Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Luka bakar bukan luka biasa. Luka bakar adalah cedera berat yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas luar biasa. Dokter muda diharapkan mampu mengenali luka bakar, mengetahui resusitasi dan kapan harus merujuk, dan tahu bagaimana mengedukasi masyarakat untuk mencegah luka bakar. Bahan ini dibuat untuk kepentingan pembelajaran dokter muda di lingkungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes - FK Universitas Nusa Cendana.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Luka bakar bukan luka biasa. Luka bakar adalah cedera berat yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas luar biasa. Dokter muda diharapkan mampu mengenali luka bakar, mengetahui resusitasi dan kapan harus merujuk, dan tahu bagaimana mengedukasi masyarakat untuk mencegah luka bakar. Bahan ini dibuat untuk kepentingan pembelajaran dokter muda di lingkungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes - FK Universitas Nusa Cendana.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
DEFINISI
•Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
•Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.
Untuk lebih jelasnya silahkan bertanya melalui email : cahyatoshi@yahoo.com atau silahkan kunjungi blog saya http://cahyatoshi12.blogspot.com
Terima Kasih
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur.
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdfDiandraDevita1
fraktur merupakan Pemisahan atau robekan pada kotinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebih pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya
2. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.
3. Klasifikasi fraktur
Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia,
clavicula, dan cruris dst).
Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari:
Fraktur komplit
Fraktur tidak komplit
Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
Fraktur kominit
Fraktur segmental
Fraktur Multipel
4. Cont..
Berdasarkan posisi fragmen :
Undisplaced (tidak bergeser)
Displaced (bergeser)
Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia
luar :
Tertutup
Terbuka
5. Etiologi
Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau
tekanan
Fraktur patologik karena kelemahan pada
tulang
6. Manifestasi Klinik
Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai
fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan
edema.
Deformitas karena adanya pergeseran fragmen
tulang yang patah.
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di
bawah tempat fraktur.
Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk
menentukan lokasi, luasnya.
Pemeriksaan jumlah darah lengkap.
Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya
kerusakan vaskuler.
9. Penanganan Fraktur
Penanganan fraktur disesuaikan dengan letak
terjadinya fraktur.
Reduksi
Mempertahankan reduksi
traksi terus-menerus;
pembebatan dengan gips:
fiksasi internal; dan
fiksasi eksternal.
10. Komplikasi
Komplikasi awal
Kerusakan Arteri
Compartement Syndrom
Fat Embolism Syndrom
Infeksi
Avaskuler Nekrosis
Shock
Komplikasi dalam waktu lama
Delayed Union
Non Union
Mal Union
12. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, dan cedera pada jaringan lunak,
immobilisasi, stress, ansietas.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan rangka/tulang neuromuskuler : nyeri
ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi
tungkai.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan tak adekuatnya pertahanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada
lingkungan.
13. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, dan cedera pada jaringan
lunak, immobilisasi, stress, ansietas.
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang
terkena.
Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamana,
perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk
intensitas (skala 0-10). Perhatikan pertunjuk
nyeri nonverbal (perubahan tanda vital dan
emosi/perilaku).
Berikan alternatif tindakan kenyamanan,
contoh pijatan, perubahan posisi.
14. Cont..
Dorong menggunakan teknik manajemen stres,
contoh relaksasi otot progresif, latihan nafas
dalam, imajinasi visualisasi.
Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk
usia pasien, kemampuan fisik, dan penampilan
pribadi.
Kolaborasi
Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama
dan sesuai kebutuhan.
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan
analgesik non narkotik; NSAID injeksi contoh
ketorolac, relaksan otot, contoh siklobenzaprin.
15. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan rangka/tulang
neuromuskuler : nyeri ketidaknyamanan,
terapi restriktif, immobilisasi tungkai.
Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera /
pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap
imobilisasi.
Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik / rekreasi.
Pertahankan rangsangan lingkungan, contoh radio, tv,
koran, kunjungan teman / keluarga.
Instruksikan / bantu pasien untuk dalam rentang gerak
pasien atau aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang
tak sakit.
Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan
trokanter / tangan yang sesuai.
Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda,
kruk, tongkat sesegera mungkin. Instruksikan keamanan
dalam menggunakan alat mobilitas.
16. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan tak adekuatnya pertahanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan
pada lingkungan.
Inspeksi pen/kulit untuk adanya iritasi atau
robekan kontinuitas.
Kaji sisi kulit, perhatikan keluhan peningkatan
nyeri / rasa terbakar atau adanya edema,
eritema, drainase/bau tidak enak.
Berikan perawatan pen / kawat steril sesuai
protokol dan latihan mencuci tangan.
Observasi luka untuk pembentukan bula,
krepitasi, perubahan warna kulit.
Kaji tonus otot, refleks tendon dan kemampuan
berbicara.
17. Cont..
Lakukan prosedur isolasi.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh :
darah lengkap, LED, kultur dan sensitivitas
luka, scan radioisotop.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
antibiotik IV, tetanus toksoid.
Berikan irigasi luka / tulang dan berikan sabun
basah / hangat sesuai indikasi.