Dokumen tersebut membahas tentang konsep diri, yang didefinisikan sebagai pengetahuan individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk melalui interaksi sosial dan pengalaman sepanjang hidup, dan dipengaruhi oleh orang-orang terdekat, penilaian diri, dan persepsi diri. Gangguan konsep diri dapat menyebabkan masalah seperti gangguan citra tubuh, ideal diri, peran, identitas, dan harga diri. Penanganannya
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Konsep Diri dan Gangguannya
1. Di susun oleh : Rosi Oktarida
(1814201054)
KEPERAWATAN JIWA
2. Defenisi konsep diri
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran
yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen
kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005)
ASKEP KLIEN DENGAN
GANGGUAN KONSEP DIRI
3. Dimensi Konsep Diri
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom
dan Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni:
Dimensi pengetahuan
Dimensi pengharapan
Dimensi penilaian
4. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri
merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi
dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara
berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang
terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan
konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap
individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan
individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
5. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Merasa setara dengan orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan
serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.
6. Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negatif
adalah:
1. Peka terhadap kritik.
2. Responsif sekali terhadap pujian.
3. Cenderung bersikap hiperkritis.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari
teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang
terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari
kita baca lebih lanjut tentang “Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri”
berikut ini:
8. 1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.
9. Rentang Respon Konsep Diri
Dari rentang respon adaptif sampai respon maladaptif, terdapat lima rentang
respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah,
kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow
mengartikan aktualisasi diri sebagai individu yang telah mencapai seluruh
kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan.
10. Penyebab gangguan konsep diri
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat
menyebabkan gangguan konsep diri antara lain :
1. Pola asuh orang tua
2. Kegagalan
3. Depresi
4. Kritik internal
5. Merubah diri
11. Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut
di kemukakan oleh Stuart and Sundeen (2006), yang terdiri dari :
1. Citra Tubuh ( Body Image )
2. Ideal Diri.
3. Peran
4. Identitas
5. Harga diri
12. Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana
individu mengalami kondisi pembahasan perasaan,
pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
negatif. Gangguan konsep diri dapat juga
disebabkan adanya stresor. (Muhith, 2015) &
(Potter & Perry, 2005)
Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi
tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna, dan objek yang sering kontak dengan
tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan
dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang
negatif terhadap tubuhnya secara fisik. (Muhith,
2015).
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah.
Tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh.
Persepsi negatif pada tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
Mengungkapkan keputusasaan.
Mengungkapkan ketakutan. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah.
Tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh.
Persepsi negatif pada tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
Mengungkapkan keputusasaan.
Mengungkapkan ketakutan. (Muhith, 2015)
13. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai,
tidak realistis, ideal diri yang samar, dan tidak jelas serta cenderung
menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit umunya ideal dirinya
dapat terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang
terlalu tinggi dan sukar di capai. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan ideal diri:
Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal saya tidak bisa ikut
ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas luka
operasi di wajah saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak bisa
lagi main bola.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misal saya pasti bisa
sembuh pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan
sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi
sekolah. (Muhith, 2015)
14. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus seklah, putus
hubungan kerja. Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara
sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai
kelompok sosial. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan peran:
a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran.
b. Ketidakpuasan peran.
c. Kegagalan menjalankan peran yang baru.
d. Ketegangan menjalani peran yang baru.
e. Kurang tanggung jawab.
f. .Apatis / bosan / jenuh dan putus asa. (Muhith, 2015)
15. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang
diri sendiri, penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan. (Muhith, 2015)
Gangguan Harga Diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan. Gangguan harga diri identik dengan harga diri yang rendah.
Orang dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering
mengalami depresi dan ansietas. (Potter & Perry, 2005) & (Muhith,
2015)
16. Asuhan Keperawatan Pada Konsep Diri
Pengkajian konsep diri
a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta
bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri
yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan
harapan peran kultural.
Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
b. Stresor pencetus
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan.
Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan
Transisi peran situasi
Transisi peran sehat /sakit
ASUHAN KEPERAWATAN
17. c. Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
1. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
2. Hobby dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawan diri
5. Pekerjaan atau posisi
6. Bakat tertentu
7. Kecerdasan
8. Imajinasi dan kreativitas
9. Hubungan interpersonal
18. d. Mekanisme koping
Pertahanan koping dalam jangka
pendek
Pertahanan koping jangka panjang
Mekanisme pertahanan ego
Untuk mengetahui persepsi seseorang
tentang dirinya, maka orang tersebut
wajib bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
Persepsi psikologi:
Bagaimana watak saya sebenarnya?
Apa yang membuat saya bahagia atau
sedih?
Apakah yang sangat mencemaskan
saya?
Persepsi sosial:
Bagaimana orang lain memandang
saya?
Apakah mereka menghargai saya
bahagia atau sedih?
Apakah mereka membenci atau
menyukai saya?
Persepsi fisik:
Bagaimana pandangan saya tentang
penampilan saya?
Apakah saya orang yang cantik atau
jelek?
Apakah tubuh saya kuat atau lemah?
19. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian seluruh konsep diri, dapat disimpulkan masalah keperawatan
yaitu:
Gangguan harga diri : harga diri rendah situasional atau kronik
Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan harga diri ; harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
realistis
Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
20. Intervensi keperawatan
Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif pada kehidupan yang terdiri
dari persepsi, keyakinan, dan kepribadian. Kesadaran klien akan emosi dan
perasaan nya juga hal yang penting. Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan
kesadaran perasaan, lainnya dari masalah dan kemudian merubah perilaku.
Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari
kemajuan klien meningkatkan tingkat berikutnya, meningkatkan keterbukaan dan
hubungan saling percaya, meluruh ancaman dari sikap perawat terhadap klien, dan
membantu klien memperluas dan menerima semua aspek kepribadiannya.
1. Tindakan penerimaan yang tidak kaku dengarkan klien
2. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
3. Beri respon yang tidak menghakimi
4. Tunjukkan bahwa kalian adalah individu yang berharga yang bertanggung jawab
terhadap dirinya dan dapat membantu dirinya sendiri.
21. Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan
fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
ASKEP KLIEN DENGAN
KECEMASAN DAN KEHILANGAN
22. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego.
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa di
temui dalam suatu keluarga.
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas.
23. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
25. Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori
yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
Patofisiologi
Berdasarkanprosesperkembangannya:
Bayi/anak-anak
Berhubungan dengan perpisahan
Berhubungan dengan lingkungan atau
orang yang tidak dikenal
Berhubungan dengan perubahan dalam
hubungan teman sebaya
Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri sekunder akibat:
Perkembangan seksual
Perubahan hubungan dengan teman sebaya
Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri sekunder akibat:
Kehamilan
Menjadi orang tua
Perubahan karir
Efek penuaan
Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap
konsep diri sekunder akibat:
Penurunan sensori
Penurunan motorik
Masalah keuangan
Perubahan pada masa pension
26. 1. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan ansietas, baik menggunakan cara individual
maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar
interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
Perilaku gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Kreativitas menurun
ASUHAN KEPERAWATAN
27. 2. Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial
ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam
komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
3. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
Panik
Ketegangan menghadapi sesuatu
Kurang percaya diri
Ketakutan kehilangan
Preoperasi
Obsesius
28. 4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
5. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sbb:
Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas dan bersifat maladaptif.
29. 6. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Data yang perlu di kaji
Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir
sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon,
menarik diri dari lingkungan interpersonal.
30. 7.Status kesehatan mental.
Pengkajian psikologis
Status emosi
Konsep diri
Gaya komunikasi
Pola interaksi
Pola pertahanan
Pengkajian sosial
Pendidikan dan pekerjaan
Hubungan sosial
Faktor sosial budaya
Gaya hidup
Diagnosa Keperawatan
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan ansietas.
Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
31. KEHILANGAN
Pengertian
Kehilangan adalah suatu kondisi terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemudian menjadi tak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (lambert,
1985)
32. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi
Kehilangan
Dalam menghadapi kehilangan, individu
dipengaruhi oleh:
Perkembangan
Anak-anak
Belum mengerti seperti oranng dewasa,
belum bisa merasakan.
Belum menghambat perkembangan.
Bisa mengalami regresi.
Orang dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi
mengenang tentang hidup, tujuan hidup.
Menyiapkan diri bahwa kematian adalah
hal yang tidak bisa dihindari.
Keluarga
Keluargan mempengaruhi respon dan
ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukkan sikap kuat, tidak
menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
Faktor sosial ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan
penanggung jawab ekonomi keluarga,
berarti kehilangan secara ekonomi. Dan
hal ini bisa mengganggu kelangsungan
hidup.
Pengaruh kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi klinis
dan emosi
Agama
Dengan agama bisa menghibur dan
menimbulkan rasa aman. Menyadarkan
bahwa kematian sudah ada dikonsep
dasar agama.
Seseorang yang ditinggal anggota
keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan
kehilangan yang lebih lama.
33. BERDUKA
Pengertian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Tipe Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
34. Tahap-Tahap Berduka
Tahap berduka menurut Teori Engels
Fase I (shock dan tidak percaya)
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Fase III (restitusi)
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya.
Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.
35. Pengkajian
1. Individual
Umur dan jenis kelamin
Kelompok religius : kehadiran di tempat ibadah, pentingnya agama dalam
kehidupan pasien, kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
Tingkat pengetahuan atau pendidikan. Cara individu untuk mengakses informasi.
Bahasa dominan pasien, apakah fasih?
Pola komunikasi dengan orang terdekat, dengan pemberi perawatan. Bagaimana
gaya bicaranya?
Persepsi akan tubuh dan fungsi-fungsinya. Pada waktu sehat? Pada waktu sakit?
Pada waktu sakit sekaranng?
Bagaimana pasien merasakan dan menentukan sakit.
Bagaimana pasien mengalami penyakit dan bagaimana sebenarnya penyakitnya.
Bagaimana respons emosional terhadap pengobatan saat ini dan hospitalisasi.
Pernah mengalami sakit, hospitalisasi, dan sistem perawatan kesehatan.
Menggambarkan reaksi emosional dalam istilah perasaan (sensori): misalnya
pernyataan “saya merasa takut”.
Tingkah laku pada waktu cemas, takut, tidak sabar ataupun marah.
ASUHAN KEPERAWATAN
36. 2. Pengkajian psikologis
Status emosional
Apakah emosi sesuai perilaku?
Apakah pasien dapat mengendalikan perilaku?
Bagaimana perasaan pasien yang tampil sepertibiasanya?
Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas pasien?
Apa yanng pasien lakukan jika marah atau sedih?
Konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sebagai manusia?
Bagaimana orang lain menilai diri pasien?
Apakah pasien suka akan dirinya?
Cara komunikasi
Apakah pasien sudah merespons?
Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?
Pola interaksi
Kepada siapa pasien mau berinteraksi?
Siapa yang penting atau berpengaruh bagi pasien?
Bagaimana sifat asli pasien : mendominasi atau positif?
37. 3. Pengkajian sosial
Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan terakhir
Ketrampilan yang mampu dilakukan.
Pekerjaan pasien
Status keuangan
Hubungan sosial
Teman dekat pasien
Bagaimana pasien menggunakan
waktu luang?
Apakah pasien berkecimpung dalam
kelompok masyarakat?
Faktor kultur sosial
Apakah agama dan ebudayaan pasien?
Bagaimana tingkat pemahaman pasien
tentang agama?
Apakah bahasa pasien memadai untuk
berkomunikasi dengan orang lain?
Pola hidup
Dimana tempat tinggal pasien?
Bagaimana tempat tinggal pasien?
Dengan siapa pasien tinggal?
Apa yang pasien lakukan untuk
menyenangkan diri?
Keluarga
Apakah pasien sudah menikah?
Apakah pasien sudah mempunyai
anak?
Bagaimana status kesehatan pasien
dan keluarga?
Masalah apa yang teritama dalam
keluarga?
Bagaimana tingkat kecemasan pasien?
38. Diagnosa keperawatan dan intervensi
Berduka
Kemungkinan berhubungan dengan:
Aktual atau perasaan kehilangan; penyakit kronis dan/atau fatal
Penghalangan respons berduka terhadap kehilangan; kurangnya resolusi dari
respons berduka sebelumnya/hilangnya rasa duka diantisipasi.
Kemungkinan data yang ditemukan:
Menunjukan ekspresi terhadap hal-hal yang berbahaya/ takterpecahkan.
Penolakan terhadap kehilangan.
Perubahan perilaku makan, pola tidur/mimpi, tingkat aktivitas, libido.
Menangis; efek labil; rasa sedih, bersalah, marah.
Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan; perubahan konsentrasi dan/atau
pencarian tugas.
Kriteria hasil:
Menunjukkan rasa pergerakan ke arah resolusi dari rasa duka dan harapan
untuk masa depan.
Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan.
39. Gangguan konsep diri: citra tubuh negatif
Definisi: kondisi dimana seseorang
mengalami kerusakan/tidak mau
menerima keadaan tubuhnya.
Kemungkinan berhubungan dengan:
Perubahan menetap pada tubuh pasien.
Amputasi
Mastektomi
Kolostomi
Luka bakar
Efek pengobatan
Kemungkinan data yang ditemukan:
Secara verbal mengatakan
membenci/tidak menyukai bagian
tubuhnya
Menghindari bagian tubuh tertentu
Perubahan struktur/fungsi tubuh
Perasaan negatif terhadap bagian
tubuhnya
Kondisi klinis kemungkinan terjadi
pada:
Amputasi
Mastektomi
Stroke
Trauma medulla spinalis
Efek kemoterapi/radioterapi
Kolostomi
Kriteria hasil:
Pasien dapat menerima keadaan
tubuhnya secara proporsional
Pasien dapat beradaptasi dengan
keadaan tubuhnya
40. Pengertian Ketidakberdayaan dan keputusasaan
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakanyang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan
atau tidak akanmembawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga
klien sulit mengendalikansituasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang
akan terjadi (NANDA, 2011).
ASKEP KETIDAK BEDAYAAN DAN
KEPUTUS ASAAN
41. Batasan karakteristik:
Bergantung pada orang lain
Depresi
Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya
Kurang berpartisipasi dalam perawatan
Kurang rasa kendali
Malu
Merasa asing
Ragu tentang penampilan peran
Factor yang berhubungan:
Disfungsi lingkungan perawatan
Interaksi interpersonal yang tidak memuaskan
Regimen pengobatan yang rumit
42. ANALISA DATA
Pengelompokan Data
A. Data Subyektif
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa
tidak mempunyai kemampuan mengendalikan
atau mempengaruhi situasi.
2. Mengungkapakan tidak dapat
menghasilkan sesuatu
3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan
frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap
penampilan peran
5. engatakan ketidakmampuan perawatan
diri
B. Data Obyektif
1. Ketidak mampuan untuk mencari
informasi tentang perawatan
2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat diberikan kesempatan
3. Enggan mengungkapkan perasaan
sebenarnya
4. Ketergantungan terhadap orang lain yang
dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan,marah, dan rasa bersalah
5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang
berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
6. Apatis dan pasif
7. Ekspresi muka murung
8. Bicara dengan gerakan lambat
9. Tidur berlebihan
10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11. Menghindari orang lain
43. . INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Intervensi Untuk Klien
1. Tujuan umum
Klien mampu mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminyaa
2. Tujuan khusus
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Modifikasi pola kognitif yang negative
d) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan perawatanya
sendiri
e) Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
B. Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi
a) Mengucapkan salam terapiutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan klien.
44. . Bantu klien mengenali dan
mengekspresikan emosinya
a) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat
empati, tunjukan respons emosional dan
menerima klien apa adanya.
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan
perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya rasa marah, frustasi, dan simpati )
c) Sediahkan waktu untuk berdiskusi dan bina
hubungan yang sifatnyaa suportif, beri waktu
klien untuk berespon.
d) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
terbuka, eksplorasi, dan klarifikasi.
e) Bantu klien untuk mengekspresikan
perasaannya dan identifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol.
f) Bantu klien untuk mengidentifikasi factor-
faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan.
g) Diskusi tentang masalah yang dihadapi
klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.
3. Bantu klien memodifikasi pola kognitif
yang negative
a) Identifikasi pemikiran yang negative dan
bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau
substitusi
b) Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran
yang positif
c) Efaluasi ketepatan persepsi, logika, dan
kesimpulan yang dibuat klien
d) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat,
penyimpangan dan pendapatannya yang tidak
rasional
e) Kurang penilaian klien yang negative
terhadap dirinya
f) Bantu klien untuk menyadari nilai yang
dimilikinya batu perilakunya atau perubahan
yang terjadi
4. Bantu klien berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan
keperawatanya sendiri
a) Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-
tujuan perawatan yang ingin dicapai. Motivasi
klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan
dirinya
b) Berikan klien prifasi sesuai yang dibutuhkan
c) Berikan reinforcement positif untuk
keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil
melakukan kegiatan atau penampilan yang
bagus. Motivasi untuk mempertahankan
penampilan/ kegiatan tersebut.
45. Intervensi Untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah
ketidakberdayaan pada anggota
keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses
terjadinya masalah ketidakberdayaan
c. Keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara
merawat pasien dengan ketidakberdayaan
e. Keluarga mampu merujuk anggota
keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membeina hubungan saling percaya
perlu dipertimbangkan agar keluarga merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi.
1) Mengucapkan salam terapiutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan
tempat setiap kali bertemu keluarga.
b. Bantu keluarga mengenal masalah
ketidakberdayaan yang dialami oleh anggota
keluarganya :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang
pengertian ketidakberdayaan
2) Diskusikan dengan keluarga tentang
tanda dan gejala ketidakberdayaan.
c. Diskusikan dan memotivasi keluarga cara
merawat anggota keluarga dengan
ketidakberdayaan melalui aktivitas yang
dapat meningkatkan kemampuan klien
untuk mengatasi rasa ketidakberdayaan:
1) Membuat klien mengekspresikan
emosinya
2) Membantu klien memodifikasi pola
kognitif yang negative
3) Membantu klien berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
4) Memotivasi klien untuk mencapai
tujuan yang realistik
d. Diskusikan dengan keluarga tentang
kondisi-kondisi dimana pasien harus
dirujuk kefasilitas kesehatan dan bagaimana
cara merujuknya.
46. 5. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan implementasi pada penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan
ketidakberdayaan ini selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan pola strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Strategi ini disusun untuk memudahkan
pelaksanaan asuhan klien dan keluarga dengan ketidakberdayaan. Adapun strategi
pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
6. EVALUASI
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien dan keluarga :
A. Kemampuan klien
1) Mampu menganal ketidakberdayaan dan yang dialami
2) Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi ketidakberdayaan
3) Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya
B. Kemampuan keluarga
1) Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari ketidakberdayaan
2) Menyebutkan cara merawat klien dengan ketidakberdayaan
3) Mampu mendukung klien berpartisipasi terhadap rencana perawatnya
4) Mampu memotivasi klien dalam mencapai tujuan yang realistis
47. Definisi keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika
seorangindividu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative
serta tidak mampumemobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri.
Keputusasaan menurut NANDA inimemiliki beberapa batasan karakteristik,
diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif,
meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera
makan, kurang kontak mata,dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan
yakni: isolasi soasial, penurunan kondisifisiologis, stress jangka panjang, serta
kehilangan nilai kepercayaan.Keputusasaan merupakan suatu keadaan
emosional yang dialami ketika individu merasa kehidupannya sangat berat
untuk dijalani dan dirasa mustahil.
48. Pengkajian
a) Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
b) Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati
klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
a. Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan
b. Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu
masalah
c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
c) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon
keputusasaan adalah:
a. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di
dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat,
pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan
mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu
yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan
yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
masalah dan mengalami keputusasaan.
d. Struktur Kepribadian
e. Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadap stress yang dihadapi.
d) Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
keputusasaan adalah:
1. Faktor kehilangan
2. Kegagalan yang terus menerus
3. Faktor Lingkungan
4. Orang terdekat ( keluarga )
5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat
mengancam jiwa)
6. Adanya tekanan hidup
7. Kurangnya iman
e) Respon Emosional
Mayor (harus ada):
1. individu yang putus asa sering sekali kesulitan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan
2. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
3. tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4. hampa dan letih
5. perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
6. tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
49. Minor (mungkin ada)
1. Individu marasa putus asa terhadap
diri sendiri dan orang lain
2. Merasa berada diujung tanduk
3. Tegang
4. Muak ( merasa ia tidak bisa)
5. Kehilangan kepuasan terhadap peran
dan hubungan yang ia jalani
6. Rapuh
f) Respon Kognitif
Mayor ( harus ada)
1. Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
2. Mengurusi masalah yang telah lalu
dan yang akan datang bukan masalah yang
dihadapi saat ini
3. Penurunan fleksibilitas dalam proses
pikir
4. Kaku ( memikirkan semuanya atau
tidak sama sekali )
5. Tidak punya kemampuan
berimagenasi atau berharap
6. Tidak dapat mengidentifikasi atau
mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
7. Tidak dapat membuat perencanaan,
mengatur serta membuat keputusan
8. Tidak dapat mengenali sumber
harapan
9. Adanya pikiran untuk membunuh
diri.
Minor (mungkin ada)
1. Penuruna kemampuan untuk
menyatukan informasi yang diterima
2. Hilangnya persepsi waktu tentang
mas lalu , masa sekarang , masa datang
3. Bingung
4. Ketidakmampuan berkomunikasi
secara efektif
5. Distorsi proses pikir dan asosiasi
6. Penilaian yang tidak logis
Diagnosekeperawatan : keputusasaan
50. INSPIRASI HARAPAN
membantu pasien /keluarga untuk mengidentifikasi daerah-daerah harapan dalam hidup
menghindari tindakan menutupi kebenaran
membantu pasien mengembangkanspiritual diri
menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien berlatih agama yang sesuai
memberikan pasien /keluarga kesempatan untuk terlibat dengan kelompok pendukung
mendorong hubungan terapeutik dengan penting lainnya
memfasilitasi pasien yang memasukkan kerugian pribadi ke dalam gambar tubuhnya
51. Pengertian :
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda,
2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan
biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
DISTRES SPIRITUAL
52. Karakteristik Distres Spritual menurut
Nanda (2005) meliputi empat hubungan
dasar yaitu :
Hubungan dengan diri
Ungkapan kekurangan
Harapan
Arti dan tujuan hidup
Perdamaian/ketenangan
Penerimaan
Cinta
Memaafkan diri sendiri
Keberanian
Marah
Kesalahan
Koping yang buruk
Hubungan dengan orang lain
Menolak berhubungan dengan tokoh
agama
Menolak interaksi dengan tujuan dan
keluarga
Mengungkapkan terpisah dari sistem
pendukung
Mengungkapkan pengasingan diri
Hubungan dengan seni, musik, literatur,
dan alam
Ketidakmampuan untuk mengungkapkan
kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
Tidak tertarik dengan alam
Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
Hubungan dengan kekuatan yang lebih
besar dari dirinya
Ketidakmampuan untuk berdo’a
Ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan keagamaan
Mengungkapkan terbuang oleh atau
karena kemarahan Tuhan
Meminta untuk bertemu dengan tokoh
agama
Tiba-tiba berubah praktik agama
Ketidakmampuan untuk introspeksi
Mengungkapkan hidup tanpa harpaan,
menderita
53. Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
Pengkajian Fisik ® Abuse
Pengkajian Psikologis ® Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
Pengkajian Sosial Budaya ® dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).
54. Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat
digunakan adalah Puchalski’s FICA
Spritiual History Tool (Pulschalski,
1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan
saudara?) Apakah saudara memikirkan
diri saudara menjadi sesorang yang
spritual ata religius? Apa yang saudara
pikirkan tentang keyakinan saudara
dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal
ini penting dalam kehidupan saudara).
Apa pengaruhnya terhadap bagaimana
saudara melakukan perawatan terhadap
diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara
mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian
dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut
mendukung saudara dan bagaimana?
Apakah ada seseorang didalam
kelompok tersebut yang benar-benar
saudara cintai atua begini penting bagi
saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan
mencintai saya sebagai seorang perawat,
untuk membantu dalam asuhan
keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian
yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai
pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol
diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan
hal-hal penting dalam kehidupan
Perasaan hampa
55. Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan
mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman
yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi
sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
56. Penilaian Terhadap Stressor :
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
57. Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk
dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk
meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
58. PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah
masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
59. Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas
klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien
untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.