2. RETENSIO PLASENTA
• Perlengketan plasenta atau belum lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
karena elastisitas uterus yang menurun dan kontraksi yang tidak baik.
• Retensio plasenta menyumbang sebesar 2-3% kematian ibu dinegara
berkembang.
• Retensio plasenta menyumbang angka sebanyak 16-17% yang
menyebabkan perdarahan.
• Retensio plasenta merupakan keadaan yang dapat meningkatkan risiko perdarahan
postpartum, infeksi, dan syok, sehingga dapat mengancam nyawa pasien
3. RETENSIO PLASENTA
• Plasenta harus segera dapat dilahirkan dalam waktu 30 menit supaya
tidak terjadi perdarahan karena plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus menghambat efektifitas kontraksi.
• Retensio plasenta merupakan satu penyebab haemorarghia post partum.
• Jika perlekatan plasenta terlalu kuat dan penempelannya sampai dengan
myometrium atau dinding abdomen dinamakan plasenta akreta dan
perkreta
4. RETENSIO PLASENTA
( DILIHAT DARI PENYEBABNYA)
1. Retensio plasenta fungsional
Retensio plasenta fungsional karena his yang tidak adekuat sehingga
plasenta tidak mampu terlepas dari dinding rahim,
2. Retesio plasenta patologi anatomi.
Retensio plasenta tipe patalogi anatomi dikarenakan adanya kelainan
dalam perlekatan plasenta yang disebut plasenta akreta, inkreta dan
perkreta
5. PENYEBAB RETENSIO PLASENTA
Placenta Adherens
• Retensi plasenta jenis placenta adherens terjadi ketika
kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk mengeluarkan
plasenta. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelelahan
pada ibu setelah melahirkan atau karena atonia
uteri. Placenta adherens merupakan jenis retensi
plasenta yang paling umum terjadi.
Plasenta Akreta
• Plasenta akreta terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu
dalam di dinding rahim sehingga kontraksi rahim saja
tidak dapat mengeluarkan plasenta. Kondisi ini umumnya
disebabkan oleh kelainan pada lapisan rahim akibat
menjalani operasi pada rahim atau operasi caesar pada
kehamilan sebelumnya
6. PENYEBAB RETENSIO PLASENTA
Trapped Placenta
• Trapped placenta adalah kondisi ketika plasenta sudah
terlepas dari dinding rahim, tetapi belum keluar dari
rahim. Kondisi ini terjadi akibat menutupnya leher
rahim (serviks) sebelum plasenta keluar.
7. JENIS PERLEKATAN
PLASENTA ABNORMAL
Plasenta Adhesiva
Kegagalan mekanisme saparasi fisiologis yang disebabkan karena implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta.
Plasenta Akreta
Suatu keadaan implantasi jonjot korion plasenta yang kemudian memasuki sebagian lapisan myometrium
sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat dipisahkan dari dinding uterus baik sebagian maupun
seluruhnya.
Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki myometrium.
Plasenta Perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus. Penetrasi abnormal elemen-elemen korionik ke dalam lapisn serosa uterus.
Plasenta Inkarserata
8.
9. PENYEBAB RETENSIO PLASENTA
• Latifatulzahro (2020) menjelaskan bahwa retensio plasenta disebabkan
oleh kontraksi yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva), atau perlekatan plasenta terlalu kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva), atau perlekatan plasenta terlalu kuat pada
dinding uterus yang disebabkan oleh villi korialis menembus desidua
sampai miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).
10. FISIOLOGI KALA III
• Penatalaksanaan untuk melahirkan plasenta dengan melakukan injeksi
oxytocin 1 menit pertama setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi
uterus, Plasenta dalam waktu 15 menit belum tampak tanda lepas dari
dinding rahim maka ibu harus diberikan suntikan oxytocin 10 IU, namun
15 menit setelah pemberian oxytocin yang kedua masih belum juga lahir
maka harus dilakukan manual plasenta untuk menghindari jumlah
perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc). Keterlambatan uri untuk
dilahirkan dalam waktu lebih dari 30 menit di namakan retensio plasenta
(perlengkatan plasenta).
11. INDIKASI MANUAL PLASENTA
• Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang riwayat prenatal, meminta informasi mengenai
riwayat perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
• Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
• Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
12. FAKTOR RISIKO RETENSIO PLASENTA
• faktor maternal (usia, paritas, anemia, jarak kehamilan kurang dari 2
tahun, pendidikan), sosial ekonomi,
• faktor uterus (rahim yang besar) dan Riwayat komplikasi persalinan yang
lalu
• Faktor predisposisi lain yang turut memengaruhi terjadinya retensio
plasenta menurut Manuaba adalah umur, paritas, uterus terlalu besar,
jarak kehamilan yang pendek, dan sosial ekonomi. Literatur lainnya
menambahkan pendidikan, riwayat komplikasi persalinan, dan status
anemia sebagai faktor-faktor yang turut berhubungan dengan terjadinya
13. PATOFISIOLOGI RETENSIO PLASENTA
• Patofisiologi retensio plasenta tidak diketahui secara pasti. Namun ada 3
mekanisme utama untuk terjadinya retensio plasenta yaitu plasenta
invasive yang biasanya hasil dari trauma rahim sebelumnya,
hipoperfusi plasenta (berhubungan dengan remodeling arteri spiralis
yang tidak lengkap dan penempelan plasenta yang dangkal) serta
kontraktilitas miometrium yang tidak memadai (kegagalan
kontraktilitas retroplasenta lokal)
14. PRINSIP PENANGANAN
RETENSIO PLASENTA
Penanganan retensi plasenta bertujuan untuk mengeluarkan plasenta atau
sisa jaringan plasenta dari dalam rahim. Tindakan yang dilakukan antara
lain :
1. Manual placenta
2. Memberikan obat-obatan untuk merangsang berkontraksi dan mengeluarkan
plasenta.
Jika kondisi pasien stabil, cek kandung kencing, karena kandung kemih yang
penuh bisa mencegah keluarnya plasenta. Bila memungkinkan menyarankan
pasien untuk segera menyusui karena proses tersebut bisa memicu kontraksi
rahim dan membantu plasenta keluar.
• Jika semua metode di atas tidak berhasil mengeluarkan plasenta maka akan
menjalankan prosedur bedah sebagai pilihan terakhir
15. MANUAL PLASENTA
Persiapan
a) Memasang infuse.
b) Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat dengan kecepatan tetesan 60 tetes/menit dan 10 unit
oksitosin IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
c) Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
d) Melakukan anastesi verbal/analgesik per rectal.
e) Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
16. MANUAL PLASENTA
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
a) Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
b) Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai
c) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah)
ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
d) Setelah mencapai pembukaan servik, minta seseorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan keluar untuk menahan
fundus uteri
e) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
f) Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat
ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)
17. MELEPAS PLASENTA DARI DINDING
UTERUS
Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah
1) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung
tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
2) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas(anterior ibu)
3) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan
ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
18. MENGELUARKAN PLASENTA
a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
b. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik
tali pusat.sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari
terjadinya percikan darah)
c. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis)
uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telah disediakan
21. PENCEGAHAN INFEKSI
PASCA TINDAKAN
• Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan
• Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
• Cuci tanganKeringkan tangan dengan handuk bersih
22. PEMANTAUAN PASCA TINDAKAN
a. Periksa kembali tanda vital ibu
b. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
c.Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan
asuhan lanjutan
d. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
e. Lanjutkan pemantauan pada ibu hingga 2 jam pasca tindakan
23. PASCA PLACENTA MANUAL
• Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau Ringer
Laktat) 60 tetes/menit + masase fundus uteri untuk perangsangan
kontraksi
• Bila masih perdarahan banyak:
1) Berikan ergometrin 0,2 mg IM
2) Rujuk ibu ke rumah sakit
3) Selama transportasi, rasakan apakah uterus berkontraksi baik. Bila
tidak, tetap lakukan masase dan beri ulang oksitosin 10 unit IM/IV
4) Lakukan kompresi bimanual atau kompresi aorta bila perdarahan
lebih hebat berlangsung sebelum dan selama transportasi.
24. PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA
• Informed consent merupakan persetujuan dari pasien dan keluarga terhadap
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan.
Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan
objektif tentang diagnosis retensio plasenta, upaya penyembuhan, tujuan dan
pilihan tindakan yang akan dilakukan.
25. PROSEDUR KLINIK
MANUAL PLASENTA
a. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa Anda petugas yang akan
melakukan tindakan medik.
b. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan pada retensio plasenta.
c. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah
diduga sebelumnya, maupun tidak
d. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas
26. PROSEDUR KLINIK
MANUAL PLASENTA
a. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan ulang
apabila ragu dan belum mengerti
b. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, minta persetujuan secara tertulis dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang telah disediakan
c. Masukkan lembar persetujuan tindakan yang telah ditandatangani kedalam rekam
medik pasien
•