Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, termasuk epidemiologi, patogenesis, patofisiologi, dan manifestasi klinisnya. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan kerusakan jaringan tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Wanita lebih rentan terhadap osteoporosis dibandingkan pria. Faktor risiko utama osteoporosis adalah menopause pada wanita dan p
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi pada lanjut usia, termasuk definisi lanjut usia menurut berbagai sumber, permasalahan kesehatan pasca reproduksi seperti klimakterium, andropause, dan menopause beserta gejalanya, serta penatalaksanaan gangguan tersebut secara non hormonal dan hormonal.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dengan masalah HIV/AIDS. Mencakup tujuan pembelajaran untuk memberikan asuhan klien individu dan keluarga dengan HIV/AIDS, pokok bahasan seperti pengertian, patofisiologi, cara penularan, peran perawat dalam manajemen ARV, penatalaksanaan penderita, dan asuhan klien serta keluarga dengan masalah tersebut.
Pitting Edema. KMB 1. By Pangestu Chaesar SPangestu S
Dokumen tersebut membahas tentang pitting edema yang disebabkan oleh gagal jantung. Pitting edema terjadi ketika cairan menumpuk di jaringan dan meninggalkan cekungan setelah tekanan jari di lepas. Gagal jantung dapat menyebabkan edema karena jantung gagal memompa darah dengan benar ke seluruh tubuh. Gejala gagal jantung seperti dispnea dan edema paru dapat terjadi akibat penumpukan cairan.
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, termasuk epidemiologi, patogenesis, patofisiologi, dan manifestasi klinisnya. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan kerusakan jaringan tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Wanita lebih rentan terhadap osteoporosis dibandingkan pria. Faktor risiko utama osteoporosis adalah menopause pada wanita dan p
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi pada lanjut usia, termasuk definisi lanjut usia menurut berbagai sumber, permasalahan kesehatan pasca reproduksi seperti klimakterium, andropause, dan menopause beserta gejalanya, serta penatalaksanaan gangguan tersebut secara non hormonal dan hormonal.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dengan masalah HIV/AIDS. Mencakup tujuan pembelajaran untuk memberikan asuhan klien individu dan keluarga dengan HIV/AIDS, pokok bahasan seperti pengertian, patofisiologi, cara penularan, peran perawat dalam manajemen ARV, penatalaksanaan penderita, dan asuhan klien serta keluarga dengan masalah tersebut.
Pitting Edema. KMB 1. By Pangestu Chaesar SPangestu S
Dokumen tersebut membahas tentang pitting edema yang disebabkan oleh gagal jantung. Pitting edema terjadi ketika cairan menumpuk di jaringan dan meninggalkan cekungan setelah tekanan jari di lepas. Gagal jantung dapat menyebabkan edema karena jantung gagal memompa darah dengan benar ke seluruh tubuh. Gejala gagal jantung seperti dispnea dan edema paru dapat terjadi akibat penumpukan cairan.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis sendi dan otot dalam tubuh serta faktor yang mempengaruhi postur tubuh. Terdapat beberapa jenis sendi seperti sendi peluru, putar, engsel, elipsoid, pelana dan luncur yang memungkinkan berbagai gerakan tubuh. Otot dibedakan menjadi otot lurik, polos dan jantung serta kerja sinergis dan antagonis. Faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) hipertensi adalah tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmHg yang merupakan pembunuh diam-diam karena sebagian besar penyebabnya tidak diketahui, (2) faktor risikonya adalah keturunan, umur, gaya hidup buruk, dan kondisi medis tertentu, (3) gejalanya bervariasi mulai dari sakit kepala hingga komplikasi organ vital.
Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). SLE adalah penyakit autoimun multifaktor yang menyerang berbagai organ tubuh. Gejala SLE bervariasi untuk setiap pasien dan dapat meliputi ruam pada wajah, nyeri otot dan sendi, serta kerusakan ginjal, jantung, dan organ lain. Diagnosa SLE didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium seperti tes ANA dan komplemen rendah. Pengob
1) Gangguan psikotik seperti skizofrenia ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar, dan defisit kognitif. 2) Gangguan neurotik seperti gangguan kecemasan obsesif kompulsif ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang menyebabkan perilaku repetitif seperti mengecek berulang-ulang. 3) Perbedaan utama antara gangguan psikotik dan neurotik adalah gangguan psikot
(revisi) MINGGU KE 1-2 DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN (SOCIAL DETERMINANT OF HEA...fitrianapratiwi5
Dokumen tersebut membahas tentang determinan sosial kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pendapatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan akses pelayanan kesehatan. Determinan-determinan tersebut berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang dan masyarakat.
Makalah ini membahas sistem muskuloskeletal yang terdiri atas otot, tulang, dan sendi. Otot terbagi menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Tulang terdiri atas tulang tengkorak, kerangka dada, tulang belakang dan pinggul, serta tulang anggota gerak. Makalah ini juga membahas anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal serta penyakit-penyakit yang dapat timbul pada sistem terse
Makalah ini membahas tentang arthritis reumatoid yang merupakan penyakit inflamasi kronis yang menyerang sendi dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan penyambung. Terdapat penjelasan mengenai definisi, etiologi, gejala klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dari penyakit arthritis reumatoid."
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis sendi dan otot dalam tubuh serta faktor yang mempengaruhi postur tubuh. Terdapat beberapa jenis sendi seperti sendi peluru, putar, engsel, elipsoid, pelana dan luncur yang memungkinkan berbagai gerakan tubuh. Otot dibedakan menjadi otot lurik, polos dan jantung serta kerja sinergis dan antagonis. Faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) hipertensi adalah tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmHg yang merupakan pembunuh diam-diam karena sebagian besar penyebabnya tidak diketahui, (2) faktor risikonya adalah keturunan, umur, gaya hidup buruk, dan kondisi medis tertentu, (3) gejalanya bervariasi mulai dari sakit kepala hingga komplikasi organ vital.
Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). SLE adalah penyakit autoimun multifaktor yang menyerang berbagai organ tubuh. Gejala SLE bervariasi untuk setiap pasien dan dapat meliputi ruam pada wajah, nyeri otot dan sendi, serta kerusakan ginjal, jantung, dan organ lain. Diagnosa SLE didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium seperti tes ANA dan komplemen rendah. Pengob
1) Gangguan psikotik seperti skizofrenia ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar, dan defisit kognitif. 2) Gangguan neurotik seperti gangguan kecemasan obsesif kompulsif ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang menyebabkan perilaku repetitif seperti mengecek berulang-ulang. 3) Perbedaan utama antara gangguan psikotik dan neurotik adalah gangguan psikot
(revisi) MINGGU KE 1-2 DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN (SOCIAL DETERMINANT OF HEA...fitrianapratiwi5
Dokumen tersebut membahas tentang determinan sosial kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pendapatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan akses pelayanan kesehatan. Determinan-determinan tersebut berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang dan masyarakat.
Makalah ini membahas sistem muskuloskeletal yang terdiri atas otot, tulang, dan sendi. Otot terbagi menjadi otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Tulang terdiri atas tulang tengkorak, kerangka dada, tulang belakang dan pinggul, serta tulang anggota gerak. Makalah ini juga membahas anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal serta penyakit-penyakit yang dapat timbul pada sistem terse
Makalah ini membahas tentang arthritis reumatoid yang merupakan penyakit inflamasi kronis yang menyerang sendi dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan penyambung. Terdapat penjelasan mengenai definisi, etiologi, gejala klinis, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dari penyakit arthritis reumatoid."
Dokumen tersebut membahas tentang rheumatoid artritis, yang merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang sendi dan menyebabkan radang. Dokumen juga menjelaskan anatomi dan fisiologi sendi normal serta komponen-komponennya seperti kartilago, membran sinovial, dan cairan sinovial.
asuhan keperawatan pada Steven Johnsonpjj_kemenkes
Asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom Stevens Johnson membutuhkan penatalaksanaan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi berbahaya. Terapi utama adalah kortikosteroid sistemik dan perawatan luka serta pencegahan infeksi sekunder.
4. Memberikan pujian atas tindakan
kurang dari kemarin
1. Membantu klien melakukan senam reumatik
yang sudah dilakukan
2. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan
5. Menjelaskan tentang senam
baik
reumatik
3. TTV dalam batas normal
6. Membantu klien melakukan
O:
senam reumatik
1. Klien terlihat
Rheumatoid arthritis (RA) is an autoimmune disease that causes chronic inflammation of the joints. It can affect people of all ages but typically occurs between ages 35-50 and affects women more than men. RA causes inflammation of the synovial membranes around joints which can lead to pain, stiffness, swelling, and over time, destruction of cartilage and bone. While the exact cause is unknown, genetic and environmental factors are believed to play a role. Treatment focuses on reducing inflammation and preventing further joint damage through medications and physical therapy.
Dokumen tersebut membahas tentang rheumatoid arthritis (RA). RA adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan pada sendi. Prevalensi RA berkisar antara 0,5-1% pada populasi umum. Penyebab pasti RA belum diketahui tetapi terkait dengan faktor imunitas, metabolik, dan infeksi virus. Mekanisme RA melibatkan stimulasi antigen pada sel T dan B yang menghasilkan antibodi dan kompleks imun, memicu reaksi per
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan rematoid artritis. Rematoid artritis adalah peradangan sendi kronis yang lebih sering menyerang wanita dewasa muda. Gejala utamanya adalah nyeri dan kekakuan sendi serta deformitas jari tangan. Penatalaksanaannya meliputi istirahat, latihan, terapi obat, dan pembedahan untuk memperbaiki fungsi sendi. Perawat berperan dalam mengelola nyer
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan rheumatoid arthritis. Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun kronik yang menyebabkan peradangan pada sendi dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan sendi. Dokumen menjelaskan pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan rheumatoid arthritis."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan gerontik dan beberapa penyakit yang sering diidap oleh lansia seperti artritis reumatoid dan demensia.
2. Dibahas pula etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan asuhan keperawatan untuk kedua penyakit tersebut.
3. Dokumen tersebut juga membahas diagnosis keper
Reumatoid artritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi, menimbulkan nyeri dan bengkak serta dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Penyakit ini umumnya menyerang sendi-sendi tangan dan kaki secara simetris."
Makalah ini membahas tentang hubungan jaringan tulang dengan penyakit arthritis rheumatoid. Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi. Peradangan yang berkelanjutan dapat menyebabkan erosi tulang dan kerusakan jaringan tulang. Faktor reumatoid yang hadir pada sebagian besar pasien dapat memperparah peradangan dan kerusakan jaringan tulang.
PPT GANGGUAN SISTEM GERAK PADA MANUSIA QESYA.pptxcetakpsb
Dokumen tersebut membahas gangguan sistem gerak pada manusia, termasuk gejala umum, gangguan yang menyerang otot, tulang, dan sendi seperti nyeri otot, osteoporosis, arthritis. Dokumen ini juga menjelaskan cara mencegah gangguan sistem gerak dengan rutin berolahraga, pola makan sehat, dan pemeriksaan kesehatan berkala.
Makalah ini membahas tentang definisi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur multiple. Fraktur multiple adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian kondisi medik pasien, penanganan nyeri, dan pencegahan komplikasi seperti infeksi."
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi dan berhubungan dengan usia lanjut. Gejala utamanya adalah nyeri, deformitas, dan hambatan gerak pada sendi besar dan tangan. Penyebabnya multifaktorial dan terkait dengan usia, jenis kelamin, obesitas, trauma, dan faktor genetik. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan, terapi fisik, diet seimbang, dan
1. Dokumen ini membahas tentang penyakit reumatik dan osteoporosis pada usia lanjut.
2. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh berkurangnya massa tulang dan perubahan pada sendi dan otot.
3. Gejala-gejalanya meliputi nyeri sendi, kekakuan, dan patah tulang.
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyerang sendi, ditandai dengan peradangan kronis dan kerusakan sendi permanen. Prevalensinya lebih tinggi pada wanita dan usia 50-54 tahun. Penyebabnya kompleks antara genetik dan lingkungan seperti rokok. Pengobatannya meliputi non-farmakologi seperti olahraga dan farmakologi seperti DMARDs, NSAID, dan kortikosteroid untuk mengontrol gejala dan mence
Rumah Singgah Cordia adalah lembaga yang berlokasi di Jalan Sei Asahan No. 36, Medan yang membantu korban HIV/AIDS. Lembaga ini memberikan tempat tinggal sementara dan dukungan untuk mereka yang terinfeksi virus tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang remaja dan kenakalan remaja. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai jenis kenakalan yang sering dilakukan remaja beserta penyebabnya.
Riset keperawatan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah melalui penelitian. Tujuannya antara lain menjelaskan fenomena keperawatan, memprediksi hasil keperawatan, dan meningkatkan efisiensi pelayanan. Riset keperawatan meliputi berbagai lingkup seperti promosi kesehatan, proses keperawatan, kelompok risiko tinggi, dan kepatuhan pasien. Hipotesis dan variabel merup
Dokumen tersebut membahas penilaian dan diagnosis keperawatan untuk bayi baru lahir dengan risiko tinggi hiperbilirubinemia. Diagnosis utama adalah risiko cedera akibat produk sisa sel darah merah yang berlebihan dan imaturitas hati. Tujuan utama perawatan adalah menyeimbangkan ekskresi bilirubin dan mencegah komplikasi dari fototerapi atau transfusi darah.
Laporan kasus ini membahas asuhan keperawatan pada pasien laki-laki dewasa dengan diagnosis katarak senilis matur pada mata kanan. Katarak merupakan opasitas pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk menentukan diagnosis seperti pemeriksaan mata Snellen dan oftalmoskopi. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi pre-operasi, operasi katarak, dan tindakan pasca oper
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin berada di bawah nilai normal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan, dan penyakit kronis. Gejala anemia antara lain lemah, letih, lesu, dan pucat. Pemeriksaan darah lengkap dan tes lain dapat membantu diagnosis, sementara pengobatan bergantung pada penyebabnya
Proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok menggambar yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dan ekspresi diri klien gangguan jiwa melalui aktivitas menggambar secara berkelompok. Kegiatan ini akan diikuti oleh 6 klien yang dibagi menjadi 2 kelompok dan dinilai berdasarkan kerjasama tim, ketepatan waktu, dan penjelasan gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat mencapai tujuan meningkatkan interaksi s
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinheri damanik
Sistem pencernaan adalah sistem organ yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, lalu mengeluarkan sisa prosesnya. Sistem pencernaan manusia terdiri dari 3 bagian: penghancuran makanan di mulut dan lambung, penyerapan zat gizi di usus, dan pengeluaran sisa makanan lewat anus.
1. LAPORAN PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI REUMATHOID ARTHRITIS
I. Defenisi
Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis dan deformitas. (Suzanne,
CS, 2002).
II. Etiologi
Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan
karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang
nyata.
1. Faktor Keturunan dan Lingkungan
Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis
reumatoid seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita
memiliki resiko 4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.
2. Pengaruh Hormon dan Seks
Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang
arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat
penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen
mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang dari pada
pembentukan tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat
penyakit arthritis reumatoid.
3. Adanya Infeksi
Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni
jamur, dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.
Biasanya disertai juga dengan tanda-tanda peradangan seperti panas,
nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan
gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.
1
2. 4. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)
Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang
yang muncul sebagai bentuk respon tubuh yang sedang mengalami stres.
Namun keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis
reumatoid.
5. Adanya Radikal Bebas
Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan
merangsang keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan
menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
6. Pengaruh Usia
Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,
meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur
20-60 tahun.
III. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena memiliki gambaran
klinis yang bervariasi.
Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American
Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.
1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes) penderita merasa kaku
dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2 jam, bahkan kadang-
kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut mulai berkurang.
2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan
pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.
3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on moving)
sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-kurangnya
pada sebuah sendi yang lain.
2
3. 5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis
simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu
sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.
7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-
kurangnya dengan klasifikasi.
8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).
9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).
10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari yang
disebut dibawah ini.
Villi hypertropi
Proliferasi jaringan sinovial
Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)
Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.
Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.
11. Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan
rema (Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah
ini :
Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.
Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk
gambaran jeruji sepeda.
Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.
Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.
Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak
termasuk reumatoid arthritis misalnya :
Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.
Jelas adanya skleroderma.
Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.
3
4. Berdasarkan kriteria yang diatas, diadakanlah pembagian kelas antara lain :
1. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.
2. RA defenit : Bila didapati 5 kriteria tersebut.
3. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja
4. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.
Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada sendi-
sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan bengkak
yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan
Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.
IV. Klasifikasi
Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi
selanjutnya dapat sembuh secara sempurna.
2. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,
tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.
3. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif
yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi
serangan rematik.
Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,
perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang
tidak dialami pria.
4
5. V. Patofisiologi
Perubahan berhubungan dengan usia:
Menurunnya autoimun.
Kartilago sebagai pelumas sendi
berkurang.
Kekuatan otot berkurang.
Perubahan struktur tulang.
Pengaruh Negatif Dari Fungsi-
Penurunan mekanisme proliferasi
Fungsi Yang Terganggu:
tulang.
Pembengkakan jaringan lunak
sendi.
Kerentanan peningkatan suhu
tubuh.
Peradangan pada sendi-sendi.
Berkurangnya respon adaptif
terhadap aktvitas yang
berlebih.
Kelainan bentuk pada
sendi/kontraktur.
Menurunnya kekuatan otot.
Meningkatnya kerentanan
Faktor Resiko:
terhadap cidera.
Asam urat
Obesitas dan cidera
Konsumsi lemak berlebihan
Kebiasaan diet yang mengandung
lemak hewani.
Kurang beraktivitas
(Miller, 1995)
VI. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan
sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun,
jaringan fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan
pembengkakan sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila
digerakkan.
Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,
periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang
5
6. berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling
bertaut sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini
akan berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang
jadi rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan
destruksi yag hebat.
Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul
“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi
besarnya juga akan mengalami ankilosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA
terutama bila Ranya masih aktif.
b. C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.
c. Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.
d. Sering dijumpai lekositosis.
e. Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe
per-oral atau suntikan tidak akan menolong.
f. Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya meninggi.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
h. Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya
yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu
sendi sakroiliaka juga sering terkena.
3. Pemeriksaan Radiologik
Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada
sendi yang terkena.
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita reumatoid arthritis dibagi atas :
6
7. 1. Medikamentosa
2. Fisioterapi
3. Pembedahan
4. Psikoterapi
Tujuan pengobatan pada reumatoid arthritis :
1. Mencegah deformitas.
2. Menghilangkan rasa sakit.
3. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara biasa baik
dirumah maupun di tempat kerja, terutama mengataasi keperluan-
keperluan dirinya sehari-hari.
4. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.
MEDIKAMENTOSA
Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :
a Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);
anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium
diklofenak); anti inflamasi golongan steroid (prednison).
b Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat
remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating
agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.
Pengobatan secara simtomatik
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa
sakitnya saja yang dikurangi.
Pengobatan secara remitif
Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang
lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan
guna mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai
pengobatan.
7
8. PENGOBATAN FISIOTERAPI
Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih
lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba
dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai
fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah
minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk
tindakan operatif.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN
Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,
dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah
pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.
PSIKOTERAPI
Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan
keuletan untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat
menghadapi diri dan penyakitnya.
Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan
tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila
penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan
hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).
VIII. PENCEGAHAN
Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya hidup
modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara pencegahannya dilakukan
dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat negatif tersebut.
Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak) agar
tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah arthritis.
Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas perhari sangat
dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh menghindari gejala
rematik yang cukup mengganggu kesehatan.
8
9. ASUHAN KEPERAWATAN
REUMATHOID ARTHRITIS
PENGKAJIAN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, ginjal), tahapan (misalnya : eksaserbasi akut atau remisi)
dan keberadaan bersama-sama bentuk artritis lainnya.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, kelebihan.
Tanda: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (misalnya : pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal )
c. Integritas Ego
Gejala : faktor-faktor stres akut/kronis (misalnya : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan, dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi, (misalnya : ketergantungan pada orang lain)
d. Makanan dan cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan BB, kekerigan pada membran mukosa
9
10. e. Higiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan orang lain.
f. Neurosensori
Gejala : kebas, kesemutuan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan pada sendi simetris
g. Nyeri kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama di
pagi hari).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat. Tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam
ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
j. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : riwayat pada keluarga ( pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitanmin. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis
pulmonal, pleuritis.
10
11. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilisasi
3. Memberikan informasi mengenai [proses penyakit/prognosis dan
keperluan pengobatan.
DIAGNOSA, TUJUAN, INTERVENSI DAN RASIONAL KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan I
Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, dekstruksi sendi ditandai dengan adanya keluhan nyeri,
ketidaknyamanan, kelelahan, nerfokus pada diri sendiri/penyempitan fokus,
perilaku distraksi/respon autonomik, perilaku yang bersifat hati-hati dan
melindungi diri.
Tujuan /kriteria hasil :
Nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria :
Pasien terlihat rileks, dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
yang sesuai
Mengikuti program yang telah dianjurkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan dalam kontrol
program nyeri.
11
12. Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas Membantu dalam menentukan
(skala 1-10). Catat faktor-faktor yang manajemen nyeri dan
memperberat sakit mengevaluasi keefektifan
program
Ajarkan pasien mengambil posisi yang Untuk membatiasi nyeri dan
nyaman pada waktu tidur atau duduk cedera sendi
di kursi. Tingkatkan istirahat
Anjurkan pasien untuk sering merubah Untuk mencegah terjadinya nyeri
posisi dan hindari gerakan yang dan kekakuan
menyentak
Anjurkan pasien mandi air hangat pada Panas meningkatkan relaksasi
waktu bangun dan mengompres sendi otot dan mobilitas, menurunkan
yang sakit beberapa kali sehari rasa sakit dan kekakuan pada
pagi hari
Anjurkan massage yang lembut Meningkatkan relaksasi
/mengurangi ketegangan otot
Anjurkan mengkonsumsi obat Membantu klien untuk
tradisional menentukan tindakan alternatif
yang tepat untuk mengatasi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi/rujuk pasien mendapatkan Sebagai anti inflamasi dan efek
obat-obatan yang sesuai petunjuk, analgesik untuk mengurangi
misalnya: asetil salisilat, NSAID kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.
12
13. Diagnosa keperawatan 2
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, ditandai dengan keengganan untuk
bergerak, membatasi rentang, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa.
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan,
tidak terjadi kontraktur, pasien dapabm,endemonstrasikan tehnik perilaku yang
memungkinkan untuk melakukan aktivitas.
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji tingkat gangguan mobilitas Menentukan intervensi yang tepat
Pertahankan istirahat/tirah baring, duduk. Istirahat sistemik dianjurkan
Jadwalkan aktivitas untuk memberikan untuk mencegah kelelahan,
periode istirahat dan tidur malam yang mempertahankan kekuatan.
tidak terganggu
Bantu dengan rentang gerak aktif adan Mempertahankan dan
pasif, latihan resistif dan isometrik jika meningkatkan fungsi sendi.
memungkinkan.
Ubah posisi dengan sering Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan
sirkulasi
Gunakan bantal kecil dan tipis dibawah Mencegah leher fleksi
Dorong pasien mempertahankan posisi Memaksimalkan fungsi sendi,
tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan mempertahankan mobilitas
Berikan lingkungan yang nyaman Menghindari cedera akibat
misalnya : menaikkan kursi kecelakaan /jatuh
Anjurkan pada keluarga untuk Menghindari cedera akinat
memodifikasi lingkungan rumah kecelakaan/ jatuh.
13
14. Diagnosa keperawatan 3
Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan perubahan siklus tidur ditandai
dengan sulit tidur dimalam hari dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
tertidur, tidur pada siang hari selama ± 2 jam untuk mengganti tidur yang kurang
dimalam hari.
Tujuan/kriteria hasil :
Gangguan tidur dapat diminimalkan dengan kriteria hasil :
Tetap istirahat selama masih diperlukan
Kuantitas tidur bertambah adekuat
Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Modifikasi lingkungan misalnya Meningkatkan kemampuan untuk
mengatur suhu ruangan, menciptakan tidur
lingbkungan yang tenang, mematikan
lampu yang tidak perlu.
Ajarkan keluarga untuk memberikan Sentuhan terapeutik sangat
tindakan kenyamanan seperti gosokan membantu teruatama pada klien
punggung, pijatan ringan dengan stress dan emosi serta
fisik yang bisa mempengaruhi
tidur
Ajarkan klien mengkonsumsi makanan Asam amino triptophan
yang mengandung magnesium, asam membantu mengeluarkan
amino triptophan, dan kalsium serotonin sehingga memudahkan
tidur. Fungsi magnesium adalah
merelaksasikan otot sedangkan
kalsium derdampak “calming
effect” yang menenangkan
pikiran
Ajarkan klien untuk menghindari Dapat mamicu insomnia, kafein
14
15. minuman yang berkafein, berolkohol, dapat meningkatkan kerja jantung
dan menghisap rokok pada saat sehingga mengganggu proses
menjelang tidur. tidur.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi Zat gizi tersebut dapat memacu
karbohidrat kompleks seperti roti, pengeluaran serotonin yaitu suatu
krekles neurotransmitter yang
merangsang kantuk.
Anjurkan klien untuk menghindari Gula dan sirup bersifat
makanan dengan berbumbu meningkatkan gula darah
menyengat, karbohidrat sederhana sehingga akan mengganggu tidur.
(gula, sirup), makanan berpengawet MSG memunculkan reaksi
(makanan kaleng, MSG), keju, coklat, stimulan sedangkan keju, coklat
sayur bayam dan tomat menjelang dan sayur bayam serta tomat
tidur. mengandung piramin yang
merangsang keluarnya nor
epineprin.
Diagnosa keperawatan 4
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi, informasi
ditandai dengan pasien meminta informasi, kesalahan konsep, tidak tepat
mengikuti instruksi/terjadinya komplikasi dapat dicegah .
Tujuan /kriteria hasil :
Pasien akan menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan, mengembangkan rencana perawatan diri, memodifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas/ pembatasan aktivitas.
15
16. Intervensi keperawatan Rasional
Mandiri
Kaji pengetahuan klien tentang Memberikan pengetahuan
panyakit, prognosis dan harapan masa dimana pasien dapat membuat
yang akan datang. pilihan berdasarkan informasi.
Diskusikan kebiasaan pasien dalam Tujuan kontrol penyakit untuk
penatalaksanaan proses sakit melalui menekan inflamasi
diet, obat-obatan, latihan dan istirahat
Bantu dalam merencanakan jadwal Untuk mengurangui terjadinya/
aktivitas terintegrasi yang realistis, bertambahnya nyeri akibat stres
istirahat, manajemen stres yang meningkat.
Tekankan pentingnya melanjutkan Keuntungan dari terapi obat-
manajemen farmakologis obatan bergantung dari
ketepatan dosis
Rekomendasikan penggunaan aspirin. Untuk meminimalkan iritasi
pada gaster, mengurangi resiko
perdarahan.
Tinjau pentingnya diet yang seimbang Meningkatkan perasaan sehat
dengan makan makanan yang banyak dan perbaikan degenerasi
mengandung vitamin, protein dan zat jaringan
besi.
Anjurkan pasien obesitas untuk Penurunan berat badan akan
menurunkan berat badan dan berikan mengurangi nyeri, terutama
informasi penurunan berat badan pinggul, lutut, pergelangan
sesuai kebutuhan. kaki, telapak kaki.
16
17. DAFTAR PUSTAKA
Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : rumah sakit PGI Tjikini,
FKUI
http : //www.artritis.Net./link/artritis.html
http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850
http : //www.suara merdeka.com
Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
Miller, Carol A. 1995. Nursing care of Older Adult. Second edition. Philadelphia:
JB Lippincot
Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004
http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan
Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-
page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
17
18. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DX
NO KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1 Nyeri akut/ kronik Nyeri hilang. Selidiki keluhan nyeri; catat lokasi nye
berhubungan dengan Dengan kriteria hasil : dan intensitas (skala 0 - 10). Catat fakto
peningkatan asam urat Klien terlihat yang mempercepat dan tanda-tanda ras
yang memicu rileks sakit non-verbal.
pembentukan kristal. Dapat beristirahat Anjurkan pasien untuk mandi air hang
dan tidur atau mandi pancuran pada waky
Berpartisipasi bangun dan atau pada waktu tidur.
dalam aktivitas Sediakan waslap untuk mengkompre
sesuai kemampuan sendi-sendi yang sakit beberapa ka
sehari.
Berikan massage lembut.
Dorong penggunaan teknik massase.
Berikan es atau kompres dingin jik
dibutuhkan.
2 Resiko tinggi Gangguan mobilitas Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingk
gangguan mobilitas fisik tidak terjadi. inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
fisik berhubungan Dengan kriteria hasil
dengan nyeri dan Klien dapat Berikan lingkungan yang aman.
penurunan kekuatan mempertahankan atau Demontrasikan/ bantu tekni
otot. meningkatkan pemindahan dan penggunaan bantua
kekuatan dan fungsi mobilitas.
dari dan atau Bantu dengan rentang gerak aktif/ pasi
kompensasi bagian demikian juga latihan resistif da
tubuh. isometrik jika memungkinkan.
18
19. Dorong pasien mempertahankan postu
tegak dan duduk tinggi berdiri da
berjalan.
3 Kurang pengetahuan Klien dapat mengerti Tinjau proses penyakit, prognosis da
mengenai remathoid akan penyakitnya. harapan masa depan.
artritis berhubungan Dengan kriteria hasil :
dengan kurangnya Menunjukan Diskusikan kebiasaan pasien dalam
kebutuhan informasi pemahaman penatalaksanaan proses penyakit melalu
dan kesalahan tentang kondisi/ diet, obat-obatan dan program di
interpretasi informasi. prognosis seimbang, latihan dan istirahat.
perawatan Tekankan pentingnya melanjutka
Mengembangkan manajemen farmakoterapeutik.
rencana untuk Dorong pasien obesitas untu
perawatan diri, menurunkan BB dan berikan informa
termasuk penurunan BB sesuai kebutuhan.
modifikasi gaya Tinjau pentingnya diet yang seimban
hidup yang dengan makanan yang banya
konsisten mengandung vitamin, protein dan z
besi.
Bantu dalam merencanakan jadw
aktifitas terintegrasi yang realisti
istirahat, perawatan pribadi, pemberia
obat-obatan, terapi fisik dan manajema
stress.
4 Resiko Cedera tidak terjadi. Kaji kemampuan secara fungsional
tinggi terjadinya injuri Ciptakan lingkungan dan penerangan yan
berhubungan dengan cukup.
kelemahan ditandai Anjurkan pada keluarga untuk meneman
dengan klien klien dalam perawatan lansia
mengaakan sering
19
20. nyeri pada kaki bila Libatkan anggota keluarga dalam
terlalu banyak perawatan lansia.
berjalan dan terlalu
lama berdiri, klien
mengatakan kalau
terlalu lelah ia duduk
untuk istirahat dan
klien tampak lemah
CATATAN PERKEMBANGAN Ny. R
DX. HARI/
NO KEPERAWATAN TANGGAL IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut/ kronik Jumat Mengkaji keluhan nyeri, tingkat/ skala dan
berhubungan dengan 12-05-2006 durasi nyeri.
peningkatan asam Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
urat yang memicu dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)
pembentukan kristal Memantau vital sign.
Menganjurkan klien untuk massage atau
menggunakan kompres hangat pada daerah yang
nyeri.
20
21. 2 Kurang pengetahuan Senin Meninjau proses penyakit, prognosis dan
S
mengenai 15-05-2006 harapan masa depan.
berhubungan dengan Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam
kurangnya penatalaksanaan proses penyakit melalui
kebutuhan program diet seimbang, obat-obatan dan latihan
informasi dan dan istirahat.
kesalahan Memberikan informasi mengenai pengertian,
interpretasi penyebab, tanda dan gejala penyakit rematik.
informasi. Menjelaskan cara pengobatan secara tradisional,
yaitu membuat ramuan yang dapat diminum
setiap hari.
Memotivasi klien untuk mencoba ramuan yang
21
22. telah diajarkan
3 Selasa Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/rasa
16-05-2006 sakit pada sendi
Resiko tinggi Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya
gangguan mobilitas lingkungan yang nyaman bagi klien
fisik berhubungan Mengajarkan klien teknik pemindahan dan
dengan nyeri dan penggunaan bantuan mobilitas.
penurunan kekuatan Mendorong klien untuk mempertahankan postur
otot. tegak dan teknik duduk yang nyaman.
A
4 Selasa Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien
16-05-2006 Menganjurkan keluarga selalu membantu klien
Resiko tinggi dalam pemenuhan kebutuhannya
terjadinya injuri Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
berhubungan dengan lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan
kelemahan ditandai pencahayaan yang cukup.
dengan klien
mengaakan sering
nyeri pada kaki bila
terlalu banyak
berjalan dan terlalu
22
23. lama berdiri, klien
mengatakan kalau
terlalu lelah ia duduk
untuk istirahat dan A
klien tampak lemah
5 Sabtu Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/
20-05-2006 skala dan durasi nyeri.
Nyeri akut/ kronik Mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
berhubungan dengan dan teknik distraksi (pengalihan perhatian)
peningkatan asam Memantau vital sign.
urat yang memicu Menganjarkan klien massage dan penggunaan
pembentukan kristal kompres hangat pada daerah yang nyeri.
Mengajarkan pada klien teknik mengurangi
nyeri dengan amuan tradisional.
6 Selasa Mengevaluasi / memantau tingkat inflamasi/
23-05-2006
rasa sakit pada sendi
Resiko tinggi
Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya
gangguan mobilitas lingkungan yang aman
23
24. fisik berhubungan Mengajarkan klien rentang gerak aktif dan gerak
dengan nyeri dan pasif.
penurunan kekuatan Mendorong klien untuk mempertahankan postur
otot. tegak dan teknik duduk yang nyaman.
Menganjurkan klien untuk lebih banyak
mengkonsumsi buah dan sayur serta mengatur
pola makan yang sesuai bagi klien.
A
7 Jumat
26-05-2006
Kurang pengetahuan Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga
mengenai remathoid tentang remathoid arthritis
artritis berhubungan Meninjau proses penyakit, prognosis dan
dengan kurangnya harapan masa depan.
kebutuhan Mendiskusikan kebiasaan pasien dalam
informasi dan penatalaksanaan proses penyakit melalui diet,
kesalahan obat-obatan dan program diet seimbang, latihan
interpretasi dan istirahat.
informasi Memberi kesempatan klien dan keluarga
bertanya bila ada yang kurang jelas
24
25. 8
Selasa
30-05-2006 Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga
Kurang pengetahuan tentang gizi untuk remathoid arthritis A
mengenai remathoid Menjelaskan pengertian gizi
artritis berhubungan Menjelaskan macam-macam zat gizi yang
dengan kurangnya dibutuhkan oleh lansia
kebutuhan Menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk
informasi dan dikonsumsi lansia
kesalahan Menjelaskan makanan yang dipantang/ tidak
interpretasi dianjurkan untuk lansia
informasi Memberi kesempatan klien dan keluarga
bertanya bila ada yang kurang jelas
9 Kamis
01-06-2006
Mengkaji/ mengevaluasi keluhan nyeri, tingkat/
A
skala dan durasi nyeri.
Nyeri akut/ kronik
Memantau vital sign.
berhubungan dengan
Menganjurkan klien dan keluarga tetap
peningkatan asam
melakukan penanganan nyeri dengan pengaturan
urat yang memicu
pola makan, aktifitas edan istirahat dan obet-
pembentukan kristal
obetan tradisional
10 Kamis
01-06-2006
Mengkaji/ mengevaluasi tingkat kemampuan
aktivitas klien
Resiko tinggi
25
26. terjadinya injuri Menganjurkan keluarga selalu membantu klien
berhubungan dengan dalam pemenuhan kebutuhannya
kelemahan Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi klien dan dengan
pencahayaan yang cukup.
Berpamitan melakukan proses terminasi
A
26
27. IX. PRE PLANNING PENYULUHAN
GIZI UNTUK LANSIA DENGAN REUMATHOID ARTRITIS
A. Latar Belakang
Makan merupakan bagian dari ritme biologis tubuh yang berfungsi
memenuhi kebutuhan nitrisi dalam hal ini zat gizi guna mengembalikan daya
tahan dan stamina tubuh. Kebutuhan nutrisi bervariasi pada masing masing
orang, tetapi pada umumnya proses penyerapan zat nutrisi/gizi menurun seiring
dengan bertambahnya usia hal ini dapat disebabkan banyak faktor yang salah
satunya dengan bertambahnya usia maka fungsi dari organ-organ saluran
pencernaaan juga mengalami penurunan sehingga proses pencernaan makanan
baik secara mekanik dan kimia juga mengalami penurunan.
Pada lansia khususnya yang mengalami penyakit remathoid atritis salah
satu faktor yang berpengaruh dalam prosespenyembuhan dan pencegahan
penyakit adalah gizi atau nutrisi yang dikonsumsi karena dengan mengkonsumsi
makanan yang tepat dapat mencegah dan meringankan penyakit remathoid artritis.
Pemberian gizi yang seimbang dan benar dapat meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit dan meningkatkan sistim kekebalan tubuh terutama pada lansia
yang sudah mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis tubuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyuluhan pada lansia binaan dan keluarga lansia,
diharapkan dapat memahami konsep gizi seimbang untuk lansia.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan gizi untuk binaan, lanisa binaan dan
keluarga diharapkan mampu :
a. Menyebutkan definisi gizi
b. Menyebutkan macam-macam zat gizi
c. Menyebutkan manfaat dari masing-masing zat gizi
d. Menyebutkan makanan untuk penderita rhematoid artritis
27
28. C. Manfaat
Kegiatan ini diharapkan mampu melibatkan dan mengarahkan keluarga
lansia dan lansia binaan dalam memahami kebutuhan gizi untuk lanisa dengan
rhematoid artritis.
D. Pokok Bahasan
Gizi untuk lansia dengan remathoid artritis
E. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi gizi
2. Macam-macam zat gizi
3. Manfaat dari masing-masing zat gizi
4. Makanan untuk penderita rhematoid artritis
F. Sasaran
Lansia binaan dan keluarga lansia binaan.
G. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.
H. Waktu dan Tempat Penyuluhan
1. Hari/tanggal : Senin, 29 Mei 2006
2. Waktu : 11.00 – 11.30 WIB
3. Tempat : Rumah Ny. R, Jl. Bajak II H Gg. Nasional no.25
Lingk. IX Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas
Medan.
I. Media Penyuluhan
1. Lembar balik
2. Booklet
28
29. J. Pelaksanaan Kegiatan
NO KEGIATAN PENYULUH PESERTA MEDIA WAKTU
1 Pembukaan - Memberi - Menjawab 3 menit
salam. salam.
- Menjelaskan - Mendengarkan
tujuan, dan
manfaat dan memperhatikan
cakupan .
materi.
2 Kegiatan Inti - Menjelaskan - Mendengarkan Lembar 20 menit
definis gizi dan balik
memperhatikan
- Menjelaskan - Memperhatikan
macam- dan menyimak.
macam zat
gizi
- Menjelas - Mendengarkan
manfaat dari dan
masing- memperhatikan
masing zat .
gizi
- Menjelaskan - Memperhatikan
makanan dan menyimak.
untuk
penderita
rhematoid
artritis
- Memberikan - Bertanya jika
kesempatan ada hal yang
untuk kurang jelas.
bertanya jika
ada yang
kurang jelas.
3 Penutup - Mengevaluasi - Menjawab Leaflet 7 menit
pengetahuan pertanyaan. Booklet
keluarga
lansia dan
lansia binaan.
- Menyimpulka - Mendengarkan
n materi yang dan
telah memperhatikan
disampaikan.
- Memberi - Menjawab
salam. salam
29
30. K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan.
b. Media dan alat memadai.
c. Setting sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan preplanning sesuai dengan alokasi waktu.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif.
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan oleh
penyuluh pada saat evaluasi.
L. Referensi
Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004
http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan
Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-
page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
http://www.massage-tools.com/stres-relief.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1203/13/hikmah/lainnya3.htm
http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=3483&coid=2&caid=42&gid=5
30
31. MATERI GIZI UNTUK LANSIA DENGAN
REMATHOID ARTRITIS
A. Definisi
Gizi dapat didefenisikan sebagai proses dimana organisme
menggunakan makanan. Makanan merupakan bahan organic yang diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok: Protein, Karbohidrat, Lemak, kesemuanya dapat ditemukan
pada hewan atau bahan sayur-sayuran. Walaupun demikian, zat gizi termasuk
setiap bahan yang memberikan gizi atau yang dapat digunakan oleh tubuh,
misalnya: air, vitamin dan garam mineral.
B. Jenis-Jenis Zat Gizi
Zat-zat gizi yang perlu dikonsumsi setiap orang setiap hari adalah sebagai
berikut:
1. Sumber tenaga/karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi setiap orang, karbohidrat
dapat diperoleh dari makanan yang mengandung tepung seperti: nasi, roti,
ubi, jagung dan kentang. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat
yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein
dan lemak cadangan dalam tubuh. Sumber-sumber karbohidrat: Beras,
gandum, ubi, jagung dan kentang.
Fungsi Karbohidrat:
Hampir semua karbohidrat diit pada akhirnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. Beberapa karbohidrat yang ada digunakan untuk
sintesis dari sejumlah senyawa pengatur.
a. Energi
b. Aksi pencadangan protein
c. Pengaturan metabolisme lemak
d. Peranan dalam fungsi gastrointestinal
2. Protein
31
32. Diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan tubuh yang rusak
sehingga mengakibatkan lamban pulihnya suatu kerusakan jaringan tubuh.
Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan seseorang karena
fungsi utamanya sebagai zat pembangun dan pengatur disamping sebagai
bahan bakar tubuh. Bahan makanan yang mengandung protein
digolongkan menjadi dua golongan yaitu bahan makanan sumber protein
hewani dan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan dari
hewani nilai proteinnya lebih tinggi dari pada nabati, karena kandungan
asam amino sebagai molekul pembentuk protein lebih lengkap
susunannya. Oleh karena itu bahan makanan dari hewani merupakan
sumber protein yang baik dan sempurna. Contoh protein nabati adalah
tempe, tahu. Dan golongan kacang-kacangan serta biji-bijian. Sedangkan
protein hewani contohnya ikan, telur, daging dll.
3. Lemak
Seperti karbohidrat lemak merupakan senyawa karbon ,hydrogen dan
oksigen.tetapi proporsi oksigen lebih rendah. Lemak termsuk senyawa
minyak-minyakan dan bahan mirip lemak yang mempunyai rasa
minyakdan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic tertentu
seperti eter,alcohol dan benzen.
Terdapat banyak asam lemak yang ditemukan dalam alam yang berbeda
dalam jumlah atom karbon dan ikatan ganda yang dikandungnya. Mereka
adalah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Fungsi Lemak
Fungsi utama lemak adalah untuk memberikan energi setiap setiap
gram lemak jika dioksidasi menghasilkan sekitar sembilan kalori.
Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak, yaitu: vitamin A,D,E,dan K.
Lemak memberikan rasa makanan yang menyenangkan dan memberi
perasaan kenyang karena kecepatan pengosongan dari lambung
dikaitkan dengan kandungan lemaknya.
32
33. 4. Vitamin
Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam
tubuh. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1
dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian
protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel
darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah
anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. Biasa
ditemukan dalam sayur-sayuran segar dan buah-buahan segar
5. Mineral
Antara lain :
Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi
serta persendian. Jika seseorang kekurangan kalsium, maka akan
mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu perlu
mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium
yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.
Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah
merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis menurunnya
fungsi tubuh memproduksi sel darah merah.
C. Pedoman Menu bagi Penderita Remathoid Atritis
Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya
hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara
pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat
negatif tersebut. Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan
konsumsi lemak) agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang
tepat mencegah arthritis. Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air
putih 10 gelas per hari sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran
metabolisme tubuh menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu
kesehatan.
Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi lansia:
33
34. 1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi,
namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam
makanan yang dikonsumsi.
2. Makanan dapat diberikan 4-6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan
lansia. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika
merasa mual, pusing, dan ingin muntah.
3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti
cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang
beralkohol semacam tape.
4. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari
buah seperti air jeruk, air tomat dan sari wortel. Penting untuk
menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink
(minuman ringan) pemicu hipertensi.
5. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan
pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat
membahayakan kesehatan.
6. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta
lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan
kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
7. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak
sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang
membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai
matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah
dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan bagi lansia
1. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran segar yang kaya akan
antioksidan.
2. Minum susu yang mengandung kalsium tinggi dan yang mengandung
rendah lemak.
3. Perbanyak minum air putih minimal 10 gelas perhari.
34
35. Makanan yang sebaiknya dihindari :
1. Kopi atau minuman berkafein, mengisap rokok atau minum minuman
beralkohol. Kafein dapat meningkatkan denyut jantung, alkohol menguras
Vit B yang memdukung sistem syaraf dan nikotin bersifat neurostimulan
yang justru membangkitkan semangat
2. Makanan dengan bumbu menyengat, karbohidrat sederhana (gula, sirup),
makanan berpengawet dan makanan kaleng.
3. MSG (Monosodiumglutamate) sebaiknya dihindari karena memunculkan
reaksi stimulan.
4. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya jeroan, emping melinjo,
bayam, remis, kepiting, durian, kacang-kacangan yang dikeringkan, dan
lain-lain.
Contoh Pola Menu Bagi Lansia
JADWAL MAKAN CONTOH MENU MAKANAN
Pagi hari 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk +
gula)
Roti + satu butir telur
1 potong buah (pisang kepok)
Jam 10 pagi 1 gelas sari buah/ jus
Kue
Siang hari o 10 sendok makan nasi putih
o 1 potong besar ikan/ daging/ ayam
o 1 mangkuk sayur
o 1 potong buah
Jam 4 sore 1 gelas bubur
Malam hari 10 sendok makan nasi putih
1 potong ikan/ daging/ ayam
Sayur secukupnya
1 potong buah
Menjelang tidur 1 gelas susu (2 sendok makan susu bubuk)
35
36. PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG ARTHRITIS RHEUMATOID
A. LATAR BELAKANG
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek
Belajar Lapangan di Lingkungan IX terhadap Ny. R yang menderita Remathoid
Artritis mengatakan bahwa ia sering merasa nyeri pada pinggang dan lutut
kakinya, lebih terasa bila terlalu banyak berjalan atau terlalu lama berdiri. Dan
utukmeringankan keluhan nyeriklien istirahat duduk sambil memijit kakinya
dengan balsem dan sekali-kali merendam kakinya dengan air hangat.
Berdasarkan hal diatas perawat ingin memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai remathoid artritis agar klien dan keluarga lebih mengerti dan dapat
melakukan perawatan pada remathoid artritis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan
lansia dan keluarga akan mampu memahami dan menanggulangi penyakit
Arthritis rheumatoid.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Arthritis rheumatoid
selama 20 menit, lansia mampu :
a. Menjelaskan pengertian Arthritis rheumatoid
b. Menjelaskan peyebab Arthritis rheumatoid
c. Menjelaskan tanda dan gejala Arthritis rheumatoid
d. Menjelaskan penatalaksanaan Arthritis rheumatoid
e. Menjelaskan diet penderita Arthritis rheumatoid
f. Menjelaskan obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara
pengolahannya.
C. MATERI
1. Pengertian Arthritis rheumatoid
36
37. 2. Penyebab Arthritis rheumatoid
3. Tanda dan gejala Arthritis rheumatoid
4. Penatalaksanaan Arthritis rheumatoid
5. Diet penderita Arthritis rheumatoid
6. Obat-obatan tradisional Arthritis rheumatoid dan cara pengolahannya.
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya jawab
E. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN
1. Hari/ Tangga : Jumat/ 26 Mei 2006
2. Waktu : 11.00 Wib – selesai
3. Tempat : Gg. Nasional Bajak II H Lingk IX
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas
E. PELAKSANAAN
No Kegiatan Pendidik Peserta Waktu
1 Pembukaan Memberi salam Menjawab salam 5 menit
Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Kegiatan Menjelaskan Mendengarkan dan 15 menit
inti pengertian penyakit memperhatikan
remathoid arthritis
Menjelaskan Mendengarkan dan
penyebab penyakit memperhatikan
remathoid arthritis
Menjelaskan tanda Mendengarkan dan
dan gejala penyakit memperhatikan
remathoid arthritis Mendengarkan dan
Menjelaskan memperhatikan
penanganan pada
penyakit remathoid Mendengarkan dan
arthritis memperhatikan
Menjelaskan
pencegahan penyakit
remathoid arthritis
37
38. 3 Penutup Tanya jawab Bertanya dan 10
menjawab menit
Menutup dan Menjawab salam
mengucapkan salam
F. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Standar
Kesiapan pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam mengikuti
penyuluhan tentang penyakit remathoid arthritis
Media dan alat dipahami.
Tempat sesuai dengan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Perawat pengunjung/pasien Puskesmas Darusalam kooperatif dan aktif
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti penyegaran maka pengunjung/pasien Puskesmas
Darusalam akan dapat:
Menjelaskan kembali tentang pengertian penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan kembali tentang penyebab penyakit remathoid arthritis
Menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala penyakit remathoid
arthritis
Menjelaskan kembali tentang penanganan pada penyakit remathoid
arthritis
Menjelaskan kembali tentang pencegahan penyakit remathoid arthritis
38
39. MATERI PENYULUHAN
REUMATOID ARTHRITIS
A. Defenisi
Reumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang
dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis, dan deformitas. (Suzanne,
CS, 2002).
B. Etiologi
Sampai sekarang ini masih belum diketahui, tetapi ada yang mengatakan
karena hal-hal dibawah ini. Yang kesemuanya belum merupakan bukti yang
nyata.
1. Faktor Keturunan dan Lingkungan
Terjalin hubungan yang erat antara HLA-DW4 dengan arthritis reumatoid
seropositif. Hubungan ini menunjukkan bahwa penderita memiliki resiko
4 kali lebih mudah terserang penyakit ini.
2. Pengaruh Hormon dan Seks
Perempuan dengan hormon estrogennya lebih berpeluang terserang
arthritis reumatoid dibandingkan dengan pria. Hormon estrogen sangat
penting untuk menjaga kepadatan tulang. Kekurangan hormon estrogen
mengakibatkan lebih banyak penghancuran tulang daripada pembentukan
tulang. Keadaan ini mempercepat dan memperberat penyakit srthritis
reumatoid.
1. Adanya Infeksi
Infeksi dibagian persendian akibat bakteri, mikoplasma atau koloni jamur,
dan virus bisa meniumbulkan sakit yang terjadi secara mendadak.
Biasanya, disertai juga dengan tanda-tanda peradangan, seperti panas,
nyeri, bengkak dan gangguan fungsi. Infeksi dan peradangan merupakan
gejala yang khas sebagai tanda timbulnya arthritis reumatoid.
39
40. 2. Munculnya Heat Shock Protein (HSP)
Heat shock protein merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang
muncul sebagai bentuk respon tubuih yang sedang mengalami stres.
Namun, keberadaan protein ini justru akan memicu terjadinya arthritis
reumatoid.
3. Adanya Radikal Bebas
Radikal bebas seperti superoksida dan lipid peroksidase akan merangsang
keluarnya prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menimbulkan rasa
nyeri, peradangan, dan pembengkakan.
4. Pengaruh Usia
Umur 35-45 tahun lebih rentan terhadap penyakit rematik jenis ini,
meskipun secara umum arthritis reumatoid terjadi pada kelompok umur
20-60 tahun.
C. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan. Namun ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. oleh karena memiliki gambaran
klinis yang bervariasi.
Sebagai pedoman umum yang dipakai kriteria dari ARA (American
Reumatism Assosiation) untuk menegakkan diagnosis.
1. Adanya rasa kaku pada pagi hari (morning stiffnes)
Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 2 jam, bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku
tersebut mulai bekurang.
2. Pembengkakan jaringan lunak sendi (soft tissue swelling) bukan
pembesaran tulang (hyperostosis) belangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.
3. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (joint tenderness on
moving) sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
4. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi terkena), sekurang-
kurangnya pada sebuah sendi yang lain.
40
41. 5. Poli artritis yang simetris dan serentak (symmetrical poliartritis
simultaneously). Serentak disini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu
sendio disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
6. Didapati adanya nodulus Reumatikus subkutan.
7. Didapati adanya kelainan radiologik pada sendi yang terkena, sekurang-
kurangnya dengan klasifikasi.
8. Tes faktor rema positif (Rheuma factor test positif).
9. Pengendapan mucin yang kurang pekat (poor mucin positif).
10. Didapati gambaran histologik pada jaringan sinovial sedikitnya 3 dari
yang disebut dibawah ini.
Villi hypertropi
Proliferasi jaringan sinovial
Adanya pusat-pusat / kelompok sel yang mati (central necrose)
Deposit-deposit / timbunan sel fibrin.
Adanya sebukan sel-sel radang menahun dan mendadak.
Didapati gambaran histologik yang khas dari sayatan melintang benjolan rema
(Reumatoid nodule) sekurang-kurangnya 3 dari yang disebut dibawah ini :
1. Adanya daerah-daerah sel yang mati yang terletak ditengah-tengah.
2. Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk
gambaran jeruji sepeda.
3. Didapati sel fibrosis dibagian tepinya.
4. Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.
Sebenarnya masih ada 20 lagi yang tergolong pengecualian yang tidak
termasuk Reumatoid arthritis misalnya :
1. Bila ada tanda rash yang khas (butterfly formation) pada SLE.
2. Jelas adanya skleroderma.
3. Adanya gambaran demam reumatik dan sebagainya.
41
42. Berdasarkan kriteria yang diatas diadakanlah pembagian kelas anatara
lain:
5. Classical RA : Bila didapat sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria.
6. RA defenit : Bila didapati 5 kriteria tersebut.
7. Probably RA : Bila hanya 3 kriteria saja
8. Possible RA : Bila hanya 1 kriteria.
Sering penderita mulai mengeluh rasa sakit dan pembengkakan pada
sendi-sendi (jari tangan) dimulai sendi metakarpofalangeal dan disertai dengan
bengkak yang khas pada pergelangan tangan bagian dorsal. Pikirkan kemungkinan
Reumatoid terlebih dahulu lebih-lebih bila simetris.
D. Klasifikasi
Penderita arthritis reumatoid dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
4. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid, tetapi selanjutnya
dapat sembuh secara sempurna.
5. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid sepanjang hidup,
tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.
6. Penderita yang mengalami serangan arthritis reumatoid secara progresif
yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi
serangan rematik.
Wanita lebih sering menderita rematik jenis ini dibandingkan pria,
perbandingannya 3 : 1. Keadaan ini berkaitan dengan peristiwa menopause yang
tidak dialami pria.
42
43. E. Patofisiologi
Perubahan berhubungan dengan usia:
Menurunnya autoimun.
Kartilago sebagai pelumas sendi
berkurang.
Kekuatan otot berkurang. Pengaruh Negatif Dari
Perubahan struktur tulang.
Penurunan mekanisme proliferasi Fungsi-Fungsi Yang
tulang. Terganggu:
Pembengkakan jaringan
lunak sendi.
Kerentanan peningkatan
suhu tubuh.
Peradangan pada sendi-
sendi.
Berkurangnya respon
adaptif terhadap aktvitas
yang berlebih.
Kelainan bentuk pada
sendi/kontraktur.
Menurunnya kekuatan
otot.
Faktor Resiko:
Asam urat Meningkatnya
Obesitas dan cidera kerentanan terhadap
Konsumsi lemak berlebihan cidera.
Kebiasaan diet yang mengandung
lemak hewani.
Kurang beraktivitas
(Miller, 1995)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan
sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun, jaringan
fibrosit dan pusat-pusat nekrosis. Semuanya menghasilkan pembengkakan
sendi yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila digerakkan.
Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,
periost sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang
43
44. berlapis-lapis, maka lambat laun merupakan anyaman yang saling bertaut
sehingga pada akhirnya timbul ankilosis. Proses penerobosan ini akan
berlangsung terus kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang jadi
rapuh dan hancur. Akibatnya timbul deformitas, subluksasi bahkan
destruksi yag hebat.
Akibat ini pula otot-otot disekitar sendi tidak digunakan lagi dan timbul
“Disused athropy”. Akhirnya penderita kan cacat, dan sendi-sendi
besarnya juga akan mengalami ankilosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Test faktor reuma (RF), biasanya positif pada 70-80% penderita RA
terutama bila Ranya masih aktif.
C-reactive protein; biasanya positif pada penderita RA sejenisnya.
Laju endap darah (LED) biasanya meninggi pada RA.
Sering dijumpai lekositosis.
Anemia akibat adanya inflamasi yang kronis. Disini pemberian Fe per-
oral atau suntikan tidak akan menolong.
Pada hitung jenis lekosit, polimorfonuklear persentasenya Meninggi.
Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan X-Ray semua sendi dapat terkena, tapi biasanya
yang sering metatarsofalangeal dan biasanya simetris. Disamping itu
sendi sakroiliaka juga sering terkena.
3. Pemeriksaan Radiologik
Didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada
sensi yang terkena.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita Reumatoid arthritis dibagi atas :
1. Medikamentosa
2. Fisioterapi
3. Pembedahan
44
45. 4. Psikoterapi
Tujuan pengobatan pada Reumatoid arthritis :
5. Mencegah deformitas.
6. Menghilangkan rasa sakit.
7. Mengusahakan agar dapat tetap bekerja dan hidup secara bias baik
dirumah maupun di tempatkerja, terutama mengataasi keperluan-
keperluan dirinya sehari-hari.
8. Memperbaiki (mengoreksi) deformitas yang sudah terjadi.
MEDIKAMENTOSA
Pengobatan ini dibagi atas beberapa kelompok antara lain :
a. Golongan obat simtomatik. Simple analgesic (paracetamol, aminopirin);
anti inflamasi nonsteroid (indomestin, fenil butazon, sodium diklofenak);
anti inflamasi golongan steroid (prednison).
b. Golongan obat yang mempengaruhi perjalanan penyakitnya (obat-obat
remitif/ remitive agent : Immuno suppresant; obat sitostatika; alkylating
agent; chelating agent; anti malaria; antelmintik.
Pengobatan secara simtomatik
Tidak mempengaruhi perjalanan penyakit penderita, artinya hanya rasa
sakitnya saja yang dikurangi.
Pengobatan secara remitif
Obat ini lebih bermanfaat bagi penderita namun tergolong jenis obat yang
lambat kerjanya. Biasanya diperlukan waktu beberapa bulan pengobatan guna
mencapai kadar yang dikehendaki dalam darah agar mempunyai pengobatan.
PENGOBATAN FISIOTERAPI
Pengobatan ini memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan medikamentosa. Disini pencegahan terhadap cacat yang lebih
lanjut dan pencegahan kecacatan dan bila sudah terjadi cacat, dicoba
45
46. dilakukan rehabilitasi bila masih memungkinkan. Sebaiknya dimulai
fisioterapi segera setelah sendi mulai berkurang sakitnya atau sudah minimal.
Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan
operatif.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN
Bila berbagai cara pengobatan sudah dilakukan namun belum berhasil juga,
dan alasan untuk tindakan operatif cukup kuat, maka dilakukanlah pengobatan
pembedahan. Jenis pengobatan ini umumnya bersifat ortopedik.
PSIKOTERAPI
Biasanya diberikan psikoterapi superficial agar timbul semangat dan keuletan
untuk berobat dan dukungan pada mental penderita supaya dapat menghadapi
diri dan penyakitnya.
Penderita diberi penjelasan bahwa penderita akan tetap dapat melakukan
tugas-tugas sosial yang dihadapinya terutama untuk mancari nafkah, bila
penderita berobat dengan tekun. Dan yang penting tidak mengantungkan
hidupnya pada orang lain (jadi beban, terutama keluarga).
X. H. Pencegahan
Karena sebagian besar kasus rematik merupakan akibat kerja, gaya
hidup modern dan pola makan yang kurang sehat, maka cara
pencegahannya dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang bersifat
negatif tersebut.
Mengatur pola makan dengan seimbang (tidak berlebihan konsumsi lemak)
agar tidak kegemukan merupakan salah satu cara yang tepat mencegah
arthritis.
Olahraga teratur, istirahat cukup dan minum air putih 10 gelas per hari
sangat dianjurkan untuk mendukung kelancaran metabolisme tubuh
menghindari gejala rematik yang cukup mengganggu kesehatan.
46
47. I. Obat Tradisional
1. Ramuan I (Jahe)
Jahe 2 jari tangan, kayu manis 1 jari tangan, kencur 10 biji, cengkeh 10 biji,
air 3 gelas.
Jahe dan kencur dicuci bersih lalu dikupas dan diiris tipis.
Cengkeh dan kayu manis dicuci bersih kemudian dicampurkan dengan jahe
dan kencur yang telah diiris halus serta air sebanyak 3 gelas.
Kemudian semua bahan direbus sampai air rebusan bersisa 1 gelas.
Air rebusan diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas. Air rebusan dapat
ditambah dengan madu atau gula batu agar tidak terlalu pahit.
2. Ramuan III (Daun Singkong)
5 lembar daun singkong, 15 gram jahe, kapur sirih secukupnya, dihaluskan dan
ditambahkan air secukupnya, diaduk lalu dioleskan pada bagian tubuh yang sakit
3. Ramuan II (Buah Makota Dewa)
Sebanyak 2 buah makota dewa diiris tipis tetapi tidak mengenai bijinya,
kemudian dijemur sampai kering.
Setelah kering diambil sebanyak ukuran 1 buah utuh untuk direbus dengan
air sebanyak 3 gelas sampai hasilnya hingga 1 gelas
Selanjutnya hasil yang satu gelas diminum 3 kali sehari.
Bisa digunakan sebagai pengganti bubuk teh karena baunya wangi.
4. Ramuan IV (Daun Belimbing Wuluh)
100 gram daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkah, 15 biji merica dicuci
lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya kemudian aduk. Setelah itu
oleskan pada bagian yang sakit.
5. Ramuan V (KUMIS KUCING)
Seluruh bagian tumbuhan segar secukupnya. Dicuci bersih lalu ditumbuk
halus. Hasil tumbukan ditempelkan dibagian yang sakit lalu dibalut.
Ramuan lainnya adalah kumis kucing secukupnya direbus dengan air bersih
beberapa menit. Kemudian dalam keadaan hangat-hangat disiramkan sedikit
demi sedikit pada bagian yang sakit.
47
48. 5. Ramuan VI ( PUTRI MALU)
Akar 154 gram direndam dalam 500 ml arak putih selama 2-3 minggu. Ramuan
digunakan sebagai obat gosok.
7. Ramuan VII (KEJI BELING)
7-10 lembar daun keji beling yang tua dicuci bersih, tanaman putri malu dicuci
bersih, kemudian di rebus bersama tanaman putri malu kemudian direbus
dengan 3 gelas air hingga menjadi 2 gelas. Kemudian di minum seperti air putih.
8. Ramuan VIII (SIDAGURI)
Semua bagian sidaguri kering sebanyak 60 gam direbus dengan 4 gelas air sisa
2 gelas. Air rebusan dimunim 2 kali sehari masing-masing 1 gelas.
9. Ramuan IX (SEMBUNG)
Daun dan batang segar masing-masing 20-30 gram, direbus dengan 6 gelas
hingga menjadi 3 gelas. Diminum 3 kali sehari-masing-masing 1 gelas.
48
49. DAFTAR PUSTAKA
Charles J Reeves, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Herdi Sibuea et al, 1992, Ilmu Penyakit Dalam, jakarta : rumah sakit PGI Tjikini,
FKUI
http : //www.artritis.Net./link/artritis.html
http : //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=850
http : //www.suara merdeka.com
Manjoer A, dkk, 1999, Kapita Selekta kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
Prince S.A., & Wilson L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Buku 2 Edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer S.C., & Bare B.G., 2001, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3, Jakarta: EGC
Ochie, Diambil tanggal 17 Febuari 2006, Radang Sendi sent on 10-06-2004
http://www.restro.co.id/sehat.php?go?90=sht%2fmenukhusus25.htm
Wijayakusuma M.H., 2005, Mengusir Rematik & Asam Urat Tinggi dengan
Makanan Sehat , http://ciptapangan.com/tips.detail.php?tips-id=182&detal-
page=4 diambil tanggal 17 Febuari 2006
49