Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor keberhasilan persalinan alami, anatomi jalan lahir ibu yang terdiri atas bagian tulang dan lunak, biometri kepala janin, fase-fase persalinan, dan mekanisme persalinan belakang kepala.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas berbagai jenis obat tokolitik dan mekanisme kerja mereka untuk mencegah kontraksi rahim pramatur.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor keberhasilan persalinan alami, anatomi jalan lahir ibu yang terdiri atas bagian tulang dan lunak, biometri kepala janin, fase-fase persalinan, dan mekanisme persalinan belakang kepala.
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan ante partum pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Mencakup kriteria diagnosis, pemeriksaan, diagnosis banding antara solusio plasenta, plasenta previa dan vasa previa, serta terapi yang diberikan sesuai dengan tingkat keparahan masing-masing kondisi."
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi pada neonatus. Infeksi neonatus dapat terjadi pada 1-18 per 1000 kelahiran, tergantung negara berkembang atau berkembang. Gejala infeksi neonatus dapat berupa demam, letargi, dan gangguan pernapasan. Diagnosis didasarkan pada riwayat ibu dan bayi, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium seperti jumlah leukosit, dan hasil kultur darah. Penatalaksanaan meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang fetal distress dan asfiksia neonatorum. Fetal distress terjadi ketika janin mengalami hipoksia intrauterin yang berpotensi menyebabkan asfiksia pada saat kelahiran. Deteksi dini melalui pemantauan detak jantung janin dapat mencegah terjadinya asfiksia neonatorum yang berisiko menyebabkan kematian bayi baru lahir.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Tatalaksana emergensi preeklampsia membahas tentang penanganan darurat terhadap preeklampsia. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan janin di seluruh dunia. Dokumen ini menjelaskan tentang etiologi, klasifikasi, gejala klinis, dan prosedur penanganan preeklampsia secara darurat untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Dokumen tersebut membahas tentang kardiotokografi yang merupakan pemeriksaan untuk memantau kesehatan janin selama kehamilan dan persalinan dengan memonitori aktivitas jantung janin dan kontraksi rahim ibu. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan seperti non stress test dan stress test untuk menilai hubungan antara denyut jantung janin dengan pergerakan dan kontraksi rahim serta mendeteksi gangguan pada plasenta. Pemeriksaan ini dil
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang resusitasi neonatus menggunakan balon dan sungkup, termasuk kapan dan cara melakukan ventilasi balon dan sungkup, jenis dan karakteristik balon yang digunakan, cara meletakkan dan meremas balon serta mengetahui tekanan yang tepat, tanda-tanda perbaikan kondisi bayi sehingga ventilasi dapat dihentikan, serta langkah selanjutnya bila ventilasi harus dilanjutkan lebih
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan ante partum pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Mencakup kriteria diagnosis, pemeriksaan, diagnosis banding antara solusio plasenta, plasenta previa dan vasa previa, serta terapi yang diberikan sesuai dengan tingkat keparahan masing-masing kondisi."
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi pada neonatus. Infeksi neonatus dapat terjadi pada 1-18 per 1000 kelahiran, tergantung negara berkembang atau berkembang. Gejala infeksi neonatus dapat berupa demam, letargi, dan gangguan pernapasan. Diagnosis didasarkan pada riwayat ibu dan bayi, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium seperti jumlah leukosit, dan hasil kultur darah. Penatalaksanaan meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang fetal distress dan asfiksia neonatorum. Fetal distress terjadi ketika janin mengalami hipoksia intrauterin yang berpotensi menyebabkan asfiksia pada saat kelahiran. Deteksi dini melalui pemantauan detak jantung janin dapat mencegah terjadinya asfiksia neonatorum yang berisiko menyebabkan kematian bayi baru lahir.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Dokumen tersebut membahas konsep asuhan neonatus dan balita yang mencakup:
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim meliputi perubahan sistem pernapasan, sirkulasi, dan termoregulasi.
2. Transisi kehidupan luar rahim yang meliputi perubahan darah, sistem pencernaan, imun, dan ginjal.
3. Pencegahan infeksi melalui tindakan asepsis, cuci tangan, dan menjaga kebers
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
USG penting untuk kehamilan karena aman, tidak invasif, dan dapat mendeteksi kelainan janin. USG 2D tetap menjadi standar untuk kehamilan sementara USG 3D dan 4D lebih bersifat hiburan. Tenaga kesehatan perlu memahami prinsip dan aplikasi USG untuk manajemen kehamilan dan deteksi dini kelainan.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Tatalaksana emergensi preeklampsia membahas tentang penanganan darurat terhadap preeklampsia. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan janin di seluruh dunia. Dokumen ini menjelaskan tentang etiologi, klasifikasi, gejala klinis, dan prosedur penanganan preeklampsia secara darurat untuk menyelamatkan ibu dan janin.
Dokumen tersebut membahas tentang kardiotokografi yang merupakan pemeriksaan untuk memantau kesehatan janin selama kehamilan dan persalinan dengan memonitori aktivitas jantung janin dan kontraksi rahim ibu. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan seperti non stress test dan stress test untuk menilai hubungan antara denyut jantung janin dengan pergerakan dan kontraksi rahim serta mendeteksi gangguan pada plasenta. Pemeriksaan ini dil
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang resusitasi neonatus menggunakan balon dan sungkup, termasuk kapan dan cara melakukan ventilasi balon dan sungkup, jenis dan karakteristik balon yang digunakan, cara meletakkan dan meremas balon serta mengetahui tekanan yang tepat, tanda-tanda perbaikan kondisi bayi sehingga ventilasi dapat dihentikan, serta langkah selanjutnya bila ventilasi harus dilanjutkan lebih
3. Djauhariah - Resusitasi Neonatal PIB FK UH 2012.pptMiMi468560
- Resusitasi neonatus bertujuan menyediakan ventilasi, oksigenasi, dan output jantung yang memadai
- Tindakan paling penting adalah pemberian ventilasi paru-paru dengan atau tanpa oksigen
- Rekomendasi terbaru menganjurkan penggunaan oksigen 21% untuk resusitasi dan pengaturan oksigen berdasarkan pulse oximetry
Dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang resusitasi neonatus, meliputi langkah awal seperti pemberian kehangatan dan penghisapan mulut serta hidung, ventilasi tekanan positif, koreksi posisi sungkup atau intubasi jika diperlukan, kompresi dada, hingga pemberian epinefrin bila frekuensi jantung masih rendah."
Dokumen tersebut merangkum prosedur resusitasi bayi baru lahir untuk penolong persalinan, mulai dari persiapan, penilaian sebelum lahir, langkah awal resusitasi, ventilasi, hingga asuhan pasca resusitasi. Prosedur ini bertujuan untuk menolong bayi yang mengalami asfiksia saat lahir.
RESUSITASI NEONATUS PADA BAYI DENGAN PRISNIP KEBERHASILAN Menilai dengan benar
Mengambil keputusan dengan tepat
Melakukan tindakan dengan tepat dan cepat
Mengevaluasi/menilai hasil tindakan
materi kegawatdaruratan kebidanan untuk disticiasinarpertiwi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang resusitasi neonatal dan manajemen jalan napas pada bayi baru lahir, (2) Menguraikan tahapan-tahapan perawatan rutin dan tindakan yang harus dilakukan jika bayi tidak menangis saat lahir, seperti menstimulasi pernapasan, membersihkan saluran napas, dan memulai ventilasi, (3) Juga membahas tindakan lanjutan seperti ventilasi
Dokumen tersebut membincangkan tentang pertolongan cemas yang memberikan ringkasan definisi, sistem pernafasan dan peredaran darah, resusitasi kardiopulmonari (CPR), pendarahan kecil, terseliuh dan patah. Ia juga menjelaskan langkah-langkah dasar dalam memberikan rawatan pertama seperti pemeriksaan ABC, bantuan pernafasan, tekanan dada, kedudukan pemulihan dan cara mengawal pendarahan.
Prosedur penatalaksanaan asfiksia neonatorum meliputi tahapan persiapan sebelum persalinan, tindakan pada saat bayi lahir, dan tindakan resusitasi untuk bayi dengan skor Apgar rendah. Tindakan meliputi membersihkan jalan napas, pemberian oksigen, rangsangan taktil, ventilasi, dan koreksi asidosis jika diperlukan. Tujuannya untuk memulihkan pernapasan dan detak jantung bayi secara spontan.
Semua tindakan yang harus segera dilakukan dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. Tindakan pertama adalah memanggil bantuan, membebaskan jalan nafas, memberikan nafas buatan dan pijatan jantung jika korban tidak bernafas, serta menjaga korban dalam kondisi stabil hingga bantuan medis tiba.
This document discusses hospital accreditation as a regulatory tool for quality assurance in healthcare systems, drawing on experiences in Asia. It provides an overview of the needs for quality management in Thailand's healthcare system, examples of hospital accreditation programs in Asia, and details on Thailand's hospital accreditation program established in 1997. The benefits of hospital accreditation include improved quality of care, patient safety, and public confidence in healthcare. Lessons learned emphasize the importance of government support through policies, incentives, and alignment with other regulatory mechanisms.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. TUJUAN UMUM
• Menentukan apakah neonatus
memerlukan resusitasi
• Membuka jalan napas bayi
• Melakukan resusitasi pada air ketuban
bercampur mekonium
• Memberikan oksigen aliran bebas
4. TUJUAN KHUSUS
• Menyebutkan urutan langkah awal
• Menjelaskan bahwa penghisapan jalan napas
yang dalam harus dihindari
• Menjelaskan penanganan bayi dengan
mekoneum
• Menyebutkan cara rangsangan yang tepat
• Menyebutkan indikasi O2 aliran bebas
• Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi &
mampu menentukan keputusan serta tindakan
yang tepat
5. DALAM < 30 DETIK
tanya & jawab hal-hal
dibawah ini
Bersih dari mekonium?
Bernapas atau
menangis?
Tonus otot baik?
Warna kulit kemerahan?
Cukup bulan?
Perawatan rutin
Memberi kehangatan
Membersihkan jalan
napas
Mengeringkan badan
30
D
E
T
I
K
Bayi Lahir
6. Menentukan apakah bayi
memerlukan resusitasi ?
• Bersih dari mekonium
– Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion perlu
intubasi dan penghisapan trakea sebelum melakukan
langkah resusitasi lain.
– Keputusan: dalam beberapa detik
• Bernapas/menangis
– Perhatikan dada bayi
– Tidak ada usaha napas perlu intervensi
– Megap-megap perlu intervensi
7. Menentukan apakah bayi
memerlukan resusitasi ?
• Tonus otot
– Tonus otot baik : fleksi & bergerak aktif
• Kemerahan
– Kemerahan
– Sianosis sentral vs sianosis perifer
– Hanya sianosis sentral perlu intervensi
8. LANGKAH AWAL
• Berikan kehangatan
• Posisikan, bersihkan jalan napas (bila
perlu)
• Keringkan, rangsang, perbaiki posisi
• Beri oksigen (bila perlu)
10. 2. POSISIKAN,
BERSIHKAN JALAN
NAPAS (BILA PERLU)
• Letakkan bayi dgn kepala sedikit tengadah
– Terlentang atau miring
– Leher sedikit tengadah/ekstensi
– Gulungan kain di bawah bahu
13. Bila ada mekonium &
bayi tidak aktif
Bila bayi :
• depresi pernapasan
• tonus otot kurang
• Frekuensi Jantung < 100 kali /menit
hisap mekonium dari trakea
sebelum bayi bernapas
14. … bila ada mekoneum
& bayi tidak aktif
• Oksigen (O2) aliran bebas
• Pasang laringoskop, hisap dengan kateter penghisap no.
12F/14F
• Masukkan pipa ET
• Sambung pipa ET ke alat penghisap
• Lakukan penghisapan sambil menarik keluar pipa ET
• Ulangi bila perlu atau bila resusitasi harus segera
dilanjutkan
15.
16. Bila tidak ada
mekonium
• Lendir dibersihkan
• Mulut & hidung: usap, hisap
• Lendir kental kepala
dimiringkan lendir berkumpul di
pipi mudah dibersihkan
• Alat penghisap mekanik
tekanan negatif 100 mmHg
17. … bila tidak ada
mekonium
• Mulut hidung
• Terlalu kuat / terlalu dalam
refleks vagus bradikardi / apnu
• Penghisapan singkat & lembut
cukup untuk membersihkan lendir
18. 3. KERINGKAN,
RANGSANG, PERBAIKI
POSISI
• Setelah jalan napas bersih keringkan,
rangsang pernapasan, letakkan pada posisi yang
benar
• Posisi & menghisap lendir cukup merangsang
pernapasan
• Mengeringkan tubuh & kepala bayi memberi
rangsangan dan mengurangi kehilangan panas
19. • Sambil mengeringkan, pastikan posisi
kepala agar jalan napas tetap terbuka
• Rangsang taktil membantu bayi
bernapas
• Cara yang aman :
1. Menepuk / menyentil telapak kaki
2. Menggosok punggung, perut,
dada atau ekstremitas
20. Tindakan berbahaya Kemungkinan akibat
Menepuk punggung Perlukaan
Menekan rongga dada
Patah tulang pnemotoraks,
distres pernapasan, kematian
Menekankan paha ke perut Pecahnya hati atau limpa
Mendilatasi sfingter ani Robeknya sfingter ani
Menggunakan kompres
dingin
Hipotermi, hipertermi, luka
bakar
Menggoyang-goyang tubuh Kerusakan otak
22. Perlu diperhatikan !
• Perangsangan yang terlalu bersemangat
tidak menolong & dapat menimbulkan
cedera yang berat. Bayi jangan digoyang-
goyang
• Meneruskan perangsangan taktil pada bayi
yang tidak bernapas membuang waktu
yang berharga. Untuk bayi yang tetap
tidak bernapas, berikan VTP.
23. 4. OKSIGEN ALIRAN
BEBAS
• Bila bayi bernapas, tetapi tetap sianosis
berikan oksigen aliran bebas
• Pada langkah awal: setelah hisap lendir,
pengeringan, rangsangan taktil bayi
bernapas, tetapi sianosis beri oksigen
aliran bebas
24. 4. OKSIGEN ALIRAN
BEBAS
• Cara:
1. Balon tidak
mengembang sendiri
2. Pipa Oksigen
3. Sungkup
Oksigen
25. • Kadar Oksigen : 100%
• Aliran Oksigen: minimal 5 L / menit
• Bila bayi kemudian kemerahan hentikan
secara bertahap
• Bila sianosis menetap VTP dan/atau
evaluasi PJB
26. Pernapasan adekuat
Frekuensi Jantung > 100 kali/menit
(menghitung dalam 6 detik, kalikan 10)
Warna kulit kemerahan
Bila satu / lebih tidak normal VTP
Hangat, posisi benar, jalan napas
bersih, kering, rangsangan taktil,
oksigen kalau perlu Lakukan
penilaian bayi
27. Bersih dari mekonium?
Bernapas atau menangis?
Tonus otot baik?
Warna kulit kemerahan
Cukup bulan?
Berikan kehangatan
Posisikan, bersih jalan napas (bila perlu)
Keringkan, rangsang, posisikan lagi
Beri Oksigen
Evaluasi pernapasan, FJ, warna kulit
Berikan VTP
Tidak
Apnu atau FJ < 100
Bayi Lahir
29. • Lima pertanyaan harus dijawab
– Bersih dari mekonium?
– Bernapas atau menangis?
– Tonus otot baik?
– Warna kulit kemerahan
– Cukup bulan?
• Semua bayi dgn mekonium dalam cairan amnion
perlu penghisapan lendir & farings sebelum lahir
• Bayi bugar:
– usaha napas baik
– Tonus otot baik
– FJ > 100 X/menit
• Membuka jalan napas letakkan bayi dengan posisi
tengadah
30. • Penghisapan lendir: mulut dahulu baru hidung
• Rangsangan taktil:
– Menepuk/menyentil telapak kaki
– Menggosok punggung
• Melanjutkan rangsangan taktil pada bayi apnu
tidak berguna
– Bila apnu menetap VTP
• O2 aliran bebas tidak dapat diberikan dengan
menggunakan balon mengembang sendiri
31. • Kesimpulan & tindakan selama resusitasi
ditentukan oleh:
– Usaha napas
– FJ
– Warna kulit
• Menghitung FJ hitung dalam 6 detik
kalikan 10
33. TUJUAN UMUM
• Kapan ventilasi balon & sungkup diberikan
• Perbedaan antara “balon tidak mengembang
sendiri” dan “balon mengembang sendiri”
• Cara kerja tiap jenis balon
• Meletakkan sungkup yang tepat pada wajah bayi
• Menguji & mengatasi masalah tiap jenis balon
• Menilai keberhasilan ventilasi balon & sungkup
34. TUJUAN KHUSUS
• Bagaimana menyiapkan & menggunakan balon
& sungkup resusitasi untuk memberikan
ventilasi.
• Pada Pelajaran 2 telah belajar cara menentukan
dlm beberapa detik bahwa:
– resusitasi perlu
– bagaimana melakukan Langkah Awal
35. TUJUAN KHUSUS
• Bila setelah Langkah Awal bayi tetap:
– tidak bernapas
– Frekuensi Jantung < 100 x/menit
– Sianosis menetap, setelah diberi O2 100% VTP
dgn balon & sungkup
• Ventilasi paru ialah langkah paling penting
dan efektif dalam resusitasi kardio-
pulmoner pada BBL yang memerlukan.
36. Jenis balon resusitasi
• Balon tidak mengembang sendiri (disebut
juga balon anestesi)
– terisi bila dialiri O2 dari sumber yang
dimampatkan.
• Balon mengembang sendiri
– terisi secara spontan setelah diremas, menarik
O2 atau udara ke dalam balon
38. Balon tidak
mengembang sendiri
Keuntungan
• Memberikan O2 100% setiap saat.
• Mudah mengetahui lekatan pada wajah pasien.
• Kekakuan paru dapat terasa bila balon diremas.
• Dapat digunakan untuk memberikan O2 aliran
bebas 100%.
39. Balon tidak
mengembang sendiri
Kerugian
• Membutuhkan lekatan ketat antara sungkup dan
pasien untuk mempertahankan balon tetap
mengembang.
• Membutuhkan sumber gas untuk mengembang
• Umumnya tidak mempunyai katup pelepas
tekanan untuk pengaman.
41. Balon mengembang
sendiri
Keuntungan:
• Selalu terisi setelah diremas, walau tanpa sumber gas.
• Katup pelepas tekanan mengurangi pengembangan yang
berlebihan
Kerugian :
• Tetap mengembang walaupun tidak terdapat lekatan
antara sungkup dan wajah pasien.
• Memerlukan pemasangan reservoir O2 untuk dapat
memberikan O2 mendekati kadar 100%.
• Tidak dapat memberikan O2 aliran bebas 100%.
42. Karakteristik balon resusitasi
untuk ventilasi BBL
• Ukuran balon: 750 mL
– Bayi perlu: 15-25 mL tiap ventilasi (5-8 mL/kg)
• Dapat memberikan O2 90%-100%
– Sumber O2 100% disambungkan ke B.T.M.S atau B.M.S
+ reservoar
– Catatan: udara kamar
• Dapat menghindari tekanan yang berlebihan
– alat penyelamat
• Ukuran sungkup sesuai
– menutupi dagu, mulut, hidung dan tidak menutupi mata
43. Balon Tidak
Mengembang Sendiri
Bagian2 B.T.M.S.
1. Tempat masuk O2
2. Tempat keluar O2
ke pasien
3. Katup pengontrol
aliran
4. Tempat untuk
memasang
manomater
1
1
3
4
2
44. CARA KERJA Balon tidak
mengembang sendiri
• Balon tak mengembang, bila
– Sungkup tidak melekat baik
– Terdapat robekan pada balon
– Katup pengontrol aliran terbuka terlalu lebar
– Manometer tidak terpasang atau pipa oksigen
terlepas / tersumbat
• Balon mengembang bila O2 dialirkan dari sumber
O2 yang dimampatkan
• Kadar O2 masuk ke balon kadar O2 yang
didapat bayi
45. … CARA KERJA Balon
tidak mengembang sendiri
• Cara mengatur tekanan juga mengatur
pengembangan balon:
– Menyesuaikan pengatur aliran
– mengatur volume O2 ke balon
– Menyesuaikan katup pengontrol aliran
– mengatur juml. O2 dibuang dari balon
• Bisa untuk O2 aliran bebas
46. Balon Mengembang
Sendiri
Bagian2 B.M.S.:
1.Pintu masuk udara &
tempat memasang
reservoar O2
2.Pintu masuk O2
3.Pintu keluar O2
4.Susunan katup
5.Reservoar O2
6.Katup pelepas tekanan
(pop-off valve)
7.Tempat memasang
manometer (bagian ini
mungkin tidak ada)
1 6
5
2
7
3
4
47. CARA KERJA Balon
mengembang sendiri
• B.M.S:
– Mengembang tanpa perlu disambungkan ke
sumber gas
– Bila perlu O2 kadar tinggi perlu
disambungkan ke O2
• Bayi harus mendapat O2 90%-100%:
– Tanpa reservoar kadar O2 ke bayi: 40%
– Dgn reservoar kadar O2 ke bayi: 90%-
100%
49. … CARA KERJA Balon
mengembang sendiri
• Besarnya tekanan & volume yang
diberikan pada setiap napas tergantung
pada:
– Kekuatan meremas balon
– Adanya kebocoran antara sungkup & wajah
bayi.
– Batas tekanan yang dipasang pada katup
pelepas tekanan
50. Alat Pengaman
• Tiap balon resusitasi harus
memiliki:
– Manometer & katup pengontrol
aliran
– Katup pelepas tekanan
52. Sebelum ventilasi dengan
balon & sungkup, perlu
dipikirkan:
• Pilih sungkup dengan ukuran
yang sesuai
• Jalan napas terbuka
• Posisi kepala bayi
• Posisi penolong
53. Tekanan pada ventilasi
• Pernapasan awal segera setelah lahir: >30
cmH2O
• Paru normal: 15 - 20 cmH2O
• Paru yang sakit atau immatur: 20 – 40
cmH2O
55. Bila dada tidak
mengembang
KONDISI TINDAKAN
Lekatan tidak
adekuat
• Pasang kembali sungkup ke wajah
Jalan napas
tersumbat
• Reposisi kepala.
• Periksa sekresi, hisap bila ada
• Lakukan ventilasi dengan mulut sedikit
terbuka.
Tidak cukup
tekanan
• Naikkan tekanan sampai tampak gerakan
naik turun dada yang mudah
• Pertimbangkan intubasi ET.
56. ADA 3 TANDA
PERBAIKAN
• Peningkatan frekuensi jantung
• Perbaikan warna kulit
• Adanya napas spontan
57. Cara menghentikan VTP
• Kecepatan & tekanan ventilasi diturunkan
secara bertahap
• Beri O2 100%
• Rangsangan
• Observasi adanya pernapasan spontan
58. Bila ventilasi balon &
sungkup perlu dilanjutkan
beberapa menit
• Pipa orogastrik
• Gas yang masuk lambung dapat
mengganggu ventilasi:
– Distensi lambung berisi udara menekan
diafragma, mencegah ekspansi paru.
– Gas dalam lambung regurgitasi isi
lambung dapat teraspirasi selama ventilasi
balon & sungkup.
59. Cara memasang pipa
orogastrik
• Alat:
– Pipa orogastrik 8F dan semprit 20 ml
• Mengukur: pangkal hidung – daun telinga –
prosesus sifoid
• Masukkan melalui mulut
• Pasang semprit hisap isi gaster
• Lepaskan semprit lubang pipa tetap terbuka
• Rekatkan plester pipa di pipi bayi
60.
61. Bila bayi tidak
menunjukkan perbaikan
• Dengan VTP, sebagian besar bayi membaik, bila
tidak membaik:
– Apakah gerakan dada adekuat?
• Apakah lekatan sungkup & wajah cukup erat?
• Adakah sumbatan jalan napas karena posisi kepala
tidak benar/sekresi dalam hidung, mulut atau
farings?
• Apakah balon berfungsi baik?
• Apakah tekanan adekuat?
• Apakah udara dalam lambung mengganggu
pengembangan dada
62. – Apakah O2 diberikan 100%?
• Apakah pipa O2 tersambung pada balon dan ke
sumber O2?
• Apakah gas mengalir melalui pengatur aliran?
• Bila memakai balon mengembang sendiri, apakah
reservoar O2 terpasang?
• Bila menggunakan tangki O2, apakah tangki berisi
O2?
64. • Bila kondisi tetap buruk atau gagal
membaik & Frekuensi Jantung < 60
kali/menit setelah 30 detik VTP yang
adekuat
langkah selanjutnya Kompresi
Dada
65. HAL-HAL PENTING
• Ventilasi langkah paling penting &
efektif
• Indikasi:
– Apnu/megap-megap
– FJ < 100/menit, walaupun bernapas
– Sianosis sentral tetap, setelah diberi O2 aliran
bebas
• BKB lebih sering memerlukan bantuan &
intubasi ET
66. HAL-HAL PENTING
• BTMS:
– terisi bila O2 dari sumber gas bertekanan
masuk
– Tergantung pada sumber gas bertekanan
– Lekatan wajah & sungkup harus
– Katup pengontrol aliran utk mengatur
tekanan/pengembangan
– Balon kempis bila dipakai
67. • BMS
– Terisi spontan
– Tetap mengembang
– Dapat memberikan VTP tanpa sumber gas bertekanan
– Butuh reservoar
• BTMS tidak dapat bekerja bila:
– Sungkup tak melekat dengan baik
– Robekan
– Katup pengontrol aliran terbuka lebar
– Manometer tidak ada
• Setiap balon resusitasi harus mempunyai:
– Katup pelepas tekanan, dan/atau
– Manometer & katup pengontrol aliran
68. • BMS harus mempunyai reservoar, bila
tidak, hanya O2 40% tidak cukup
• Tindakan bila dada tidak naik
– Betulkan letak sungkup, reposisi kepala
– Periksa sekresi, hisap mulut & hidung
– Lakukan ventilasi dengan mulut sedikit terbuka
– Naikkan tekanan ventilasi
– Periksa & letakkan kembali balon resusitasi
– Bila tetap tidak berhasil lakukan intubasi
• Perbaikan ditunjukkan dengan:
– Peningkatan FJ
– Perbaikan warna kulit
– Pernapasan spontan
70. TUJUAN KHUSUS
• Kapan memulai kompresi dada
• Bagaimana melakukan kompresi dada
• Bagaimana menggabungkan kompresi
dada & VTP
• Kapan menghentikan kompresi dada
71. Indikasi Kompresi Dada
• Bila setelah 30 detik dilakukan VTP
dengan 100% O2, Frekuensi Jantung
tetap < 60 kali/menit
72. Apa itu kompresi dada?
• Disebut sebagai: External Cardiac Massage
• Kompresi yang teratur pd tulang dada,
termasuk:
– Kompresi jantung ke arah tulang belakang
– Meningkatkan tekanan intratorak
– Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ
vital
• Dilakukan bersama VTP
73. KOMPRESI DADA
INTRODUKSI
• Hipoksemia denyut jantung bayi
• Hipoksemia lama :
– mengurangi frekuensi jantung
– mengurangi kekuatan kontraktilitas jantung
• Kekurangan oksigen bradikardi
• Dengan ventilasi baik Frekuensi
Jantung membaik
74. Berapa orang diperlukan
untuk kompresi dada?
• Diperlukan 2 orang:
– 1 orang kompresi dada,
– 1 orang lagi melanjutkan ventilasi
• Pelaksana kompresi menilai dada &
menempatkan posisi tangan dgn benar
• Pelaksana ventilasi mengambil posisi di
kepala bayi agar dapat menempatkan
sungkup wajah secara efektif & memantau
gerakan dada
75.
76. Bagaimana melakukan
kompresi dada?
• Ada 2 teknik:
– Teknik ibu jari
– Teknik dua jari
• Teknik ibu jari kedua ibu jari u/ menekan tulang
dada, sementara kedua tangan melingkari dada & jari-
jari tangan menopang bagian belakang bayi.
• Teknik dua jari ujung jari tengah & jari telunjuk atau
jari tengah & jari manis dari satu tangan u/ menekan
tulang dada. Tangan yang lain untuk menopang bagian
belakang bayi.
77. Untuk kedua teknik
kompresi dada:
• Posisi bayi:
– Topangan yang keras pada bagian belakang
bayi
– Leher sedikit tengadah
• Kompresi:
– Lokasi, kedalaman penekanan & frekuensi
sama
78.
79. TEKNIK DUA JARI
KEUNTUNGAN
• Tidak tergantung
besarnya bayi
• Ruangan yang tersisa
masih banyak
(u/ pemberian obat2an)
KERUGIAN
• Cepat lelah
80. TEKNIK IBU JARI
KEUNTUNGAN
• Tidak cepat lelah
KERUGIAN
• Jika bayi besar atau tangan kecil, tekniknya sulit
• Ruangan yang terpakai banyak sulit jika akan
melakukan pemberian obat2an melalui umbilikus
81. Lokasi untuk kompresi
dada
• Cara : Gerakkan jari-
jari sepanjang tepi
bawah iga sampai
mendapatkan sifoid.
Lalu letakkan ibu jari
atau jari-jari pada
tulang dada, tepat di
atas sifoid.
82. Tekanan saat kompresi
dada
• Kedalaman ± 1/3
diameter antero-
posterior dada
• Lama penekanan <<
lama pelepasan
curah jantung
maksimal
sepertiga
83. • Jangan mengangkat
ibu jari atau jari-jari
tangan dari dada di
antara penekanan:
– Perlu waktu untuk
mencari lokasi
– Kehilangan kontrol
kedalaman
– Dapat terjadi
penekanan di tempat
yang salah trauma
organ
88. • Kompresi dada bila FJ tetap < 60
kali/menit, meskipun telah dilakukan VTP
yg efektif selama 30 detik.
• Kompresi dada
– Menekan jantung ke arah tulang belakang
– Menaikkan tekanan intratoraks
– Mengalirkan darah ke organ vital, termasuk
otak.
• Ada 2 teknik kompresi dada
– Teknik ibu jari dan teknik dua jari. Teknik ibu
jari lebih disukai.
89. • Tentukan daerah untuk kompresi dada
• Untuk memastikan frekuensi kompresi
dada dan ventilasi yang tepat, penekan
menghitung “Satu – Dua – Tiga - Pompa-
…”
• Selama kompresi dada, diberikan ventilasi
30 kali/menit dan kompresi dada 90
kali/menit. Ini berarti 120 kegiatan per
menit. Satu siklus terdiri dari 3 kompresi
dada dan 1 ventilasi dalam 2 detik.
90. • Selama kompresi dada, pastikan :
– Gerakan dada adekuat selama ventilasi
– Digunakan oksigen 100%
– Kedalaman kompresi: 1/3 diameter dada
– Ibu jari atau jari-jari tetap melekat pada dada
selama kompresi
– Waktu kompresi ke bawah lebih pendek
daripada pelepasan
– Kompresi dada dan ventilasi terkoordinasi
baik
91. • Setelah 30 detik kompresi dada dan
ventilasi, periksa FJ. Jika FJ:
– Lebih dari 60 x/menit, hentikan kompresi
dada dan lanjutkan ventilasi pada 40-60
kali/menit.
– Lebih dari 100 x/menit, hentikan kompresi
dada dan hentikan ventilasi secara bertahap
jika bayi bernapas spontan.
– Kurang dari 60 x/menit, lakukan intubasi, jika
belum dilakukan cara yang lebih terpercaya
untuk melanjutkan ventilasi dan memberikan
epinefrin.
93. TUJUAN KHUSUS
• Mengetahui kapan & mengapa diperlukan intubasi
endotrakeal
• Mempersiapkan peralatan untuk intubasi endotrakeal
(ET)
• Menggunakan laringoskop untuk memasukkan pipa ET
• Memastikan letak pipa ET dalam trakea
• Menggunakan pipa ET untuk menghisap mekonium
• Menggunakan pipa ET pada waktu ventilasi
94. INDIKASI
Intubasi Endotrakeal
• Terdapat mekonium & bayi mengalami depresi
• Jika VTP dgn balon & sungkup tidak efektif
• Membantu koordinasi kompresi dada & VTP
• Pemberian epinefrin u/ stimulasi FJ
• Indikasi lain: sangat prematur & hernia
diafragmatika
97. Mempersiapkan pipa ET
Memilih pipa Endotracheal
Ukuran pipa
(diameter dalam mm)
Berat (g) Umur kehamilan
2.5 < 1000 < 28
3.0 1000 - 2000 28 - 34
3.5 2000 – 3000 34 – 38
3.5 – 4.0 > 3000 > 38
98. Memotong pipa ET
• Pipa yang terlalu panjang
meningkatkan
resistensi aliran udara
• Memotong pipa ET
menjadi 13-15 cm
lebih mudah memegang
dan mengurangi
dimasukkan terlalu
dalam
Pasang
sambungan
99. Penggunaan stilet
• Stilet agar pipa lebih kaku & mudah dibentuk.
• Ketika memasukkan stilet:
– Ujung stilet tidak keluar dari lubang pipa ET
– Stilet tidak boleh bergerak masuk sendiri di dalam pipa
saat intubasi
• Penggunaan stilet
pilihan
100. Mempersiapkan
Laringoskop & peralatan lain
• Pilih daun laringoskop yang sesuai
– No. 0 untuk bayi kurang bulan
– No. 1 untuk bayi cukup bulan
• Periksa lampu batere & lampu berfungsi baik?
• Siapkan peralatan penghisap
– Atur kekuatan penghisapan: 100 mmHg
– Kateter penghisap
• Siapkan balon & sungkup
• Alirkan O2
• Sediakan stetoskop
• Sediakan plester
104. • Posisi bayi
waktu intubasi
– Sama dengan posisi VTP
– sedikit tengadah
– meluruskan trakea &
mengoptimalkan
pandangan
105. • Memegang laringoskop
• Nyalakan lampu & pegang
laringoskop dengan
tangan kiri, meskipun
kidal
106. Memasukkan laringoskop
• Stabilkan kepala bayi dengan
posisi sedikit tengadah, O2
aliran bebas tetap diberikan
• Dorong daun laringoskop dari
sebelah kanan lidah dgn
menggeser lidah ke sebelah kiri
mulut, lalu masukkan daun
sampai sebatas pangkal lidah
109. … memasukkan laringoskop
• Masukkan pipa dari
sebelah kanan mulut
sampai batas pedoman
pita suara
– Berhenti dahulu jika pita
suara tidak terbuka dalam
20 detik & lakukan VTP.
Coba lagi setelah FJ &
warna kulit membaik
– Perhatikan tanda cm
sebatas bibir bayi
110. … memasukkan laringoskop
• Pegang pipa dgn satu tangan
& cabut daun laringoskop
• Cabut juga stilet (jika
memakai) dari pipa ET
111. Intubasi untuk
menghisap mekonium
• Setelah pipa ET dimasukkan & stilet dicabut:
– Sambungkan pipa ET ke aspirator mekonium
– Tutup lubang pengatur hisapan pada aspirator, lalu
cabut pipa ET secara perlahan sambil menghisap
mekonium dari trakea
• Ulangi intubasi & hisapan sampai mekonium
habis atau FJ menunjukkan perlu VTP
112. Waktu untuk mencoba
menghisap mekonium
• Ketika menarik pipa ET keluar, tidak lebih dari 3-5 detik
• Jangan mengulang prosedur penghisapan jika tidak
ditemukan mekonium
lanjutkan dengan resusitasi
• Jika ditemukan mekonium saat pertama penghisapan,
periksa FJ.
– Jika bayi tidak bradikardi, intubasi lagi & penghisapan
– Jika FJ rendah VTP
113. Intubasi untuk
memberikan ventilasi
• Memastikan pipa pada posisi yang benar
di trakea:
– Gerakan dada mengembang
– Terdengar bunyi napas di kedua paru
gunakan stetoskop
– Tidak terjadi distensi lambung
– Pipa berembun saat ekspirasi
• Pendeteksi CO2
– Konfirmasi dgn rontgen
118. Laringoskop masuk terlalu dalam
Tampak dinding esofagus
di sekitar daun
Tarik daun
perlahan2 sampai
terlihat epiglotis &
glotis
119. Laringoskop masuk terlalu
miring ke satu sisi
Tampak bagian glotis
letaknya miring di satu sisi
Geser daun laringoskop ke tengah
perlahan2, lalu masukkan atau cabut,
tergantung tanda petunjuk
120. Tanda2 pipa ET berada
di esofagus
• Gerakan dada kurang
• Tidak terdengar suara napas
• Udara terdengar masuk ke lambung
• Mungkin terlihat distensi perut
• Pipa endotrakeal tidak berembun
• Pendeteksi CO2 tidak menunjukkan adanya CO2
• Sedikit / tidak ada respons setelah intubasi
(sianosis, bradikardi, dsb)
122. PERAN ASISTEN
PENOLONG
• Sebelum intubasi
– siapkan & periksa alat
• Pada waktu intubasi
– Pegang kepala
– Berikan alat pada penolong
– Berikan O2
– Berikan kateter penghisap
– Tekan trakea
– Pantau waktu, beritahu bila > 20 detik
– Pantau frekuensi jantung, usaha napas, warna
– Bantu ventilasi bila perlu stabilitas antara tindakan
123. Setelah intubasi
• Pegang pipa ET baik-baik
• Periksa letak pipa:
– Dengarkan kedua sisi dada & perut dgn stetoskop
– Amati gerak dada & perut
• Perhatikan ukuran cm sebatas bibir
• Fiksasi dengan plester
• Bila pipa keluar > 4 cm, potong pipa
124. HAL - HAL PENTING
• Setiap persalinan didampingi tenaga
berpengalaman dalam intubasi ET
• Pahami indikasi intubasi ET
• Memegang laringoskop selalu dengan tangan kiri
• Ukuran daun laringoskop:
– No. 1 untuk bayi cukup bulan
– No. 0 untuk bayi kurang bulan
125. … HAL - HAL PENTING
• Prosedur intubasi selesai 20 detik
• Pahami langkah-langkah intubasi ET
• Pahami ciri-ciri posisi ET yang terletak benar di
trakea
127. Menilai reaksi bayi saat lahir
Jaga tetap hangat, posisi, bersihkan jalan napas,
rangsang, & beri O2 (bila perlu)
Berikan ventilasi yang efektif:
Balon & sungkup
Intubasi endotrakeal
Kompresi dada
Pemberian
obat2an
Selalu
diperlukan
Lebih
jarang
diperlukan
Kadang-
kadang
diperlukan
128. TUJUAN KHUSUS
• Kapan harus memberikan obat
• Bagaimana cara pemberian epinefrin, melalui:
• Pipa endotrakeal
• Vena umbilikalis
• Kapan & bagaimana cara pemberian cairan
intravena untuk menambah volume darah.
• Kapan & bagaimana cara pemberian natrium
bikarbonat untuk mengkoreksi asidosis
metabolik
129. Dalam pelajaran ini tercakup:
• Epinefrin :
– kapan diberikan
– bagaimana cara pemberian
– bagaimana menentukan dosis
• Obat-obatan yang membantu
peningkatan sirkulasi:
– cairan penambah volume darah
– natrium bikarbonat
130. Indikasi pemberian
epinefrin
• Frekuensi Jantung masih < 60 kali/menit,
setelah pemberian VTP selama 30 detik
DAN
• pemberian secara terkoordinasi
• VTP & kompresi dada
• selama 30 detik
131. Epinefrin tidak merupakan
indikasi sebelum ventilasi
yang adekuat
Sebab:
• Kehilangan waktu
• Epinefrin meningkatkan beban kerja &
konsumsi oksigen otot jantung
132. Bayi Kurang Bulan
• Hindari penggunaan dosis
– Hipertensi
– Kenaikan aliran darah otak
• Perdarahan germinal matriks yang sangat
rapuh
136. Pemberian Epinefrin
melalui Vena Umbilikalis
• Vena umbilikalis mudah didapat
• Ikatkan plester / tali secara longgar pada
ujung tali pusat
• Bersihkan tali pusat povidone iodine
• Isi kateter umbilikal 3.5 / 5 dgn larutan
garam fisiologis. Lobang kateter
dihubungkan dengan stopcock atau
semprit.
137. • Potong tali pusat dengan pisau dibawah klem, 1-
2 cm dari ujung kulit
• Masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis, 2-4
cm sampai mendapatkan aliran yang bebas
• Suntikan epinefrin dg dosis tepat diikuti dgn 0.5-
1 ml larutan garam fisiologis
• Selesai resusitasi, kateter, plester pengikat
dilepas, ikatan tali pusat dikencangkan
Pemberian Epinefrin
melalui Vena Umbilikalis
141. Jalur yang dianjurkan
• Endotrakeal
• Intravena
– Dosis: 0,1 - 0,3 ml/ kg larutan 1:10.000
– Persiapan: 1 ml cairan 1:10.000
– Kecepatan pemberian: secepat mungkin
142. Harapan setelah
pemberian epinefrin
• Setelah 30 detik pemberian epinefrin
disertai VTP & kompresi dada, FJ > 60
kali/menit.
• Bila tak terjadi peningkatan
ulangi pemberian tiap 3-5 menit
144. Bila bayi pucat,
terbukti ada kehilangan darah dan
Bayi tidak memberikan respons yang
memuaskan terhadap resusitasi
Pemberian cairan penambah volume
darah
145. Cairan Penambah
Volume Darah
• Cairan kristaloid isotonik:
– Garam fisiologis (dianjurkan)
– Ringer laktat
– Darah O – negatif
• Dosis: 10 ml / kg, jalur v. umbilikalis
• Persiapan: dalam semprit besar
• Kecepatan: 5-10 menit (hati-hati bayi prematur)
146. Bila dicurigai terjadi
asidosis metabolik atau
terbukti terjadi asidosis
metabolik
• Natrium bikarbonat
• Dosis: 2 mEq/kg (4.2 %)
• Jalur: v. umbilikalis
• Persiapan: 0.5 mEq/ ml (larutan 4.2%)
147. • Kecepatan:
– Perlahan, tidak lebih cepat dari 1 mEq/kg/
menit
• Perhatian:
– Jangan memberikan natrium bikarbonat bila
paru belum diventilasi dgn adekuat.
– Natrium bikarbonat mudah membakar
jaringan & tidak boleh diberikan melalui pipa
ET
148. Jika tidak ada
perbaikan?
• Pastikan bahwa tindakan sudah benar
– Ventilasi
– Kompresi dada
– Obat-obatan
• Pertimbangkan:
– Malformasi.
– Gangguan napas.
– Penyakit jantung bawaan
149. Hal - Hal Penting
• Epinefrin
– Stimulan jantung
– FJ < 60 x / menit setelah VTP selama 30 detik dan
dilanjutkan dengan kompresi dada selang-seling dg
VTP selama 30 dtk
– Epinefrin dianjurkan
• Konsentrasi : 1:10.000 Jalur : ET / IV
• Dosis : 0,1-0,3 ml/kg.
• Persiapan : semprit 1 ml.
• Kecepatan : secepat mungkin
150. • Pemberian Epinefrin:
– Pipa ET jalur tercepat dan lebih mudah didapat dari
pada memasang intra umbilikal.
• Indikasi pemberian cairan penambah
volume darah:
– Tidak berespons terhadap resusitasi.
– Ada bukti kehilangan darah (warna pucat,nadi lemah,
FJ meningkat / menurun,tidak ada perbaikan sirkulasi
setelah upaya resusitasi)
151. • Cairan penambah volume darah yang
dianjurkan :
– Cairan : garam fisiologi
– Dosis : 10 ml /kg
– Jalur : V.umbilikalis
– Persiapan : dosis tepat semprit besar.
– Kecepatan : 5-10 menit
152. • Indikasi pemberian natrium bikarbonat:
– dicurigai terjadi asidosis metabolik berat
(analisa gas darah)
• Jangan memberikan natrium bikarbonat,
bila paru belum diventilasi dengan
adekuat.
153. • Natrium bikarbonat mudah membakar
jangan memberikan melalui ET
• Natrium bikarbonat
– Larutan : 4.2% (0,5 mEq/mL)
– Dosis : 2 mEq/kg ( 4,2 %)
– Jalur : v. umbilikalis
– Persiapan : 0.5 mEq/ ml (larutan 4.2%)
154. • Bila bayi tidak ada perbaikan setelah pemberian
Natrium bikarbonat, periksa:
– Apakah ventilasi telah dilakukan dgn tepat
– Apakah kompresi telah dilakukan dengan tepat
– Apakah obat telah diberikan dengan tepat
– Penyebab mekanik respons kurang baik, seperti:
malformasi jalan napas, pnemotoraks, hernia
diafragmatika atau penyakit jantung bawaan
156. Mempelajari
– Situasi khusus yang dapat menjadi penyulit
resusitasi & masalah
– Tatalaksana lanjutan bayi sudah diresusitasi
– Masalah etik : memulai & menghentikan
resusitasi
– Prinsip resusitasi pada neonatus yang
memerlukan resusitasi setelah periode segera
setelah lahir atau yang lahir di luar kamar
bersalin
157. TUJUAN
• Mengetahui indikasi, indikasi kontra, dosis,
cara dan kecepatan pemberian Nalokson
• Mengenal 4 penyebab sumbatan jalan
napas bayi baru lahir
• Mengetahui penyulit pasca resusitasi pada
organ / sistem dan tindakan mengatasinya
158. TUJUAN
• Mendiskusikan keadaan dimana usaha
resusitasi dapat dihentikan
• Mengenal prinsip resusitasi yang
digunakan pada resusitasi di luar kamar
bersalin rumah sakit atau setelah periode
awal neonatus
160. • Bayi gagal bernafas spontan
• VTP gagal menimbulkan ventilasi yang
adekuat
• Bayi tetap sianosis atau bradikardia
meskipun ventilasi telah adekuat
161. Penyebab bayi gagal
bernapas spontan
• Kerusakan otak (ensefalopati iskemik–
hipoksik) atau kelainan neuromuskuler
kongenital
• Efek sedasi obat pada ibu yang melewati
plasenta
162. Indikasi pemberian
Nalokson
• Depresi pernapasan berat dgn FJ & warna
kulit normal setelah VTP
DAN
• Riwayat pemberian narkotik pada ibu
dalam 4 jam terakhir
163. N A L O K S O N
• Konsentrasi yang dianjurkan : 1.0 mg/mL
• Cara pemberian : Dianjurkan melalui pipa
endotrakeal dan intravena. Intramuskuler dan
subkutan bisa dilakukan, tetapi efek obat
lambat.
• Dosis : 0.1 mg/kgBB
• INGAT: Jangan memberikan nalokson pada BBL
dari ibu yang sedang menggunakan narkotika.
Ini akan menyebabkan kejang pada bayi.
164. Penyebab kegagalan VTP
untuk menimbulkan
ventilasi adekuat
• Sumbatan mekanik jalan napas
– Mekonium atau sekret di farings atau trakea
– Atresia choana
– Malformasi jalan napas faringeal (sindrom
Robin)
– Kondisi lain (laryngeal web)
166. Sumbatan lendir atau
mekonium
• Intervensi
– Hisap lebih dalam pada mulut & hidung dgn
kateter 10F atau 12F
– Intubasi dan hisap lendir
167. Atresia choanae
• Tes dengan memasukkan
kateter penghisap melalui
kedua lubang hidung
• Masukkan oropharyngeal
airway
• Bila perlu masukkan pipa ET
melalui mulut
168. Sindroma Robin
• Intervensi
– Letakkan bayi dlm
posisi tengkurap
– Masukkan pipa ET
no 2.5 melalui
hidung, tempatkan
ujung pipa di
farings posterior
173. Bayi tetap bradikardi
atau sianosis
• Ventilasi tidak adekuat
– Intervensi : pastikan dada mengembang,
suara napas terdengar di kedua sisi dan
diberikan oksigen 100%
• Kelainan jantung kongenital
– Intervensi : pastikan diagnosis dengan foto
rontgent, EKG dan echokardiografi
175. • Bayi harus diawasi dan dipantau
• Intervensi
– Pantau frekuensi jantung
– Pantau saturasi oksigen
– Pantau tekanan darah
– Periksa hematokrit dan gula darah
– Periksa analisa gas darah
177. PNEMONIA
• Pertimbangkan pnemonia bila bayi tetap
menunjukkan distres pernapasan &
memerlukan oksigen setelah resusitasi
• Pertimbangkan pemberian antibiotika
parenteral
• Bila terjadi perburukan pertimbangkan
kemungkinan pnemotoraks, dislokasi atau
tersumbatnya pipa endotrakeal
178. HIPOTENSI
• Intervensi
– Pantau FJ dan tekanan darah
– Pertimbangkan pemberian “volume expander”
dan transfusi darah
– Pertimbangkan pemberian dopamin atau obat
inotropik lain untuk memperbaiki curah
jantung dan fungsi pembuluh darah
179. TATALAKSANA
CAIRAN
• Dapat terjadi gangguan fungsi ginjal
temporer (nekrosis tubuler akut)
• Intervensi
– Periksa air kemih untuk mengetahui adanya
hematuria dan proteinuria
– Periksa produksi urin, berat badan, dan elektrolit
pada hari2 pertama
– Pembatasan masukan cairan & elektrolit sampai
fungsi ginjal normal
180. KEJANG / APNU
• Kejang, apnu & hipoventilasi mungkin
timbul pasca resusitasi akibat ensefalopati
iskemik hipoksik atau gangguan elektrolit/
metabolisme, misalnya hipoglikemi,
hipokalsemi
• Periksa kadar gula darah, elektrolit.
Mungkin perlu pemberian antikonvulsan
fenobarbital.
181. HIPOGLIKEMIA
• Intervensi
– Periksa kadar gula darah segera setelah
resusitasi dan berikutnya
– Berikan glukosa intravena untuk mengobati/
mencegah hipoglikemia
182. MASALAH PEMBERIAN
MINUM
• Intervensi
– Berikan cairan dan nutrisi intravena
– Perhatikan pulihnya fungsi sistim pencernaan
dari refleks menghisap dan menelan
183. TATALAKSANA SUHU
• Intervensi
– Pertahankan suhu dalam batas normal
– Jangan memanaskan bayi secara berlebihan
setelah resusitasi karena hipertermia
berbahaya untuk bayi baru lahir
184. BAYI KURANG BULAN
• Masalah
– Pengendalian suhu
– Ketidakmatangan paru
– Perdarahan intrakranial
– Hipoglikemia
– Enterokolitis nekrotikans
– Cedera oksigen
189. PEDOMAN RESUSITASI
• Bayi baru lahir mendapat perlakuan etik
yang sama dgn anak atau orang dewasa
• Penghentian resusitasi setelah resusitasi
dapat dipertimbangkan secara etik
• Keputusan untuk melakukan atau
menghentikan resusitasi harus didasarkan
pada informasi obyektif
• Bila diantisipasi kemungkinan resusitasi,
diskusikan dengan keluarga
191. PENGHENTIAN
RESUSITASI
• Dapat dilaksanakan setelah 15 menit
denyut jantung tidak ada dengan
resusitasi maksimal.
• Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan.
193. • Prinsip dan langkah resusitasi tetap
sama
• Prioritas utama resusitasi bayi dalam
masa neonatus tanpa memandang
tempat ialah memberikan
VENTILASI yang adekuat