SlideShare a Scribd company logo
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 173
IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN
PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN
TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL
Arif Rahman
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang (UB)
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
Phone/Fax : +62-341-551430
E-mail : posku@ub.ac.id
Abstrak
Terdapat dua strategi murni utama dalam perencanaan produksi agregat, yaitu strategi mengikuti
permintaan (chase demand strategy) dan strategi produksi konstan (level production strategy). Salah
satu teknik yang dapat dilakukan dalam menggunakan strategi mengikuti permintaan adalah dengan
mengatur tenaga kerja, yaitu dengan merekrut dan memberhentikan pekerja sesuai dengan kebutuhan
produksi (manpower hire and layoff). Umumnya penentuan julah tenaga kerja dalam perencanaan
agregat dilakukan tanpa memperhatikan pembagian kerja, atau diasumsikan semua tenaga kerja yang
ditugaskan masing-masing akan mengerjakan semua aktivitas produksi mulai dari awal hingga akhir.
Pada penelitian ini akan ditunjukkan perencanaan produksi agregat di lini produksi yang terdeskripsi
pada precedence diagram dengan tiga skenario, yaitu tanpa pembagian kerja, dengan pembagian tetap,
dan dengan pembagian kerja fleksibel. Skenario tanpa pembagian kerja dilakukan pengaturan jumlah
tenaga kerja dengan memperhitungkan total waktu proses. Skenario dengan pembagian kerja tetap
dilakukan pengaturan tenaga kerja dengan memperhatikan kebutuhan di masing-masing stasiun kerja.
Skenario dengan pembagian kerja fleksibel dilakukan pengaturan jumlah tenaga kerja menggunakan
teknik shojinka. Shojinka merupakan suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalm pengaturan jumlah
tenaga kerja dengan menyesuaikan terhadap perubahan permintaan, dengan tetap menyeimbangkan
lintasan produksi berdasarkan perhitungan metode heuristik.
Kata kunci : Shojinka, perencanaan produksi agregat, pengaturan jumlah tenaga kerja,
pembagian kerja fleksibel
1. PENDAHULUAN
Perencanaan produksi agregat atau
aggregate planning merupakan perencanaan
jangka menengah yang dibuat perusahaan terkait
dengan penentuan tingkat produksi yang
dioperasikan di lantai produksi. Beberapa faktor
menjadi dasar pertimbangan perencanaan
agregat, meliputi ramalan permintaan, kapasitas
produksi, persediaan agregat dan perencanaan
sumber daya (Narasimhan, 1995 [1]).
Dalam memenuhi permintaan pasar yang
tidak stabil, bahkan cenderung berfluktuasi,
perusahaan dapat mempergunakan salah satu
dari dua strategi murni utama dalam
perencanaan produksi agregat atau
memadukannya. Strategi yang pertama adalah
penentuan tingkat produksi berubah mengikuti
atau menyesuaikan perubahan permintaan yang
disebut dengan chase demand strategy. Strategi
yang kedua adalah penentuan tingkat produksi
tetap mengabaikan perubahan permintaan yang
disebut dengan level production strategy. Atau
strategi gabungan yang memadukan beberapa
teknik dalam kedua strategi murni utama
tersebut yang disebut dengan hybrid strategy.
Penerapan chase demand strategy dalam
perencanaan produksi agregat memiliki
beberapa variasi teknik, meliputi mengatur
jumlah sumber daya, menjadwalkan waktu
kerja, atau melibatkan pihak eksternal sebagai
mitra subkontrak. Salah satu teknik yang dapat
dipergunakan melalui pengaturan jumlah sumber
daya adalah pengaturan jumlah tenaga kerja
(varying workforce size). Pengaturan jumlah
tenaga kerja cukup andal untuk sistem produksi
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 174
yang memiliki kapasitas produksi yang
tergantung pada manusia sebagai tenaga
penggerak utamanya. Pengaturan jumlah tenaga
kerja berdasarkan kebutuhan produksi sesuai
ramalan permintaan yang akan dilayani dengan
menambahkan atau mengurangi jumlah tenaga
kerja (manpower hire and layoff) sesuai prinsip
chase demand strategy.
Penentuan kebutuhan jumlah tenaga kerja
dalam perencanaan produksi agregat biasanya
didasarkan total waktu produksi dalam jam
orang (manhour) yang dibagi dengan kapasitas
waktu yang tersedia dalam jam. Perhitungan
tersebut sangat membantu apabila pada lantai
produksi tidak terdapat pembagian kerja atau
diasumsikan masing-masing tenaga kerja dapat
melakukan pekerjaan mulai operasi pertama
hingga terakhir. Namun apabila terdapat
pembagian kerja, maka seringkali jumlah tenaga
kerja yang dihitung ternyata masih belum
mencukupi terutama di stasiun kerja bottleneck
akibat kendala kapasitas (capacity constraint
resource). Penerapan teknik shojinka diharapkan
dapat menekan permasalahan tersebut namun
tetap memperhatikan efisiensi pemberdayaan
tenaga kerja.
2. DASAR TEORI
2.1 Perencanaan Produksi Agregat
Perencanaan produksi agregat memberikan
ketentuan kapasitas dan persediaan yang
diperhatikan dalam perencanaan jangka
menengah dan jangka panjang yang dapat
menjadi masukan dalam perencanaan finansial,
perencanaan pemasaran dan perencanaan
produksi yang lebih rinci (Narasimhan, 1995
[1]).
Perencanaan produksi agregat membantu
pengendalian produksi untuk menjadi dasar
penjadwalan induk produksi. Tujuan dari
perencanaan produksi agregat adalah utilisasi
sumber daya manusia dan peralatan dengan
lebih produktif. Perencanaan agregat merupakan
perencanaan yang mengatur sumber daya secara
bruto untuk memenuhi total permintaan dari
semua item produk yang mempergunakan
sumber daya atau fasilitas secara bersama
(Bedworth, 1987 [2]).
Terdapat dua strategi murni utama dalam
perencanaan produksi agregat, yaitu strategi
mengikuti permintaan (chase demand strategy)
dan strategi produksi konstan (level production
strategy). Dari masing-masing strategi terdapat
beberapa teknik perencanaan. Perencanaan
produksi agregat dapat disusun dengan
memadukan beberapa teknik perencanaan dari
salah satu strategi murni atau keduanya. Strategi
yang memadukan kedua strategi murni biasa
disebut dengan hybrid strategy.
Pada strategi produksi konstan terdapat
beberapa teknik perencanaan. Teknik
perencanaan pertama dengan mengendalikan
persediaan, di mana produksi akan menambah
tingkat persediaan pada saat permintaan rendah,
dan persediaan akan dipergunakan pada saat
permintaan tinggi. Teknik yang kedua dengan
mempergunakan subkontrak, di mana produksi
tetap konstan sesuai permintaan rata-rata, namun
apabila terjadi kekurangan maka dipenuhi
dengan melakukan subkontrak kepada mitra
outsourcing. Teknik yang ketiga dengan
mempengaruhi pasar (influencing demand), di
mana melakukan negosiasi untuk menunda
pengiriman (backorder) saat permintaan tinggi,
dan memberikan penawaran menarik saat
permintaan rendah.
Pada strategi mengikuti permintaan juga
terdapat beberapa teknik perencanaan. Teknik
perencanaan pertama dengan mengatur jam
kerja, di mana diperbolehkan bekerja tidak
penuh waktu (undertime) pada saat permintaan
rendah dan akan memberlakukan bekerja lembur
(overtime) pada saat permintaan tinggi. Teknik
yang kedua dengan mengatur sumber daya atau
tenaga kerja, di mana akan menambah tenaga
kerja saat permintaan tinggi, namun akan
mengurangi tenaga kerja saat permintaan
rendah.
Terdapat beberapa metode untuk menyusun
perencanaan produksi agregat, yaitu dengan
mempergunakan metode heuristik transportasi
atau tabel, dengan mempergunakan metode
optimasi programa linier atau programa dinamis.
2.2 Keseimbangan Lintasan
Keseimbangan lintasan adalah
permasalahan pemberian task kepada stasiun
kerja sehingga pembagian task merata
(seimbang) dengan mempertimbangkan
beberapa batasan (Sly, 2005 [3]). Tujuan
menyeimbangkan lintasan adalah untuk
meminimalkan waktu menganggur (idle time)
pada lintasan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan waktu produksi diantara
stasiun kerja.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 175
Ada beberapa dasar metode yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah keseimbangan
lintasan, yaitu: metode heuristik, metode
analitis, metode probabilistik, metode empiris
dan metode simulasi. Terdapat beberapa macam
metode heuristik yang dikenal, seperti (Chang,
1992 [4]) : ranked positional weighted, fewest
followers,comosal, dan lain sebagainya.
Ranked Positional Weight adalah metode
yang diusulkan oleh Helgeson dan Birnie
sebagai pendekatan untuk memecahkan
permasalahan pada keseimbangan lintasan dan
menemukan solusi dengan cepat (Groover, 2001
[5]).
Precedence diagram merupakan gambar
secara grafis yang memperlihatkan urutan suatu
proses pengerjaan dari keseluruhan operasi
pengerjaan, dengan tujuan agar memudahkan
dalam pengawasan, evaluasi serta perencanaan
aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya.
Waktu siklus merupakan waktu yang
dibutuhkan oleh lintasan produksi untuk
menghasilkan suatu unit produk. Berikut ini
merupakan persamaan dari waktu siklus yang
jumlah stasiun kerjanya tidak diketahui
(Sugiyono, 2006 [6]):
Q
P
TC  (1)
Dimana :
TC = waktu siklus (menit)
P = periode waktu produksi (menit)
Q = output target selama periode waktu produksi
Sedangkan berikut ini merupakan
persamaan dari waktu siklus yang jumlah stasiun
kerjanya diketahui:
n
t
T
N
i
i
C

 1
(2)
Dimana :
TC = waktu siklus (menit)
ti = waktu operasi elemen kerja ke-i (menit)
N = jumlah operasi
n = jumlah stasiun kerja
Perkiraan jumlah stasiun kerja (nmin) harus
bilangan bulat dan tergantung pada waktu siklus
stasiun yang diinginkan (TC), sehingga
rumusnya menjadi (Elsayed, 1994 [7]):
C
N
i
i
T
t
n

 1
min (3)
Dimana :
nmin =perkiraan jumlah stasiun kerja minimum
ti =waktu operasi elemen kerja ke-i (menit)
N =Jumlah operasi
TC =Waktu siklus (menit)
Waktu siklus dari lintasan produksi yang
memiliki sejumlah stasiun kerjanya dapat
dihitung dari persamaan berikut:
niTskT iC ,..,2,1untuk}max{  (4)
Dimana :
TC = waktu siklus (menit)
Tski = waktu stasiun kerja ke-i (menit)
n = jumlah stasiun kerja
Output produksi digunakan untuk
mengetahui berapakah jumlah keluaran (output)
yang dikeluarkan oleh pekerja di lini
produksi/perakitan. Output produksi dipengaruhi
oleh waktu siklus yang dikehendaki selama
periode waktu produksi. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003
[8]):
CT
P
Q 
(5)
Dimana :
Q = output produksi (unit)
P = periode waktu produksi (menit)
TC = waktu siklus terbesar (menit)
2.3 Teknik Shojinka
Shojinka merupakan salah satu teknik yang
dikembangkan oleh Toyota di dalam sistem
produksinya (Toyota Production System).
Shojinka adalah suatu teknik untuk mencapai
fleksibilitas dalam pengaturan jumlah pekerja di
tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap
perubahan permintaan (Monden, 2000 [9]).
Konsep dari shojinka menuntut agar
pekerja dapat menanggapi perubahan dalam
waktu siklus, rutin operasi dan kewajiban
terhadap pekerjaan masing-masing. Pekerja
harus memiliki ketanggapan yang cepat,
sehingga pekerja haruslah merupakan pekerja
fungsi ganda. Dengan arti bahwa pekerja harus
dilatih untuk menjadi seorang pekerja terampil
untuk jenis pekerjaan apa saja dan pada proses
apapun.
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 176
SHOJINKA
Mencapai fleksibilitas jumlah
pekerja pada lini produksi dengan
menyesuaikan diri terhadap
perubahan permintaan
Pelebaran atau
penyempitan
cakupan pekerjaan
untuk tiap pekerja
Tata ruang
gabungan lini
berbentuk-U
Pekerja
fungsi ganda
Rotasi kerja
SHONINKA
Penurunan jumlah
pekerja di lini
produksi
Perubahan
lembar rutin
operasi baku
Perbaikan
proses
Perbaikan
operasi manual
Perbaikan
mesin
(JIDOKA)
Gambar 1 Faktor utama shojinka
Sumber : Monden, 2000[9]
Untuk mencapai pekerja fungsi ganda yang
perlu dilakukan adalah dengan menerapkan
rotasi pekerjaan. Rotasi pekerjaan merupakan
suatu kegiatan dimana setiap pekerja bergiliran
melalui dan melakukan setiap pekerjaan di
tempat kerjanya. Setelah melewati satu periode
atau waktu yang ditetapkan, masing-masing
pekerja diharapkan memiliki kemampuan
disegala bidang pekerjaan sehingga pekerja
fungsi ganda dapat tercapai.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lini perakitan dengan 21 operasi seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 2 mempunyai
total waktu operasi sebesar 105 menit. Dalam
satu bulan dengan 20 hari dan 8 jam kerja tiap
harinya maka satu orang yang mengerjakan
keseluruhan operasi akan dapat menghasilkan
sebanyak 91 unit.
Q =
20 X 8 X 60
105
= 91,42857
≈ 91 unit
Berdasarkan penyelesaian Bedworth (1987
[2]) pada permasalahan di Gambar 2 dengan
keseimbangan lini metode Ranked Positional
Weight mendapatkan penetapan waktu siklus
sebesar 22 menit seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 1. Dalam satu bulan dengan 20 hari dan 8
jam kerja tiap harinya, maka 5 orang yang
mengerjakan sesuai pembagian kerjanya akan
dapat menghasilkan sebanyak 436 unit.
Q =
20 X 8 X 60
22
= 436,3636
≈ 436 unit
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 177
Gambar 2 Precedence Diagram
Sumber : Bedworth, 1987 [2]
Tabel 1. Pembagian 5 Stasiun Kerja
St. Kerja Operasi ti Tsk
1 1 4 21
2 3
3 9
4 5
2 5 9 21
6 4
7 8
3 8 7 22
9 5
10 1
11 3
12 1
15 5
4 13 5 21
16 3
17 13
5 14 3 20
18 5
19 2
20 3
21 7
Sumber : Bedworth, 1987 [2]
3.1 Pembagian Kerja Fleksibel
Penerapan teknik shojinka untuk pengaturan
tenaga kerja secara fleksibel dalam perencanaan
produksi agregat akan mengurangi jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan apabila jumlah
permintaan lebih rendah dibandingkan 436 unit,
sedangkan pada pembagian kerja tetap jumlah
tenaga kerja minimal adalah sebanyak 5 orang.
Penambahan menjadi 6 stasiun kerja seperti
yang ditunjukkan Tabel 2 akan mengurangi
waktu siklus menjadi 18 menit. Pembagian kerja
disusun dengan mempergunakan metode
keseimbangan lini Ranked Positional Weight.
Dengan menambahkan 1 orang, dalam satu
bulan dengan 20 hari dan 8 jam kerja tiap
harinya akan menghasilkan sebanyak 533 unit.
Q =
20 X 8 X 60
18
= 533,3333
≈ 533 unit
Tabel 2. Pembagian 6 Stasiun Kerja
St. Kerja Operasi ti Tsk
1 1 4 18
3 9
4 5
2 2 3 16
5 9
6 4
3 7 8 18
8 7
14 3
4 9 5 17
10 1
11 3
12 1
21 7
5 13 5 18
15 5
16 3
18 5
6 17 13 18
19 2
20 3
Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri &
Kongres BKSTI VI 2011
Hal I - 178
3.2 Pembagian Kerja Tetap
Untuk dapat menghasilkan 533 unit dengan
pembagian kerja tetap sebanyak 5 stasiun kerja,
maka di masing-masing stasiun kerja perlu
dihitung kebutuhan tenaga kerjanya dengan cara
mempertimbangkan jumlah unit yang dihasilkan
dan waktu stasiun kerja masing-masing.
Di stasiun kerja 1 akan membutuhkan 2
orang. Satu orang akan mampu menghasilkan
457 unit, karena waktu siklus di stasiun kerja 1
sebesar 21 menit, namun masih kurang dari 533
unit. Sedangkan pada stasiun kerja yang lain
akan membutuhkan tenaga kerja seperti yang
ditunjukkan Tabel 3.
LSK1 =
533 X 21
20 X 8 X 60
= 1,1659
≈ 2 orang
Tabel 3. Pembagian 5 Stasiun Kerja
St. Kerja Tsk Lski Pembulatan
1 21 1,1659 2
2 21 1,1659 2
3 22 1,2215 2
4 21 1,1669 2
5 20 1,1104 2
TOTAL 10
3.3 Tanpa Pembagian Kerja
Permintaan sebanyak 533 unit apabila akan
dipenuhi dengan produksi tanpa pembagian
kerja dapat dihitung dengan cara membagikan
total permintaan tersebut dengan output standar
perorang dalam satu bulan
L =
533
91
= 5,8571
≈ 6 orang
Waktu yang dibutuhkan tiap orang untuk
menghasilkan satu produk adalah sebesar 105
menit, sehingga untuk 1 bulan tiap orang dapat
menghasilkan 91 unit. Untuk dapat
menghasilkan sebanyak 533 unit dibutuhkan 6
orang tenaga kerja.
4. Kesimpulan
Penerapan teknik shojinka dapat menekan
kebutuhan tenaga kerja dibandingkan apabila
sebelumnya telah dilakukan pembagian kerja
tetap. Teknik shojinka akan memberikan
fleksibilitas dalam pembagian kerja, sehingga
membutuhkan ketanggapan dari tenaga kerja
dalam menjalankan tugasnya yang mungkin
terjadi perubahan.
Untuk dapat menghasilkan 533 unit dengan
pembagian kerja fleksibel mempergunakan
teknik shojinka akan membutuhkan 6 orang.
Untuk menghasilkan sejumlah yang sama
dengan pembagian kerja tetap sebanyak 5
stasiun kerja, akan membutuhkan 10 orang.
Sedangkan apabila tanpa pembagian kerja akan
membutuhkan 6 orang.
Daftar Pustaka
[1]. Narasimhan,SL, McLeavey, DW &
Billington, PJ. Production Planning And
Inventory Control. Prentice Hall, New
Jersey, 1995
[2]. Bedworth,DD & Bailey, JE, Integrated
Production Control Systems, John Wiley
&Sons,Singapore, 1987
[3]. Sly, Dave and Prem Gopinath. A Practical
Approach to Solving Multi-Objective Line
Balancing Problem. 2005
http:/www.proplanner.net/Details.probalanc
ed.pdf. (diakses 12 November 2008)
[4]. Chang, Yih-Long. Quantitative System 3.0.
Prentice Hall : Singapore, 1992
[5]. Grover, Mikell P. 2001. Automation,
Production Systems, and Computer-
Integrated Manufacturing. Prentice Hall :
USA, 2001
[6]. Sugiyono, Andre. Chapter 7 : Assembly
Line Balancing. 2006. http://
andresugiyono.edublogs.org/files/2006/12/c
hp007-line-balancing.ppt. (diakses 27
November 2008)
[7]. Elsayed, A. and Thomas O. Boucher.
Analysis and Control of Production.
Department of Industrial Engineering :
Rutgers University,1994
[8]. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi
Gerak dan Waktu. Guna Widya : Surabaya,
2003
[9]. Monden, Yasuhiro. Sistem Produksi Toyota.
Penerbit PPM : Jakarta, 2000

More Related Content

What's hot

MRP_Sistem Produksi
MRP_Sistem ProduksiMRP_Sistem Produksi
MRP_Sistem Produksi
Niko Lu
 
Material Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - ModulMaterial Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - Modul
teja permana
 
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
MinSururiAnfusina
 
Research 013
Research 013Research 013
Research 013
Arif Rahman
 
11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi
Mercu Buana University
 
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
wendi_bppk
 
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
MuhammadFadhly6
 

What's hot (10)

MRP_Sistem Produksi
MRP_Sistem ProduksiMRP_Sistem Produksi
MRP_Sistem Produksi
 
Material Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - ModulMaterial Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - Modul
 
Produsen
ProdusenProdusen
Produsen
 
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
 
Research 013
Research 013Research 013
Research 013
 
11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi11. Pengendalian Biaya Produksi
11. Pengendalian Biaya Produksi
 
Softskill
SoftskillSoftskill
Softskill
 
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
Si&pi,wendi, hapzi ali, siklus produksi dan sistem informasi produksi, un...
 
Bab 7 produksi
Bab 7  produksiBab 7  produksi
Bab 7 produksi
 
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
Sipi, m.fadhly, hapzi ali,mercu buana,2018. SIKLUS: PRODUKSI SISTEM INFORMASI...
 

Viewers also liked

Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan Agregat
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan AgregatPengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan Agregat
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan AgregatAgustina Hapsari
 
Prinsip ekonomi casefair e8j2
Prinsip ekonomi casefair e8j2Prinsip ekonomi casefair e8j2
Prinsip ekonomi casefair e8j2qwertycoy
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroaudi15Ar
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
Haidar Bashofi
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatRizki Prisandi
 

Viewers also liked (7)

Pertemuan 10 baru
Pertemuan 10 baruPertemuan 10 baru
Pertemuan 10 baru
 
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan Agregat
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan AgregatPengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan Agregat
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap permintaan Agregat
 
Prinsip ekonomi casefair e8j2
Prinsip ekonomi casefair e8j2Prinsip ekonomi casefair e8j2
Prinsip ekonomi casefair e8j2
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
14. manajemen persediaan
14. manajemen persediaan14. manajemen persediaan
14. manajemen persediaan
 

Similar to Research 006

Pengantar teknik industri, modul 3
Pengantar teknik industri,  modul 3Pengantar teknik industri,  modul 3
Pengantar teknik industri, modul 3
RUSDIYANTORO, UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
 
Peramalan
PeramalanPeramalan
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptxTGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
imannur15
 
all ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdfall ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdf
SalmaSalsabillaFirda
 
105 390-1-pb
105 390-1-pb105 390-1-pb
105 390-1-pb
Almirah Ramadhanti
 
Research 026
Research 026Research 026
Research 026
Arif Rahman
 
Buku
BukuBuku
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
DiahArumNihaya
 
Ppt uts mj operasi
Ppt uts mj operasiPpt uts mj operasi
Ppt uts mj operasi
LegendSello
 
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
RidhaMayaFazaLubis
 
Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)
amaliaherdiana
 
2013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab20012013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab2001
Hendi Afriyan
 
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
chienmario
 
Line balancing
Line balancingLine balancing
Line balancing
Ahmad Sukron
 
Research 005
Research 005Research 005
Research 005
Arif Rahman
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
Mercu Buana University
 
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
EviKusumaningjati
 

Similar to Research 006 (20)

Pengantar teknik industri, modul 3
Pengantar teknik industri,  modul 3Pengantar teknik industri,  modul 3
Pengantar teknik industri, modul 3
 
Peramalan
PeramalanPeramalan
Peramalan
 
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptxTGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
TGS.MK-01_ACHMAD NUR IMAN (41621110025).pptx
 
all ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdfall ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdf
 
105 390-1-pb
105 390-1-pb105 390-1-pb
105 390-1-pb
 
Research 026
Research 026Research 026
Research 026
 
Buku
BukuBuku
Buku
 
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
 
Ppt uts mj operasi
Ppt uts mj operasiPpt uts mj operasi
Ppt uts mj operasi
 
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
 
Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)
 
Makalah jit
Makalah jitMakalah jit
Makalah jit
 
Jit presentasi
Jit presentasiJit presentasi
Jit presentasi
 
2013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab20012013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab2001
 
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
Tugas paper mata kuiiah manajemen operasi dan inovasi 1
 
Line balancing
Line balancingLine balancing
Line balancing
 
Research 005
Research 005Research 005
Research 005
 
33 132-1-pb
33 132-1-pb33 132-1-pb
33 132-1-pb
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
 
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
 

More from Arif Rahman

Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Arif Rahman
 
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Arif Rahman
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Arif Rahman
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Arif Rahman
 
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Arif Rahman
 
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Arif Rahman
 
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi NonlinierModul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata NonparametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Arif Rahman
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika InferensiaModul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Arif Rahman
 

More from Arif Rahman (20)

Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 07
 
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
Proses Data: Analisis Data Eksploratori - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 06
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
 
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
Preparasi Data: Pembersihan dan Proses Awal Data - Modul Ajar Kuliah Analisis...
 
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
Preparasi Data: Penetapan Tujuan dan Pengumpulan Data - Modul Ajar Kuliah Ana...
 
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
Proses Data Science - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 02
 
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
Pengantar Analisis Data - Modul Ajar Kuliah Analisis Data 01
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-13: Analisis Variansi, Eksperimentasi Fak...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-12: Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linier...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-11: Analisis Regresi Linier Berganda (Mul...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi NonlinierModul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-10: Analisis Regresi Nonlinier
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-9: Analisis Regresi Linier Sederhana (Sim...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-8: Analisis Korelasi Pearson, Spearman, K...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-7: Uji Tabel Kontingensi Independensi dan...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-6: Uji Kesesuaian Baik (Goodness of Fit T...
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata NonparametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-5: Uji Hipotesa Rata-Rata Nonparametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-4: Uji Hipotesa Proporsi Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-3: Uji Hipotesa Variansi Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata ParametrikModul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-2: Uji Hipotesa Rata-rata Parametrik
 
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika InferensiaModul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
Modul Ajar Statistika Inferensia ke-1: Pengantar Statistika Inferensia
 

Recently uploaded

MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdfMATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
UmiKalsum53666
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
AdityaWahyuDewangga1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
PES2018Mobile
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 

Recently uploaded (11)

MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdfMATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
MATERI STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.pdf
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
elemen mesin mengenai ulir (mechanical engineering)
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 

Research 006

  • 1. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 173 IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL Arif Rahman Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang (UB) Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Phone/Fax : +62-341-551430 E-mail : posku@ub.ac.id Abstrak Terdapat dua strategi murni utama dalam perencanaan produksi agregat, yaitu strategi mengikuti permintaan (chase demand strategy) dan strategi produksi konstan (level production strategy). Salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam menggunakan strategi mengikuti permintaan adalah dengan mengatur tenaga kerja, yaitu dengan merekrut dan memberhentikan pekerja sesuai dengan kebutuhan produksi (manpower hire and layoff). Umumnya penentuan julah tenaga kerja dalam perencanaan agregat dilakukan tanpa memperhatikan pembagian kerja, atau diasumsikan semua tenaga kerja yang ditugaskan masing-masing akan mengerjakan semua aktivitas produksi mulai dari awal hingga akhir. Pada penelitian ini akan ditunjukkan perencanaan produksi agregat di lini produksi yang terdeskripsi pada precedence diagram dengan tiga skenario, yaitu tanpa pembagian kerja, dengan pembagian tetap, dan dengan pembagian kerja fleksibel. Skenario tanpa pembagian kerja dilakukan pengaturan jumlah tenaga kerja dengan memperhitungkan total waktu proses. Skenario dengan pembagian kerja tetap dilakukan pengaturan tenaga kerja dengan memperhatikan kebutuhan di masing-masing stasiun kerja. Skenario dengan pembagian kerja fleksibel dilakukan pengaturan jumlah tenaga kerja menggunakan teknik shojinka. Shojinka merupakan suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalm pengaturan jumlah tenaga kerja dengan menyesuaikan terhadap perubahan permintaan, dengan tetap menyeimbangkan lintasan produksi berdasarkan perhitungan metode heuristik. Kata kunci : Shojinka, perencanaan produksi agregat, pengaturan jumlah tenaga kerja, pembagian kerja fleksibel 1. PENDAHULUAN Perencanaan produksi agregat atau aggregate planning merupakan perencanaan jangka menengah yang dibuat perusahaan terkait dengan penentuan tingkat produksi yang dioperasikan di lantai produksi. Beberapa faktor menjadi dasar pertimbangan perencanaan agregat, meliputi ramalan permintaan, kapasitas produksi, persediaan agregat dan perencanaan sumber daya (Narasimhan, 1995 [1]). Dalam memenuhi permintaan pasar yang tidak stabil, bahkan cenderung berfluktuasi, perusahaan dapat mempergunakan salah satu dari dua strategi murni utama dalam perencanaan produksi agregat atau memadukannya. Strategi yang pertama adalah penentuan tingkat produksi berubah mengikuti atau menyesuaikan perubahan permintaan yang disebut dengan chase demand strategy. Strategi yang kedua adalah penentuan tingkat produksi tetap mengabaikan perubahan permintaan yang disebut dengan level production strategy. Atau strategi gabungan yang memadukan beberapa teknik dalam kedua strategi murni utama tersebut yang disebut dengan hybrid strategy. Penerapan chase demand strategy dalam perencanaan produksi agregat memiliki beberapa variasi teknik, meliputi mengatur jumlah sumber daya, menjadwalkan waktu kerja, atau melibatkan pihak eksternal sebagai mitra subkontrak. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan melalui pengaturan jumlah sumber daya adalah pengaturan jumlah tenaga kerja (varying workforce size). Pengaturan jumlah tenaga kerja cukup andal untuk sistem produksi
  • 2. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 174 yang memiliki kapasitas produksi yang tergantung pada manusia sebagai tenaga penggerak utamanya. Pengaturan jumlah tenaga kerja berdasarkan kebutuhan produksi sesuai ramalan permintaan yang akan dilayani dengan menambahkan atau mengurangi jumlah tenaga kerja (manpower hire and layoff) sesuai prinsip chase demand strategy. Penentuan kebutuhan jumlah tenaga kerja dalam perencanaan produksi agregat biasanya didasarkan total waktu produksi dalam jam orang (manhour) yang dibagi dengan kapasitas waktu yang tersedia dalam jam. Perhitungan tersebut sangat membantu apabila pada lantai produksi tidak terdapat pembagian kerja atau diasumsikan masing-masing tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan mulai operasi pertama hingga terakhir. Namun apabila terdapat pembagian kerja, maka seringkali jumlah tenaga kerja yang dihitung ternyata masih belum mencukupi terutama di stasiun kerja bottleneck akibat kendala kapasitas (capacity constraint resource). Penerapan teknik shojinka diharapkan dapat menekan permasalahan tersebut namun tetap memperhatikan efisiensi pemberdayaan tenaga kerja. 2. DASAR TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Agregat Perencanaan produksi agregat memberikan ketentuan kapasitas dan persediaan yang diperhatikan dalam perencanaan jangka menengah dan jangka panjang yang dapat menjadi masukan dalam perencanaan finansial, perencanaan pemasaran dan perencanaan produksi yang lebih rinci (Narasimhan, 1995 [1]). Perencanaan produksi agregat membantu pengendalian produksi untuk menjadi dasar penjadwalan induk produksi. Tujuan dari perencanaan produksi agregat adalah utilisasi sumber daya manusia dan peralatan dengan lebih produktif. Perencanaan agregat merupakan perencanaan yang mengatur sumber daya secara bruto untuk memenuhi total permintaan dari semua item produk yang mempergunakan sumber daya atau fasilitas secara bersama (Bedworth, 1987 [2]). Terdapat dua strategi murni utama dalam perencanaan produksi agregat, yaitu strategi mengikuti permintaan (chase demand strategy) dan strategi produksi konstan (level production strategy). Dari masing-masing strategi terdapat beberapa teknik perencanaan. Perencanaan produksi agregat dapat disusun dengan memadukan beberapa teknik perencanaan dari salah satu strategi murni atau keduanya. Strategi yang memadukan kedua strategi murni biasa disebut dengan hybrid strategy. Pada strategi produksi konstan terdapat beberapa teknik perencanaan. Teknik perencanaan pertama dengan mengendalikan persediaan, di mana produksi akan menambah tingkat persediaan pada saat permintaan rendah, dan persediaan akan dipergunakan pada saat permintaan tinggi. Teknik yang kedua dengan mempergunakan subkontrak, di mana produksi tetap konstan sesuai permintaan rata-rata, namun apabila terjadi kekurangan maka dipenuhi dengan melakukan subkontrak kepada mitra outsourcing. Teknik yang ketiga dengan mempengaruhi pasar (influencing demand), di mana melakukan negosiasi untuk menunda pengiriman (backorder) saat permintaan tinggi, dan memberikan penawaran menarik saat permintaan rendah. Pada strategi mengikuti permintaan juga terdapat beberapa teknik perencanaan. Teknik perencanaan pertama dengan mengatur jam kerja, di mana diperbolehkan bekerja tidak penuh waktu (undertime) pada saat permintaan rendah dan akan memberlakukan bekerja lembur (overtime) pada saat permintaan tinggi. Teknik yang kedua dengan mengatur sumber daya atau tenaga kerja, di mana akan menambah tenaga kerja saat permintaan tinggi, namun akan mengurangi tenaga kerja saat permintaan rendah. Terdapat beberapa metode untuk menyusun perencanaan produksi agregat, yaitu dengan mempergunakan metode heuristik transportasi atau tabel, dengan mempergunakan metode optimasi programa linier atau programa dinamis. 2.2 Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah permasalahan pemberian task kepada stasiun kerja sehingga pembagian task merata (seimbang) dengan mempertimbangkan beberapa batasan (Sly, 2005 [3]). Tujuan menyeimbangkan lintasan adalah untuk meminimalkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan waktu produksi diantara stasiun kerja.
  • 3. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 175 Ada beberapa dasar metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keseimbangan lintasan, yaitu: metode heuristik, metode analitis, metode probabilistik, metode empiris dan metode simulasi. Terdapat beberapa macam metode heuristik yang dikenal, seperti (Chang, 1992 [4]) : ranked positional weighted, fewest followers,comosal, dan lain sebagainya. Ranked Positional Weight adalah metode yang diusulkan oleh Helgeson dan Birnie sebagai pendekatan untuk memecahkan permasalahan pada keseimbangan lintasan dan menemukan solusi dengan cepat (Groover, 2001 [5]). Precedence diagram merupakan gambar secara grafis yang memperlihatkan urutan suatu proses pengerjaan dari keseluruhan operasi pengerjaan, dengan tujuan agar memudahkan dalam pengawasan, evaluasi serta perencanaan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya. Waktu siklus merupakan waktu yang dibutuhkan oleh lintasan produksi untuk menghasilkan suatu unit produk. Berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus yang jumlah stasiun kerjanya tidak diketahui (Sugiyono, 2006 [6]): Q P TC  (1) Dimana : TC = waktu siklus (menit) P = periode waktu produksi (menit) Q = output target selama periode waktu produksi Sedangkan berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus yang jumlah stasiun kerjanya diketahui: n t T N i i C   1 (2) Dimana : TC = waktu siklus (menit) ti = waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) N = jumlah operasi n = jumlah stasiun kerja Perkiraan jumlah stasiun kerja (nmin) harus bilangan bulat dan tergantung pada waktu siklus stasiun yang diinginkan (TC), sehingga rumusnya menjadi (Elsayed, 1994 [7]): C N i i T t n   1 min (3) Dimana : nmin =perkiraan jumlah stasiun kerja minimum ti =waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) N =Jumlah operasi TC =Waktu siklus (menit) Waktu siklus dari lintasan produksi yang memiliki sejumlah stasiun kerjanya dapat dihitung dari persamaan berikut: niTskT iC ,..,2,1untuk}max{  (4) Dimana : TC = waktu siklus (menit) Tski = waktu stasiun kerja ke-i (menit) n = jumlah stasiun kerja Output produksi digunakan untuk mengetahui berapakah jumlah keluaran (output) yang dikeluarkan oleh pekerja di lini produksi/perakitan. Output produksi dipengaruhi oleh waktu siklus yang dikehendaki selama periode waktu produksi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003 [8]): CT P Q  (5) Dimana : Q = output produksi (unit) P = periode waktu produksi (menit) TC = waktu siklus terbesar (menit) 2.3 Teknik Shojinka Shojinka merupakan salah satu teknik yang dikembangkan oleh Toyota di dalam sistem produksinya (Toyota Production System). Shojinka adalah suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalam pengaturan jumlah pekerja di tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan (Monden, 2000 [9]). Konsep dari shojinka menuntut agar pekerja dapat menanggapi perubahan dalam waktu siklus, rutin operasi dan kewajiban terhadap pekerjaan masing-masing. Pekerja harus memiliki ketanggapan yang cepat, sehingga pekerja haruslah merupakan pekerja fungsi ganda. Dengan arti bahwa pekerja harus dilatih untuk menjadi seorang pekerja terampil untuk jenis pekerjaan apa saja dan pada proses apapun.
  • 4. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 176 SHOJINKA Mencapai fleksibilitas jumlah pekerja pada lini produksi dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan Pelebaran atau penyempitan cakupan pekerjaan untuk tiap pekerja Tata ruang gabungan lini berbentuk-U Pekerja fungsi ganda Rotasi kerja SHONINKA Penurunan jumlah pekerja di lini produksi Perubahan lembar rutin operasi baku Perbaikan proses Perbaikan operasi manual Perbaikan mesin (JIDOKA) Gambar 1 Faktor utama shojinka Sumber : Monden, 2000[9] Untuk mencapai pekerja fungsi ganda yang perlu dilakukan adalah dengan menerapkan rotasi pekerjaan. Rotasi pekerjaan merupakan suatu kegiatan dimana setiap pekerja bergiliran melalui dan melakukan setiap pekerjaan di tempat kerjanya. Setelah melewati satu periode atau waktu yang ditetapkan, masing-masing pekerja diharapkan memiliki kemampuan disegala bidang pekerjaan sehingga pekerja fungsi ganda dapat tercapai. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Lini perakitan dengan 21 operasi seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2 mempunyai total waktu operasi sebesar 105 menit. Dalam satu bulan dengan 20 hari dan 8 jam kerja tiap harinya maka satu orang yang mengerjakan keseluruhan operasi akan dapat menghasilkan sebanyak 91 unit. Q = 20 X 8 X 60 105 = 91,42857 ≈ 91 unit Berdasarkan penyelesaian Bedworth (1987 [2]) pada permasalahan di Gambar 2 dengan keseimbangan lini metode Ranked Positional Weight mendapatkan penetapan waktu siklus sebesar 22 menit seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Dalam satu bulan dengan 20 hari dan 8 jam kerja tiap harinya, maka 5 orang yang mengerjakan sesuai pembagian kerjanya akan dapat menghasilkan sebanyak 436 unit. Q = 20 X 8 X 60 22 = 436,3636 ≈ 436 unit
  • 5. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 177 Gambar 2 Precedence Diagram Sumber : Bedworth, 1987 [2] Tabel 1. Pembagian 5 Stasiun Kerja St. Kerja Operasi ti Tsk 1 1 4 21 2 3 3 9 4 5 2 5 9 21 6 4 7 8 3 8 7 22 9 5 10 1 11 3 12 1 15 5 4 13 5 21 16 3 17 13 5 14 3 20 18 5 19 2 20 3 21 7 Sumber : Bedworth, 1987 [2] 3.1 Pembagian Kerja Fleksibel Penerapan teknik shojinka untuk pengaturan tenaga kerja secara fleksibel dalam perencanaan produksi agregat akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan apabila jumlah permintaan lebih rendah dibandingkan 436 unit, sedangkan pada pembagian kerja tetap jumlah tenaga kerja minimal adalah sebanyak 5 orang. Penambahan menjadi 6 stasiun kerja seperti yang ditunjukkan Tabel 2 akan mengurangi waktu siklus menjadi 18 menit. Pembagian kerja disusun dengan mempergunakan metode keseimbangan lini Ranked Positional Weight. Dengan menambahkan 1 orang, dalam satu bulan dengan 20 hari dan 8 jam kerja tiap harinya akan menghasilkan sebanyak 533 unit. Q = 20 X 8 X 60 18 = 533,3333 ≈ 533 unit Tabel 2. Pembagian 6 Stasiun Kerja St. Kerja Operasi ti Tsk 1 1 4 18 3 9 4 5 2 2 3 16 5 9 6 4 3 7 8 18 8 7 14 3 4 9 5 17 10 1 11 3 12 1 21 7 5 13 5 18 15 5 16 3 18 5 6 17 13 18 19 2 20 3
  • 6. Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri & Kongres BKSTI VI 2011 Hal I - 178 3.2 Pembagian Kerja Tetap Untuk dapat menghasilkan 533 unit dengan pembagian kerja tetap sebanyak 5 stasiun kerja, maka di masing-masing stasiun kerja perlu dihitung kebutuhan tenaga kerjanya dengan cara mempertimbangkan jumlah unit yang dihasilkan dan waktu stasiun kerja masing-masing. Di stasiun kerja 1 akan membutuhkan 2 orang. Satu orang akan mampu menghasilkan 457 unit, karena waktu siklus di stasiun kerja 1 sebesar 21 menit, namun masih kurang dari 533 unit. Sedangkan pada stasiun kerja yang lain akan membutuhkan tenaga kerja seperti yang ditunjukkan Tabel 3. LSK1 = 533 X 21 20 X 8 X 60 = 1,1659 ≈ 2 orang Tabel 3. Pembagian 5 Stasiun Kerja St. Kerja Tsk Lski Pembulatan 1 21 1,1659 2 2 21 1,1659 2 3 22 1,2215 2 4 21 1,1669 2 5 20 1,1104 2 TOTAL 10 3.3 Tanpa Pembagian Kerja Permintaan sebanyak 533 unit apabila akan dipenuhi dengan produksi tanpa pembagian kerja dapat dihitung dengan cara membagikan total permintaan tersebut dengan output standar perorang dalam satu bulan L = 533 91 = 5,8571 ≈ 6 orang Waktu yang dibutuhkan tiap orang untuk menghasilkan satu produk adalah sebesar 105 menit, sehingga untuk 1 bulan tiap orang dapat menghasilkan 91 unit. Untuk dapat menghasilkan sebanyak 533 unit dibutuhkan 6 orang tenaga kerja. 4. Kesimpulan Penerapan teknik shojinka dapat menekan kebutuhan tenaga kerja dibandingkan apabila sebelumnya telah dilakukan pembagian kerja tetap. Teknik shojinka akan memberikan fleksibilitas dalam pembagian kerja, sehingga membutuhkan ketanggapan dari tenaga kerja dalam menjalankan tugasnya yang mungkin terjadi perubahan. Untuk dapat menghasilkan 533 unit dengan pembagian kerja fleksibel mempergunakan teknik shojinka akan membutuhkan 6 orang. Untuk menghasilkan sejumlah yang sama dengan pembagian kerja tetap sebanyak 5 stasiun kerja, akan membutuhkan 10 orang. Sedangkan apabila tanpa pembagian kerja akan membutuhkan 6 orang. Daftar Pustaka [1]. Narasimhan,SL, McLeavey, DW & Billington, PJ. Production Planning And Inventory Control. Prentice Hall, New Jersey, 1995 [2]. Bedworth,DD & Bailey, JE, Integrated Production Control Systems, John Wiley &Sons,Singapore, 1987 [3]. Sly, Dave and Prem Gopinath. A Practical Approach to Solving Multi-Objective Line Balancing Problem. 2005 http:/www.proplanner.net/Details.probalanc ed.pdf. (diakses 12 November 2008) [4]. Chang, Yih-Long. Quantitative System 3.0. Prentice Hall : Singapore, 1992 [5]. Grover, Mikell P. 2001. Automation, Production Systems, and Computer- Integrated Manufacturing. Prentice Hall : USA, 2001 [6]. Sugiyono, Andre. Chapter 7 : Assembly Line Balancing. 2006. http:// andresugiyono.edublogs.org/files/2006/12/c hp007-line-balancing.ppt. (diakses 27 November 2008) [7]. Elsayed, A. and Thomas O. Boucher. Analysis and Control of Production. Department of Industrial Engineering : Rutgers University,1994 [8]. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya : Surabaya, 2003 [9]. Monden, Yasuhiro. Sistem Produksi Toyota. Penerbit PPM : Jakarta, 2000