MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD
DI KELAS X JURUSAN MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 GORONTALO
Jawaban UAS Perencanaan pembelajaran dibuat oleh Daraista Az zukhruf Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Fatahillah (STIT FATAHILLAH) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah (PGMI)
1. PROPOSAL USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“ MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG “
DISUSUN OLEH :
NUR AHMAD FILARDI
521 512 7156
S1. PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NGERI JAKARTA
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah menyentuh segala aspek
pendidikan sehingga informasi lebih mudah di peroleh, hendaknya menjadikan anak lebih aktif
berpartisipasi sehingga melibat kan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar.
Keberhasilan tujuan pendidikan terutama di tentukan oleh proses belajar mengajar yang di alami
oleh siswa. Sisiwa yang belajar akan mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman,
penalaran, keterampilan, nilai dan sikap. Agar perubahan tersebut dapat tercapai dengan baik,
maka diperlukan berbagai factor untuk menghasilkan perubahan yang di harapkan yaitu
mengefektifan pemahaman dari konsep. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu
menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar.
Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan
subjek dalam pembelajaran.
Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perkembangan teknologi di masa depan (Wirtha dan Rapi, 2008). Namun, fisika selalu
dianggap sulit oleh siswa, sehingga prestasi siswa pada mata pelajaran fisika banyak yang rendah
(Suryani dan Fatkhulloh, 2012).
Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan Program Praktik Lapangan (PPL) di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Malang, ditemukan bahwa siswa kelas X-D memiliki nilai fisika yang kurang
memuaskan. Hal ini terlihat dari nilai hasil ujian akhir semester gasal yang menunjukkan bahwa
lebih dari 50% siswa mencapai nilai dibawah KKM. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan
rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Siswa kurang berani bertanya kepada
guru, kurang berani dalam menyampaikan pendapat, dan kurangnya kemampuan dalam
memecahkan masalah. Hal-hal di atas sebenarnya menunjukkan gejala kesulitan belajar pada
siswa sesuai dengan pendapat Maas (2004), kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang dapat
dilihat dalam berbagai jenis ciri tingkah laku siswa diantaranya: (1) menunjukkan hasil belajar
yang rendah; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat
dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar; dan (4) menunjukkan sikap yang kurang wajar,
seperti acuh tak acuh. Ditambah lagi kurangnya variasi mengajar guru dalam menerapkan model-
3. model, metode, dan strategi belajar membuat siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar
fisika di sekolah.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan perbaikan proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat ikut berperan aktif selama
proses pembelajaran berlangsung. Siswa saling bertukar pendapat dalam memahami konsep
himpunan serta mampu menyelesaikan soal himpunan secara berdiskusi dalam kelompok. Maka
diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Metode pembelajaran yang memungkinkan dapat mendorong keaktifan, kemandirian
dan tanggung jawab dalam diri siswa adalah metode pembelajaran Example Non Example.
Melalui penerapan model pembelajaran Example Non Exampl diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Sesuai dengan uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul ”
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar siswa Melalui Metode Pemelajaran Examples Non
Examples pada Mata Pelajaran Fisika di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang” Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
B. Identifikasi Masalah
Dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam memahaminya Hal ini yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat
dari hasil rata-rata semester ganjil siswa. Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan
mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum nampak. Hal itu dikarenakan
pembelajaran fisika masih berpusat pada guru dan terkesan membosankan. Interaksi dan
komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun dengan guru belum terjalin selama proses
pembelajaran karena diskusi kelompok jarang dilakukan. Guru seharusnya menggunakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa
aktif bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang mendorong keaktifan,
kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa diantaranya adalah model pembelajaran
Examples Non Examples.
C. Pembatasan Masalah
4. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran
Examples Non Examples. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat
dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa
dilihat dari hasil tes siswa.
D. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori Model Pembelajaran Examples Non Examples ?
2. Sebutkan prinsip-prinsip Model Pembelajaran Examples Non Examples !
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Model Pembelajaran Examples Non Examples?
4. Sebutkan langkah – langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples?
5. Bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran Fisika ?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui arti dari Model pembelajaran Examples Non Examples.
2. Menyebutkan prinsip Model pembelajaran Examples Non Examples.
3. Mencari kelebihan dan kekurangan dari Model pembelajaran Examples Non Examples.
4. Menyebutkan langkah-langkah Model pembelajaran Examples Non Examples.
5. Mengetahui aplikasi Model pembelajaran Examples Non Examples dalam pelajaran Fisika.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan agar
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan keaktifan dan prestasi dalam
pembelajaran fisika.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam pembelajaran fisika.
5. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah,
2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-
hari sampai batas tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003:50) terdapat unsur-unsur yang terkait dalam proses
belajar diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar,
5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah,
menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada hakekatnya
merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang berulang-ulang
berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang-
ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah-
ubah) dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh
kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu pula ada
pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Media Pembelajaran
Menurut Sanaky (2009), “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Adapun menurut Munadi (2008) media
pembelajaran adalah Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.
Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang
6. dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal terdiri atas kata-kata
dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-
simbol. Posisi simbol-simbol nonverbal yakni sebagai pengganti bahasa verbal atau disebut
juga bahasa visual. Menurut (Arsyad,
2002) Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis, bentuk,
warna, dan tekstur. Menurut Ariani dan Haryanto (2010), “Multimedia adalah media yang
menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio,
video dan animasi secara terintegrasi. Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai
lebih dari satu media. Menurut Munadi (2008) “Multimedia pembelajaran adalah media
yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran
berlangsung”.
3. Pengertian Model Examples Non Examples
Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif
terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin
Ibrahin, 2000 : 3)
Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran
yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses
mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan
proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.
Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And
Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada
didalam gambar.
Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu
alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa
7. lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar
diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga
dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non
example adalah:
“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-
gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan
pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil
analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.”
Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk
mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain
itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples
Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme.
Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama
dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu untuk dirinya, berusahadengan susah payah
dengan ide-ide (Slavin dalam Nur dan Wikandari,2002: 8).
Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002 : 8).
Examples non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan
gambar, diagram atau table sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel
atau memakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok
tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan
8. refleksi (Suyatno, 2009 : 73)
Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP,
Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah
jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat
dengan jelas.
Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih menekankan pada
konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan
siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan,
dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan bahwa examples non examples
adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh
dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.
Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling
banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui
definisi konsep itu sendiri. Example Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Examples dari suatu definisi
konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep
yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi
yang sedang dibahas, sedangkan non-Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang
bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju
pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. (Hamzah, 2005:113).
Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah
suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat
fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan
akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-
contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari
9. sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Suratno, 2009:1) telah memberikan kerangka konsep
terkait strategi tindakan, yang menggunakan metode Example Non example, sebagai berikut:
a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas- kan beberapa dari
sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan
meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama
siswa memikirkan tentang tiap Examples dan non-Examples tersebut, tanyakanlah pada mereka
apa yang membuat kedua daftar itu berbeda.
b. Menyiapkan Examples dan non Examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk
mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep
yang baru.
c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep Examples dan
non-Examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas
untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah
diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari Examples dan Non-Examples.
e. Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan metode example non example pada prinsipnya adalah
upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan konsep
pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh
terhadap materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples memberi ruang dan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
Pembelajaran kooperatif model Examples Non Examples melatih siswa untuk dapat
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal
mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif,
guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai
kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara,
padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
10. Kelebihan
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan metode example non
example antara lain:
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non
example
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu
konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih
terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian example.
Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran examples non examples diantaranya :
a. Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar (KD)
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar (KD)
c. Siswa diberi kesempata mengemukakan pendapatnya yang mengenai analisis gambar
yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)
Tennyson dan Pork (Slavin, 2002) menyarankan bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari
suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
a. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.
b. Pilih contoh-contoh yang berbeda satu sama lain.
c. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.
Dampak instruksional dan dampak pengiring yang dimiliki model pembelajaran Examples
Non Examples. Dampak instruksional adalah dampak yang terlihat setelah kegiatan
pembelajaran. Sedangkan dampak pengiring adalah damapak yang tidak langsung terlihat, akan
tetapi mengiringi dampak instruksional. Pada pembelajaran dengan menggunakan model
11. pembelajaran Examples Non Examples dampak instruksionalnya adalah siswa menjadi lebih
aktif, berani mengemukakan pendapat atau gagasannya sendiri, aktif berdiskusi, dapat belajar
dari pengamatan sendiri. Dampak pengiringnya adalah siswa mampu meningkatkan kerjasama
secara kooperatif untuk materi yang ditugaskan, bertanggung jawab, berusaha memahami materi
dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Kelemahan
Ada dua kelemahan dalam menggunakan model Examples Non Examples, diantaranya :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang banyak.
4. Keaktifan Siswa
Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau
berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk
memahami materi pelajaran.
Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki
keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
3. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon
yang aktif dari siswa
4. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes
5. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
6. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari
guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan
aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.
5. Motivasi Belajar
a. Pengertian motivasi belajar
Motivasi berpangkal dari kata motiv yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada
12. didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Adapun
menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalamdiri seseorang yang ditandai
dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian tersebut, mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu
mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanaya feeling, dan rangsang
karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivbasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
b. Jenis motivasi belajar
Motivasi ada dua yaitu:
1) Motivasi instrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari
luar.
2) Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu.
c. Strategi yang digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan
mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapai kepada siswa makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat meraka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum berprestai akan termotivasi untuk
bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3) Saingan atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi
13. belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Pujian yang bersifat membangun kepada siswa yang berprestasi.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
9) Menggunakan metode yang bervariasi.
10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
6. Hasil Belajar
Menurut Jihad (2010) “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah
dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran”. Adapun menurut
Hamalik (2006), “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan”. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. hasil belajar tersebut merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa seteleh menerima pengalaman belajar. Hasil belajar dapat
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Hasil
belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin
Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang ” Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan
Bulat Kelas VIIA SMPN 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
14. dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) dan TGT ( Teams Game
Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa SMP di
Purwokerto”. Analisis data menunjukkan hasil : 1) tidak ada perbedaan yang signifikan
mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD,
TGT, dan pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi
belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas, 3) tidak ada interaksi
pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh
pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.
C. Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas
selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran
yang berdampak pada prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi yang ada di
mata pelajaran matematika.
Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat
mempelajari materi pada mata pelajaran matematika dengan lebih baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong kemandirian,
keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak
berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
15. Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai.
16. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK N 26 Jakarta bulan Juli sampai Agustus 2013. Dengan
menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas XII SMK N 26 Jakarta.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK N 26 Jakarta, yaitu 36 siswa yang
terdiri dari 16 siswa putri dan 20 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.
Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan
yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti
(Suharsimi Arikunto, 2002:17). Menurut Kemmis dan Taggart ada beberapa tahapan dalam
penelitian ini (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:66) yaitu:
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi kelas
sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan
siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta data yang ditampilkan di
kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa
(Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103).
D. Tahapan Penelitian
1) Tahapan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
17. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand
out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran STAD dan pedoman wawancara yang kemudian
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap
tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD.
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas VIIB. Materi
yang akan diberikan adalah materi himpunan tentang diagram Venn. Adapun tindakan yang
dilakukan pada tiap siklus yaitu:
● Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi
kepada siswa dalam mempelajari materi himpunan.
● Kegiatan Inti
a) Siswa belajar dalam kelompok
b) Guru memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok.
c) Siswa mengerjakan kuis secara individu
d) Peningkatan nilai
e) Pemberian penghargaan kelompok
f) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil mencapai kriteria
keberhasilan tertentu.
c. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi
dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran
adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan
pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada
siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus
18. berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang
dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
2) Tahapan Penelitian Siklus II dan Siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan
sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan
tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1) Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan
obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi keaktifan siswa difokuskan
pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi himpunan. Sedangkan
observasi pelaksanaan pembelajaran STAD difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama
proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan
pada lembar catatan lapangan.
2) Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4) Tes
Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5) Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara,
catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
19. F. Instrumen Penelitian
1) Peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya
(Lexy J. Moleong 2007: 168)
2) Lembar Observasi
Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran STAD digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar observasi keaktifan siswa
digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks
permasalahan dan tujuan penelitian.
3) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan
siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
4) Angket Respon Siswa
Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu
selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.
5) Tes
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test, post test, dan kuis
individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana prestasi siswa mengenai materi
himpunan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai nilai siswa semester
ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
7) Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak
terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mengamati
hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
20. G. Tabel Jadwal Penelitian
No Kegiatan J
u
l
i
M
i
n
g
g
u
I
M
i
n
g
g
u
I
I
M
i
n
g
g
u
I
I
I
M
i
n
g
g
u
I
V
1. Mempersiapkan
Silabus, RPP
2. Mempersiapkan
hand out, lembar
kerja siswa, lembar
observasi keaktifan,
lembar angket
respon siswa
3 Melakukan
tindakan pada
siklus I
5. Melakukan lembar
observasi
6. Evaluasi dari
pelaksanaan
tindakan pada
siklus I
7. Melakukan
tindakan pada
siklus I dan II
8. Evaluasi
9. Menyusun laporan
PTK
21. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan
contoh-contoh melalui kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar. Melalui
model pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memilih dan menyesuaikan contoh-contoh yang
ada melalui gambar tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khusus
ya dalam mata pelakaran fisika.
Model pembelajaran Examples Non Examples memiliki kelebihan yaitu siswa lebih kritis dalam
menganalisa gambar, siswa dapat mengetahui aplikasi dari maetri berupa contoh gambar dan
siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang banyak.
22. DAFTAR PUSTAKA
Hamdani.(2011).Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Pustaka Setia
Agus Suprijono.(2009).Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyatno.(2009).Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabaya.Buana Pustaka
Dahlan, M.D., dkk. (1984). Model-Model Mengajar. Bandung:CV Diponegoro.
Rahman. (2008). Model Mengajar & Bahan Pembelajaran. (cetakan ke-2) Bandung: Alqaprint
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru
pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika
http://david-indrianto.blogspot.com/2010/12/implementasi-model-pembelajaran.html
http://arifar.blogdetik.com/model-pembelajaran-examples-non-examples
http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non.html