Prosedur Pelaksanaan P2TL mencakup tiga tahap yaitu pra, pelaksanaan, dan pasca P2TL untuk mengidentifikasi pelanggaran pemakaian listrik secara ilegal dan menindaklanjutinya."
Transmisi Jaringan Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380. Volt.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar didistribusikan. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN (persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan
distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa denganmenggunakan tiga atau empat kawatsebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para konsumen atau pelanggan dengan tegangan 380 V / 220 V
Transmisi Jaringan Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380. Volt.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar didistribusikan. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN (persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan
distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa denganmenggunakan tiga atau empat kawatsebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para konsumen atau pelanggan dengan tegangan 380 V / 220 V
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Dalam laboratorium diperlukan tegangan tinggi bolak-balik untuk percobaan dan
pengujian dengan arus bolak-balik serta untuk membangkitkan tegangan tinggi searah
dan pulsa.
Trafo uji yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut memiliki daya
yang lebih rendah serta perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Didalam penyalurannya pada jaringan distribusi primer menggunakan saluran kawat udara, kabel udara (areal cable) dan sistem kabel tanah dimana penggunaannya sesuai dengan tingkat keandalan yang dibutuhkan
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi.Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Dalam transmisi dan distribusi tenaga listrik banyak dilakukan berbagai cara diantaranya melalui saluran udara (Over Head Line) dan saluran kabel bawah tanah (Underground Transmission). Akan tetapi transmisi dan distribusi saluran udara menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan khususnya pada daerah yang jumlah penduduknya banyak seperti di kota-kota, dengan alas an beresiko tinggi dan mengurangi keindahan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan kabel transmisi yang di pasang di bawah permukaan tanah yang disebut kabel kabel bawah tanah (Underground Cable).
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Sistem proteksi pada instalasi penyaluran, dengan ruang lingkup sistem proteksi pada Gardu Induk ( GI ) / Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET ) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) / Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) / Saluran Tegangan Extra Tinggi ( SUTET ), harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segikerusakanyang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik.
distribusi tenaga listrik adalah menghubungkan antara konsumen atau pemakai tenaga listrik (industri atau perumahan ) dengan sumber daya besar (bulk power source), sedangkan dalam penyalurannya terdapat masalah bagaimana menyalurkan daya ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya, mengingat hal tersebut diatas, maka suatu sistem distribusi dengan bagian-bagiannya dapat mempunyai susunan atau bentuk yang berbeda-beda.
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Dalam laboratorium diperlukan tegangan tinggi bolak-balik untuk percobaan dan
pengujian dengan arus bolak-balik serta untuk membangkitkan tegangan tinggi searah
dan pulsa.
Trafo uji yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut memiliki daya
yang lebih rendah serta perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Didalam penyalurannya pada jaringan distribusi primer menggunakan saluran kawat udara, kabel udara (areal cable) dan sistem kabel tanah dimana penggunaannya sesuai dengan tingkat keandalan yang dibutuhkan
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi.Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau sering disebut Jaringan Distribusi Primer adalah suatu bagian daripada sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer menggunakan 3 sistem saluran diantaranya saluran udara (SUTM), saluran kabel udara (SKUTM) dan saluran kabel tanah (SKTM). Adapun standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV.
Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Dalam transmisi dan distribusi tenaga listrik banyak dilakukan berbagai cara diantaranya melalui saluran udara (Over Head Line) dan saluran kabel bawah tanah (Underground Transmission). Akan tetapi transmisi dan distribusi saluran udara menjadi sangat sulit untuk dilaksanakan khususnya pada daerah yang jumlah penduduknya banyak seperti di kota-kota, dengan alas an beresiko tinggi dan mengurangi keindahan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut maka digunakan kabel transmisi yang di pasang di bawah permukaan tanah yang disebut kabel kabel bawah tanah (Underground Cable).
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Sistem proteksi pada instalasi penyaluran, dengan ruang lingkup sistem proteksi pada Gardu Induk ( GI ) / Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET ) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) / Saluran Kabel Tegangan Tinggi ( SKTT ) / Saluran Tegangan Extra Tinggi ( SUTET ), harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi. Karena apabila tidak mampu, akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat dari segikerusakanyang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik.
distribusi tenaga listrik adalah menghubungkan antara konsumen atau pemakai tenaga listrik (industri atau perumahan ) dengan sumber daya besar (bulk power source), sedangkan dalam penyalurannya terdapat masalah bagaimana menyalurkan daya ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya, mengingat hal tersebut diatas, maka suatu sistem distribusi dengan bagian-bagiannya dapat mempunyai susunan atau bentuk yang berbeda-beda.
Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan baker fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik.
Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformer), energi listrik ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi yang dengan demikian berarti rugi-rugi panas (heat-loss) I2R dapat dikurangi. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui transformator penurun tegangan (step-down transformer).
Materi sistem informasi permohonan penerbitan izin lingkungan online 1Rizki Darmawan
Materi sistem informasi penerbitan izin lingkungan online :
1. Tata kelola izin lingkungan di Indonesia : mengenai proses penerbitan izin lingkungan
2. Dasar Hukum mengenai izin lingkungan online
3. tanggung jawab dan peranan UPT/PTSP
2. LATAR BELAKANG
Oleh karena makin banyaknya masyrakat yang
melakukan pencurian listrik, yang mana pencurian listrik
tersebut merupakan kerugian bagi pihak PT. PLN
(Persero). Dan secara sengaja atau tidak, masyarakat
tidak memperhatikan keselamatannya dalam melakukan
pencurian listrik. Maka dari itu, perlu diadakannya
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) oleh pihak
PLN, agar dapat menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan akibat pencurian listrik tersebut, seperti
kebakaran akibat hubung singkat dan sebagainya.
Dengan adanya penertiban tersebut, maka diharapkan
masyarakat lebih memahami tentang bahaya listrik
akibat pencurian listrik, dan mampu mempergunakan
listrik sebagai mestinya seperti tertera di SPJBTL antara
pelanggan dan PLN sendiri.
3. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
Mempelajari tentang program P2TL
(Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik)
Mengetahui serta memahami prosedur
pelaksanaan P2TL sesuai SOP dari
PT.PLN
Mengetahui berbagai macam modus
operandi pencurian listrik
Mengerahui jenis-jenis pelanggaran dan
sanksi yang ada di P2TL
4. Manfaat
Membiasakan diri mahasiswa untuk
mengenal dan mengkondisikan diri
dengan suasana lingkungan kerja
sesungguhnya
Mahasiswa mampu memahami,
membandingkan dan mengembangkan
pelajaran atau ilmu yang diperoleh dari
kampus untuk diterapkan dalam dunia
kerja
Mahasiswa memperoleh pengalaman
kerja yang dapat bermanfaat untuk masa
5. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan uraian dari latar belakang
masalah, permasalahan yang dibahas pada
laporan ini adalah: bagaimana prosedur
pelaksanaan Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik (P2TL) yang dilakukan oleh PT. PLN
Rayon Rivai terutama menyangkut pada Alat
Pembatas dan Pengukur (APP) yang ada di
rumah-rumah pelanggan (pelanggan 1
phase) yang terdiri dari Kwhmeter dan MCB
6. TINJAUAN PUSTAKA
Apa itu P2TL?
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang
selanjutnya disebut P2TL merupakan
langkah positif PT PLN (Persero) dalam
menertibkan dan mengamankan energi listrik
yang dimanfaatkan masyarakat (pelanggan)
secara tidak sah (illegal)
7. Selain itu juga tujuan P2TL lainnya yaitu :
a) Menekan susut kWh
b) Menertibkan para pemakai listrik baik
pelanggan maupun non pelanggan
c) Meningkatkan mutu dan keandalan
jaringan
d) Terciptanya keselamatan umum
e) Menyelamatkan pemakaian kWh dan
daya yang tidak tertagih
f) Meningkatkan citra PLN
8. PEMBAHASAN
Tata cara pelaksanaan P2TL meliputi 3 (tiga)
tahap, yaitu :
Tahap Pra P2TL, yang merupakan
kegiatan tahap persiapan yang dilakukan
sebelum dilaksanakannya P2TL;
Tahap Pelaksanaan P2TL merupakan
kegiatan tahap pelaksanaan P2TL di
lapangan;
Tahap Pasca P2TL, yang merupakan
kegiatan tahap tindak lanjut hasil temuan
P2TL.
9. TAHAP PRA P2TL
Langkah-langkah yang harus dilakukan
pada Tahap Pra P2TL, adalah :
menentukan Target Operasi ( TO );
menyusun jadwal pelaksanaan;
melakukan koordinasi dengan Penyidik;
melakukan koordinasi lapangan dengan pihak
terkait;
menyiapkan perlengkapan P2TL yang
berkaitan dengan pelaksanaan P2TL di
lapangan.
10. TAHAP PELAKSANAAN P2TL
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
Petugas Pelaksana Lapangan P2TL pada tahap
pelaksanaan P2TL, adalah :
memasuki persil Pemakai Tenaga Listrik dan
melakukan pengamanan lokasi;
sebaiknya petugas P2TL tidak menyentuh atau
mendekat APP sebelum disaksikan oleh penghuni
atau saksi, untuk menghindari dugaan merusak segel
sebelum diadakan pemeriksaan;
melakukan pemeriksaan lapangan;
melakukan tindakan P2TL bagi Pemakai Tenaga
Listrik;
melakukan pemberkasan hasil pemeriksaan P2TL;
meninggalkan lokasi Pemakai Tenaga Listrik;
menyerahkan dokumen dan barang bukti kepada
petugas administrasi P2TL dengan membuat berita
acara serah terima dokumen dan Barang Bukti P2TL.
11. Adapun pemeriksaan yang dilakukan di
lapangan antara lain:
Pemeriksaan Segel.
Pemeriksaan Adanya Sadapan Di Sltr /
Sltm.
Pemeriksaan Fisik APP dan
Perlengkapannya
Pemeriksaan Putaran Piringan Kwh
meter dan Kvarh meter.
Pemeriksaan Pengawatan
12. TAHAP PASCA P2TL
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Petugas Administrasi P2TL pada tahap
Pasca P2TL, adalah :
menerima dokumen dan barang bukti hasil pemeriksaan lapangan P2TL;
menerima dan/atau membuat surat panggilan kepada Pemakai Tenaga
Listrik atau yang mewakili dalam rangka tindak lanjut hasil temuan P2TL;
melakukan pemeriksaan administrasi dan laboratorium hasil temuan P2TL;
membuat analisa dan perhitungan serta usulan penyelesaian tindak lanjut
hasil temuan P2TL;
melaksanakan penetapan tindak lanjut hasil temuan P2TL sesuai penetapan
Pemberi Tugas atau Penanggung Jawab P2TL;
menyiapkan administrasi proses tindak lanjut hasil temuan P2TL;
membuat laporan penyelesaian kasus P2TL;
memproses tindak lanjut hasil keputusan General Manager
Distribusi/Wilayah atau Manajer APJ/Area/Cabang atas keberatan P2TL
yang diusulkan oleh Tim Keberatan P2TL.
13. JENIS DAN GOLONGAN PELANGGARAN SERTA
KELAINAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Terdapat 4 (empat) Golongan Pelanggaran
pemakaian tenaga listrik, yaitu :
Pelanggaran Golongan I (P I) merupakan
pelanggaran yang mempengaruhi batas daya;
Pelanggaran Golongan II (P II) merupakan
pelanggaran yang mempengaruhi pengukuran
energi;
Pelanggaran Golongan III (P III) merupakan
pelanggaran yang mempengaruhi batas daya dan
mempengaruhi pengukuran energi;
Pelanggaran Golongan IV (P IV) merupakan
pelanggaran yang dilakukan oleh Bukan
Pelanggan.
14. Terdapat 4 (empat) Kelainan pemakaian
tenaga listrik, yaitu :
Kelainan Golongan I (K I)
apabila pemakaian tenaga listrik pada
Pelanggan yang peruntukkannya tidak
sesuai dengan golongan tarif pada alas
hak yang sah/surat perjanjian jual beli
tenaga listrik.
15. Kelainan Golongan II (K II)
apabila terjadi kelainan pada APP dan/atau kejadian di luar
Pelanggan maupun PLN, antara lain :
Kedapatan atau terbukti bahwa sejumlah/seluruh energi
yang telah digunakan pelanggan ternyata tidak terukur,
tidak tercatat dan/atau belum tertagih
Kedapatan atau terbukti bahwa sejumlah daya yang
telah digunakan pelanggan melebihi daya pada alas hak
yang sah/surat perjanjian jual beli tenaga listrik dan
belum tertagih
16. Kelainan Golongan III (K III)
apabila terjadi kelainan pada APP dan/atau kejadian di luar
kendali pelanggan maupun PLN, yang antara lain
karena:
Segel dan/atau Segel Tera APP belum terpasang.
Segel dan/atau Segel Tera putus karena kondisi
alam/korosi.
APP dan/atau Perlengkapan APP rusak karena kondisi
alam/korosi.
APP dan/atau Perlengkapan APP belum terpasang,
namun kepada Pelanggan telah dikenakan tagihan
secara limit.
Sambungan levering/mengulur instalasi tenaga listrik
tidak sesuai atas hak yang sah/surat perjanjian jual beli
tenaga listrik.
17. KESIMPULAN
Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Kerja Praktek di PT. PLN
(Persero) Rayon Rivai, maka penulis dapat membuat
kesimpulan:
Alat Pembatas dan Pengukur (APP) milik PLN
merupakan alat transaksi listrik antara pelanggan dengan
PLN yang tanggung jawabnya berada di tangan
pelanggan berasarkan SPJBTL
Susut distribusi terdiri dari susut teknis dan susut non
teknis, salah satu penyebab susut non teknis adalah
akibat adanya pemakaian tenaga listrik secara ilegal.
Kegiatan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
bertujuan untuk menertibkan pemakaian tenaga listrik
ilegal agar dapat mengurangi susut non teknis.