1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit Tetralogi of Fallot, penyakit jantung bawaan yang ditandai dengan 4 kelainan anatomi jantung dan gangguan sirkulasi darah paru. Dokumen juga menjelaskan konsep, etiologi, manifestasi klinis, diagnostik, dan asuhan keperawatan untuk penyakit ini.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya
adalah Tetralogi of Fallot.Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan
kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak
dijumpai.Kelainan ini mula mula dilaporkan pada tahun 1671, tetapi baru diformulasikan
oleh Fallot pada tahun 1888.Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka
kejadian penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek
septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh
penyakit jantung bawaan.Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot
merupakan 2/3 nya.
Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas
5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus
kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini,
maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas Keperawatan Anak dari dosen mata kuliah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsep penyakit Tetralogi Of Pallot
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit Tetalogi Of Pallot
C. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Tetralogi Of Pallot tersebut ?
2. Bagaimana konsep penyakit Tetralogi Of Pallot menurut tinjauan teoritis ?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Tetralogi Of Pallot ?
3. 3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif , makin lama makin berat.
B. Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan organ dalam tubuh yang memiliki fungsi terbesarnya
adalah memompa darah keseluruh tubuh.Anatomi jantung secara garis besar dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu atrium kiri, serambi kiri, atrium kanan dan serambi
kanan.Dinding yang memisahkan antara jantung kiri dan kanan disebut septum.Katup
4. 4
antara atrium kiri dan ventrikel kiri disebut katup trikuspidalis sedangkan katup yang
memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanan disebut katup bikuspidalis.Dan
jantung juga dilapisi oleh pericardium.
Selain fungsional jantung menyebarkan hasil metabolism dan oksigen (O2)
keseluruh jarningan tubuh, jantung berfungsi menyebarkan atau memompa darah
keseluruh jaringan tubuh. Setiap memompa dalam 1 detik sebanyak 60 – 80 kali dengan
setiap kali memompa sebesar 70 ml dan selama 1 menit diperkirakan jantung mampu
memompa darah sebesar ±5000 ml.
Aliran darah dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Aliran darah kecil
Darah dari jantung tepatnya diatrium kanan akan dipompa ke ventrikel kanan melalui
katup bikuspidalis. Selanjutnya darah dipompa menuju ke paru – paru melalui atrium
pulmonalis dan kemudian dari paru – paru akan dialirkan kembali kejantung tepatnya
di atrium kiri melalui vena pulmonalis.
2. Aliran darah besar
Darah dari atrium kiri akan dipompa ke ventrikel kiri melalui katup trikuspidalis.
Kemudian darah dipompa keseluruh jaringan tubuh melalui aorta kapiler arteri
arteria arteriola jaringan tubuh. Lalu dari jaringan tubuh akan dikembalikan
ke jantung melalui vena kava. Darah dari otak atau kepala melaui vena kava superior
dan darah dari ekstremitas atas dan bawah melalui vena kava anterior.
C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti.diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
o Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
o Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
5. 5
o Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
o Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
o Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.Diperkirakan lebih dari 90%
kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
D. Manifestasi Klinis
1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia
merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung
si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara
murmur jantung.
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah
suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. BB yang rendah
7. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
8. Clubbing finger’s
6. 6
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah.Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
7. 7
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung .gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan yang diberikan pada klien dengan Tetralogi of Fallot adalah
1. Mengurangi peradangan dan rasa tidak nyaman
2. Mencukupi kebutuhan Istiraharat
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi
4. Mencukupi kebutuhan oksigen
H. Komplikasi
1. Trombosis pulmonal
2. CVA thrombosis
3. Abses otak
4. Anemia
5. Perdarahan relative
8. 8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Biodata
Meliputi identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan penderita, suku, alamat.
2. Keluhan Utama
Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh klien mengalami serangan sianotik
mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
bahkan sampai koma.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh, sianosis ini menyeluruh atau pada
membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat menangis,
makan dan pada saat klien tegang. Dyspnea biasanya menyertai aktifitas makan,
menangis atau tegang/stress. Klien akan sering squatting (jongkok) setelah anak
dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali. Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai
dengan usia. Digital clubbing.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita yang dapat menyebabkan terjadinya
TOF, seperti anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti penyakit SLE, diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung kongenital pada keluarga baik dengan abnormalitas
kromosom misalnya sindrom down maupun tidak, atau kelainan bawaan. Riwayat
selama periode antenatal (kehamilan) ibu, seperti sebelumnya ikut program KB oral
atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, jamu tradisional yang diminum
9. 9
serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil. Adanya kemungkinan
menderita penyakit infeksi seperti penyakit rubella (campak jerman) pada ibu.
6. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Virginia Handerson)
a. Pola respirasi
Kaji adanya dyspnea, napas cepat dan dalam, klien sering berjongkok dalam
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
b. Pola nutrisi
Kaji adanya anoreksia, gangguan pada pertambahan tinggi badan pada anak
dikarenakan keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, berat badan menurun,
pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia klien.
c. Pola eliminasi
Kaji adanya perubahan dalam eliminasi urin dan defekasi.
d. Pola aktivitas
Kaji adanya kelelahan dan dyspnea karena hal ini sering terjadi bila klien
melakukan aktivitas fisik.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Kaji adanya gangguan istirahat tidur seperti keluhan insomnia, hal ini dikarenakan
adanya dyspnea paroxysmal.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kaji adanya keluhan nyeri dada.
7. Kebutuhan personal hygiene
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berkaitan
dengan kelemahan yang dialami.
8. Mempertahankan temperatur tubuh
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai teknik mempertahankan temperatur
tubuh dan mengatasi masalah demam yang mungkin terjadi.
9. Pola komunikasi dan sosial
Kaji kemampuan klien dalam bersosialisasi dan kaji perubahan yang terjadi akibat
perasaan rendah diri akibat diasingkan oleh lingkungan sekitar.
10. 10
10. Kebutuhan bekerja
Kaji perubahan yang dialami klien dalam hal bekerja berupa keterbatasan dalam
beraktivitas akibat kelemahan dan dyspnea
11. Kebutuhan bermain/rekreasi
Kaji adanya perubahan dalam bermain/berekreasi dan bagaimana cara klien dan
keluarga memodifikasi lingkungan menjadi nyaman.
12. Kebutuhan berpakaian
Kaji adanya perubahan cara berpakaian klien dan bagaimana cara klien berpakaian
untuk mengatasi sianosis dan dyspnea yang terjadi.
13. Kebutuhan belajar
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita oleh klien.
14. Kebutuhan spiritual
Kaji adanya perubahan dalam beribadah dan bagaimana pandangan klien terthadap
penyakit yang dialami dan bagaimana cara klien menyikapinya.
15. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi:
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianosis, bayi tampak
biru setelah tumbuh. Sianosis ini menyeluruh atau pada membran mukosa
bibir, lidah dan konjungtiva.
2) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
3) Serangan sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
4) Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali
5) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
6) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.
7) Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak.
11. 11
b. Palpasi :
pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak,
hypertropi otot.
c. Perkusi:
Jantung biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran
sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3
dan 4.
d. Auskultasi:
1) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
2) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
b. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1.
Ds:
klien/keluarga
klien mengeluh
klien sesak,
lemas, kejang.
Do: klien tampak
sesak, napas
cepat dan dalam,
lemas, kejang,
koma.
Stenosis pulmonal
↓aliran darah paru
O2 dalam darah
↓
Aliran darah rendah, O2
aorta meningkat hipoksemia
Asidosis
metabolik
↓ O2 ke otak
Pe ↓
kesadaran/kejang
Penurunan perfusi jaringan
serebral.
2. Ds: klien Stenosis pulmonal Gangguan pertukaran gas.
12. 12
mengeluh sesak.
Do: klien tampak
sesak, sering
berjongkok
dalam beberapa
waktu sebelum
klien berjalan
kembali.
↓aliran darah
paru
O2 dalam darah menurun
Aliran darah rendah,
O2 ke aorta
Dyspnea
3. Ds:
klien/keluarga
kien mengeluh
klien tampak biru
(sianosis).
Do: klien tampak
biru, sianosis ini
menyeluruh atau
pada membran
mukosa bibir,
lidah dan
konjungtiva.
Obstruksi aliran darah keluar
ventrikel kanan
Hipertropi
infundibulum
meningkat
Obstruksi meningkat disertai
pertumbuhan yang semakin
meningkat
Sianosis
Kurang pengetahuan orang tua
mengenai diagnostik,
prognosis dan perawatan.
4. Ds:
klien/keluarga
klien mengeluh
pertumbuhan dan
perkembangan
klien tidak
normal.
Do: tampak
pertumbuhan dan
Hipoksemia
Sesak
Kelemahan
tubuh
Intake nutrisi
tidak adekuat
Gangguan tumbuh kembang.
13. 13
perkembangan
klien tidak sesuai
dengan usia
klien.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pertumbuhan
dan perkembangan abnormal
B. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa kepearawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan
TOF:
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan oksigen ke otak,
penurunan kesadaran, kejang.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia, dyspnea.
3. Kurang pengetahuan orang tua mengenai diagnostik, prognosis dan perawatan
berhubungan dengan obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin
meningkat, sianosis.
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan kelemahan tubuh, intake nutrisi
tidak adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang dialami klien sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan.
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan oksigen ke otak,
penurunan kesadaran, kejang.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat mempertahankan
tingkat kesadaran, kognisi, dan fungsi motorik/sensori.
Kriteria hasil: Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tingkat
kesadaran mambaik.
Intervensi Rasional
1. Pantau/catat status1. Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial
14. 14
neurologis secara teratur
dan bandingkan dengan
nilai standar GCS.
2. Evaluasi keadaan pupil,
ukuran, kesamaan antara
kiri dan kanan, respon
terhadap cahaya.
3. Pantau tanda-tanda vital:
TD, nadi, frekuensi nafas,
suhu.
4. Pantau intake dan output,
turgor kulit dan membran
mukosa.
5. Bantu pasien untuk
menghindari/membatasi
batuk, muntah, mengejan.
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam
menentukan lokasi, perluasan dan
perkembangan kerusakan SSP.
2. Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial
okulomotor (III) berguna untuk menentukan
apakah batang otak masih baik.
Ukuran/kesamaan ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis dan
parasimpatis. Respon terhadap cahaya
mencerminkan fungsi yang terkombinasi dari
saraf kranial optikus (II) dan okulomotor (III).
3. Peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh
penurunan TD diastolik (nadi yang
membesar) merupakan tanda terjadinya
peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan
kesadaran.
4. Bermanfaat sebagai indikator dari cairan
total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi
jaringan. Iskemia/trauma serebral dapat
mengakibatkan diabetes insipidus. Gangguan
ini dapat mengarahkan pada masalah
hipotermia atau pelebaran pembuluh darah
yang akhirnya akan berpengaruh negatif
terhadap tekanan serebral.
5. Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan
intrathorak dan intraabdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
15. 15
6. Tinggikan kepala pasien
15-45 derajat.
7. Berikan oksigen
tambahan sesuai indikasi.
8. Kolaborasi dalam
pemberian obat.
6. Meningkatkan aliran balik vena dari kepala
sehingga akan mengurangi kongesti dan
oedema atau resiko terjadinya peningkatan
TIK.
7. Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat
meningkatkan vasodilatasi dan volume darah
serebral yang meningkatkan TIK.
8. Mempercepat proses penyembuhan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia, dyspnea.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mempertahankan pola
pernafasan efektif.
Kriteria hasil: Tidak terdapat dyspnea, tarikan dinding dada, tidak terdapat nafas
cuping hidung, blood gas dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Pantau frekuensi, irama,
kedalaman pernapasan
setiap 1 jam. Catat
ketidakteraturan
pernapasan.
2. Pantau/cek pemasangan
selang oksigen.
3. Auskultasi suara napas,
perhatikan daerah
1. Perubahan dapat menandakan awitan
komplikasi pulmonal atau menandakan
lokasi/luasnya keterlibatan otak.
2. Adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak
adekuatnya pengaliran volume dan
menimbulkan penyebaran udara yang tidak
adekuat.
3. Untuk mengidentifikasi adanya masalah
paru seperti atelektasis, kongesti, atau
16. 16
hipoventilasi dan adanya
suara tambahan yang tidak
normal misal: ronkhi,
wheezing, krekel.
4. Lakukan rontgen thoraks.
obstruksi jalan napas yang membahayakan
oksigenasi cerebral dan/atau menandakan
terjadinya infeksi paru.
Melihat kembali keadaan ventilasi dan tanda-
tanda komplikasi yang berkembang misal:
atelektasi atau bronkopneumoni.
3. Kurang pengetahuan orang tua mengenai diagnostik, prognosis dan perawatan
berhubungan dengan obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin
meningkat, sianosis.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak cemas lagi.
Kriteria hasil: Pasien mengerti dengan penyakit yang di alaminya, pasien mengerti
cara mencegah terjadinya sianosis, pasien tidak cemas lagi.
Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan pasien
tentang penyakit TOF.
2. Kaji tingkat kecemasan.
Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
4. Beri dorongan spiritual.
5. Beri penjelasan tentang
penyakitnya.
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pasien tentang penyakitnya.
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan
klien.
3. Agar klien mempunyai semangat dan mau
empati terhadap perawatan dan pengobatan.
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya
kepada Tuhan YME.
5. Agar klien mengerti sepenuhnya tentang
penyakit yang dialaminya.
17. 17
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan kelemahan tubuh, intake nutrisi
tidak adekuat, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anak dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kurva pertumbuhan atau
perkembangan dan mampu melakukan aktivitas yang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia anak.
Intervensi Rasional
1. Berikan diet/nutrisi yang
cukup.
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
3. Berikan suplemen besi.
4. Berikan kebebasan anak
mengekspresikan
aktivitasnya dan membantu
anak untuk melakukan tugas
perkembangan sesuai
usianya.
1. Memperbaiki status gizi.
2. Untuk mengetahui/mengontrol tingkat
pertumbuhan dan perkembangan.
3. Untuk mencegah terjadinya anemia.
4. Untuk menghindari stress dan membantu
anak dalam perkembangannya.
18. 18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca sesuai dengan
keperluannya dan kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua
pihak atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini demi
perbaikan makalah kami kedepannya.