Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen). Pembimbing : dr. David R. Christanto, Sp.OG, KFM., M.Kes. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lamanya kala III adalah ≤ 30 menit
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen). Pembimbing : dr. David R. Christanto, Sp.OG, KFM., M.Kes. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lamanya kala III adalah ≤ 30 menit
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Komplikasi dari diabetes mellitus terdiri dari akut dan kronik.
materi ini berisi gambar untuk penyuluhan bagi peserta prolanis agar memahami bahaya diabetes Mellitus
sindroma duh terdiri dari vaginosis bakterialis, gonore, kandidiasis dan trikomoniasis, untuk dapat membedakannta dapat dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai. penegakkan diagnosis yangtepat sangat diperlukan dalam menentukan terapi yang tepat
regio brachii, antebrachii, dan manus memiliki beberapa struktur khas, khususnya otot yang berfungsi menggerakkan tangan. satu gerakan yang ditimbulkan ternyata merupakan kesatuan gerakan otot yang kompleks
Hepatitis B memiliki struktur khusus yang berperan dalam virulensinya dan hal inilah yang digunakan ahli klinisi untuk mendiagnosis penyakit Hepatitis B
2. Anggota kelompok :
Dita Nur Habibah G1A012008
M. Andika Rianil E. R. G1A012025
Nugraha Ramadhan G1A012037
Hazar Arfita Audina G1A012044
Fathul Barry G1A012058
Gabriella Cereira A G1A012076
Krisna Dwiantama G1A012094
Dytha Fitriani G1A012104
Deborah Oriona Vega G1A012116
Ardhila Aida G1A012131
Btari Farhana Indillah G1A012153
Riza Revina G1A010012
3. 1000 kematian dari 100.000 kelahiran hidup
25 % : perdarahan postpartum
diperkirakan 100.000 kematian maternal /tahun
EPIDEMIOLOGI
Dari angka tersebut, diperoleh
etiologi antara lain:
atonia uteri (50-60%)
sisa plasenta (23-24%)
rreetteennssiioo ppllaasseennttaa ((1166--1177%%))
laserasi jalan lahir (4-5%)
kelainan darah (0,5-0,8%)
Retensio plasenta terjadi pada
3% kelahiran pervaginam
15% ibu dengan riwayat
retensio plasenta sebelumnya
5. MMAANNIIFFEESSTTAASSII KKLLIINNIISS
• Gejala yang selalu ada;
– plasenta belum lahir dalam 30 menit,
– perdarahan segera,
– kontraksi uterus baik.
– plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
• Gejala yang kadang-kadang timbul ;
– tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
– inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan,
– uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
6. PPEENNEEGGAAKKKKAANN DDIIAAGGNNOOSSIISS
• Anamnesis
– Periode prenatal,
– Episode perdarahan postpartum sebelumnya,
– Paritas,
– Riwayat multipel fetus ,
– Polihidramion,
– Plasenta tidak lepas secara spontan,
– Timbul pendarahan secara aktif setelah bayi
dilahirkan.
7. PPeemmeerriikkssaaaann FFiissiikk
Pada palpasi kavitas uteri yang kasar setelah
plasenta manual (mengindikasikan miometrium
yang terkikis dan kemungkinan ada plasenta yang
masih tertinggal),
adanya inversi uteri,
Hematuria,
Hemoragik yang masif setelah plasenta manual.
Pada pemeriksaan pervaginam,
plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
teteapi secara parsial atau lengkap menempel di
dalam uterus.
8. Cont,
Plasenta yang tidak keluar dalam jangka
waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan radiologis dapat
dilakukan seperti USG, Doppler Imaging dan
MRI.
10. Patofisiologi
Plasenta tidak terlepas secara
bersamaan/ plasenta masih melekat
pada tempat implantasinya
Gangguan retraksi
dan kontraksi otot
uterus
Pembuluh darah pada lapisan
endometrium tetap terbuka
Perdarahan hebat
Hilangnya faktor-faktor
pembekuan
darah
Gangguan pembentukan
thrombus dan pembekuan
darah
Perdarahan
berkepanjangan
12. Cont,
Jenis dan Cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol
Dosis dan cara
pemberian
IV : 20 IU dalam 1 L
larutangaram
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM : 10 IU
IM atau IV (lambat)
0.2 mg
Oral atau rektal 400
μg dapat diulang
sampai 1200 μg
Dosis lanjutan IV : 20 IU dalam 1 L
larutan garam
fisiologis dengan 40
tetes per menit
Ulangi 0.2 mg IM
setelah 15 menit
400 μg 2-4 jam
setelah dosis awal
Dosis maksimal
perhari
Tidak lebih dari 3 L
larutan engan
oksitosin
Total 1 mg atau 5
dosis
Total 1200μg atau 3
dosis
Kontraindikasi Pemberian IV
secara cepat atau
bolus
Preeklampisa
vitium cordis,
hipertensi
Nyeri kontraksi,
asma
13.
14. Teori Baru
1. Uterotonika
Kelebihan;
Dapat dilakukan pada pasien atonia uteri.
Tidak invasif sehingga mengurangi risiko infeksi.
Memiliki komplikasi paling rendah.
Dapat dilakukan di rumah sakit, praktik dokter, maupun bidan.
Kekurangan;
Hanya dapat dilakukan bila tidak ada perdarahan.
Setelah 15 menit langsung lakukan 15 menit.
Efek maternal pada pemakaian IV berupa hipotensi, mual,
muntah, konstipasi, berkurangnya aliran darah uters, ruam
kulit, dan anoreksia
Reaksi yang merugikan seperti serangan kejang, intoksikasi air,
perdarahan intracranial, disritmia, asfiksia.
15. Cont,
2. Metode perasat crede
Kelebihan;
Merupakan cara yang dapat dilakukan sebelum mengeluarkan plasenta dengan
tangan (manual plasenta).
Baik dilakukan dengan keadaan uterus berkontraksi dan vesica urinaria kosong.
Tidak invasif.
Risiko infeksi kecil dibandingkan dengan terapi lain.
Biaya murah.
Teknik mudah dilakukan.
Kekurangan;
Tidak dapat dilakukan pada orang gemuk.
Sangat berbahaya dilakukan pada keadaan narkosis
Bahaya infus tromboplastin dapat mengakibatkan koagulopati
Tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat
menimbulkan inversion uteri.
Tidak dapat dilakukan pada golongan darah yang tak cocok pada imunisasi ibu
melalui transfusi fetomaternal
16. 3. Manual Plasenta
Kelebihan;
Dapat dilakukan dengan indikasi :
Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
Riwayat hemoragik postpartum habitualis
Post operasi (transvaginal dan transabdominal
Penderita dalam keadaan narkosa atau anestensi umum
Murah
Risiko perforasi dan infertilitas minimal.
Kekurangan;
Dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut
Perforasi
Meningkatnya kejadian infeksi asendens
Kadang memerlukan anestesia.
Tidak berhasil karena plasenta melekat erat, dapat menimbulkan perdarahan yang
sulit terhenti.
Manual plasenta pada plasenta yang tanpa perdarahan harus dilakukan dengan
sangat hati hati
Harus dilakukan di rumah sakit dengan tenaga medis ahli.
17. 4. Kuretase
Kelebihan;
Dilakukan pada perdarahan berlanjut
Dapat mengeluarkan sisa jaringan yang ada dalam uterus
Kekurangan;
Harus dilakukan di rumah sakit, tidak bisa di praktek
dokter.
Dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam
nyawa.
Risiko terbesar perforasi dibandingkan tatalaksana
lainnya.
18. 5. Histerektomi
Kelebihan;
Dapat dilakukan pada pasien dengan plasenta akreta
Kehamilan selanjutnya tidak dikehendaki
Pendarahan tidak terkendalikan
Penanganan secara konservatif tidak berhasil
Supurasi intrauteri
Plasenta previa akreta
Bahaya perforasi
Kekurangan;
Risiko jangka panjang berupa tidak dapat hamil kembali.
Risiko komplikasi pasca bedah seperti perdarahan, infeksi, sepsis, dll.
Lebih mahal dibandingkan tatalaksana lain
Harus dilakukan oleh spesialis di rumah sakit dan sarana prasarana yang
mendukung.
19. Komplikasi
Perdarahan,
Puerperal sepsis,
Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis,
Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma,
Syok yang disebabkan oleh kehilangan darah,
Risiko terjadinya recurrence pada kehamilan
berikutnya.
20. Kesimpulan
Retensio plasenta adalah kondisi yang
ditandai dengan tertahannya kelahiran
plasenta ³30 menit setelah janin lahir.
Penanganan retensio plasenta harus
dilakukan berdasarkan indikasi yang
ditetapkan dan oleh tenaga medis yang
terlatih, karena banyak resiko yang dapat
mengancam keselamatan pasien.