PPT ini merupakan salah satu materi kuliah BIOTEKNOLOGI yang ditulis oleh Trianik Widyaningrum, M.Si. (dosen Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).
Butuh lebih banyak materi biologi..???
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/
1) Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter
Makalah ini berisi makalah mengenai Pengangkatan anak( adopsi) berdasarkan hukum dan undang undang yang berlaku di Indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat, please visit my website anda share
Pengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijauannisaulia
Merumuskan Masalah
Objeknya : Kacang Hijau
Variabel :- Variable Bebas :Kelembapan Udara- Variable Terikat :Tinggi Perkecambahan- Variable Kontrol :Media kapas
Bagaimana kelembapan udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah?
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembapan udara dapat mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan kecambah?
Hipotesis :
Jika ditaruh didalam ruang yang kelembapan udara tinggi, maka perkecambahan kacang hijau akan lebih cepat tumbuh dibanding perkecambahan di ruang terbuka
Melakukan Eksperimen:
Alat :
kacang hijau
gunting
label nama
4 buah bekas gelas air mineral
plastik
Bahan :
kacang hijau
kapas
air
Cara Kerja :
Sediakan 4 model sampel, dimana 2 sampel akan dibiarkan di tempat terbuka & sampel lainnya akan ditutup dengan plastik. Keempat model sampel ini akan diberikan perlakuan yang sama, model sampel akan diberi air dengan mangkok yang ada dibawahnya setiap 1 hari sekali dan pengukuran di laksanakan setiap 2 hari dari waktu penanaman
Kesimpulan :
Kelembapan udara dapat mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan karena pada
pengukuran terdapat biji kecambah.
PPT ini merupakan salah satu materi kuliah BIOTEKNOLOGI yang ditulis oleh Trianik Widyaningrum, M.Si. (dosen Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).
Butuh lebih banyak materi biologi..???
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/
1) Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter
Makalah ini berisi makalah mengenai Pengangkatan anak( adopsi) berdasarkan hukum dan undang undang yang berlaku di Indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat, please visit my website anda share
Pengaruh kelembapan terhadap perkecambahan kacang hijauannisaulia
Merumuskan Masalah
Objeknya : Kacang Hijau
Variabel :- Variable Bebas :Kelembapan Udara- Variable Terikat :Tinggi Perkecambahan- Variable Kontrol :Media kapas
Bagaimana kelembapan udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah?
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembapan udara dapat mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan kecambah?
Hipotesis :
Jika ditaruh didalam ruang yang kelembapan udara tinggi, maka perkecambahan kacang hijau akan lebih cepat tumbuh dibanding perkecambahan di ruang terbuka
Melakukan Eksperimen:
Alat :
kacang hijau
gunting
label nama
4 buah bekas gelas air mineral
plastik
Bahan :
kacang hijau
kapas
air
Cara Kerja :
Sediakan 4 model sampel, dimana 2 sampel akan dibiarkan di tempat terbuka & sampel lainnya akan ditutup dengan plastik. Keempat model sampel ini akan diberikan perlakuan yang sama, model sampel akan diberi air dengan mangkok yang ada dibawahnya setiap 1 hari sekali dan pengukuran di laksanakan setiap 2 hari dari waktu penanaman
Kesimpulan :
Kelembapan udara dapat mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan karena pada
pengukuran terdapat biji kecambah.
Know the latest Times of India Property Rate card - Latest Times of India Real Estate Advertisement included Base Rates, CIS, Promotional Offers, Multicolumn Rates, Packages ROL & CD and Multicolumn Packages - and call for Intact Advertising Pvt Ltd for any newspaper advertisement assistance
Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan membuka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengumpulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan terhadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.
Keterbukaan kontrak menjadi hal yang signifikan dalam mendorong transparansi di sektor ekstraktif. Policy Brief ini berisi kajian masyarakat sipil tentang pentingnya transparansi kontrak dan aspek kerahasiaan kontrak. Melalui policy brief ini, masyarakat sipil mendorong transparansi kontrak masuk sebagai standar EITI 2016.
Keterbukaan kontrak pertambangan ini mencakup keterbukaan Production Sharing Contract (PSC), Kontrak Karya (KK), dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara (PKP2B),
Di Indonesia, kekayaan alam termasuk di dalamnya minyak dan gas bumi (migas) dan pertambangan mineral dan batubara (minerba) dikuasai
oleh negara dan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat1. Ini artinya bahwa negara dan warganya adalah pemilik sesungguhnya kekayaan sumber daya alam (SDA). Sedangkan pemanfatannya diwakilkan kepada pemerintah agar dikelola dengan sebaik-baiknya untuk tujuan kesejahteraan rakyat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam mewujudkan manfaat kesejahteraan itu, maka transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA mutlak untuk dilaksanakan
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia dikuasai oleh negara dan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.1 Minyak dan gas bumi (migas), serta pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan beberapa kekayaan alam Indonesia, yang harus dikelola untuk mencapai tujuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Mengingat industri migas dan minerba tergolong sebagai industri ekstraktif yang high risk, high technology, dan high cost, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki modal kapital maupun teknologi yang kompetitif. Kerja sama pengelolaan migas dan minerba ini sebagian besar dilakukan berdasarkan sistem kontrak. Dalam konteks Indonesia, sistem kontrak banyak digunakan untuk kegiatan sektor hulu yang mencakup kegiatan eksplorasi dan eksploitasi/produksi migas dan minerba, sedangkan untuk kegiatan
hilir dilaksanakan melalui pemberian izin usaha.2 Sejak tahun 2009, sebagian sektor hulu minerba dilaksanakan melalui sistem perizinan
Publikasi dokumen kontrak dan perizinan di sektor industri ekstraktif, khususnya minyak dan gas bumi (migas) dan tambang merupakan keharusan. Pertama, hal tersebut penting untuk melacak aliran pendapatan dari sektor industri ekstraktif, serta melindungi keadilan sosial dan lingkungan. Dokumen kontrak dan perizinan di sektor industri ekstraktif selalu melibatkan sumber daya publik dan selalu menjadi dasar berbagai kebijakan publik dalam aspek fikal, sosial, dan lingkungan. Dalam konteks ini, publik berhak dan harus tahu isi dokumen-dokumen tersebut. Kedua, publikasi dokumen kontrak dan perizinan kepada publik juga berkontribusi dalam mengurangi praktek-praktek korupsi yang sering dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan.
Ketiga, praktek keterbukaan dokumen kontrak dan perizinan telah banyak dilakukan di berbagai negara, setidaknya 29 negara telah mempublikasikan dokumen kontrak dan perizinan di sektor ekstraktif, seperti Kolombia, Ghana, Guinea, Irak, Liberia, Peru, Timor-Leste, Filipina dan Amerika Serikat. Bahkan perusahaan-perusahaan sektor ekstraktif, seperti Rio Tinto, ExxonMobil, British Petroleum, SOCAR, Amaco, Lukoil, Elf and Statoil, Tullow Oil, dan Kosmos Energy. Dukungan untuk mempublikasikan dokumen kontrak dan perizinan juga dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti World Bank Group’s International Finance Corporation (IFC), International Monetary Fund (IMF), dan the International Bar Association
SPK-Pra survei-Kelapa Sawit-CLEAN DRAFT.docx.
Beli perjanjian ini melalui link di bawah ini:
https://sdklegal.company.site/products/Template-Survei-Pendahuluan-Kesesuaian-Lahan-Pengembangan-Kelapa-Sawit-p525013601
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Subjek hukum yang memiliki hak pengelolaan, khususnya yaitu hak milik adalah warga negara Indonesia, badan hukum nasional yang diberi kewenangan oleh undang-undang. Adapun warga negara asing dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia juga mendapatkan hak penguasaan tanah yang diatur dalam Pasal 41 dan 42 UUPA. Lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah jo. PP nomor 41 tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Pasal 21 ayat 3 UUPA juga menentukan, bahwa orang asing yang sesudah tanggal 24 september 1960 memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan juga mendapatkan hak milik yang bersifat sementara yang setelahnya harus diserahkan kembali pada negara. Cara-cara yang disebutkan seperti diatas adalah cara memperoleh hak tanpa melakukan sesuatu tindakan positif yang sengaja ditujukan pada terjadinya peralihan hak yang bersangkutan.
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
Pada dasarnya penempatan pengelolaan sampah harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkenaan dengan tata ruang. Namun dalam pelaksanaannya di TPA Pasirbajing sendiri masih jauh dari konsep tata ruang yang ideal, artinya dari segi tempat yang dikatakan telah masuk kategori sesuai dengan tempat pembuangan akhir yakni jauh dari sumber mata air, jauh dari sungai, jauh dari pemukiman namun sebenarnya jika meruntut pada teknis operasional pengelolaan sampah sendiri banyak hal yang mesti dibenahi dan diperbaiki mulai dari sarana yang menjadi unsur utama dalam pengelolaan sampah seperti lahan yang tidak akan mencemari lingkungan, kemudian peralatan yang mendukung dalam operasional pengolahan sampah seperti alat berat, drainase, saluran lindi, pipa ventilasi pengaman gas dan lain sebagainya. Namun memang jika permasalahan-permasalahan yang timbul juga akibat kurangnya pendanaan dari pemerintah maka perlu dicermati hal ini menjadi tanggungjawab kita bersama terlebih unsur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, unsur tata ruang, dinas kebersihan, lingkungan hidup dan semua unsur yang ikut terlibat dalam pengelolaan tata ruang yang ada di Kabupaten Garut, karena ini semua tak lebih untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Presentation kps
1. Kontrak Production Sharing Minyak
dan Gas Bumi
Dosen Pengampu:
Mia Rasmiaty S.H., S.p.1., M.H.
Di susun Oleh Kelompok 1 :
Rizki Gumilar : (201129002)
Anggi Andriani : (201129004)
Mochamad Sahid : (201129014)
Miftahul Farit : (201129057)
2. BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrak production sharing mulai dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1964, yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Prp Tahun 1964
tentang Perkembangan Minyak dan Gas Bumi jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1971 tentang Pertamina. Timbulnya kontrak production sharing adalah untuk
mengatasi permasalahan keterbatasan modal, teknologi, dan sumber daya manusia
yang dihadapi Pertamina, khususnya dalam menjalankan eksplorasi dan eksploitasi
pertambangan minyak dan gas bumi.
3. Kontrak production sharing telah mengalami beberapa generasi.
Generasi kontrak production sharing dapat dibagi menjadi 4 (empat)
generasi, yaitu :
1. Kontrak production sharing (KPS) Generasi I (1964-1977)
2. Kontrak production sharing (KPS) Generasi II (1978-1987)
3. Kontrak production sharing (KPS) Generasi III (1988-2002)
4. Kontrak production sharing (KPS) Generasi IV (2002-Sekarang)
4. B. Identifikasi dan Rumusan masalah
Dalam penulisan makalah ini tentulah kami memiliki beberapa perumusan masalah guna
meminimalisir keraguan atau pelebaran masalah. Perumusan masalah ini, yakni sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak Bagi Hasil (production sharing)?
2. Bagaimana prinsip-prinsip kontrak production sharing (KPS) dari generasi I sampai Generasi
IV?
3. Apa landasan hukum kontrak production sharing ?
4. Terbagi ke dalam berapa jenis kontrak dibidang minyak dan gas bumi?
5. 5. Bagaimana prosedur dan syarat-syarat dalam kontrak production sharing?
6. Bagaimana bentuk dan substansi kontrak production sharing?
7. Siapa yang menjadi subjek dan objek dalam kontrak production sharing?
8. Apa saja hak den kewajiban para pihak dalam kontrak production sharing?
9. Sampai kapan jangka waktu kontrak production sharing?
10. Bagaimana pola penyelesaian sengketa dalam kontrak production sharing?
6. C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah yang kami buat ini yakni, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu kontrak Bagi Hasil (production sharing)
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kontrak production sharing (KPS) dari generasi I sampai
Generasi IV
3. Untuk mengetahui landasan hukum kontrak production sharing
4. Untuk mengetahui jenis- jenis kontrak dibidang minyak dan gas bumi
5. Untuk mengetahui prosedur dan syarat-syarat dalam kontrak production sharing
7. 6. Untuk mengetahui bentuk dan substansi kontrak production sharing
7. Untuk mengetahui siapa sja subjek dan objek dalam kontrak production
sharing
8. Untuk mengetahui hak den kewajiban para pihak dalam kontrak
productionsharing
9. Untuk mengetahui jangka waktu kontrak production sharing
10. Untuk mengetahui pola penyelesaian sengketa dalam kontrak production
sharing
8. D. Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, penulisan makalah ini diharapkan hasilnya
dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pengembangan
ilmu hukum di bidang minyak dan gas bumi tentang kontrak bagi hasil (production sharing).
Selain itu dapat memperluas pandangan ilmiah mengenai kontrak bagi hasil (production sharing).
2. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi pembuat Undang-undang di bidang minyak dan gas
bumi untuk melakukan pembaharuan peraturan perundang-undangan serta sistem hukumnya.
Selain itu, sebagai bahan informasi bagi para pelaksana kebijakan dalam mengambil langkah-
langkah perumusan kebijakan mengenai.
9. E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode yuridis normatif yang berbentuk
studi pustaka. Yaitu tekhnik pengambilan data yang didasarkan pada sumber-sumber sekunder.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini adalah :
Bab I : pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II : pembahasan, yang terdiri dari :
Bab III : penutupan, yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
10. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrak Production Sharing
Istilah kontrak bagi hasil merupakan terjemahan dari production sharing contrat
(bahasas inggris) kontrak ini dikenal dalamkontrak-kontrak yang di adakan pada
bidang minyak dan gas bumi. Di bidang pertanian juga di kenal dengan kontrak bagi
hasil pertanian. Istilah kontrak production sharing ini dapat di baca dalam pasal 1
angka 19 UU no 22 tahun 2001 tentang “Minyak dan Gas Bumi. Di dalam pasal ini
berbunyi bahwa kontrak kerja adalah Kontrak bagi hasil atau bentuk kerja sama lain
dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan
hasilnya di pergunakan untuk kemakmuran rakyat.”
11. Pasal ini tidak khusus menjelaskan pengertian kontrak production sharing tetapi
di pokuskan pada konsep teoritis kerja sama di bidang Minyak dan Gas Bumi.
Kerja sama di bidang minyak dan gas bumi dapat di bedakan menjadi dua (dua)
macam, yaitu kontrak production sharing dan kontrak-kontrak lainya:
a) Dapat di lakukan dalam bentuk kontrak production sharing atau bentuk
lainya;
b) Bidang kegiatanya, yaitu eksplorasi dan eksploitasi;
c) Syaratnya harus mengnuntungkan Negara;
d) Pengunanya untuk kemakmuran rakyat.
12. Dalam pasal 1 angka (1) PP no 35 tahun 1994 tenetang syarat-
syarat dan pedoman kerja sama kontrak bagi hasil minyak dan
gas bumi di sebutkan pengertian kontrak production sharing
(bagi hasil).
Kontrak production sharing adalah kerja sama antara
pertamina da kontraktor untuk melaksanakan usaha eksplorasi
dan eksploitasi minyak dan gas bumi berdasarkan prinsip
pembagian hasil produksi.
13. Unsure-unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah
1. Adanya perjanjian atau kontrak;
2. Adanya subjek hukum, yaitu perkata Badan Pelaksana dengan Badan Usaha dan
atau Perkata Badan Usaha Tetap;
Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan Gas Bumi. Tujuan
eksplorasi adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi dalam
menemukandan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di
wilayah kerja yang di tentukan. Tujuan eksploitasi adalah mengasilkan minyak
dan gas bumi;
14. 3. Kegiatan di bidang minyak dan gas;
4. Adanya prinsip bagi hasil.
Prinsip bagi hasil merupakan prinsip yang mengatur pembagian
hasi yang di peroleh dari eksplorasi dan eksploitasi Minyak dan
Gas Bumi antara badan pelaksanaan dan badan uasaha dan atau
badan usaha tetap. Pembagian hasil ini di rundingkan antara
kedua belah pihak dan biasanya di tuangkan dalam Kontrak
Production Sharing.
15. B. Prinsip-Prinsip Kontarak Production Sharing
Pada Tiap Generasi :
Generasi I (1964-1977)
Kontrak ini merupakan awal Kontrak Production Sharing. Pada
tahun 1973/1974 terjadi lonjakan harga minyak dunia, sehingga
pemerintah menetapkan kebijakan bahwa sejak tahun 1974, kontrak
wajib melaksanakan pembayaran tambahan kepada pemerintah
16. Prinsip-Prinsip Kontrak Production Sharing Generasi 1 yaitu:
a. Manajemen operaasi di tangan pertamina.
b. Kontrak menyediakan seluruh biaya operasi perminyakan.
c. Kontrak akan memperoleh kembali seluruh biaiya operasi
dengan ketentuan maksimum 40% setiap bulan.
d. Dari 60% di bagi menjadi ;
1.Pertamina 65%, dan
2.Kontraktor: 35 %
17. e. Pertamina membayar pendapatan kontraktorkepada pemerintah.
f. Kontrak wajib memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk
dalam negeri secara proporsional (maksimum 25% bagianya) dengan harga
US$ 0.20/barel)
g. Semua peralatan dan pasilitas yan gdi beli oleh kontraktor menjadi milik
perptamina
h. Dari interes kontraktor di tawarkaan kepada Perusahaan Nasional Indonesia
setelah dinyatakan komersial.
i. Sejak tahun 1974 sampai tahun 1977, kontraktor diwajibkan memberikan
tambahan pendapatan pada pemerintah.
18. 2. Generasi II (1978-1987)
Pada tahun 1976 pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan IRS ruling
yang antara lain menetapkan bahwa penyetoran 60% Net Operting Income
KPS (yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang
pertamina merupakan pembayaran pajak pertamina dan kontraktor)
Dianggap sebagai pembayaran royality, sehingga disarankan agar kontraktor
membayar pajak secara langsung pada pemerintah. Di samping itu perlu di
19. Dianggap sebagai pembayaran royality, sehingga disarankan
agar kontraktor membayar pajak secara langsung pada
pemerintah. Di samping itu perlu di terapkan generally
accaepted accouting procedure (GAP), yang mana pembatasan
pengembalian biaya opersi (Cost Recoveri Ceiling) 40%
pertahun di hapuskan. Untuk KPS yang berproduksi di lakukan
amademen.
20. Kontrak Production Sharing (KPS) Generasi II (1978-1987) di sajikan berikut ini:
a. Tidak ada pembatasan pengembalian biaya operasi yang di perhitungkan oleh kontraktor
b. Setelah di kurang biaya, pembagian hasil menjadi: 65,91% untuk pertamina; 34,09%
untuk kontraktor. Sedangkan gas: 31,80% untuk pertamina; 68.20% untuk kontraktor
c. Kontraktor membayar pajak 65% secara langsung kepada pemerintah
d. Kontraktor mendapat insentif;
1. Harga ekspor penuh minyak mentah domestic market obligation setelah 5 (lima) tahun
pertama produksi;
2. Insentif pengembangan 20% dari modal yang di keluarkan untuk fasilitas produksi
21. 3. Generasi III (1988-2002)
Pada tahun 1984 pemerintah menetapkan peraturan perundang-undangan
pajak baru untuk Kontrak Produksion Sharing (KPS) denga tariff 48%. Namun
, peraturan tersebut baru dapat di terapkan terhadap kontrak production sharing
(KPS) yang di tandatangani pada tahun 1988. Karena dalam perundang-
undangan yang di lakukan. Pihak kontarktor masih mempunyai kecenderungan
untuk melakukan peraturan perpajakan yang lama. Dengan demikian pembagian
hasil berubah menjadi: minyak 71,15% untuk pertamina ; 28,85% untuk
kontraktor. Gas : 42,31% untuk pertamina; 57,68% untuk kontraktor
22. 3. Generasi IV (2002-Sekarang)
Momentum di mulainya kontrak production sharing (KPS) generasi
IV, yaitu pada saat di berlakukanya undang-undang nomer 22 tahun 2001
tentang minyak gas bumi. Struktur dan prinsip bagi hasil dalam undang-
undang ini berneda dengan undang-undang yang lama pada undang-unang
yang lama, yang menjadi para pihak adalah pertamina dan kontraktor
sedangkan dalam undang-undang nomer 22 tahun 2001 minyak dan Gas
Bumi, maka yan menjadi para pihaknya adalah Badan Pelaksana dengan
Badan Usaha dan atau Badan Usaha Tetap.
23. Badan Pelaksana ini terpisah dengan Pertamina. Badan Pelaksana ini telah
terbentuk pada bulan Agustus 2002 dengan nama Badan Pelaksana Hulu Minyak dan
Gas Bumi (BP Migas), yang di kepalai oleh Rachmat Soedibjo (republika,31
desember 2002) pada tahun 2002, BP Migas ini telah menandatangani 15 kontrakdi
bidang migas. Salah satu dari kontrak yang di tandatangani adalah kontak production
sharing (KPS) yang memiliki komitmen infestasi sebesar 35 juta dolar AS. Para
pihak dalam kontrak ini adalah BP migas dengan enilasmo company Indonesia dan
unocal Indonesia. Kedua badan usaha tetap memiliki saham masing-masing 50%
untuk wilayah kerja blok off shore moarabakau lepas panatai maksasar. Sedangkan
14 kontrak lainy berupa kontrak jual beli gas
24. A. Hak-hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Production Sharing
Hak dan kewajiban badan usaha dan atau badan usaha tetap yang melaksanakan kegiatan
usaha hulu berdasarkan kontrak production sharing diatur dalam pasal 31 undang-undang
nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi, ada 2 macam kewajiban dari badan usaha
dan badan usaha tetap,yaitu:
1. Membayar pajak yang merupakan penerimaan Negara,dan
2. Membayar bukan pajak yang merupakan penerimaan Negara,
Penerimaan Negara yang berupa pajak ,terdiri atas:
1. Pajak-pajak;
2. Bea masuk dan pungutan lain atas impor dan cukai;
3. Pajak daerah dan distribusi daerah
25. A. Jangak Waktu Kontak Production Sharing
Jangka waktu kontrak production sharing telah ditentukan dalam pasal 14 sampi dengan pasal 15
undang-undang nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi.jangka waktukontrak
tersebut dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya dan
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 30 tahun.jangka waktu terdiri dari jangka waktu
eksplorasi dan jangka waktu eksploitasi .eksplorasi dalah kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan
cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang di tentukan .jangka waktu kegiatan
eksplorasi dilaksanakn 6(enam) Tahun dan dapat diperpanjang hanya 1(satu)kali periode yang
dilaksanakan paling lama 4(empat) tahun,jadi total jangka waktu eksplorasi adalah selama 10
tahun.eksploitasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengahasilkan minyak
dan gas bumi
26. A. Pola Penyelesaian Sengketa di dalam undang-undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas
Bumi tidak ditemukan pasal yang mengatur tentang penyelesaian sengketa,jika terjadi
sengketa antara badan usaha atau badan usaha tetap dengan baan pelaksana terhadap substansi kontrak
production sharing.pola peyelesaian sengketa telah ditentukan dan dituangkan dalam kontrak
production sharing yang dibuat para pihak.
Pola penyelesaian sengketa dapat ditemukan dalam standar kontrak tentang Kontrak Production
Sharing, yang dibuat antara pertamina dengan kontrak .hal ini dituangkan dalam section XI tentang
consutation and arbitration dalam section ini ada 2 (dua) hal yang diatur,yaitu tentang konsultasi
antara pertamina dan kontraktor dan arbitrase
27. Konsultasi ini diatur dalam secrion XI.I. konsultasi antara pertamina dan
kontraktor dapat dilakukan pada waktu-waktu terentu.tujuannya untuk:
1. Membahas perkembangan pengoperasian minyak dan gas,
2. Membuat pertimbangan baru atau kebijakan baru,dan atau
3. Kemungkinan risiko yang akan dihadapi pada mas mendatang.
Pola penyelesain sengketa yang diatur dalam section XI.2 dapat dilakukan
dalam 2 tahap,yaitu
1. Tahap perdamaian dan
2. Arbitrase.
28. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pada dasarnya kontrak bagi hasil merupakan bentuk kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan
ekploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan hasilnay di pergunakan kemakmuran rakyat. Momentum di
mulainya kontrak production sharing (KPS) yaitu pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Struktur dalam bagi hasil dalam undang –undang ini berbeda debgan
undang –undang yang lama. Pada undang-undang yang lama, yang menjadi para pihak dadalah pertamina
dan kontraktor. Sedangkn dalam Undang-Undang Nomer 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi maka
para pihaknya adalah badan pelksana dan badan usaha dan atau badana usaha tetap.
29. A. Saran
Sebaiknya bagian yang di terima oleh daerah pendapatanya menjadi lebih tinggi mengingat
bagian yang di terima oleh daerah ini sangat kecil hal ini di sebabkan biaya yang di keluarkan
untuk melakukan ekplorasi dan ekploitasi sumber daya minyak sangat besar dan di perlukan
teknologi yang sangat canggih, dalam hal melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
alam tersebut di adakan kontrak production sharing dengan perusahaan domestic dan
perusahaan asing. Karena perusahaan asing memiliki modal dan skil yang tinggi, sehingga
mereka mempunya hak untuk mendapatkan bagian yang tinggi pula, oleh karena itu di
harapkan agar baik pihak pemerintah lebiih menggalakan baik sumber daya manusi terlebih
skil dan modal agar pendapatan dari eksplorasi dan eksploitasi lebih menguntungkan pihak
pemerintah dan maupun perusahaan domestic