Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dokumen ini membahas tentang definisi, patogenesis, diagnosis, dan pengobatan TB serta faktor risiko terkena penyakit ini. Pengobatan TB dilakukan dengan strategi DOTS yang meliputi diagnosis melalui pemeriksaan dahak, pengobatan jangka pendek menggunakan kombinasi obat lini pertama, serta pengawasan langsung konsumsi obat pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberculosis (TBC) mulai dari penyebab, gejala, cara penularan, penegakan diagnosis, hingga pengobatan TBC pada orang dewasa dan anak-anak.
Ringkasan:
1. Dokumen tersebut membahas manajemen asuhan keperawatan pada kasus tuberkulosis paru, meliputi konsep dasar TB paru, gejala, diagnosis, pengobatan, dan masalah keperawatan yang sering muncul.
[Ringkasan]
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Timur, termasuk strategi, tujuan, dan kebijakan operasional program tersebut.
2. Program tersebut menerapkan strategi DOTS dan bertujuan menurunkan angka kematian dan morbiditas TB dengan memutus rantai penularan.
3. Diagnosis TB didasarkan pada pemeriksaan sputum mikroskopis untuk menemukan basil tuberk
Teks tersebut membahas tentang farmakoterapi untuk pengobatan tuberculosis (TBC). TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan organ lain. Pengobatan TBC dilakukan dengan kombinasi obat anti-TB selama beberapa bulan untuk membunuh bakteri penyebabnya dan mencegah resistensi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan global. Kasus dan kematian akibat TB terus meningkat karena komitmen, dana, dan sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai, serta dampak pandemi HIV dan munculnya TB yang resisten obat. Dokumen ini juga menyoroti situasi TB di Indonesia yang menjadi penyebab kematian infeksi nomor satu dengan kasus baru dan kematian yang sangat tinggi.
Tuberkulosis resistan obat merupakan masalah kesehatan global yang meningkat. Di Indonesia, jumlah kasusnya diperkirakan 24.000 per tahun. Diagnosis dilakukan dengan tes cepat molekular dan biakan, sedangkan pengobatannya mengikuti panduan WHO tanpa obat injeksi selama 9-20 bulan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberculosis (TBC) mulai dari penyebab, gejala, cara penularan, penegakan diagnosis, hingga pengobatan TBC pada orang dewasa dan anak-anak.
Ringkasan:
1. Dokumen tersebut membahas manajemen asuhan keperawatan pada kasus tuberkulosis paru, meliputi konsep dasar TB paru, gejala, diagnosis, pengobatan, dan masalah keperawatan yang sering muncul.
[Ringkasan]
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas program penanggulangan tuberkulosis di Jawa Timur, termasuk strategi, tujuan, dan kebijakan operasional program tersebut.
2. Program tersebut menerapkan strategi DOTS dan bertujuan menurunkan angka kematian dan morbiditas TB dengan memutus rantai penularan.
3. Diagnosis TB didasarkan pada pemeriksaan sputum mikroskopis untuk menemukan basil tuberk
Teks tersebut membahas tentang farmakoterapi untuk pengobatan tuberculosis (TBC). TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan organ lain. Pengobatan TBC dilakukan dengan kombinasi obat anti-TB selama beberapa bulan untuk membunuh bakteri penyebabnya dan mencegah resistensi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan global. Kasus dan kematian akibat TB terus meningkat karena komitmen, dana, dan sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai, serta dampak pandemi HIV dan munculnya TB yang resisten obat. Dokumen ini juga menyoroti situasi TB di Indonesia yang menjadi penyebab kematian infeksi nomor satu dengan kasus baru dan kematian yang sangat tinggi.
Tuberkulosis resistan obat merupakan masalah kesehatan global yang meningkat. Di Indonesia, jumlah kasusnya diperkirakan 24.000 per tahun. Diagnosis dilakukan dengan tes cepat molekular dan biakan, sedangkan pengobatannya mengikuti panduan WHO tanpa obat injeksi selama 9-20 bulan.
Dokumen tersebut membahas mengenai epidemiologi dan diagnosis tuberkulosis. Secara ringkas:
1. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global yang kasus dan kematiannya terus meningkat
2. Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis tiga kali dahak yang merupakan metode paling akurat
3. Pemeriksaan rontgen paru seringkali menimbulkan hasil palsu positif
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberculosis (TB), termasuk definisi, penularan, perjalanan penyakit, diagnosis, dan tatalaksana TB khususnya TB yang resisten terhadap obat.
Gambaran klinis pasien TB dengan HIV/AIDS tergantung dari derajat berat ringannya. Pemeriksaan sputum BTA tetap penting untuk diagnosis TB meskipun di daerah dengan prevalensi HIV tinggi. Pemberian terapi TB dan ARV harus mempertimbangkan jumlah CD4 dan interaksi antar obat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis di Indonesia dan dunia, gejala, diagnosis, penularan, pengobatan, serta jenis-jenis tuberkulosis."
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang paru sebagian besar dan organ lain. Faktor risiko infeksi dan sakit TB pada anak antara lain kontak dengan pasien dewasa aktif, kemiskinan, dan malnutrisi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, uji tuberkulin, dan pemeriksaan mikrobiologis. Pengobatan standar menggunakan kombinasi obat anti-TB selama en
Dokumen tersebut membahas kebijakan penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Indonesia, yang bertujuan melindungi masyarakat dari penularan TBC. Target program nasional adalah eliminasi TBC pada 2030 dan Indonesia bebas TBC pada 2050. Dokumen ini juga menjelaskan strategi dan aktivitas penanggulangan TBC seperti promosi kesehatan, penemuan kasus, pengobatan, serta peran serta masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pengertian TBC, gejala, proses penularan, pencegahan, dan pengobatan penyakit TBC.
Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi tuberkulosis resisten obat dan HIV serta pengobatan dan tantangan yang dihadapi. Beberapa poin penting yang diangkat adalah prevalensi TB resisten obat di Indonesia, beban global TB dan HIV tahun 2016, alur diagnosis dan pengobatan TB dan TB resisten obat, serta pengobatan ko-infeksi TB resisten obat dan HIV.
Dokumen tersebut membahas perencanaan program kesehatan untuk penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah TBC melalui penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sasaran. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan, deteksi dini, dan peng
Dokumen tersebut membahas mengenai epidemiologi dan diagnosis tuberkulosis. Secara ringkas:
1. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global yang kasus dan kematiannya terus meningkat
2. Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis tiga kali dahak yang merupakan metode paling akurat
3. Pemeriksaan rontgen paru seringkali menimbulkan hasil palsu positif
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberculosis (TB), termasuk definisi, penularan, perjalanan penyakit, diagnosis, dan tatalaksana TB khususnya TB yang resisten terhadap obat.
Gambaran klinis pasien TB dengan HIV/AIDS tergantung dari derajat berat ringannya. Pemeriksaan sputum BTA tetap penting untuk diagnosis TB meskipun di daerah dengan prevalensi HIV tinggi. Pemberian terapi TB dan ARV harus mempertimbangkan jumlah CD4 dan interaksi antar obat.
Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi tuberkulosis di Indonesia dan dunia, gejala, diagnosis, penularan, pengobatan, serta jenis-jenis tuberkulosis."
Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang paru sebagian besar dan organ lain. Faktor risiko infeksi dan sakit TB pada anak antara lain kontak dengan pasien dewasa aktif, kemiskinan, dan malnutrisi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, uji tuberkulin, dan pemeriksaan mikrobiologis. Pengobatan standar menggunakan kombinasi obat anti-TB selama en
Dokumen tersebut membahas kebijakan penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Indonesia, yang bertujuan melindungi masyarakat dari penularan TBC. Target program nasional adalah eliminasi TBC pada 2030 dan Indonesia bebas TBC pada 2050. Dokumen ini juga menjelaskan strategi dan aktivitas penanggulangan TBC seperti promosi kesehatan, penemuan kasus, pengobatan, serta peran serta masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang pengertian TBC, gejala, proses penularan, pencegahan, dan pengobatan penyakit TBC.
Dokumen tersebut membahas tentang ko-infeksi tuberkulosis resisten obat dan HIV serta pengobatan dan tantangan yang dihadapi. Beberapa poin penting yang diangkat adalah prevalensi TB resisten obat di Indonesia, beban global TB dan HIV tahun 2016, alur diagnosis dan pengobatan TB dan TB resisten obat, serta pengobatan ko-infeksi TB resisten obat dan HIV.
Dokumen tersebut membahas perencanaan program kesehatan untuk penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah TBC melalui penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sasaran. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan, deteksi dini, dan peng
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis
• Sensitif OAT Lini 1 ( R, H, Z, E dan S )
• Resisten OAT Lini 1 :
Mono Resisten
Poli Resisten
TB Resisten Rifampisin
TB MDR
TB XDR
• Pengobatan pada keadaan khusus
4. DISKRIPSI SINGKAT
• Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang
menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis.
• Penularan melalui udara, sumber penularan adalah
pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB.
• Materi Program Penanggulangan TB berisi target dan
strategi nasional penanggulangan TB terutama
elimanasi TB tahun 2030 dan Indonesia bebas TB
tahun 2050.
• Perlu penguatan manajemen program TB, secara
komprehensif dan terintegrasi untuk peningkatan akses
yang bermutu,
5. JUMLAH PENDERITA TB
TB di Dunia (berdasarkan Global Report TB
2015): URUTAN NO 2 DI DUNIA
1. India 2. Indonesia
TB extra paru : secara global 14 % (data th 2007)
Pada negara yg diagnosis dan sistem pelaporannya
baik : 20-25%
Paling sering : TB kelenjar, pleura, tulang dan sendi.
TB pericard, meningitis TB outcome yang buruk
6. Insiden dan prevalen TB (Global Report Tb
2015)
• Angka insiden TB: Kejadian kasus baru TB dalam kurun waktu
tertentu
Angka insiden TB th 2016 1 juta kasus baru (700 ribu-1,4 juta
kasus)
• Angka Prevalence TB: Kejadian kasus baru dan lama TB dalam kurun
waktu tertentu.
Angka Prevalence TB th 2016 kasus 1,6 juta kasus baru dan lama
(1,3 juta-2 juta kasus)
12. MYCOBACTERIUM
• THIS GENUS IS COMPOSED OF:
Strictly aerobic, acid-fast rods, does not
Stain well (gram stain indeterminant),
DNA has high g+c content, unique cell wall,
Mycolic acid carbon chain length > c60
Relatively slow growth (two groups)
A. RAPID GROWERS (Visible colonies in <5 days)
B. SLOW GROWERS (Visible colonies in > 5 days)
• TYPE SPECIES: Mycobacterium tuberculosis
15. TERMINOLOGI
• Sesorang dikatakan terinfeksi TB (TB INFECTION) apabila kuman
TB masuk ke dalam tubuh akan tetapi tidak sampai
menyebabkan destruksi patologis organ-organ. Pada orang ini
tidak timbul keluhan/gejala.
• Orang yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi penderita TB
(TB DISEASE) apabila kuman TB secara progresif melakukan
invasi organ/organ-2. Penderita TB seringkali menunjukan
keluhan/gejala sistemik maupun lokal
18. Risk factors associated with developing TB disease. Relative
risk with respect to the normal population
RISK FACTOR RELATIVE RISK
HIV INFECTION 50-100
JEJUNOCAECAL SHUNT 27-63
SOLID TUMOURS 1-36
SILICOSIS 8-34
HEAD AND NECK NEOPLASMS 16
HEMODYALISIS 10-15
HAEMOTOLOGICAL NEOPLASMS 4-15
FIBROTIC LESIONS 2-15
IMUNOSUPPRESSIVE DRUGS 2-12
HAEMOPHILIA 9
GASTRECTOMY 5
LOW BODY WEIGHT 2-4
DIABETES MELLITUS 2-4
HEAVY SMOKING 2-4
NORMAL POPULATION 1
27. Infected with M. Tuberculosis
5%active TB disease (5 years of primary infection)
95% a latent infection may later progress depending on the
status of the immune system.
33. DIAGNOSIS TB
•Diagnosis PASTI ( GOLD STANDARD ) : ditemukan kuman
M. tb biakan (kultur) & tes identifikasi
•Dalam strategi do+s : identifikasi kuman M.tb
DIUTAMAKAN melalui pemeriksaan dahak mikroskopis !
(WHY?)
34. A. TUJUAN PEMERIKSAAN DAHAK :
1. Menegakkan “ DIAGNOSA “
2. Menilai kemajuan “ TERAPI “
3. Menentukan tingkat “ PENULARAN “
B. KUMAN TERLIHAT BILA TIAP CC ADA > 5000 KUMAN
C. DAHAK YG DIPERIKSA SEBANYAK 3 – 5 ML
D. WAKTU PENGAMBILAN DAHAK : ( S P S )
1. S ( SEWAKTU ) : Pada saat berkunjung pertama kali
2. P ( PAGI ) : Dikumpulkan dirumah pagi hari
3. S ( SEWAKTU ) : Pada hari ke dua saat serahkan dahak pagi
35. Minimal 4 OAT
pada fase intensif
harus diberikan
Index response
therapeutic yg
paling akurat
Potensial
menular
Seleksi strain
mutan resistensi
thd OAT tinggi
BTA
POSITIF
44. Principles of Therapy
Combination of drugs to avoid
selection of drug resistance
Prolonged treatment to ensure that
all bacterial destroyed to prevent
disease relapse
Shortest regimen : 6 months
(need PZA in 1st 2)
DOT – core management
48. KOMITMEN (DOKTER)
DIAGNOSIS UTAMA TB :
IDENTIFIKASI KUMAN (BTA) VIA
HAPUSAN DAHAK LANGSUNG
KETERSEDIAAN OBAT
PENGOBATAN JANGKA PENDEK &
PENGAWASAN LANGSUNG
PENCATATAN & PELAPORAN
YANG BAKU
1
2
3
4
5
49. Anti-tuberculosis Therapy
First Line Drugs
Isoniazid
Rifampin
Pyrazinamide
Ethambutol
Streptomycin
Second Line Drugs
Para-aminosalicylic acid
Capreomycin/Amikacin/
Kanamycin
Ethionamide
Cycloserine
Quinolones
50. 1. First – line Anti TB drugs ( OAT )
a. Isoniazed ( I N H ) ( H )
b. Rifampicin ( R )
c. Pyrazinamide P Z A ) ( Z )
d. Ethambutol ( E )
e. Injeksi Streptomycin ( S )
51. POPULASI
KUMAN TB
Intermittently growing
bacilli , Population<105
dorman
Intramacrophagic
location. Acid pH.
Population<105
Rapidly multiplying bacilli
Large number of bacilli
The need for
prolonged treatments.
WHY.......???
57. Adult Daily Dose of FDC Tabs
Body Weight KG Initial Phase
[RHZE]
Continuation
Phase [RH]
30-37 2 2
38-54 3 3
55-74 4 4
≥ 75 5 5
58. Prinsip Pengobatan TB di Fasyankes
Tujuan pengobatan TB
a.Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup.
b.Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau
dampak buruk selanjutnya.
c.Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d.Menurunkan risiko penularan TB
e.Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan
obat.
59. Jenis OAT Lini 1
OAT lini satu
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5
(4-6)
10
(8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
60. OAT Lini Dua ( Second Line )
Grup Golongan Jenis Obat
A
Florokuinolon Levofloksasin (Lfx)
Moksifloksasin (Mfx)
Gatifloksasin (Gfx)*
B
OAT suntik lini kedua Kanamisin (Km)
Amikasin (Am)*
Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)**
C
OAT oral lini Kedua Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
Clofazimin (Cfz)
Linezolid (Lzd)
D D1 OAT lini pertama Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
Isoniazid (H) dosis tinggi
D2 OAT baru Bedaquiline (Bdq)
Delamanid (Dlm)*
Pretonamid (PA-824)*
D3 OAT tambahan Asam para aminosalisilat (PAS)
Imipenem-silastatin (Ipm)*
Meropenem (Mpm)*
Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)*
62. Prinsip Pengobatan TB di Fasyankes
Tahapan Pengobatan
Tahap awal, diberikan setiap hari
Tujuan : menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan
Tahap lanjut
Tujuan : membunuh sisa sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
• Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien
TB
63. Prinsip Pengobatan TB di Fasyankes
Persiapan Sebelum Pengobatan
• Anamnesis ulang untuk memastikan kemungkinan
terdapatnya riwayat dan kecenderungan alergi obat
tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti status HIV,
diabetes mellitus, hepatitis, dll.
• Penimbangan berat badan
• Identifikasi kontak erat/serumah
• Memastikan data dasar pasien terisi dengan benar dan
terekam dalam sistem pencatatan yang digunakan.
64. Lanjutan ...
• Penetapan PMO
• Pemeriksaan adanya penyakit komorbid (HIV, DM)
• Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas
fasyankes wilayah jika diperlukan, untuk
memastikan alamat yang jelas dan kesiapan
keluarga untuk mendukung pengobatan melalui
kerjasama jejaring eksternal.
• Pemeriksaan baseline penunjang sesuai dengan
indikasi yang diperlukan
66. Tatalaksana Pengobatan TB
1.Pengobatan TB Sensitif obat Kategori 1
Pengobatan TB dewasa
Memakai OAT lini satu :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2. TB paru baru terdiagnosis klinis,
3. TB ekstra paru
67. Tatalaksana Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Berat Badan
Tahap Awal
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama
16 minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
68. Tatalaksana Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Berat Badan
Tahap Awal
tiap hari selama 56 hari
RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu selama 16
minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
69. Tatalaksana Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE /
4H3R3
Tahap
Pengoba
tan
Lama
Pengoba
tan
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kal
i
menela
n obat
Tablet
Isoniasi
d @ 300
mgr
Kaplet
Rifampisi
n @ 450
mgr
Tablet
Pirazinam
id @ 500
mgr
Tablet
Etambut
ol @
250 mgr
Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
70. Tatalaksana Pengobatan TB (Lanjutan)
Pengobatan TB dewasa Kategori 2
Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini satu
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
diberikan pada pasien:
1. Pasien kambuh,
2. Pasien gagal pada pengobatan Kategori ,
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
(loss to follow-up)
71. Tatalaksana Pengobatan TB (Lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) /5(HR)3E3
Berat Badan
Tahap Awal
tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT
+ 500 mg Streptomisin
inj.
2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT
+ 750 mg Streptomisin
inj.
3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT
+ 1000 mg
Streptomisin inj.
4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
≥71 kg 5 tab 4KDT
+ 1000mg Streptomisin
inj.
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
72. Tatalaksana Pengobatan TB (Lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE /
5H3R3E3
Tahap
Pengobatan
Lama
Pengob
atan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mgr
Kaplet
Rifampi
sin @
450
mgr
Tablet
Pirazinami
d @ 500
mgr
Etambutol
Strepto
misin
injeksi
Jumlah
hari/kali
menelan
obat
Tablet
@ 250
mgr
Tablet
@ 400
mgr
Tahap Awal
(dosis harian) 2 bulan
1 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0,75 gr
-
56
28
TahapLanjutan
(dosis 3x
semggu)
5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
73. Tatalaksana Pengobatan TB (Lanjutan)
Pemantauan kemajuan Pengobatan
Tabel Pemantauan kemajuan pengobatan dapat dilihat tabel berikut:
KATEGORI
PENGOBATAN
BULAN PENGOBATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Pasien baru
2(HRZE)/4(HR)
ӡ
(====) (====)
X
apabila
hasilnya BTA
positif,
dinyatakan
tidak
konversi*.
(-------)
( X )
(-------) (-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyataka
n gagal *
(-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyataka
n gagal*.
Pasien
pengobatan
ulang
2(HRZE)S
/(HRZE)/
5(HR)ӡEӡ
(====) (====) (====)
X
apabila
hasilnya BTA
positif,
dinyatakan
tidak
konversi*.
(-------)
( X )
(-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyataka
n gagal*
(-------) (-------) (-------)
X
apabila
hasilnya
BTA
positif,
dinyatak
an
gagal*
77. Kortikosteroid pada Pengobatan TB
Kortikosteroid diberikan pada kondisi :
• TB meningitis
• sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
• perikarditis TB
• TB milier dengan gangguan napas yang berat,
• efusi pleura TB
• TB abdomen dengan asites.
82. Penyebab Terjadinya TB RO
a. Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena :
• Diagnosis tidak tepat,
• Paduan pengobatan tidak tepat,
• Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu
pengobatan tidak adekuat,
• Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat
83. Penyebab Terjadinya TB RO (2)
b. Pasien, yaitu karena :
• Tidak mematuhi anjuran dokter/
petugas kesehatan.
• Tidak teratur menelan paduan OAT,
• Menghentikan pengobatan secara
sepihak sebelum waktunya.
• Gangguan penyerapan obat.
c. Program Pengendalian TB, yaitu
karena :
• Pengelolaan logistik OAT yang
kurang baik
• Kualitas OAT yang rendah.
84. Ada 2 mekanisme resistensi:
Resistensi primer (primary resistance):
resistensi yang terjadi pada pasien yang belum pernah
mendapat OAT atau sudah pernah mendapat terapi
tetapi kurang dari 1 bulan. Hal ini terjadi karena individu
terpajan kuman yang telah resisten OAT
Resistensi sekunder (acquired resistance):
resistensi yang terjadi pada pasien yang sebelumnya
pernah mendapat OAT minimal 1 bulan. Pengobatan
yang tidak adekuat akan menimbulkan seleksi terhadap
kuman yang resisten terhadap obat yang telah diberikan.
85.
86. Terdapat 4 jenis kategori resistensi
terhadap OAT:
• Mono-resistance: kekebalan terhadap salah satu OAT lini 1
• Poly-resistance: kekebalan terhadap lebih dari satu OAT lini 1, tetapi bukan
terhadap isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersama-sama.
• Multidrug-resistance (MDR): kekebalan terhadap sekurang-kurangnya H
dan R secara bersama-sama dengan atau tanpa OAT lini 1 yang lain.
• Extensive drug-resistance (XDR): MDR TB disertai dengan kebal terhadap
salah satu obat fluoroquinolon (OAT lini 2) dan salah satu dari OAT injeksi
lini 2 (Kanamisin, amikasin atau capromisin) .
87. Kriteria Terduga TB RO
1. Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2
2. Pasien TB yang tidak konversi pengobatan kategori 2
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB
yang tidak standar
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB yang tidak konversi pengobatan kategori 1
6. Pasien TB kambuh pengobatan kategori 1 atau
kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah putus berobat (loss to
follow-up)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat
dengan pasien TB RO
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara
klinis maupun bakteriologis terhadap pemberian OAT
10. Kriteria Lain-lain (TB dengan DM, TB primer)
89. 1. Pemeriksaan Laboratorium TB RO
Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan mikroskopis:
Pemeriksaan mikroskopis BTA dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen
dilaksanakan untuk mendukung
diagnosis dan sebagai pemeriksaan
lanjutan selama masa pengobatan.
Penegakan diagnosis pasien TB RO
ditetapkan oleh dokter fasyankes TB RO
atau Tim Ahli Klinis (TAK) berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium.
90. Pemeriksaan Laboratorium TB RO (2)
b. Pemeriksaan TCM TB
•Pemeriksaan TCM TB dilakukan untuk
menegakan diagnosis TB dan TB Resistan
Rifampisin.
•Pemeriksaan dengan TCM TB dapat
memberikan hasil dalam waktu yang relatif
cepat yaitu sekitar 2 jam.
•Pemeriksaan TCM TB tidak dapat digunakan
untuk memantau kemajuan pengobatan.
91.
92.
93.
94. Pemeriksaan Laboratorium TB RO (3)
c. Second Line – Line Probe Assay (SL-LPA)
•SL-LPA merupakan tes cepat (lebih kurang
48 jam) yang berbasis molekuler
•Dapat mendeteksi resistensi terhadap OAT
lini kedua yaitu golongan fluoroquinolone
dan obat injeksi lini kedua.
•Kapasitas pemeriksaan cukup besar
95. Pemeriksaan Laboratorium TB RO (4)
c. Second Line – Line Probe Assay (SL-LPA)
•Tidak menghilangkan kebutuhan terhadap uji
kepekaan fenotipik untuk OAT lini kedua.
•Sebagai diagnosis awal untuk mendeteksi
resistensi terhadap fluoroquinolone dan obat
injeksi lini kedua untuk pasien yang dari hasil
pemeriksaan TCM TB terkonfirmasi resisten
terhadap rifampisin.
96. Pemeriksaan Laboratorium TB RO (4)
d. Biakan dan identifikasi kuman M. tuberculosis
Biakan dan identifikasi kuman M. tuberculosis
dapat dilakukan pada media padat (LJ) maupun
media cair (MGIT)
•media padat: relatif lebih murah dibanding
media cair tetapi memerlukan waktu yang
lebih lama yaitu 3-8 minggu.
•media cair : hasil biakan sudah dapat
diketahui dalam waktu 1-2 minggu tetapi
memerlukan biaya yang lebih mahal.
97. Pemeriksaan Laboratorium TB RO (5)
e. Uji kepekaan M. tuberculosis terhadap OAT
• Saat ini uji kepekaan terhadap M. Tuberculosis dapat
dilakukan dengan cara konvensional dan TCM TB.
Ketepatan uji kepekaan M. tuberculosis yang dilakukan
dalam kondisi optimum bergantung kepada jenis obat
yang diuji.
• Uji kepekaan untuk OAT lini pertama dengan metode
konvensional, dilakukan untuk rifampisin (R), isoniazid (H),
streptomisin (S) dan, etambutol (E). Untuk OAT lini kedua,
uji kepekaan dilakukan untuk Amikasin (Am), Kanamisin
(Km) dan Ofloksasin (Ofl).
• Arah pengembangan (masih dalam proses) : Standardized
DST Package (SDP) ; Isoniazid, Kanamisin, Capreomisin,
Ofloksasin, Moksifloksasin
98. Penetapan Paduan dan Dosis OAT TB RO
di Indonesia
1. Paduan OAT Standar (RR/MDR) :
• Pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bln)
• Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bln)
2. Paduan OAT Individual
Diberikan kepada pasien yang memerlukan perubahan
paduan pengobatan yang fundamental dari pengobatan
OAT standar yang sudah digunakan sebelumnya
102. Paduan Pengobatan
4–6 Km – Mfx – Eto (Pto) – HDT – Cfz – E – Z / 5 Mfx– Cfz – E – Z
Catatan :
- Intoleransi Z, tidak bisa mendapatkan paduan jangka pendek
- Intoleransi E, paduan dapat diberikan tanpa E
- Intoleransi Km, dapat diganti dengan Cm
103. Cara Pemberian OAT
Pengobatan Jangka Pendek 9 – 11 bulan :
• Obat Oral dan Injeksi
• Diberikan setiap hari (7
hari, Senin s.d Minggu)
Tahap Awal
(4 – 6
bulan)
• Hanya obat oral saja
• Diberikan setiap hari (7
hari, Senin s.d Minggu)
Tahap
Lanjutan
(5 bulan)
105. Kriteria Pemberian Paduan Individual
1) TB Pre-XDR 2) TB XDR 3) TB MDR Kambuh
4) Gagal Pengobatan
Jangka Pendek
5) TB MDR yang
intoleransi salah
satu/lebih OAT Lini 2
pada Paduan Jangka
Pendek
6) Pasien LFU dari
Pengobatan yang
kembali berobat (lama
pengobatan>1 bulan)
106. PADUAN OAT STANDAR
Paduan OAT Standar Konvensional
Paduan OAT Standar Jangka Pendek
8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z - H / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - H
107. PADUAN OAT INDIVIDUAL
Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap fluoroquinolon tetapi sensitif
terhadap OAT suntik lini kedua (Pre-XDR):
• Untuk pasien Baru
• Alternatif dengan Bedaquiline
• Untuk pasien pengobatan ulang
• Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline
8-12 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Mfx - Eto - Cs – PAS-Z-
(E)-H
8-12 Km - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Eto - Cs - Z - (E) - H
12-18 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto – Cs - PAS - Z -
(E) - H
12-18 Km - Eto - Cs - Z- (E) – H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Z - (E) - H
108. PADUAN OAT INDIVIDUAL (2)
Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap OAT suntik lini kedua tetapi sensitif
terhadap fluorokuinolon (Pre-XDR) :
• Untuk pasien Baru
• Alternatif dengan Bedaquiline
• Untuk pasien pengobatan ulang
• Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline
8-12 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
8-12 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
12-18 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
12-18 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H
109. PADUAN OAT INDIVIDUAL (3)
Untuk pasien TB XDR :
• Untuk pasien Baru
• Alternatif dengan Bedaquiline
12-18 Cm - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto - Cs - PAS - Z - (E) - H
12-18 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z - (E) - H