasi uterus secara berlebihan, memijit uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta. Selain itu bayi yang dilahirkan beratnya 3950 gram. Ners Ayla melakukan tindakan penatalaksanaan darurat perdarahan dengan memberikan cairan dan transfuse sembari memantau produksi urine, saat ini produksi urine >30 cc/jam. A. DATA FOKUS Data Subjektif Data Objektif 1. jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 cc. 2. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. 3. membesar, kontraksi uterus jelek (dalam
  • 25. 25 12 jam tidak ada mules) 4. konsistensi rahim lembek saat di palpasi, posisi uterus obliq kiri. 5. keadaan pasien yang lemas dan agak pusing. 6. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 86x/mnt. 7. Saat diukur tinggi fundus uteri didapatkan 3 jari di atas umbilicus. 8. mengobservasi plasenta didapatkan cotyledon lengkap dan tidak ada kelainan. bayi yang dilahirkan beratnya 3950 gram. Data Tambahan Data Subjektif Data Objektif Klien mengeluh bingung, Klien tampak bingung B. ANALISA DATA Data Masalah Etiologi 1. DS : - DO: a. jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 cc. b. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. c. keadaan pasien yang lemas dan agak pusing. d. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 86x/mnt. Kekurangan volume cairan Perdarahan pervagina.
  • 26. 26 2. DS : - DO : a. jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 cc. b. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. c. membesar, kontraksi uterus jelek (dalam 12 jam tidak ada mules) d. konsistensi rahim lembek saat di palpasi, posisi uterus obliq kiri. e. keadaan pasien yang lemas dan agak pusing. f. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 86x/mnt. g. Saat diukur tinggi fundus uteri didapatkan 3 jari di atas umbilicus. h. mengobservasi plasenta didapatkan cotyledon lengkap dan tidak ada kelainan. Resiko shock hipovolemik Perdarahan yang terus menerus. 3. DS : - DO : a. jumlah perdarahannya, ternyata berjumlah 700 cc. b. Darah keluar sekonyong-konyong setelah plasenta lahir berwarna merah menyala. c. membesar, kontraksi uterus jelek (dalam 12 jam tidak ada mules) d. konsistensi rahim lembek saat di palpasi, posisi uterus obliq kiri. e. keadaan pasien yang lemas dan agak Resiko terjadinya anemia Efek dari perdarahan.
  • 27. 27 pusing. f. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 86x/mnt. g. Saat diukur tinggi fundus uteri didapatkan 3 jari di atas umbilicus. h. mengobservasi plasenta didapatkan cotyledon lengkap dan tidak ada kelainan. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan) yang berlebihan 2. Risiko terjadinya shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan 3. Resiko terjadinya anemia berhubungan dengan efek dari perdarahan. D. INTERVENSI No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan (perdarahan) yang berlebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria hasil : 1. Tanda-tanda vital stabil Mandiri : 1. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah
  • 28. 28 2. Pengisian kapiler cepat 3. Berat jenis urin adekuat secara individual 2. Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus 3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi–fowler. Hindari posisi trendelenburg 4. Catat tanda – tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membrane mukosa/ kulit dan suhu. 2. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan 3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi-fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon 4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah
  • 29. 29 5. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina Kolaborasi : 1. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi 2. Siapkan untuk kelahiran sesaria tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok 5. Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok 2. Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup 2. Risiko terjadinya shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam, diharapkan shock hipovolemik tidak terjadi, dengan kriteria hasil : 1. Perdarahan berkurang Mandiri : 1. Kaji pendarahan setiap 15-30 menit 2. Oservasi TTV setiap 15 menit dan apabila TTV normal, observasi TTV dilakukan setiap 30 menit 1. Mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin 2. Mengetahui kondisi klien dan untuk mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin
  • 30. 30 2. TTV normal 3. Kesadaran CM 3. Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, keringat dingin, dan kepala pusing. Kolaborasi : - Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan 3. Mendeteksi adanya gejala syok sedini mungkin - Mempertahankan volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat 3. Resiko terjadinya anemia berhubungan dengan efek dari perdarahan. Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam, diharapkan tidak terjadi anemia selama dalam masa perawatan.Kriteria hasil : 1. Hb 12,1-15,1 mg/dL 2. Konjungtiva tidak anemis. 3. Mukosa tidak pucat. Mandiri : 1. Identifikasi pengetahuan pasien tentang anemia dan jelaskan penyebab dari anemia. 2. Anjurkan pada pasien untuk tirah baring. Kolaborasi : 1. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi yang adekuat (DietTKTP) 1. Pengetahuan yang cukup memudahkan pasien untuk kooperatif terhadap tindakan keperawatan. 2. Aktivitas yang sedikit akan mengurangi metabolisme sehingga beban suplai oksigen ke jaringan akan menjadi lebih baik. 1. Nutrisi merupakan bahan sebagai pembentuk Hb terutama zat besi.
  • 31. 31 3. Kolaborasi dengan dokter dalam: a. Pemberian koagulantia dan roburantia.Pemberian transfusi. b. Pemeriksaan DL secara berkala.5.Observasi KU pasien, konjungtiva dan keluhan pasien.
  • 32. 32 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta, hematoma dan kelainan pembekuan darah. Karena etiologi dari perdarahan postpartum berbeda-beda. Oleh sebab itu, penanganannya juga berbeda-beda. Namun dalam hal ini, sangat perlu diperhatikan manajemen aktif kala II dan III dengan baik. Selain itu, tindakan deteksi dini dan sangat berarti dalam pencegahan terjadinya perdarahan postpartum demi menekan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) akibat perdarahan postpartum. B. SARAN Mahasiswa diharapkan dapat mengenali perdarahan postpartum sehingga dapat melakukan tindakan deteksi, pencegahan serta penanganan terhadap perdarahan postpartum.