SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Penyakit Jantung Bawaan
M.BAMBANG EDI S
Mengapa Penting ?
• PJB malformasi bawaan terbanyak pada bayi baru lahir (BBL)
• Prevalensi 6-13 tiap 1000 kelahiran hidup.
• Di Indonesia diperkirakan 50.000 BBL dengan PJB setiap tahun.
• PJB : kelainan bawaan penyebab kematian perinatal dan bayi terbesar
PJB kritis (Critical CHD)
• Proporsi 25% dari seluruh PJB
• PJB yang membutuhkan intervensi transkateter atau bedah dalam
tahun pertama kehidupan
• PJB sianosis (Cyanotic CHD) adalah PJB dengan lesi yang menyebabkan
terjadinya pencampuran sirkulasi darah tidak teroksigenasi/miskin
oksigen (deoxygenated blood) ke dalam sirkulasi sistemik melalui
pirau intrakardiak atau ekstrakardiak.
• PJB tergantung duktus (Ductaldependent CHD) adalah PJB dengan lesi
dengan pasokan darah sistemik atau paru atau pencampuran darah
kaya oksigen dengan darah miskin oksigen antara sirkulasi parallel
tergantung dari terbukanya duktus arteriosus. Penutupan duktus akan
menyebabkan kematian.
• PJB kritis yang terlambat didiagnosis merupakan penyebab kesakitan
dan kematian pada bayi.
• Bayi dengan PJB kritis dapat memperlihatkan manifestasi klinis segera
setelah lahir, dengan keadaan sakit yang berat dan mengancam jiwa
yang memerlukan intervensi cepat, tetapi dapat pula terlihat normal
sampai saat dipulangkan.
• Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk lesi dan perubahan
sirkulasi transisi yang terjadi.
• Manifestasi klinis yang berat PJB kritis dapat berupa
• syok,
• sianosis,
• nafas cepat (tachypnea) dan
• edema paru.
• Sebesar 20-25% PJB kritis terdiagnosis setelah keluar RS dan 5%
terdiagnosis setelah bayi meninggal (Swedia dan Inggris). Di Amerika 70%
bayi dengan PJB kritis tidak terdiagnosis sebelum umur 2 hari dan 20% di
antaranya dipulangkan ke rumah.
Penurunan Perfusi Sistemik
• Perfusi sistemik dinilai dari warna kulit, suhu kulit, tekanan darah,
pulsasi perifer dan waktu pengisian kapiler.
• Pemeriksaan pulsasi arteri pada ekstremitas bawah merupakan
bagian penting untuk evaluasi kelainan jantung pada bayi baru lahir
untuk identifikasi PJB kritis.
• Pemeriksaan pulsasi nadi ekstremitas bawah dapat dilakukan pada
arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri tibialis posterior.
Penurunan Perfusi Sistemik
• Pulsasi yang menurun atau tidak teraba di tempat tersebut (arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri tibialis posterior)
merupakan tanda penting untuk PJB kritis, karena merupakan tanda
adanya obstruksi saluran keluar ventrikel kiri, misalnya stenosis aorta
kritis, coarctasio aorta yang berat, interrupted aortic arch, hypoplasia
ventrikel kiri, dan disfungsi kardiak primer.
Penurunan Perfusi Sistemik
• Perfusi yang terganggu sering ditemukan pada bayi dengan sepsis dan
kelainan metabolik, sehingga bayi dengan lesi obstruktif ventrikel kiri
sering didiagnosis sebagai sepsis.
• Bayi dengan coarctasio yang signifikan mempunyai tekanan darah
ekstremitas atas lebih tinggi dibanding ekstremitas bawah,
ekstremitas bawah teraba lebih dingin dan tampak mottled yang
harus dibedakan dengan cutis marmorata.
• Pada obstruksi jantung kiri duktus sangat vital untuk memasok darah
ke sirkulasi sistemik, misalnya pada Hypoplastic left heart syndrome
(HLHS), Critical aortic valve stenosis, Critical coarctation of the aorta
(COA), dan Interrupted aortic arch.
• Penutupan duktus dapat menyebabkan penurunan perfusi sistemik
dan syok.
• Penurunan perfusi sistemik dapat pula terjadi pada Total anomalous
pulmonary venous drainage (TAPVD) yang mengalami obstruksi.
Sianosis
• Tanda penting untuk PJB kritis, akibat adanya peningkatan
deoxygenated hemoglobin ke dalam sirkulasi sistemik, walaupun
secara klinis seringkali tidak tampak bila desaturasi bersifat ringan
atau pada bayi dengan anemia.
• Sianosis pada PJB bersifat sentral karena terjadi pencampuran
sirkulasi darah tidak teroksigenasi (deoxygenated blood) ke dalam
sirkulasi sistemik melalui pirau intrakardiak atau ekstrakardiak.
• Pencampuran ini dapat terjadi pada tingkat arterial, atrial dan
ventricular. Pencampuran darah miskin oksigen ke sirkulasi sistemik
disertai adanya penurunan aliran darah paru terjadi pada pulmonary
atresia, Tetralogy of Fallot, dan tricuspid atresia.
• Pada bayi dengan obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, aliran
darah paru akan dipasok dari aorta melalui duktus arteriosus,
sehingga penutupan duktus menyebabkan perburukan klinis, seperti
asidosis metabolik, syok, henti jantung, kejang, kerusakan organ
tubuh lain, bahkan kematian.
• Kehidupan bayi dengan sirkulasi paru dan sistemik yang paralel,
seperti pada transposisi arteri besar tergantung pada pencampuran
darah kaya dan miskin oksigen di tingkat ventrikel, atrial dan arterial.
Terbukanya duktus memungkinkan terjadinya pencampuran sirkulasi
darah kaya oksigen dengan sirkulasi darah miskin oksigen di tingkat
arterial. Pencampuran yang tidak adekuat menyebabkan sianosis,
hipoksemia, asidosis, gagal organ dan kematian.
Sianosis sentral
• Sianosis sentral dapat terlihat pada lidah, gusi dan mukosa bukal dan lebih terlihat saat
menangis atau minum. Dibandingkan anak besar, sianosis pada bayi baru lahir seringkali
tidak tampak secara klinis, terutama bila desaturasi bersifat ringan atau pada bayi dengan
anemia, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan saturasi
oksigen.
• Bayi dengan sianosis dapat pula disebabkan oleh kelainan lain di luar jantung, seperti
kelainan struktur saluran nafas, respiratory distress syndrome, congenital or acquired
airway obstruction, pneumothorax, dan hypoventilation, methemoglobin, perfusi yang
buruk seperti pada sepsis, hypoglikemia, dehidrasi, dan hypoadrenalism, persistent
pulmonary hypertension.9
•
• Tekanan darah ventrikel kiri > kanan
• Shunt :
• BBL : tekanan darah pulmonal tinggi
sehingga kalaupun ada VSD, shunt belum
terjadi/ bising belum terdengar
• Tekanan darah pulmonal menurun dan
menjadi normal pada usia 6-8 minggu 
jika ada VSD akan terjadi shunt dari kiri ke
kanan
• Makin lama terjadi kekakuan vasa
pulmonal  tekanan darah pulmonal
meninggi  hipertensi pulmonal  shunt
berbalik dari kanan ke kiri  sianosis
(sindrom Eisenmenger.
Aliran darah normal :
• atrium ke ventrikel
• Ventrikel kiri ke aorta-
sistemik
• Ventrikel kanan ke –
a.pulmonal- paru
Gejala Dan Tanda PJB Pada Sistem Respirasi
• Perubahan pada frekuensi dan kualitas nafas yang harus dibedakan
terutama akibat kelainan pada saluran nafas dan paru.
• Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk mencari etiologi bila ditemukan
bayi dengan takipneu, apakah kelainan jantung atau organ lain.
• Tanda yang lebih mengarah kepada kelainan pada saluran nafas dan
paru bila didapatkan adanya peningkatan usaha nafas seperti retraksi,
pernafasan cuping hidung, bunyi nafas abnormal atau adanya bunyi
nafas tambahan, seperti penurunan atau peningkatan suara nafas,
stridor, grunting, crackles.
• Pada bayi dengan PJB kritis adanya nafas cepat seringkali tidak disertai
usaha nafas yang menonjol tanpa disertai bunyi nafas tambahan.
• Bayi dapat memperlihatkan nafas yang cepat atau kesulitan bernafas,
sesak yang bertambah saat minum, atau batuk terus menerus,
kesulitan minum, berupa terbatasnya jumlah minum, atau
membutuhkan waktu yang lama saat minum, minum yang terputus
karena perlu istirahat atau tertidur, tersedak atau muntah.
• Hal ini terjadi akibat peningkatan aliran darah paru yang berlebihan,
seperti pada Truncus arteriosus, TAPVD, lesi dengan pirau kiri ke
kanan seperti pada PDA atau VSD besar.
• Gejala ini umumnya dapat terlihat mulai 4 jam sampai 6 minggu
setelah lahir karena penurunan resistensi vaskular paru.
SIANOSIS : PJB ATAU MASALAH PARU ?
Murmur/ Bising jantung
• Murmur seringkali dihubungkan dengan PJB, tetapi tidak semua PJB disertai
murmur dan bayi dengan murmur tidak selalu disertai kelainan struktur
jantung yang berat.
• Sampai saat ini murmur pada bayi baru lahir sering disalahartikan sebagai
tanda kelainan jantung yang harus segera dirujuk.
• Murmur saja tanpa sianosis, perfusi yang menurun atau takipneu bukan
merupakan tanda PJB kritis dan tidak perlu segera dirujuk.
• Murmur dapat ditemukan pada bayi normal tanpa kelainan jantung, tetapi
tidak ditemukan pada 50% bayi dengan kelainan jantung yang simtomatis
dan kritis, sehingga murmur mempunyai nilai yang tidak signifikan untuk
menilai PJB kritis dan hanya memerlukan evaluasi ulang untuk menentukan
kelainan yang mendasarinya.
Murmur
• Pemahaman perubahan sirkulasi dan hemodinamik yang terjadi
secara alamiah pada bayi lahir akan mempengaruhi presentasi klinis.
Murmur terdengar makin jelas setelah bayi berumur 4-8 minggu pada
saat tahanan vaskular paru sudah menurun.
• Kecepatan turbulensi darah tidak cukup untuk menimbulkan murmur
seperti pada hypoplastic left heart syndrome (HLHS), Transposition of
the Great Artery (TGA), total anomalous pulmonary venous drainage
(TAPVD), Pulmonary Atresia, dan kardiomyopati. Peningkatan
resistensi vaskular paru mengurangi aliran darah, sehingga jumlah
dan kecepatan darah yang melewati tidak cukup untuk sampai
terdengar pada auskultasi sebagai murmur.
Pertumbuhan Yang Tidak Optimal
• Penilaian terhadap pertumbuhan sangat penting untuk menilai
adanya kelainan jantung lebih dini terutama pada saat bulan pertama
atau lebih setelah lahir. Bayi dengan PJB dapat mengalami kesulitan
minum, berupa terbatasnya jumlah minum, atau membutuhkan
waktu yang lama saat minum, sering terputus karena perlu istirahat
atau lebih cepat tertidur, tersedak, dan muntah.
• Selain itu bayi dengan PJB berisiko mengalami ketidakseimbangan
energi akibat adanya peningkatan kebutuhan energi, kesulitan
minum, asupan nutrisi yang tidak adekuat, gangguan absorpsi saluran
pencernaan dan regulasi pertumbuhan yang terganggu.
PERANAN PULSE OXIMETRY
UNTUK SKRINING PJB KRITIS
• Identifikasi dan deteksi PJB kritis sulit dilakukan hanya dengan
pemeriksaan fisis saja. Bahkan program fetal echocardiography
terbukti gagal untuk dapat meningkatkan angka deteksi.
• Banyak penelitian menyebutkan pemeriksaan pulse oksimetry yang
melengkapi pemeriksaan fisis dapat meningkatkan efektivitas deteksi
dini PJB kritis, dengan sensitivitas 76,5% dan spesifitas 99%.
PERANAN PULSE OXIMETRY
UNTUK SKRINING PJB KRITIS
• Non-invasif dan tidak menyakitkan, murah dan mudah disediakan,
walaupun hasil tes negatif belum menyingkirkan kemungkinan
kelainan jantung dan hasil tes positif tidak selalu disebabkan kelainan
jantung, dengan false positif sebesar 0,14%.
• Skrining PJB kritis menggunakan pulse oximetry merupakan program
yang penting dengan tujuan memperbaiki luaran anak dengan
mengenali secara dini PJB kritis sebelum terjadi gejala dan
dekompensasi kardiovaskular.
• Batas normal saturasi oksigen adalah 95% atau lebih.
• Saturasi oksigen arterial dalam 24 jam pertama setelah lahir
memperlihatkan hasil yang bervariasi dan banyak bayi baru lahir yang
sehat mempunyai saturasi kurang dari 95%, sehingga screening
sebelum 24 jam memberikan hasil false-positive yang signifikan.
diulang setelah 24 jam .
• Saran : Pengukuran pulse oximetry yang dilakukan pada tangan kanan
dan kaki  meningkatkan sensitivitas tanpa menurunkan spesifitas.
• PJB kritis dianggap positif pada pengukuran pulse oxymetri bila
saturasi kurang dari 95% pada tangan atau kaki atau perbedaan
tangan dengan kaki ≥3%, dengan sensitivitas mencapai 98,5%,
spesifitas 96%, positive predictive value 89%, dan negative predictive
value 99.5%
Aplikasi skrining
• Pemeriksaan pulse oximetry untuk skrining PJB kritis dilakukan pada
bayi bugar yang belum memperlihatkan gejala dan tanda kelainan
jantung pada pemeriksaan fisis, dilakukan di ruang bayi pada umur
lebih dari 24 jam atau paling sedikit sebelum dipulangkan
• Skrining dapat dilakukan pada bayi yang lahir di rumah, yang
dilakukan pada tangan kanan dan salah satu kaki, dalam keadaan
tenang dan tanpa pemberian oksigen
Interpretasi skrining Sp)2
• Hasil disebut positif (gagal) bila hasil pengukuran pulse oximetry
kurang dari 90% pada kedua tempat pengukuran
• Hasil negatif (lolos) bila saturasi di tangan kanan dan kaki ≥ 95% dan
perbedaan di kedua tempat ≤ 3%,
• Diulang bila hasil pengukuran saturasi 90% - <95% atau perbedaan di
tangan kanan dan kaki > 3%, (diulang dalam 1 jam). Bila hasil ulang
masih tetap sama seperti pemeriksaan pertama disebut positif
(gagal).
• Perlu diingat hasil negatif bukan berarti telah menyingkirkan kelainan
jantung sama sekali. Hasil positif memerlukan evaluasi lebih lanjut
berupa monitoring pulse oximetry kontinyu dan echocardiography
Target Skrining PJB
• PJB pada bayi baru lahir sulit dideteksi hanya dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisis saja karena adanya proses perubahan sirkulasi
transisi intrauterin ke ekstrauterin.
• Sianosis, perfusi sistemik yang menurun, nafas cepat atau bunyi
jantung tambahan seringkali belum terlalu jelas bermanifestasi pada
bayi baru lahir. Oleh karena itu diperlukan pendekatan praktis yang
dapat dilakukan oleh primary care provider dalam praktek sehari-hari
untuk meningkatkan identifikasi dan deteksi dini PJB kritis, sebelum
timbul komplikasi.
Target Skrining PJB
• Informasi yang diperoleh untuk evaluasi harus menuntun secara logis,
mulai dari mengenali tanda utama, menentukan proses patofisiologi yang
terjadi dan menentukan diagnosis yang spesifik.
• Menurut AAP, utamanya untuk 7 PJB ini :
1. Hypoplastic left heart syndrome
2. Pulmonary atresia
3. Tetralogy of Fallot
4. Total anomalous pulmonary venous return
5. Transposition of the great arteries
6. Tricuspid atresia
7. 7. Truncus arteriosus
Target skrining
• Selain itu CDC menambahkan lesi lain sebagai target skrining:
1. Coarctation of the aorta
2. Double-outlet right ventricle
3. Ebstein’s anomaly
4. Interrupted aortic arch
5. Single ventricle
6. PJB sianosis kritis lain
RINGKASAN
1. Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan paling
banyak pada bayi baru lahir.
2. PJB kritis adalah PJB dengan lesi yang membutuhkan pembedahan
atau intervensi kateter dalam tahun pertama kehidupan, dengan
proporsi 25% dari seluruh bayi baru lahir dengan PJB, serta merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada bayi bila terlambat didiagnosis.
Anamnesis
Untuk Identifikasi Faktor Risiko
• Kondisi atau penyakit pada ibu saat hamil,
• umur kehamilan,
• infeksi perinatal,
• kelainan genetis,
• riwayat keluarga dengan PJB,
• Fetal echo yang mengindikasikan adanya PJB.
Anamnesis
• Risiko terjadinya PJB meningkat bila terdapat riwayat keluarga, terutama
ayah, ibu, dan saudara kandung dengan PJB, kelahiran kurang bulan, serta
penyakit pada ibu seperti diabetes mellitus, hipertensi, obesitas,
phenylketonuria, kelainan thyroid, lupus, dan epilepsi.
• Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, seperti fenitoin dan retinoic
acid, merokok, konsumsi alkohol, infeksi rubella, influenza atau flu-like
illness dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya PJB.
• Congenital cardiomyopathy dapat disebabkan oleh cytomegalovirus,
coxsackie, herpes virus 6, parvovirus B19, herpes simplex, toxoplasmosis
gondii, dan human immunodeficiency virus (HIV).
• Kelainan genetik (7%) dan kelainan ekstrakardiak (22%) sering ditemukan
pada bayi dengan PJB.
• Bayi dengan PJB kritis umumnya mempunyai riwayat persalinan tanpa
komplikasi dengan APGAR score yang baik.
• Gejala dan tanda tidak tampak setelah persalinan, karena dipengaruhi
oleh perubahan sirkulasi transisisi yang terjadi secara bertahap,
beberapa jam, hari bahkan minggu.
• Duktus arteriosus masih memberikan suplai darah yang adekuat
segera setelah lahir, sehingga sianosis belum muncul.
• Bayi dapat terlihat sianosis terutama bila minum atau menangis, dan
seringkali tanpa disertai distress nafas, retraksi, grunting, atau
pernafasan cuping hidung.
• Bayi dengan perfusi sistemik yang menurun umumnya stabil segera setelah
lahir tetapi kemudian memperlihatkan minum yang tidak adekuat, tampak
pucat, diaphoresis dan takipneu, yang dapat terjadi sampai 3-4 minggu
setelah lahir.
• Takipneu yang terjadi pada PJB umumnya terjadi perlahan mengikuti
penurunan resistensi vaskular paru, berbeda pada kelainan saluran nafas
dan paru yang lebih sering terjadi segera setelah lahir.
• Sianosis pada bayi dengan kelainan paru primer umumnya disertai distress
nafas yang berat yang memerlukan ventilasi mekanik. Bayi dengan
hipertensi pulmonal dengan distress nafas yang ringan atau sedang disertai
riwayat adanya faktor risiko seperti asfiksia atau aspirasi meconium, kecil
untuk masa kehamilan atau penggunaan obat-obatan seperti NSAID pada
ibu.
•
Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara sistematis dan lengkap,
terutama difokuskan untuk mengenali tiga tanda utama yaitu sianosis,
perfusi sistemik yang menurun dan adanya tanda gangguan nafas,
terutama takipneu, perubahan bunyi jantung dan identifikasi murmur
serta kurva pertumbuhan untuk bayi mulai bulan pertama.
• Pemeriksaan jantung yang lengkap meliputi inspeksi impulse jantung,
adanya thrill dan auskultasi bunyi jantung untuk menilai bunyi jantung
normal dan bunyi jantung tambahan. Bayi baru lahir sampai umur 6
hari mempunyai laju jantung normal 90 – 160 x/menit.
Pemeriksaan Fisis
• Palpasi precordial menentukan apakah letak jantung normal atau
berubah, serta menilai peningkatan aktivitas ventrikel. Penilaian bunyi
jantung pertama dan kedua penting dilakukan.
• Bunyi jantung ke-2 terdengar splits saat inspirasi dan tunggal saat
expirasi. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal pada atresia katup
semilunar, truncus arteriosus, pulmonary stenosis berat dan Tetralogy
of Fallot. Bunyi jantung ke-2 yang terdengar widely atau fixed split
terjadi pada atrial septal defect dan kelainan lain yang menyebabkan
kelebihan volume di ventrikel kanan.
• Bunyi jantung tambahan dapat menandakan adanya kelainan jantung
seperti clicks, gallop, pericardial friction rubs, dan terutama murmur.
• Kelainan ekstrakardiak seringkali didapatkan pada anak dengan PJB.
• PJB dapat merupakan salah satu bagian dari sindrom atau kelainan
kromosom tertentu.
• Penampilan dismorfik dapat memberikan petunjuk untuk investigasi
penyakit jantung bawaan, seperti pada Sindrom Down, Sindrom
William, Sindrom rubella kongenital dan lain-lain.
• Kunjungan ulang saat umur 1 bulan atau lebih bertujuan untuk
identifikasi bayi dengan PJB dan menentukan bayi mana yang
memerlukan rujukan, evaluasi lebih lanjut dan terapi lebih lanjut
untuk kelainan jantungnya.
• PJB kritis terutama PJB dengan lesi tergantung duktus sudah tidak
menjadi perhatian utama untuk kunjungan rutin diatas 1 bulan, tetapi
lebih difokuskan untuk identifikasi PJB kritis dengan lesi yang tidak
tergantung duktus.
• Evaluasi pada kunjungan ulang 1 bulan terutama untuk menilai pola
nafas dan pola pertumbuhan selain bunyi jantung tambahan, sianosis,
dan gangguan perfusi sistemik.
• Pola pertumbuhan dapat dinilai dengan pengukuran berat badan,
tinggi badan, dan lingkar kepala, melakukan plotting pada kurva
pertumbuhan seperti yang terdapat pada kartu menuju sehat.
• Kelainan jantung dapat ditandai oleh adanya nafas cepat disertai
diaphoresis saat minum, disertai kenaikan berat badan yang tidak
adekuat. Bayi dengan pertumbuhan yang baik umumnya jarang
mempunyai masalah dengan kelainan jantung yang memerlukan
intervensi segera.
RINGKASAN
3. Peningkatan deteksi dini PJB kritis pada bayi dapat dilakukan dengan
identifikasi faktor risiko, pemeriksaan fisis untuk mencari tanda utama
yaitu sianosis, gangguan perfusi dengan pemeriksaan pulsasi arteri
tungkai bawah, adanya takipneu, serta adanya gangguan pertumbuhan
dan murmur pada bayi yang berumur satu bulan atau lebih.
4. Pemeriksaan pulse oximetry yang melengkapi pemeriksaan fisis
dilakukan bila tidak didapatkan tanda-tanda utama PJB kritis.
Identifikasi dini dan rujukan yang tepat untuk PJB kritis secara tidak
langsung dapat menurunkan angka kematian bayi

More Related Content

Similar to PPT KPenyakit Jantung Bawaan Kritis.pptx

Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenitalPraktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Edi Fitriyanto
 

Similar to PPT KPenyakit Jantung Bawaan Kritis.pptx (20)

Askep tetralogi of fallot (2)
Askep tetralogi of fallot (2)Askep tetralogi of fallot (2)
Askep tetralogi of fallot (2)
 
Defek Septum Ventrikel
Defek Septum VentrikelDefek Septum Ventrikel
Defek Septum Ventrikel
 
Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
Askep tetralogi of fallot (2) AKPER PEMKAB MUNA
 
Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)Embriologi jantung (1)
Embriologi jantung (1)
 
Tetralogi of fallot AKPER PEMKAB MUNA
Tetralogi of fallot AKPER PEMKAB MUNA Tetralogi of fallot AKPER PEMKAB MUNA
Tetralogi of fallot AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelompok 7a Penyakit Jantung Bawaan
Kelompok 7a Penyakit Jantung BawaanKelompok 7a Penyakit Jantung Bawaan
Kelompok 7a Penyakit Jantung Bawaan
 
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptxNON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
NON NEOPLASTIK KARDIO.pptx
 
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah pykit jantung bawaan AKPER PEMKAB MUNA
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 
ASKEP jantung anak.pptx
ASKEP jantung anak.pptxASKEP jantung anak.pptx
ASKEP jantung anak.pptx
 
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenitalPraktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
Praktikum pa-blok 2.3-kelainan-jantung-kongenital
 
144395486 case-report-cad-omi
144395486 case-report-cad-omi144395486 case-report-cad-omi
144395486 case-report-cad-omi
 
Penyakit jantung
Penyakit jantungPenyakit jantung
Penyakit jantung
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Penyakit jantung bawaan
Penyakit jantung bawaanPenyakit jantung bawaan
Penyakit jantung bawaan
 
PPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptxPPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptx
 
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaanBeberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
 
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaanBeberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
 
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaanBeberapa masalah penyakit jantung bawaan
Beberapa masalah penyakit jantung bawaan
 
Acyanotic congenital heart defect
Acyanotic congenital heart defectAcyanotic congenital heart defect
Acyanotic congenital heart defect
 

Recently uploaded

Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
PutriKemala3
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 

PPT KPenyakit Jantung Bawaan Kritis.pptx

  • 2. Mengapa Penting ? • PJB malformasi bawaan terbanyak pada bayi baru lahir (BBL) • Prevalensi 6-13 tiap 1000 kelahiran hidup. • Di Indonesia diperkirakan 50.000 BBL dengan PJB setiap tahun. • PJB : kelainan bawaan penyebab kematian perinatal dan bayi terbesar
  • 3. PJB kritis (Critical CHD) • Proporsi 25% dari seluruh PJB • PJB yang membutuhkan intervensi transkateter atau bedah dalam tahun pertama kehidupan • PJB sianosis (Cyanotic CHD) adalah PJB dengan lesi yang menyebabkan terjadinya pencampuran sirkulasi darah tidak teroksigenasi/miskin oksigen (deoxygenated blood) ke dalam sirkulasi sistemik melalui pirau intrakardiak atau ekstrakardiak.
  • 4. • PJB tergantung duktus (Ductaldependent CHD) adalah PJB dengan lesi dengan pasokan darah sistemik atau paru atau pencampuran darah kaya oksigen dengan darah miskin oksigen antara sirkulasi parallel tergantung dari terbukanya duktus arteriosus. Penutupan duktus akan menyebabkan kematian.
  • 5. • PJB kritis yang terlambat didiagnosis merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi. • Bayi dengan PJB kritis dapat memperlihatkan manifestasi klinis segera setelah lahir, dengan keadaan sakit yang berat dan mengancam jiwa yang memerlukan intervensi cepat, tetapi dapat pula terlihat normal sampai saat dipulangkan. • Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk lesi dan perubahan sirkulasi transisi yang terjadi.
  • 6. • Manifestasi klinis yang berat PJB kritis dapat berupa • syok, • sianosis, • nafas cepat (tachypnea) dan • edema paru. • Sebesar 20-25% PJB kritis terdiagnosis setelah keluar RS dan 5% terdiagnosis setelah bayi meninggal (Swedia dan Inggris). Di Amerika 70% bayi dengan PJB kritis tidak terdiagnosis sebelum umur 2 hari dan 20% di antaranya dipulangkan ke rumah.
  • 7. Penurunan Perfusi Sistemik • Perfusi sistemik dinilai dari warna kulit, suhu kulit, tekanan darah, pulsasi perifer dan waktu pengisian kapiler. • Pemeriksaan pulsasi arteri pada ekstremitas bawah merupakan bagian penting untuk evaluasi kelainan jantung pada bayi baru lahir untuk identifikasi PJB kritis. • Pemeriksaan pulsasi nadi ekstremitas bawah dapat dilakukan pada arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri tibialis posterior.
  • 8. Penurunan Perfusi Sistemik • Pulsasi yang menurun atau tidak teraba di tempat tersebut (arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri tibialis posterior) merupakan tanda penting untuk PJB kritis, karena merupakan tanda adanya obstruksi saluran keluar ventrikel kiri, misalnya stenosis aorta kritis, coarctasio aorta yang berat, interrupted aortic arch, hypoplasia ventrikel kiri, dan disfungsi kardiak primer.
  • 9. Penurunan Perfusi Sistemik • Perfusi yang terganggu sering ditemukan pada bayi dengan sepsis dan kelainan metabolik, sehingga bayi dengan lesi obstruktif ventrikel kiri sering didiagnosis sebagai sepsis. • Bayi dengan coarctasio yang signifikan mempunyai tekanan darah ekstremitas atas lebih tinggi dibanding ekstremitas bawah, ekstremitas bawah teraba lebih dingin dan tampak mottled yang harus dibedakan dengan cutis marmorata.
  • 10. • Pada obstruksi jantung kiri duktus sangat vital untuk memasok darah ke sirkulasi sistemik, misalnya pada Hypoplastic left heart syndrome (HLHS), Critical aortic valve stenosis, Critical coarctation of the aorta (COA), dan Interrupted aortic arch. • Penutupan duktus dapat menyebabkan penurunan perfusi sistemik dan syok. • Penurunan perfusi sistemik dapat pula terjadi pada Total anomalous pulmonary venous drainage (TAPVD) yang mengalami obstruksi.
  • 11. Sianosis • Tanda penting untuk PJB kritis, akibat adanya peningkatan deoxygenated hemoglobin ke dalam sirkulasi sistemik, walaupun secara klinis seringkali tidak tampak bila desaturasi bersifat ringan atau pada bayi dengan anemia. • Sianosis pada PJB bersifat sentral karena terjadi pencampuran sirkulasi darah tidak teroksigenasi (deoxygenated blood) ke dalam sirkulasi sistemik melalui pirau intrakardiak atau ekstrakardiak.
  • 12. • Pencampuran ini dapat terjadi pada tingkat arterial, atrial dan ventricular. Pencampuran darah miskin oksigen ke sirkulasi sistemik disertai adanya penurunan aliran darah paru terjadi pada pulmonary atresia, Tetralogy of Fallot, dan tricuspid atresia. • Pada bayi dengan obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, aliran darah paru akan dipasok dari aorta melalui duktus arteriosus, sehingga penutupan duktus menyebabkan perburukan klinis, seperti asidosis metabolik, syok, henti jantung, kejang, kerusakan organ tubuh lain, bahkan kematian.
  • 13. • Kehidupan bayi dengan sirkulasi paru dan sistemik yang paralel, seperti pada transposisi arteri besar tergantung pada pencampuran darah kaya dan miskin oksigen di tingkat ventrikel, atrial dan arterial. Terbukanya duktus memungkinkan terjadinya pencampuran sirkulasi darah kaya oksigen dengan sirkulasi darah miskin oksigen di tingkat arterial. Pencampuran yang tidak adekuat menyebabkan sianosis, hipoksemia, asidosis, gagal organ dan kematian.
  • 14. Sianosis sentral • Sianosis sentral dapat terlihat pada lidah, gusi dan mukosa bukal dan lebih terlihat saat menangis atau minum. Dibandingkan anak besar, sianosis pada bayi baru lahir seringkali tidak tampak secara klinis, terutama bila desaturasi bersifat ringan atau pada bayi dengan anemia, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan saturasi oksigen. • Bayi dengan sianosis dapat pula disebabkan oleh kelainan lain di luar jantung, seperti kelainan struktur saluran nafas, respiratory distress syndrome, congenital or acquired airway obstruction, pneumothorax, dan hypoventilation, methemoglobin, perfusi yang buruk seperti pada sepsis, hypoglikemia, dehidrasi, dan hypoadrenalism, persistent pulmonary hypertension.9 •
  • 15. • Tekanan darah ventrikel kiri > kanan • Shunt : • BBL : tekanan darah pulmonal tinggi sehingga kalaupun ada VSD, shunt belum terjadi/ bising belum terdengar • Tekanan darah pulmonal menurun dan menjadi normal pada usia 6-8 minggu  jika ada VSD akan terjadi shunt dari kiri ke kanan • Makin lama terjadi kekakuan vasa pulmonal  tekanan darah pulmonal meninggi  hipertensi pulmonal  shunt berbalik dari kanan ke kiri  sianosis (sindrom Eisenmenger. Aliran darah normal : • atrium ke ventrikel • Ventrikel kiri ke aorta- sistemik • Ventrikel kanan ke – a.pulmonal- paru
  • 16.
  • 17. Gejala Dan Tanda PJB Pada Sistem Respirasi • Perubahan pada frekuensi dan kualitas nafas yang harus dibedakan terutama akibat kelainan pada saluran nafas dan paru. • Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk mencari etiologi bila ditemukan bayi dengan takipneu, apakah kelainan jantung atau organ lain. • Tanda yang lebih mengarah kepada kelainan pada saluran nafas dan paru bila didapatkan adanya peningkatan usaha nafas seperti retraksi, pernafasan cuping hidung, bunyi nafas abnormal atau adanya bunyi nafas tambahan, seperti penurunan atau peningkatan suara nafas, stridor, grunting, crackles.
  • 18. • Pada bayi dengan PJB kritis adanya nafas cepat seringkali tidak disertai usaha nafas yang menonjol tanpa disertai bunyi nafas tambahan. • Bayi dapat memperlihatkan nafas yang cepat atau kesulitan bernafas, sesak yang bertambah saat minum, atau batuk terus menerus, kesulitan minum, berupa terbatasnya jumlah minum, atau membutuhkan waktu yang lama saat minum, minum yang terputus karena perlu istirahat atau tertidur, tersedak atau muntah.
  • 19. • Hal ini terjadi akibat peningkatan aliran darah paru yang berlebihan, seperti pada Truncus arteriosus, TAPVD, lesi dengan pirau kiri ke kanan seperti pada PDA atau VSD besar. • Gejala ini umumnya dapat terlihat mulai 4 jam sampai 6 minggu setelah lahir karena penurunan resistensi vaskular paru.
  • 20. SIANOSIS : PJB ATAU MASALAH PARU ?
  • 21. Murmur/ Bising jantung • Murmur seringkali dihubungkan dengan PJB, tetapi tidak semua PJB disertai murmur dan bayi dengan murmur tidak selalu disertai kelainan struktur jantung yang berat. • Sampai saat ini murmur pada bayi baru lahir sering disalahartikan sebagai tanda kelainan jantung yang harus segera dirujuk. • Murmur saja tanpa sianosis, perfusi yang menurun atau takipneu bukan merupakan tanda PJB kritis dan tidak perlu segera dirujuk. • Murmur dapat ditemukan pada bayi normal tanpa kelainan jantung, tetapi tidak ditemukan pada 50% bayi dengan kelainan jantung yang simtomatis dan kritis, sehingga murmur mempunyai nilai yang tidak signifikan untuk menilai PJB kritis dan hanya memerlukan evaluasi ulang untuk menentukan kelainan yang mendasarinya.
  • 22. Murmur • Pemahaman perubahan sirkulasi dan hemodinamik yang terjadi secara alamiah pada bayi lahir akan mempengaruhi presentasi klinis. Murmur terdengar makin jelas setelah bayi berumur 4-8 minggu pada saat tahanan vaskular paru sudah menurun. • Kecepatan turbulensi darah tidak cukup untuk menimbulkan murmur seperti pada hypoplastic left heart syndrome (HLHS), Transposition of the Great Artery (TGA), total anomalous pulmonary venous drainage (TAPVD), Pulmonary Atresia, dan kardiomyopati. Peningkatan resistensi vaskular paru mengurangi aliran darah, sehingga jumlah dan kecepatan darah yang melewati tidak cukup untuk sampai terdengar pada auskultasi sebagai murmur.
  • 23. Pertumbuhan Yang Tidak Optimal • Penilaian terhadap pertumbuhan sangat penting untuk menilai adanya kelainan jantung lebih dini terutama pada saat bulan pertama atau lebih setelah lahir. Bayi dengan PJB dapat mengalami kesulitan minum, berupa terbatasnya jumlah minum, atau membutuhkan waktu yang lama saat minum, sering terputus karena perlu istirahat atau lebih cepat tertidur, tersedak, dan muntah. • Selain itu bayi dengan PJB berisiko mengalami ketidakseimbangan energi akibat adanya peningkatan kebutuhan energi, kesulitan minum, asupan nutrisi yang tidak adekuat, gangguan absorpsi saluran pencernaan dan regulasi pertumbuhan yang terganggu.
  • 24. PERANAN PULSE OXIMETRY UNTUK SKRINING PJB KRITIS • Identifikasi dan deteksi PJB kritis sulit dilakukan hanya dengan pemeriksaan fisis saja. Bahkan program fetal echocardiography terbukti gagal untuk dapat meningkatkan angka deteksi. • Banyak penelitian menyebutkan pemeriksaan pulse oksimetry yang melengkapi pemeriksaan fisis dapat meningkatkan efektivitas deteksi dini PJB kritis, dengan sensitivitas 76,5% dan spesifitas 99%.
  • 25. PERANAN PULSE OXIMETRY UNTUK SKRINING PJB KRITIS • Non-invasif dan tidak menyakitkan, murah dan mudah disediakan, walaupun hasil tes negatif belum menyingkirkan kemungkinan kelainan jantung dan hasil tes positif tidak selalu disebabkan kelainan jantung, dengan false positif sebesar 0,14%. • Skrining PJB kritis menggunakan pulse oximetry merupakan program yang penting dengan tujuan memperbaiki luaran anak dengan mengenali secara dini PJB kritis sebelum terjadi gejala dan dekompensasi kardiovaskular.
  • 26. • Batas normal saturasi oksigen adalah 95% atau lebih. • Saturasi oksigen arterial dalam 24 jam pertama setelah lahir memperlihatkan hasil yang bervariasi dan banyak bayi baru lahir yang sehat mempunyai saturasi kurang dari 95%, sehingga screening sebelum 24 jam memberikan hasil false-positive yang signifikan. diulang setelah 24 jam . • Saran : Pengukuran pulse oximetry yang dilakukan pada tangan kanan dan kaki  meningkatkan sensitivitas tanpa menurunkan spesifitas.
  • 27. • PJB kritis dianggap positif pada pengukuran pulse oxymetri bila saturasi kurang dari 95% pada tangan atau kaki atau perbedaan tangan dengan kaki ≥3%, dengan sensitivitas mencapai 98,5%, spesifitas 96%, positive predictive value 89%, dan negative predictive value 99.5%
  • 28. Aplikasi skrining • Pemeriksaan pulse oximetry untuk skrining PJB kritis dilakukan pada bayi bugar yang belum memperlihatkan gejala dan tanda kelainan jantung pada pemeriksaan fisis, dilakukan di ruang bayi pada umur lebih dari 24 jam atau paling sedikit sebelum dipulangkan • Skrining dapat dilakukan pada bayi yang lahir di rumah, yang dilakukan pada tangan kanan dan salah satu kaki, dalam keadaan tenang dan tanpa pemberian oksigen
  • 29. Interpretasi skrining Sp)2 • Hasil disebut positif (gagal) bila hasil pengukuran pulse oximetry kurang dari 90% pada kedua tempat pengukuran • Hasil negatif (lolos) bila saturasi di tangan kanan dan kaki ≥ 95% dan perbedaan di kedua tempat ≤ 3%, • Diulang bila hasil pengukuran saturasi 90% - <95% atau perbedaan di tangan kanan dan kaki > 3%, (diulang dalam 1 jam). Bila hasil ulang masih tetap sama seperti pemeriksaan pertama disebut positif (gagal). • Perlu diingat hasil negatif bukan berarti telah menyingkirkan kelainan jantung sama sekali. Hasil positif memerlukan evaluasi lebih lanjut berupa monitoring pulse oximetry kontinyu dan echocardiography
  • 30. Target Skrining PJB • PJB pada bayi baru lahir sulit dideteksi hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis saja karena adanya proses perubahan sirkulasi transisi intrauterin ke ekstrauterin. • Sianosis, perfusi sistemik yang menurun, nafas cepat atau bunyi jantung tambahan seringkali belum terlalu jelas bermanifestasi pada bayi baru lahir. Oleh karena itu diperlukan pendekatan praktis yang dapat dilakukan oleh primary care provider dalam praktek sehari-hari untuk meningkatkan identifikasi dan deteksi dini PJB kritis, sebelum timbul komplikasi.
  • 31. Target Skrining PJB • Informasi yang diperoleh untuk evaluasi harus menuntun secara logis, mulai dari mengenali tanda utama, menentukan proses patofisiologi yang terjadi dan menentukan diagnosis yang spesifik. • Menurut AAP, utamanya untuk 7 PJB ini : 1. Hypoplastic left heart syndrome 2. Pulmonary atresia 3. Tetralogy of Fallot 4. Total anomalous pulmonary venous return 5. Transposition of the great arteries 6. Tricuspid atresia 7. 7. Truncus arteriosus
  • 32. Target skrining • Selain itu CDC menambahkan lesi lain sebagai target skrining: 1. Coarctation of the aorta 2. Double-outlet right ventricle 3. Ebstein’s anomaly 4. Interrupted aortic arch 5. Single ventricle 6. PJB sianosis kritis lain
  • 33. RINGKASAN 1. Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan paling banyak pada bayi baru lahir. 2. PJB kritis adalah PJB dengan lesi yang membutuhkan pembedahan atau intervensi kateter dalam tahun pertama kehidupan, dengan proporsi 25% dari seluruh bayi baru lahir dengan PJB, serta merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi bila terlambat didiagnosis.
  • 34. Anamnesis Untuk Identifikasi Faktor Risiko • Kondisi atau penyakit pada ibu saat hamil, • umur kehamilan, • infeksi perinatal, • kelainan genetis, • riwayat keluarga dengan PJB, • Fetal echo yang mengindikasikan adanya PJB.
  • 35. Anamnesis • Risiko terjadinya PJB meningkat bila terdapat riwayat keluarga, terutama ayah, ibu, dan saudara kandung dengan PJB, kelahiran kurang bulan, serta penyakit pada ibu seperti diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, phenylketonuria, kelainan thyroid, lupus, dan epilepsi. • Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, seperti fenitoin dan retinoic acid, merokok, konsumsi alkohol, infeksi rubella, influenza atau flu-like illness dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya PJB. • Congenital cardiomyopathy dapat disebabkan oleh cytomegalovirus, coxsackie, herpes virus 6, parvovirus B19, herpes simplex, toxoplasmosis gondii, dan human immunodeficiency virus (HIV). • Kelainan genetik (7%) dan kelainan ekstrakardiak (22%) sering ditemukan pada bayi dengan PJB.
  • 36. • Bayi dengan PJB kritis umumnya mempunyai riwayat persalinan tanpa komplikasi dengan APGAR score yang baik. • Gejala dan tanda tidak tampak setelah persalinan, karena dipengaruhi oleh perubahan sirkulasi transisisi yang terjadi secara bertahap, beberapa jam, hari bahkan minggu. • Duktus arteriosus masih memberikan suplai darah yang adekuat segera setelah lahir, sehingga sianosis belum muncul. • Bayi dapat terlihat sianosis terutama bila minum atau menangis, dan seringkali tanpa disertai distress nafas, retraksi, grunting, atau pernafasan cuping hidung.
  • 37. • Bayi dengan perfusi sistemik yang menurun umumnya stabil segera setelah lahir tetapi kemudian memperlihatkan minum yang tidak adekuat, tampak pucat, diaphoresis dan takipneu, yang dapat terjadi sampai 3-4 minggu setelah lahir. • Takipneu yang terjadi pada PJB umumnya terjadi perlahan mengikuti penurunan resistensi vaskular paru, berbeda pada kelainan saluran nafas dan paru yang lebih sering terjadi segera setelah lahir. • Sianosis pada bayi dengan kelainan paru primer umumnya disertai distress nafas yang berat yang memerlukan ventilasi mekanik. Bayi dengan hipertensi pulmonal dengan distress nafas yang ringan atau sedang disertai riwayat adanya faktor risiko seperti asfiksia atau aspirasi meconium, kecil untuk masa kehamilan atau penggunaan obat-obatan seperti NSAID pada ibu. •
  • 38. Pemeriksaan Fisis • Pemeriksaan fisis harus dilakukan secara sistematis dan lengkap, terutama difokuskan untuk mengenali tiga tanda utama yaitu sianosis, perfusi sistemik yang menurun dan adanya tanda gangguan nafas, terutama takipneu, perubahan bunyi jantung dan identifikasi murmur serta kurva pertumbuhan untuk bayi mulai bulan pertama. • Pemeriksaan jantung yang lengkap meliputi inspeksi impulse jantung, adanya thrill dan auskultasi bunyi jantung untuk menilai bunyi jantung normal dan bunyi jantung tambahan. Bayi baru lahir sampai umur 6 hari mempunyai laju jantung normal 90 – 160 x/menit.
  • 39. Pemeriksaan Fisis • Palpasi precordial menentukan apakah letak jantung normal atau berubah, serta menilai peningkatan aktivitas ventrikel. Penilaian bunyi jantung pertama dan kedua penting dilakukan. • Bunyi jantung ke-2 terdengar splits saat inspirasi dan tunggal saat expirasi. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal pada atresia katup semilunar, truncus arteriosus, pulmonary stenosis berat dan Tetralogy of Fallot. Bunyi jantung ke-2 yang terdengar widely atau fixed split terjadi pada atrial septal defect dan kelainan lain yang menyebabkan kelebihan volume di ventrikel kanan. • Bunyi jantung tambahan dapat menandakan adanya kelainan jantung seperti clicks, gallop, pericardial friction rubs, dan terutama murmur.
  • 40. • Kelainan ekstrakardiak seringkali didapatkan pada anak dengan PJB. • PJB dapat merupakan salah satu bagian dari sindrom atau kelainan kromosom tertentu. • Penampilan dismorfik dapat memberikan petunjuk untuk investigasi penyakit jantung bawaan, seperti pada Sindrom Down, Sindrom William, Sindrom rubella kongenital dan lain-lain.
  • 41. • Kunjungan ulang saat umur 1 bulan atau lebih bertujuan untuk identifikasi bayi dengan PJB dan menentukan bayi mana yang memerlukan rujukan, evaluasi lebih lanjut dan terapi lebih lanjut untuk kelainan jantungnya. • PJB kritis terutama PJB dengan lesi tergantung duktus sudah tidak menjadi perhatian utama untuk kunjungan rutin diatas 1 bulan, tetapi lebih difokuskan untuk identifikasi PJB kritis dengan lesi yang tidak tergantung duktus. • Evaluasi pada kunjungan ulang 1 bulan terutama untuk menilai pola nafas dan pola pertumbuhan selain bunyi jantung tambahan, sianosis, dan gangguan perfusi sistemik.
  • 42. • Pola pertumbuhan dapat dinilai dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, melakukan plotting pada kurva pertumbuhan seperti yang terdapat pada kartu menuju sehat. • Kelainan jantung dapat ditandai oleh adanya nafas cepat disertai diaphoresis saat minum, disertai kenaikan berat badan yang tidak adekuat. Bayi dengan pertumbuhan yang baik umumnya jarang mempunyai masalah dengan kelainan jantung yang memerlukan intervensi segera.
  • 43. RINGKASAN 3. Peningkatan deteksi dini PJB kritis pada bayi dapat dilakukan dengan identifikasi faktor risiko, pemeriksaan fisis untuk mencari tanda utama yaitu sianosis, gangguan perfusi dengan pemeriksaan pulsasi arteri tungkai bawah, adanya takipneu, serta adanya gangguan pertumbuhan dan murmur pada bayi yang berumur satu bulan atau lebih. 4. Pemeriksaan pulse oximetry yang melengkapi pemeriksaan fisis dilakukan bila tidak didapatkan tanda-tanda utama PJB kritis. Identifikasi dini dan rujukan yang tepat untuk PJB kritis secara tidak langsung dapat menurunkan angka kematian bayi