3. Deskripsi Singkat
• Pengobatan diberikan setelah diagnosis dan
klasifikasi kasus pasien TB sensitif dan pasien TB
Resistan Obat (RO).
• Prinsip tatalaksana pengobatan TB di FKTP =
FKRTL. Kasus TB yang tidak dapat ditangani di
FKTP dapat dirujuk ke FKRTL.
• Pengobatan pasien TB sensitif maupun TB RO
terdiri dari tahap awal dan tahap lanjutan.
• Tahap pengobatan harus dijalani secara teratur dan
benar oleh pasien TB agar dapat sembuh dan
memperkecil risiko terjadinya TB Multi Drug
Resistant (MDR) atau bahkan Extensively Drug
Resistant (XDR). 3
4. Tujuan Pembelajaran
A.Tujuan Pembelajaran Umum(TPU)
Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu
melakukan pengobatan pasien TB.
B.Tujuan Pembelajaran Khusus(TPK)
Setelah mempelajari materi lnti ini peserta latih
mampu :
1.Menjelaskan prinsip-prinsip pengobatan TB
2.Melakukan tata laksana pengobatan TB
3.Melakukan Komunikasi Motivasi
4.Melakukan Pencegahan TB bagi populasi rentan
4
5. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
A. Prinsip pengobatan TB di fasyankes:
1.Tujuan Pengobatan TB
2.Jenis OAT
3.Dosis OAT
4.Tahapan dan lama pengobatan
5.Persiapan sebelum pengobatan
5
6. Lanjutan .
B.Tata laksana pengobatan TB:
1.Pasien TB Dewasa (SO dan RO)
2.Pasien TB Anak
3.Pasien dengan keadaan khusus
4.Penetapan PMO
5.Pasien TB dengan efek samping OAT
6.Tatalaksana kasus mangkir 6
7. Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan (lanjutan)
C. Komunikasi Motivasi pada
1.Komunikasi Motivasi Untuk Pasien TB
2.Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Untuk Pasien dan
Keluarga PasienTB
D. Pencegahan TB bagi populasi rentan :
1.Vaksinasi BCG bagi bayi
2.Pengobatan pencegahan bagi anak bawah 5 tahun
3.Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
7
8. Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes
• Prinsip pengobatan yang adekuat memenuhi :
• Minimal 4 macam obat
• Dosis yang tepat
• Ditelan teratur dan diawasi PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
• Pengobatan diberikan dalam dua (2) tahap yaitu
tahap awal dan tahap lanjutan
8
9. DASAR CHEMOTHERAPY
CEPAT
A
Terus menerus
berkembang
D
Dormant
(tak dpt
dibunuh)
LAMBAT
Kecepatan
pertumbuhan
M.TB C B
Berkembang Kadang
dilingkungan berkembang
asam cepat
INH( Rif, Strep)
PZA Rif
A = M.TB tumbuh cepat dibunuh terutama
oleh INH ; B = M.TB kadang tumbuh cepat
dibunuh oleh Rif ; C = M.TB tumbuh di
lingkunagn asam dibunuh erutama oleh PZA ;
D = dormant M.TB
Mitchison DA. Chest 1979;
76 (suppl): 77-81 9
10. Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
• 1.Tujuan pengobatan TB
a.Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup.
b.Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB
atau dampak buruk selanjutnya.
c.Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d.Menurunkan risiko penularan TB
e.Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan
obat.
10
11. Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
2.Jenis OAT
1. OAT lini satu
2. OAT lini dua
Untuk lengkapnya lihat tabel dalam modul
3.Dosis OAT
1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk
dewasa dan anak
2. Perhitungan dosis OAT Resistan Obat
11
12. Jenis OAT
OAT lini satu
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
12
13. JENIS OAT
OAT lini pertama
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan
(mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomisin
(S)
Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostat
ik
15
(15-20)
30
(20-35)
____
13
14. OAT lini dua
Grup Golongan Jenis Obat
A Florokuinolon Levofloksasin (Lfx)
Moksifloksasin (Mfx)
Gatifloksasin (Gfx)*
B OAT suntik lini
kedua
Kanamisin (Km)
Amikasin (Am)*
Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)**
C OAT oral lini Kedua Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
Clofazimin (Cfz)
Linezolid (Lzd)
D D1 OAT lini pertama Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Isoniazid (H) dosis tinggi
D2 OAT baru Bedaquiline (Bdq)
Delamanid (Dlm)*
Pretonamid (PA-824)*
14
16. Dosis OAT Resistan Obat
OAT
Dosis Harian Berat Badan (BB)> 30 kg
30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg
Kanamisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 625-750 mg 875-1000 mg 1000 mg 1000 mg
Kapreomisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 600-750 mg 750-800 mg 1000 mg 1000 mg
Pirazinamid 20-30 mg/kg/hari 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg
Etambutol 15-25 mg/kg/hari 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg
Isoniasid 4-6 mg/kg/hari 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg
Levofloksasin (dosis
standar)
750 mg/ hari 750 mg 750 mg 750 mg 750-1000 mg 1000mg
Levofloksasin (dosis
tinggi)
1000 mg/ hari 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
Moksifloksasin 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Sikloserina 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000mg
Etionamida 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg
Asam PASa 8 g/ hari. 8 g 8 g 8 g 8 g 8 g
Sodium PASb 8 g/ hari. 8 g 8 g 8 g 8 g 8 g
Bedaquilinc 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Linezolid 600 mg/ hari 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg
16
17. Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
4.Tahapan Pengobatan
Tahap awal, diberikan setiap hari
Tujuan : menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan
Tahap lanjut
Tujuan : membunuh sisa sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
• Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien
TB
17
18. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN
PRINSIP PENGOBATAN TB DI FASYANKES (9)
5. Persiapan sebelum pengobatan.
Anamnesa ulang, termasuk adanya penyakit penyerta, alergi obat,
dll.
Pemeriksaan ulang fisik dan laboratorium yg dianggap perlu,
termasuk berat badan dan pemeriksaan lain berdasar indikasi &
dianggap perlu.
Pastikan data dasar benar ➽ Catat dalam kartu pengobatan TB-01/
TB-01 MDR.
Identifikasi kontak serumah dan kontak erat lainnya.
Penetapan PMO.
Pemeriksaan untuk penyakit penyerta (ko-
morbid). 18
19. Lanjutan ...
• Penetapan PMO
• Pemeriksaan adanya penyakit komorbid (HIV, DM)
• Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas fasyankes
wilayah jika diperlukan, untuk memastikan alamat yang
jelas dan kesiapan keluarga untuk mendukung
pengobatan melalui kerjasama jejaring eksternal.
• Pemeriksaan baseline penunjang sesuai dengan indikasi
• yang diperlukan 19
21. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB
Pengobatan TB dewasa
1. Pengobatan TB Sensitif obat
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2. TB paru baru terdiagnosis secara klinis,
3. TB ekstra paru
21
22. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Berat Badan
Tahap Awal
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama
16 minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
22
23. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE /
4H3R3
Tahap
Pengoba
tan
Lama
Pengoba
tan
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kal
i
menela
n obat
Tablet
Isoniasi
d @ 300
mgr
Kaplet
Rifampisi
n @ 450
mgr
Tablet
Pirazinam
id @ 500
mgr
Tablet
Etambut
ol @
250 mgr
Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
23
24. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (Lanjutan)
Pengobatan TB dewasa
1. Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini satu
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
diberikan pada pasien:
1. Pasien kambuh,
2. Pasien gagal pada pengobatan Kategori ,
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
(loss to follow-up)
24
25. Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE)
/5(HR)3E3
Berat Badan
Tahap Awal
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin inj.
2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin
inj.
3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT
+ 1000 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
≥71 kg 5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin
inj.
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
25
26. Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE /
5H3R3E3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengo
batan
Tablet
Isoniasid
@ 300
mgr
Kaplet
Rifam
pisin
@ 450
mgr
Tablet
Pirazina
mid @
500 mgr
Etambutol
Strept
omisin
injeksi
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
@ 250
mgr
Tablet
@ 400
mgr
Tahap Awal
(dosis harian)
2
bulan
1
bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75 gr
-
56
28
TahapLanjuta
n (dosis 3x
semggu)
5
bulan
2 1 - 1 2 - 60
26
27. Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB (Lanjutan)
Pemantauan kemajuan Pengobatan
Tabel Pemantauan kemajuan pengobatan dapat dilihat
tabel berikut:
KATEGORI
PENGOBATAN
BULAN PENGOBATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Pasien baru
2(HRZE)/4(HR)
ӡ
(====) (====)
X
apabila hasilnya
BTA positif,
dinyatakan tidak
konversi*.
(-------)
( X )
(-------) (-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyatakan
gagal *
(-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyatakan
gagal*.
Pasien
pengobatan
ulang
2(HRZE)S
/(HRZE)/
5(HR)ӡEӡ
(====) (====) (====)
X
apabila
hasilnya BTA
positif,
dinyatakan tidak
konversi*.
(-------)
( X )
(-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyatakan
gagal*
(-------) (-------) (-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyataka
n gagal*
27
35. LANJUTAN............
Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada kondisi :
• TB meningitis
• sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
• perikarditis TB
• TB milier dengan gangguan napas yang berat,
• efusi pleura TB
• TB abdomen dengan asites. 35
36. PENGOBATAN TB ANAK
Piridoksin
Suplementasi piridoksin (510 mg/hari) direkomendasikan pada HIV
positif dan malnutrisi berat.
Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB mempengaruhi keberhasilan
pengobatan TB. Air susu ibu tetap diberikan jika anak masih dalam
masa menyusui.
36
37. Pemantauan dan Hasil Evaluasi
Pengobatan TB anak
1.Pemantauan pengobatan pasien TB Anak
• TB anak harus dipastikan minum obat setiap hari secara teratur oleh
PMO. dipantau setiap 2 minggu selama tahap awal , dan sekali
sebulan pada tahap lanjut.
• Setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi
dan kemungkinan adanya efek samping obat.
• Pemantauan pengobatan dengan melakukan pemeriksaan dahak ulang
pada akhir bulan ke 2, ke 5 dan ke 6.
• Dosis OAT disesuaikan dengan penambahan berat badan.
• Kepatuhan minum obat dicatat menggunakan kartu pemantauan
pengobatan (kartu TB.01).
37
38. 2. Hasil akhir pengobatan pasien TB Anak
• Sembuh
• Pengobatan lengkap
• Meninggal
• Gagal
• Loss to follow-up (putus berobat)
• Tidak dievaluasi
Lanjutan .......
38
39. Lanjutan...........
Tatalaksana pasien tb anak yang berobat tidak
teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan
penyebab kegagalan terapi dan meningkatkan risiko terjadinya TB
resistan obat.
• Jika anak tidak minum obat >2 minggu di tahap awal atau > 2
bulan di tahap lanjut DAN menunjukkan gejala TB, ulangi
pengobatan dari awal.
• Jika anak tidak minum obat <2 minggu di tahap awal atau <2
bulan di tahap lanjut DAN menunjukkan gejala TB, lanjutkan
sisa pengobatan sampai selesai.
39
44. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Pengobatan TB dewasa
2. Pengobatan TB Resistan obat
Prinsip pengobatan TB RO:
1. TB RO berdasarkan pemeriksaan TCM TB atau biakan
konvensional dapat mengakses pengobatan TB RO yang
baku dan bermutu.
2. Persiapan awal melalui beberapa pemeriksaan penunjang.
3. Menggunakan paduan standar OAT lini kedua dan lini
pertama.
4. Penetapan mulai pengobatan diputuskan oleh TAK yang
sudah dilatih.
5. Inisiasi pengobatan dimulai di Rumah Sakit maupun
Puskesmas yang telah terlatih.
44
45. Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Pengobatan TB dewasa
Pengobatan TB Resistan obat
Prinsip pengobatan TB RO:
6. Pada pasien TB MDR dengan penyulit yang tidak dapat ditangani
di Puskesmas, rujukan ke RS harus dilakukan
7. Prinsip ambulatory, hanya pasien dengan kondisi dan atau
komplikasi khusus yang memerlukan rawat inap di RS
8. Pengawasan menelan obat dilakukan oleh petugas kesehatan di
fasyankes dan atau kader (mantan pasien terlatih)
9. Pasien yang memulai pengobatan TB MDR di RS Rujukan dapat
melanjutkan pengobatannya di Puskesmas/fasyankes terdekat
dengan tempat tinggal pasien dengan persiapan sebelumnya.
45
47. Pengobatan TB Resisten Obat
A. Lama Pengobatan
Pasien baru/ belum pernah diobati dengan
pengobatan TB RR/ TB MDR,jangka pendek
• Lama pengobatan minimal 9 - 11 bulan.
• Lama pengobatan dihitung berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak mikroskopik konversi bulan ke
empat dan atau bulan ke enam.
47
48. Pasien baru/ belum pernah diobati dengan
pengobatan TB RR/ TB MDR diobati
menggunakan paduan OAT standar konvensional
yang dilakukan sebelum pakai jangka
pendek
• Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi
biakan
• Lama pengobatan minimal 20 bulan.
• ) 48
49. Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau
pasien TB XDR, diobati dengan paduan OAT
individual:
• Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi
biakan.
• Lama pengobatan minimal 24 bulan.
49
51. Paduan Pengobatan
4–6 Km – Mfx – Eto (Pto) – HDT – Cfz – E – Z / 5 Mfx – Cfz – E – Z
Catatan :
- Intoleransi Z, tidak bisa mendapatkan paduan jangka pendek
- Intoleransi E, paduan dapat diberikan tanpa E
- Intoleransi Km, dapat diganti dengan Cm
51
52. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
Indonesia
Paduan OAT standar
Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)
Pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bulan)
4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z – H dosis tinggi – E / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - E
8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
52
53. Cara Pemberian OAT
Pengobatan Jangka Pendek 9 – 11 bulan :
• Obat Oral dan Injeksi
• Diberikan setiap hari (7
hari, Senin s.d Minggu)
Tahap Awal
(4 – 6
bulan)
• Hanya obat oral saja
• Diberikan setiap hari (7
hari, Senin s.d Minggu)
Tahap
Lanjutan
(5 bulan)
53
54. Dosis OAT
Nama
Obat
Dosis berdasarkan kelompok berat badan
<33
kg
33 – 50 kg >50 – 70 kg >70 kg
Kanamisi
n*
0,5 g 0,75 g 0,75 g 1 g
Moxifloxa
cin
400
mg
600 mg 800 mg 800 mg
Clofazimi
n
50
mg#
100 mg 100 mg 100 mg
Etambutol
600
mg
800 mg 1000 mg 1200 mg
Pirazinam
id
750
mg
1500 mg 2000 mg 2000 mg
IsoniazidD
T
300
mg
**450
mg
**600
mg
600 mg 600 mg
Etionamid
500
mg
500 mg 750 mg 1000 mg
Protionam
id
500
mg
500 mg 750 mg 1000 mg
54
56. Cara Pemberian OAT
Pengobatan
jangka
pendek
Konversi BTA ≤4
bulan
Belum
konversi
pada bulan
ke-4
Durasi tahap
lanjutan = 5
bulan
Teruskan
tahap awal
s/d 6 bulan
Terjadi konversi BTA
pada bulan ke-5
atau ke-6
Tidak terjadi
konversi s/d
bulan ke-6
Pasien dinyatakan
gagal pengobatan
jangka pendek
Pasien dirujuk untuk
mendapatkan paduan
invidual
Durasi
tahap awal
= 4 bulan
Lanjutkan
pengobatan ke
tahap lanjutan
selama 5 bulan 56
58. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
Indonesia
• Kontraindikasi Paduan OAT standar jangka pendek:
• Resistan/tidakefektif terhadap salah satu obat paduan
OAT standar jangka pendek (kecuali INH).
• Pernah menggunakan OAT lini kedua lebih dari 1 bulan.
• Intoleransi terhadap lebih dari 1 OAT standar jangka
pendek.
• Kehamilan.
• TB ekstraparu.
• paduan OAT standar jangka pendek tidak tersedia.
58
59. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
Indonesia
Ketentuan penggunaan Paduan OAT standar jangka pendek:
Memenuhi kriteria pasien TB RR atau TB RO
Tidak ada kontraindikasi OAT standar jangka pendek
Pasien dengan paduan OAT standar jangka pendek terjadi: pengobatan
gagal (pasien tidak mengalami konversi pada akhir bulan ke-6),
intoleransi obat, putus berobat lebih dari 2 bulan dan munculnya salah
satu kontraindikasi; maka pada pasien tersebut dilakukan penggantian
paduan menjadi pengobatan OAT standar konvensional atau
pengobatan OAT individual.
Penggunaan fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua selain jenis yang
digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek tetapi
diperkirakan bisa menimbulkan resistensi silang terhadap obat yang
dipakai dapat digunakan sebagai kriteria ekslusi tambahan.
Pengobatan OAT standar jangka pendek juga bisa diberikan pada
pasien TB RO anak dan ODHA.
59
60. Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
Indonesia
Ketentuan penggunaan Paduan OAT standar jangka pendek
(lanjutan):
Pemilihan jenis paduan OAT standar dilakukan oleh dokter
terlatih, TAK di Fasyankes Rujukan, dan di Fasyankes TB.
Dosis atau frekuensi pemberian OAT dapat disesuaikan bila:
terjadi perubahan kelompok berat badan.
terjadi efek samping berat dan obat pengganti tidak tersedia.
Piridoksin (vit. B6) ditambahkan pada pasien yang mendapat
sikloserin dengan dosis 50 mg untuk setiap 250 mg sikloserin.
Apabila pasien mengalami gangguan penglihatan disebabkan
oleh Etambutol maka pemberian Etambutol bisa dihentikan.
Kementerian Kesehatan RI sedang melakukan persiapan
peralihan penggunaan paduan OAT standar jangka pendek
secara bertahap.
60
62. Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau
pasien TB XDR, diobati dengan paduan OAT
individual:
• Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi
biakan.
• Lama pengobatan minimal 24 bulan.
62
63. Kriteria Pemberian Paduan Individual
1) TB Pre-XDR 2) TB XDR 3) TB MDR Kambuh
4) Gagal Pengobatan
Jangka Pendek
5) TB MDR yang
intoleransi salah
satu/lebih OAT Lini 2
pada Paduan Jangka
Pendek
6) Pasien LFU dari
Pengobatan yang
kembali berobat (lama
pengobatan>1 bulan)
63
64. Penetapan paduan dan dosis OAT TB
RO di Indonesia
Paduan OAT Individual, diberikan pada:
TB pre-XDR atau TB XDR sejak awal, atau terjadi resistensi
tambahan terhadap OAT lini kedua golongan fluorokuinolon dan
obat suntik lini kedua selama pengobatan OAT standar. Lama
pengobatan minimal 24 bulan.
Pasien TB RO yang mengalami efek samping berat terhadap
OAT lini kedua golongan fluorokuinolon dan obat suntik lini
kedua. Lama pengobatan sama dengan pengobatan OAT standar
konvensional (20-26 bulan) sesuai dengan respon terhadap
pengobatan yang diberikan.
Penetapan paduan dan dosis OAT RO dilakukan oleh TAK atau
dokter terlatih di Fasyankes Rujukan TB RO atau Fasyankes TB
RO.
64
66. Prinsip Pengobatan Individual (2)
1. Untuk memenuhi 5 obat efektif pilih obat berikut :
• 1 obat dari grup A
• 1 obat dari grup B
• 2 obat dari grup C
• Tambahkan Z
2. Tambahkan golongan D1 (INH dosis tinggi, Etambutol) untuk
memperkuat regimen
3. Bila 5 obat efektif tidak terpenuhi dari grup A/B/C, pilih obat dari
golongan D2 atau D3.
66
67. Prinsip Pengobatan Individual (3)
Obat baru dari golongan D2 diberikan (Bdq dan
Dlm) untuk kasus :
- TB XDR
- TB Pre-XDR
- Intoleransi obat injeksi lini 2 atau
fluoroquinolon
- Pasien TB RO gagal pengobatan atau
kambuh
67
68. Prinsip Pengobatan Individual (4)
Pemilihan jenis obat pada paduan
individual, dilakukan dan
dipertimbangkan oleh TAK
68
69. Paduan OAT Individual
Paduan OAT Individual untuk pasien TB MDR yang
resistan atau alergi terhadap fluoroquinolon tetapi
sensitif terhadap OAT suntik lini kedua (Pre-XDR):
69
70. Paduan OAT Individual
• Paduan OAT individual untuk pasien TB MDR yang
resistan atau alergi terhadap OAT suntik lini kedua
tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-XDR) :
70
71. Durasi Pengobatan Individual
Tipe pasien Bulan konversi
Lama
tahap awal
Lama
tahap lanjutan
Total durasi
pengobatan
Baru Bulan 0-4 8 bulan 12 bulan 20 bulan
Bulan 5-8
9 – 12 bulan
(tambah 4 bulan
dari bulan
konversi)
12 bulan 21–24 bulan
Pernah
diobati atau
TB pre-/XDR
Bulan 0-4 12 bulan 12 bulan 24 bulan
Bulan 3-4 15-16 bulan 12 bulan 27-28 bulan 71
72. Pemantauan
Bulan pengobatan
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Evaluasi Utama
Pemeriksaan apusan
dahak dan biakan dahak √
Setiap bulan pada tahap awal, setiap 2 bulan pada
tahap lanjutan
Evaluasi Penunjang
Evaluasi klinis
(termasuk BB)
Setiap bulan sampai pengobatan selesai atau
lengkap
Uji kepekaan obat √ Berdasarkan indikasi
Foto toraks √ √ √ √
Ureum, Kreatinin √ 1-3 minggu sekali
selama suntikan
Elektrolit (Na, Kalium,
Cl)
√ √ √ √ √ √ √
EKG √ Setiap 3 bulan sekali
Thyroid stimulating
hormon (TSH)
√ √ √ √
Enzim hepar (SGOT,
SGPT)
√ Evaluasi secara periodik
Tes kehamilan √ Berdasarkan indikasi
Darah Lengkap √ Berdasarkan indikasi
Audiometri √ Berdasarkan indikasi
Pemanta
uan
Pengoba
tan
Paduan
Individua
l
72
73. Tahapan Pengobatan TB RO
c. Cara pemberian obat
Tahap awal:
Suntikan: 5 kali seminggu (Senin-Jumat),
Obat per-oral: 7 kali seminggu (Senin-Minggu).
OAT standar jangka pendek, obat oral: minimal 112
dosis dan suntikan minimal 80 dosis.
OAT standar konvensional, obat oral: minimal 224 dosis
dan suntikan minimal 160 dosis.
Tahap lanjutan:
Obat per oral: 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Obat suntikan tidak diberikan
OAT standar jangka pendek, obat oral: minimal 140
dosis
OAT standar konvensional, obat oral: minimal 336 dosis
73
74. Tahapan Pengobatan TB RO
• Dosis Bertahap untuk memulai kembali pengobatan
OAT RO
Hari Nama obat
Hari pertama (beri
obat dalam dosis
terpisah pagi & sore)
Hari ke-
dua
Hari ke-
tiga
Hari ke 1-3 Sikloserin 250 mg
(125 mg + 125 mg)
500mg Dosis
penuh
Hari ke 4-6 Levofloksas
in
200 mg
(100 mg + 100 mg)
400 mg Dosis
penuh
Hari ke 7-9 Kanamisin 250 mg
(125 mg + 125 mg)
500 mg Dosis
penuh
Hari ke
10-12
Etionamid 250 mg
(125 mg + 125 mg)
500 mg Dosis
penuh
Hari ke 13-15 Pirazinami
d
400 mg
(200 mg + 200 mg)
800 mg Dosis
penuh
74
76. N
o
Hasil Akhir
Pengobatan
Jangka Pendek Individual
1. Sembuh 1. Menyelesaikan pengobatan sesuai durasi yang ditetapkan
2. Hasil pemeriksaan biakan negatif, 3x berturut-turut pada tahap
lanjutan
3. Hasil pemeriksaan BTA negatif
pada bulan ke-9 atau ke-11
2. Pengobatan
Lengkap
1. Menyelesaikan pengobatan sesuai durasi yang ditetapkan
2. Tidak ada bukti untuk dinyatakan sembuh atau gagal
3. Gagal 1. Hasil pemeriksaan BTA bulan ke-6
positif
2. Hasil pemeriksaan BTA di akhir
pengobatan positif
3. Terjadi reversi pada tahap lanjutan
– Periksa BTA ulang
4. Penghentian pengobatan karena
ESO berat
5. Resistansi tambahan OAT lini 2
golongan kuinolon dan/ SLI
Pengobatan dihentikan atau
membutuhkan perubahan
paduan pengobatan TB RO
secara permanen terhadap 2
atau lebih OAT RO, karena :
1. Tidak terjadi konversi
sampai bulan ke-8 tahap
awal
2. Terjadi reversi pada tahap
lanjutan
3. Resistansi tambahan OAT
lini 2 golongan kuinolon
76
77. N
o
Hasil Akhir
Pengobatan
Jangka Pendek Individual
4. Meninggal Pasien meninggal dalam masa pengobatan
oleh sebab apapun
5. Putus
Berobat
(LFU)
Pasien berhenti berobat selama 2 bulan
berturut-turut atau lebih
6. Tidak
Dievaluasi
1. Pasien pindah berobat tapi hasil akhir
pengobatan tidak diketahui atau tidak
dilaporkan
2. Pasien tidak ada hasil pengobatan sampai
periode pelaporan
77
80. TB Resistan Obat Pada Anak
Prinsip dasar :
• Hampir sama dengan pengobatan dewasa
80
81. Tatalaksana Kasus Gagal Pengobatan
• Pasien dengan risiko gagal pengobatan
• Penghentian Pengobatan sebelum waktu
Pertimbangan untuk menghentikan
pengobatan
• Pertimbangan klinis
• Pertimbangan kesehatan masyarakat (public health)
81
82. Tindakan suportif pada pasien yang
dihentikan pengobatannya,
• Bila memungkinkan review menyeluruh mengenai tindakan non
medikamentosa untuk pasien, misalnya tindakan bedah.
• Obat simptomatis sesuai indikasi
• Terapi oksigen sesuai indikasi
• Gizi seimbang
• Kunjungan petugas kesehatan dilakukan teratur.
• Jika diperlukan pasien dirawat inap untuk perbaikan kondisi
klinis
• Pendidikan kesehatan terutama pengendalian infeksi di
lingkungannya
82
83. Tatalaksana Pasien biakan negatif
menjadi positif
EVALUASI :
- Melakukan review kartu pengobatan pasien
- Evaluasi DOT untuk memastikan OAT diminum secara benar
TINDAKAN :
- Ulangi pemeriksaan BTA dan biakan sekurangnya dari 2 sampel sebagai konfirmasi
- Ulangi pemeriksaan radiologi untuk melihat perkembangan penyakitnya
Hasil Pemeriksaan Biakan
Sesuaikan paduan OAT dengan pola resistansi baru
Kemungkinan kontaminan dan
pengobatan dilanjutkan
POSITIF
NEGATIF
- Ulang Uji kepekaan M.tuberculosis (FLD dan SLD)
- Bila hasil berbeda pola resistensi maka pertimbangkan kemungkinan reinfeksi, infeksi
silang atau transient resistance
- Lakukan pemeriksaan strain kuman bila fasilitas tersedia
83
86. Tatalaksana ESO
• Petugas Kesehatan harus selalu memantau munculnya
ESO setiap hari dan memberikan tatalaksana secara
tepat
• ESO berkaitan dengan dosis yang diberikan
• Semua ESO yang terjadi harus tercatat dalam formulir
efek samping pengobatan, dan dilaporkan
• Pasien ESO ringan – sedang Dapat ditangani oleh
dokter fasyankes satelit TB RO dan dilaporkan ke
fasyankes/Rujukan TB RO
• Pasien ESO berat dirujuk ke fasyankes/Rujukan TB
RO 86
87. Penatalaksanaan pasien TB dengan efek
samping OAT (lanjutan)
Tempat penatalaksanaan efek samping :
• tergantung pada berat atau ringannya gejala:
Efek Samping ringan sampai sedang ditangani
di FKTP.
Efek Samping berat dan tidak menunjukkan
perbaikan setelah penanganan efek samping
ringan atau sedang segera rujuk ke FKRTL.
Alur rujukan tata laksana efek samping
mengikuti alur jejaring yang telah disepakati
antara pengelola program TB, penyedia
layanan dan mekanisme pembayaran layanan
kesehatan yang dimiliki oleh pasien TB.
87
88. Penatalaksanaan pasien efek samping
pada kulit
• Pasien keluhan gatal tanpa rash dan penyebab lain,
pengobatan anti histamin serta pelembab kulit.
• Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan
ketat.
• Bila terjadi rash, semua OAT dihentikan dan segera rujuk
kepada dokter atau fasyankes rujukan
• Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB hingga selesai,
di fasyankes rujukan dilakukan upaya mengetahui OAT mana
yang menyebabkan terjadinya reaksi dikulit dengan cara” Drug
Challenging”
88
89. Daftar Efek Samping Obat
dan Penatalaksanaannya
dapat dilihat dan
dipelajari pada Modul
Pengobatan
89
92. Efek Samping OAT Lini 2
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab
1 Reaksi kulit alergi ringan Z, E, Eto, PAS, Km, Cm,
Reaksi kulit alergi sedang dengan/
tanpa demam
Z, E, Eto, PAS, Km, Cm
2 Neuropati perifer H, Cs, Km, Eto, Lfx
3 Mual muntah ringan Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx, R
Mual muntah berat Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx.
92
93. No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab
4 Anoreksia Z, Eto, Lfx
5 Diare PAS
6 Nyeri kepala Eto, Cs
7 Vertigo Km, Cm, Eto
8 Artralgia Z, Lfx
9 Gangguan Tidur Lfx, Moxi
10 Gangguan elektrolit ringan:
Hipokalemi
Km, Cm
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul
93
94. No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab
7 Gangguan psikotik (Suicidal tendency) Cs
8 Kejang Cs, Lfx
9 Tendinitis Lfx, Mfx
10 Syok Anafilaktik Km, Cm
11 Reaksi alergi toksik menyeluruh dan
SJS
Semua OAT yang digunakan
12 Hipotiroid PAS, Eto
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
94
95. No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab
11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H
12 Perubahan perilaku Cs, H
13 Gastritis PAS, Eto,Z
14 Nyeri di tempat suntikan Km, Cm
15 Metalic taste Eto
16 Gatal Cfz
17 Penuaan warna kulit Cfz
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul
95
96. Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab
1 Kelainan fungsi hati Z, H, Eto, PAS, E, Lfx, Mfx
2 Kelainan fungsi ginjal Km, Cm
3 Perdarahan lambung PAS, Eto, H,Z
4 Gangguan Elektrolit berat (Bartter
like syndrome)
Cm, Km
5 Gangguan pendengaran Km, Cm
6 Gangguan penglihatan E
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
96
97. MESO-aktif
• Monitoring dan Manajemen Efek Samping Obat secara aktif yang
dilakukan oleh seluruh fasyankes TB RO
• Proses penilaian klinis dan laboratorium secara aktif dan
sistematis pada semua pasien TB RO
• Bertujuan untuk mendeteksi, menatalaksana, dan melaporkan
KTD obat
• Pencatatan dan Pelaporan MESO serius dan tidak serius sesuai
yang ditetapkan oleh BPOM RI dan dilakukan oleh petugas
kesehatan
• Pengumpulan dan Pelaporan menggunakan formulir dan juga
pada e-TB Manager
97
98. Penemuan
KTD/ESO
• Serius maupun
Non Serius
Pencatatan
• Catat pada form TB 01
• KTD serius juga dicatat pada form MESO-aktif
oleh petugas farmasi/farmasi klinis
• Yang dicatat : Karakteristik individu, nama obat,
manifestasi KTD, hasil pemeriksaan lab.
Manajemen
KTD
• Harus mempertimbangkan
kemana pasien dan
pengobatan yang diperlukan
Pelaporan
• KTD serius (Serius
fatal dan Serius non
fatal)
• Dilaporkan ke
BPOM dan Subdit
TB
98
99. Pelaporan Kejadian Efek Samping
Obat TB yang baru seperti Bedaquiline, Clofazimine dan Linezolid
untuk mengobati pasien TB Pre/XDR.
Data keamanan obat TB yang baru masih sedikit maka WHO
mensyaratkan penerapan “Active Drug Safety Monitoring and
Management (aDSM) atau
Monitoring dan Manajemen keamanan obat secara aktif.
Penerapan aDSM tersebut digunakan untuk :
• pasien MDR dan XDR yang mendapatkan obat TB
baru (Bdq,Cfz,Lzd)
• Pasien MDR yang mendapatkan pengobatan
paduan/rejimen obat baru seperti “Shorter Regimen”
• Semua pasien XDR dengan pengobatan obat TB lini
kedua, karena pasien XDR mendapatkan obat yang
bukan untuk pengobatan TB atau “repurposed drug”.
99
100. Dalam penerapannya terdapat 3 tingkatan aDSM yaitu :
• Core package : Monitoring dan pelaporan hanya untuk Serious
Adverse Event (SAEs) atau Kejadian Tidak Diinginkan Serius
(KTD serius).
• Intermediate package: Monitoring dan pelaporan SAEs dan
adverse event yang diinginkan.
• Advanced package : Monitoring dan pelaporan semua Adverse
Events
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
100
101. Istilah dan definisi dalam Farmakovigilans (PV) untuk
Paduan OAT RO
Istilah Definisi
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) Setiap kejadian medis yang tak diinginkan yang terjadi pada pasien atau
subjek uji klinis yang mendapatkan pengobatan, termasuk kejadian yang
belum tentu disebabkan oleh atau berhubungan dengan produk tersebut.
Adverse Reaction (AR) Setiap kejadian yang tak diinginkan dan respon yang tidak diinginkan untuk
produk obat yang diteliti terkait dengan setiap dosis yang diberikan.
Unexpected Adverse Reaction
(UAR)
Reaksi efek samping obat, yang sifat atau keparahannya tidak konsisten
dengan informasi tentang produk obat yang bersangkutan yang telah terdapat
dalam ringkasan karakteristik produk (atau brosur) untuk produk tersebut.
KTD Serius atau Serious Adverse
Reaction (SAR) atau Suspected
Unexpected Serious Adverse
Reaction (SUSAR)
Secara berurutan; setiap peristiwa yang merugikan, reaksi yang merugikan
atau reaksi yang merugikan tak terduga yang menyebabkan :
Kematian
Mengancam kehidupan
Memerlukan rawat inap atau perpanjangan rawat inap yang ada
Cacat persisten atau signifikan atau menyebabkan ketidakmampuan
Bawaan anomali atau cacat lahir
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
101
102. Klasifikasi hubungan kausal paduan OAT RO
Hubungan Deskripsi
Unassessable Tidak terdapat cukup data untuk membuat penilaian
Unclassifiable Tidak terdapat cukup data untuk membangun/menentukan suatu hubungan
Unlikely Terdapat (hanya) sedikit bukti yang menunjukkan ada hubungan sebab-akibat
(misalnya peristiwa itu tidak terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian
obat percobaan). Terdapat penjelasan lain yang masuk akal untuk kejadian
tersebut (misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Possible Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat (misalnya
karena peristiwa itu terjadi dalam waktu yang wajar setelah pemberian obat
percobaan). Namun, pengaruh faktor lain mungkin berkontribusi pada event
(misalnya kondisi klinis pasien, pengobatan lain yang bersamaan).
Probable Terdapat bukti yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan pengaruh faktor-
faktor lain tidak mungkin.
Certain Terdapat bukti jelas yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan kontribusi
faktor lain yang mungkin dapat dikesampingkan.
Pelaporan Kejadian Efek Samping
(Lanjutan)
102
103. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus
a. Pengobatan TB pda ODHA
Prinsip :
1. Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini
2.Pemberian pengobatan pencegahan dengan Kotrimoksasol
(PPK)
3.Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan HIV.
103
104. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
b. Pengobatan TB pada Diabetes Melitus
1. Paduan OAT DM sama dengan tanpa DM dengan syarat
kadar gula darah terkontrol
2.Gula darah tidak terkontrol,lama pengobatan dapat dilanjutkan
sampai 9 bulan
3.Hati-hati efek samping Etambutol karena pasien DM sering
mengalami komplikasi pada mata
4.Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral DM (sulfonil
urea) sehingga dosisnya ditingkatkan
. 104
105. LANJUTAN ....
1. Pengawasan sesudah pengobatan untuk deteksi dini terjadi
kekambuhan
2.Pilihan utama untuk pengobatan DM pada pasien TB
adalah insulin
3.Pada pasien TB RO, Diabetes mellitus dapat memperkuat
efek samping OAT terutama gangguan ginjal dan neuropati
perifer
105
106. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
c. Pengobatan Pasien TB dengan kelainan hati
1) Pasien TB dengan Hepatitis akut
OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau
klinis ikterik ditunda sampai hepatitis akutnya
mengalami penyembuhan. Sebaiknya rujuk ke
fasyankes rujukan,
2) Kondisi yang dapat diberi paduan OAT biasa
apabila tidak ada kondisi kronis :
• Pembawa virus hepatitis
• Riwayat penyakit hepatitis akut
• Saat ini masih sebagai pecandu alkohol,
sehingga harus diwaspadai.
106
107. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
3.) Hepatitis Kronis
Pasien dengan kecurigaan penyakit hati kronis, pemeriksaan
fungsi hati harus dilakukan sebelum pengobatan.
Hasil fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan,
paduan
OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
• 2 obat yang hepatotoksik
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
• 1 obat yang hepatotoksik
2 HES / 10 HE
Tanpa obat yang hepatotoksik
• 18-24 SE + salah satu gol fluorokuinolon (ciprofloxasin tidak
direkomendasikan karena potensinya sangat lemah).
107
108. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
d.. Pengobatan TB pada ibu hamil, pengguna kontrasepsi dan wanita usia
subur
• Kehamilan
Prinsip pengobatan TB kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan
TB pada umumnya. Golongan Aminoglikosida seperti streptomisin
atau kanamisin dapat menimbulkan ototoksik.
Piridoksin 50mg/hari pada ibu hamil dalam pengobatan TB,
vitamin K 10mg/hari apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3
menjelang partus.
108
109. Lanjutan ....
• Ibu menyusui dan bayinya
Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak
berbeda.
Semua jenis OAT Lini 1 aman untuk ibu menyusui.
PPINH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat
badannya.
• Pasien TB pengguna kontrasepsi:
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
hormonal dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi
109
110. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
e. Pengobatan TB pada Wanita usia subur
• Jika menggunakan kontrasepsi, Rifampisin berinteraksi dengan
kontrasepsi hormonal. Pasien TB sebaiknya menggunakan
kontrasepsi non-hormonal
• Pasien TB RO usia subur harus melakukan tes kehamilan
terlebih dahulu.
• Pasien dianjurkan memakai kontrasepsi fisik untuk mencegah
kehamilan.
110
111. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
f. Pengobatan pasien TB dengan gangguan fungsi
ginjal
• Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TB
khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
• Pemberian OAT TB pada pasien dengan gangguan ginjal harus
hati–hati, pirazinamid dan etambutol tidak diberikan karena
diekskresi melalui ginjal.
• Perlu diberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah
terjadinya neuropati perifer.
• Kerjasama dengan dokter yang ahli dalam penilaian tingkat
kegagalan fungsi ginjal berdasarkan pada pemeriksaan
kreatinin.
111
112. Pengobatan Pasien TB Dengan Keadaan
Khusus (lanjutan)
g. Pasien TB yang perlu mendapatkan tambahan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang
membahayakan jiwa pasien seperti:
• Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak
neurologis
• TB milier dengan atau tanpa meningitis
• Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi
pericardial
112
113. Lanjutan ...
• Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB
saluran kencing(untuk mencegah penyempitan ureter),
pembesaran kelenjar getah bening dengan penekanan pada
bronkus atau pembuluh darah.
• Hipersensitivitas berat terhadap OAT.
• IRIS (Immune Response Inflammatory Syndrome).
Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari
berat dan ringannya keluhan serta respon klinis
113
114. Penetapan Pengawas Menelan Obat
(PMO)
Setiap pasien memulai pengobatan harus
didahului menentukan satu orang untuk
menjadi PMO.
a. Persyaratan PMO
• dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, harus
disegani dan dihormati oleh pasien,
• Tinggal dekat dengan pasien,
• Bersedia sukarela,
• Bersedia dilatih dan/ penyuluhan bersama
pasien
114
115. b. Peran seorang PMO
• Mengawasi pasien TB agar menelan obat
secara teratur
• Memberi dorongan pasien agar mau
berobat teratur,
• Mengingatkan pasien untuk periksa ulang
dahak
• Memberi penyuluhan pada anggota
keluarga pasien TB. 115
116. c. Pengetahuan PMO
Minimal PMO memahami informasi penting
tentang TB untuk disampaikan kepada
pasien dan keluarganya antara lain:
• TB disebabkan kuman, bukan penyakit
keturunan atau kutukan
• TB dapat disembuhkan dengan berobat
teratur
• Cara penularan TB, gejala-gejala yang
mencurigakan dan cara pencegahannya
116
117. Pengetahuan PMO
lanjutan
• Pentingnya pengawasan, supaya pasien
berobat secara teratur
• Kemungkinan terjadinya efek samping obat
dan perlunya segera meminta pertolongan
ke fasyankes.
117
118. PMO pada TB RO :
Pemilihan PMO :
PMO pada pasien TBRO adalah petugas
kesehatan baik pada tahap awal maupun tahap
lanjut.
118
119. A. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS
Rujukan TB RO
• Hubungi pasien dalam waktu 24 jam sejak
mangkir.
• Cari tahu alasan pasien mangkir dan
tawarkan solusi
• Jika pasien tidak memiliki nomor telepon
yang dapat dihubungi atau tidak terlacak,
maka mintalah bantuan dari Puskesmas
yang terdekat.
• Hasil pelacakan pasien mangkir diberikan
oleh Puskesmas wilayah tempat tinggal
pasien dalam waktu 24 jam sejak laporan
tersebut
119
120. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan TB
RO (Lanjutan)
Puskesmas perlu mengambil langkah segera :
• Mencatat semua informasi yang diberikan
oleh petugas Poli TB MDR RS Rujukan.
• Merencanakan dan melakukan kunjungan
rumah.
• jika pasien dapat ditemui, tanyakan penyebab
dari mangkirnya pasien. Pastikan ketika
berbicara kita berada didalam rumah, untuk
menjaga kerahasiaan pasien. 120
121. Pelacakan Kasus Mangkir dari RS Rujukan
TB RO (Lanjutan)
• Jika pasien tidak ada di rumah, tanyakan
kemana pasien pergi dan mengapa pasien
tidak datang untuk minum obat pada hari itu.
Berhati-hatilah untuk tetap menjaga
kerahasiaan pasien saat bertanya dengan
tetangga.
• Jika perlu, hubungi atau kunjungi orang lain
yang dapat dihubungi. Berhati-hatilah
mengenai kerahasiaan pasien.
121
122. B. Pelacakan Pasien Mangkir dari Fasyankes
Satelit TB MDR (lanjutan)
• Jika tidak terlacak, lakukan penelusuran terus-
menerus hingga pasien TB Resistan Obat
mangkir dapat ditemukan.
• Setelah terlacak, cari permasalahan dan
memberikan solusi.
122
123. Pelacakan Pasien Mangkir dari Fasyankes
Satelit TB MDR (lanjutan)
• Apabila pasien TB Resistan Obat tetap mangkir
dan tidak memenuhi perjanjian untuk melanjutkan
pengobatan, maka pasien didatangi kembali dan
didampingi untuk dirujuk ke RS Rujukan TB MDR.
• Bila tidak juga ditemukan dan petugas telah
merasa tidak ada harapan dalam menemukan
pasien TB Resistan Obat mangkir tersebut, maka
petugas segera menginformasikan ke RS
Rujukan/ Sub Rujukan TB MDR.
123
124. Pelacakan Pasien Mangkir dari Fasyankes
Satelit TB MDR (lanjutan)
• Setiap upaya yang dilakukan oleh RS Rujukan
atau Fasyankes Satelit TB MDR yang berkaitan
dengan penelusuran pasien mangkir harus
terdokumentasi, seperti kapan menghubungi
melalui telepon, SMS, kunjungan rumah, diskusi
dengan pasien, keluarga, dan lain-lain.
124
125. POKOK BAHASAN 3
KIE dan Komunikasi Motivasi pada
Pengobatan TB :
a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
b.KM pada Pasien TB
125
126. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
KIE kepada Pasien
Pesan yang perlu dikomunikasikan
- Tahap awal
-Apa itu TB
-TB dapat disembuhkan
-Kesediaan menjalankan pengobatan
-Bagaimana mencegah penularan TB
-Pemeriksaan kontak serumah
-Perlunya PMO
-Menjelaskan paduan pengobatan
-Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
-Kemungkinan yang terjadi selama pengobatan
dan tindakan yang harus dilakukan
-PHBS pasien TB
126
127. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada Pasien (lanjutan)
Tahap lanjutan:
-Efek samping obat
-Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi
obat.
-Pentingnya kepatuhan pasien.
-Apabila pasien hanya menelan sebagian obat
atau berhenti menelan obat,
-Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan
arti hasil pemeriksaan.
-PHBS
127
128. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
2.KIE kepada keluarga
A. Peran keluarga:
-Memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan
sampai sembuh
-Mendampingi dan memberikan dukungan moral
-Mengingatkan pasien datang ke Faskes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai
jadual (koord. PMO)
-Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping obat dan merujuk ke Faskes.
128
129. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
B. Pesan yang harus disampaikan kepada keluarga
a. Kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TB
-Apa itu TB (penyebab TB dan gejala)
-TB dapat disembuhkan
-Pengobatan TB
-Keteraturan menelan obat sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
-Efek samping obat dan kapan dan ke mana harus mencari
pertolongan.
-Pentingnya pengawasan keteraturan menelan obat
-Penularan TB
129
130. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
KIE kepada keluarga (lanjutan.....)
-Pencegahan penularan TB
-Etika Batuk
-Pentingnya pemeriksaan dahak ulang secara teratur
-Pentingnya PHBS bagi pasien dan keluarganya
-Sop merokok dan minuman keras pada pasien.
-Mmembersihkan rumah atau lingkungan-secara teratur.
-Olahraga bagi pasien.
-Konseling dan perbaikan gizi pasien
-Tidak diperlukan diet khusus, mensterilisasi atau memisahkan peralatan
makan minum.
130
131. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
b. Kunjungan berikutnya selama masa pengobatan :
-ulangi pesan seperti pada kunjungan awal
(Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu
kunjungan).
-yakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan
sampai selesai.
-sebagai sumber informasi ttg masalah pasien dan
bersama mencari solusi.
131
132. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
c. Pengawas Menelan Obat (PMO)
(TB sensitif bisa keluarga, pada TB RO harus
paramedis)
-Mengawasi pasien agar teratur menelan obat
-Memberikan motivasi
-Mengingatkan pasien kapan harus kembali kontrol,
mengambil obat , dan pemeriksaan lab.
-Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien 132
133. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
C. Pesan kepada keluarga untuk TB-RO :
Sama dengan TB Sensitif. Penekanan tertentu al:
- Selalu memakai masker
- Etika batuk dengan menyediakan tempat
berdahak
- hindari bersama pasien dalam ruangan tertutup
tanpa ventilasi selama masih menular (hasil
biakan masih positif
- Konseling dan perbaikan gizi pasien. 133
134. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
D. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien TB RO:
- Informed Consent /Inform refusal.
- Pengobatan TB : tempat pengobatan
jenis dan cara menelan obat
lama pengobatan
efek samping
pengambilan obat
evaluasi kemajuan pengobatan
sistim rujukan
pencegahan penularan
134
135. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
E. Petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya
-Pasien TB RO jangan dikucilkan.
-TB RO menular, namun pencegahan dapat dilakukan
dengan etika batuk dan pengobatan sedini mungkin.
-Pasien TB RO butuh dukungan psikologis dan sosial
untuk mendukung keberhasilan pengobatan.
-Kesembuhan pasien TB RO penting untuk memutus
rantai penularan.
-Lamanya pengobatan, beratnya efek samping serta
dampak sosial yang timbul, membuat pasien TB RO
sangat butuh dukungan lingkungan sekitarnya.
135
136. Catatan :
Penyampaikan informasi tentang penyakit TB RO
ke lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja
pasien, perlu persetujuan tertulis dari pasien
136
137. a.KIE pada Pasien dan Keluarga Pasien
(Lanjutan)
F. Pesan kepada pasien di akhir pengobatan:
-sembuh atau pengobatan lengkap
kontrol dahak setiap 6 bulan selama 2 tahun
- pengobatan gagal
butuh dukungan dan konseling keluarga
- pastikan pasien patuh melakukan kunjungan
lanjutan setelah akhir pengobatan
- waspadai timbulnya gejala pada pasien atau kontak
pada saat monitoring akhir pengobatan
137
138. Komunikasi Motivasi :
• adalah teknik komunikasi yang
• berpusat pada pasien
• bersifat mengarahkan untuk memperoleh perubahan
perilaku
• dengan cara membantu pasien menggali dan mengatasi
sikap mendua (ambivalensi) dalam membuat keputusan.
b. KM pada Pasien TB
138
139. Teknik komunikasi motivasi
berpusat pada pasien :
-pasien memiliki kemampuan didalam dirinya untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri
-peran petugas memunculkan motivasi pasien dan
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi
perubahan perilaku pasien.
-Hubungan merupakan kolaborasi dan kemitraan,
-petugas bersikap netral dan menghargai otonomi
pasien
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
139
140. Teknik komunikasi motivasi
Sikap mendua (ambivalen):
Kondisi di mana seseorang memiliki perasaan yang
bercampur aduk atau gagasan yang saling bertentangan
mengenai sesuatu atau seseorang
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
140
142. Ketrampilan Kunci KM:
Refleksi
Afirmasi
Bertanya Beritahu Bertanya
Pertanyaan Terbuka
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
142
143. • Refleksi:
-Refleksi Sederhana menyatakan kembali perkataan
pasien dengan kata-kata yang sama atau berbeda,
namun tidak menambah makna
-Refleksi Kompleks menyatakan kembali perkataan
pasien dengan menambah arti atau penekanan terhadap
apa yang dikatakan pasien, sering dengan membuat
dugaan tentang makna lebih dalam (tersirat) dari
pernyataan pasien atau menduga apa yang akan
mereka katakan selanjutnya.
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
143
144. • Afirmasi (Peneguhan)
- suatu keterampilan komunikasi untuk menekankan hal-
hal yang positif dari pasien.
-afirmasi berarti meneguhkan hal-hal positif yang sudah
dilakukan pasien sehingga pasien merasa dihargai dan
dipercayai oleh petugas.
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
144
145. Pertanyaan Terbuka
-Memungkinkan jawaban yang lebih luas
-Menggali informasi lebih dalam
-Mengetahui perspektif pasien
-Mendorong eksplorasi diri
-Memberi kesempatan petugas kesehatan mendapat
informasi yang tidak diperkirakan sebelumnya
b. KM pada Pasien TB (lanjutan)
145
146. Pokok bahasan 4
D. Pencegahan TB Bagi Populasi Rentan.
1. Vaksinasi BCG bagi bayi
2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 tahun
dan ODHA anak
3. Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
dewasa
146
147. 1. Vaksinasi BCG bagi bayi
a. Pemberian Kekebalan dengan Vaksinasi BCG
- BCG (Bacille Calmette-Guérin,vaksin hidup yang
dilemahkan)
-diberikan pada bayi 0-2 bulan, sesuai program
-usia > 2 bulan harus uji tuberkulin.
-efektif mencegah TB berat.
-BCG ulang tidak direkomendasikan
D. Pencegahan TB bagi Populasi Rentan
147
148. b. Perhatian khusus pada pemberian BCG :
Bayi terlahir dari ibu pasien TB terkonfirmasi
bakteriologis :
-pada trimester 3 kehamilan berisiko tertular melalui
plasenta, cairan amnion maupun hematogen.
-selama masa neonatal berisiko tertular melalui percik
renik.
Pada kedua kondisi tersebut bayi sebaiknya dirujuk.
Lanjutan...........
148
149. .
Bayi terlahir dari ibu pasien infeksi HIV/AIDS:
- BCG tidak boleh diberikan pada bayi yang terinfeksi
HIV karena meningkatkan risiko BCG diseminata
- Di daerah yang endemis TB/HIV, bayi yang terlahir dari
ibu dengan HIV positif namun tidak memiliki gejala HIV
boleh diberikan vaksinasi BCG.
- Bila pemeriksaan HIV dapat dilakukan, maka vaksinasi
BCG ditunda sampai status HIVnya diketahui
Lanjutan...........
149
150. Komplikasi BCG
Sejumlah kecil anak-anak (1-2%) mengalami komplikasi
setelah vaksinasi BCG.
Komplikasi paling sering :
-abses lokal,
-infeksi bakteri sekunder,
-adenitis supuratif dan pembentukan keloid lokal.
Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan.
Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten atau
pada kasus imunodefisiensi dipertimbangkan untuk dirujuk.
Lanjutan........
150
151. Limfadenitis BCG
- pembengkakan kgb pada satu sisi, post vaks. BCG.
- komplikasi BCG yang paling sering.
- 2 mg- 24 bln (sering 2-4 bln) post BCG
- non supuratif atau supuratif.
- non supuratif : hilang dalam bb mg
- supuratif : tanda radang dan fluktuasi
aspirasi jarum jika diperlukan
- lokasi : supraklavikula, servikal, aksila, 1-2
kelenjar yang membesar.
- D/ ditegakkan : pembesaran KGB sisi yang sama
dengan penyuntikan BCG tanpa ada penyebab
lain
Lanjutan......
151
152. 2. Pengobatan Pencegahan bagi Anak di bawah 5 Tahun
dan ODHA anak
Tata laksana pada kontak anak
Umur HIV
Hasil
pemeriksan Tata laksana
Balita (+)/(-) ILTB PPINH
Balita (+)/(-) Terpajan PPINH
> 5 th (+) ILTB PPINH
> 5 th (+) Terpajan PPINH
> 5 th (-) ILTB Observasi
> 5 th (-) Terpajan Observasi
Lanjutan..........
152
153. 3.Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
dewasa
Tujuan: -mencegah TB aktif sehingga dapat
menurunkan beban TB pada ODHA.
Sasaran:-ODHA tidak terbukti TB aktif dan tidak ada
kontraindikasi,
Dosis : INH 300 mg/hari dan B6 dengan dosis
25mg/hari selama 6 bulan (180 dosis)
Lanjutan.............
153
Keterangan :
(====) : Pengobatan tahap awal
(-------) : Pengobatan tahap lanjutan
X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan untuk memantau hasil
pengobatan
( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap
awal hasilnya BTA(+)
Keterangan :
* Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah menyelesaikan dosis pengobatan pada bulan ke 5 dan AP
** Jika tersedia sarana TCM, tunggu hasil pemeriksaan TCM sebelum diberikan OAT Kategori 2. Jika sarana TCM tidak memungkinkan segera dilakukan, sementara menunggu hasil pemeriksaan TCM pasien dapat diberikan pengobatan paduan OAT kategori 2.
***Sementara menunggu hasil pemeriksaan TCM pasien tidak diberikan pengobatan paduan OAT.
Permenkes 411 tahun 2011 tentang Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Lab