Dokumen tersebut membahas tentang kasus pasien laki-laki berusia 43 tahun yang datang dengan keluhan muntah darah, nyeri ulu hati, dan kepala terasa melayang. Pasien memiliki riwayat minum alkohol berlebihan dan tanda-tanda awal syok hipovolemik. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium, pasien didiagnosis dengan perdarahan gastrointestinal atas yang mungkin disebabkan oleh sirosis hati akibat konsumsi alkohol
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, menyebabkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, mengakibatkan uremia. Penyebab utama adalah hipertensi, diabetes, dan glomerulopati primer. Gejala umum meliputi kelelahan, edema, anemia, dan gangguan elektrolit.
GEA RINGAN SEDANG
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang
Mulai dari anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang diagnosis banding hingga penegakan diagnosis serta tatalaksana yang tepat.
Terdapat skenario kasus dari pasien langsung yang di temui di Rumah sakit.
SIADH merupakan penyebab utama hiponatremia pada pasien onkologi. Penatalaksanaan optimal SIADH memerlukan evaluasi medis yang mendalam untuk mendiagnosis penyebabnya. Hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, menyebabkan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, mengakibatkan uremia. Penyebab utama adalah hipertensi, diabetes, dan glomerulopati primer. Gejala umum meliputi kelelahan, edema, anemia, dan gangguan elektrolit.
GEA RINGAN SEDANG
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang
Mulai dari anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang diagnosis banding hingga penegakan diagnosis serta tatalaksana yang tepat.
Terdapat skenario kasus dari pasien langsung yang di temui di Rumah sakit.
SIADH merupakan penyebab utama hiponatremia pada pasien onkologi. Penatalaksanaan optimal SIADH memerlukan evaluasi medis yang mendalam untuk mendiagnosis penyebabnya. Hiponatremia yang diinduksi SIADH dapat menyebabkan komplikasi serius dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan diagnosis penyakit ginjal kronik stadium akhir akibat diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol beserta komplikasi gagal jantung dan anemia. Laporan ini berisi riwayat keluhan pasien, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, diagnosa kerja, penatalaksanaan, dan prognosis pasien.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Pasien perempuan 37 tahun dirawat dengan keluhan lemas berkepanjangan dan nyeri dada. Pemeriksaan menunjukkan anemia, hipoalbuminemia, hipokalemia, hiponatremia, dan peningkatan enzim hati serta bilirubin. Diagnosis utama adalah kolangitis primer biliaris, lupus eritematosus sistemik, anemia hemolitik autoimun, dan diabetes melitus tipe 2.
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang perempuan umur 49 tahun yang didiagnosis menderita nefrolithiasis di ginjal kanan berdasarkan gejala nyeri pinggang kanan dan hasil pemeriksaan USG abdomen. Pasien juga didiagnosis hipertensi berdasarkan pemeriksaan tekanan darah. Dokumen tersebut juga membahas hubungan antara nefrolithiasis dengan hipertensi secara fisiologis.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Aprita Ma'ruf
Teks tersebut membahas berbagai penyakit sistem peredaran darah termasuk hipertensi. Secara singkat, hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang merupakan faktor risiko utama untuk berbagai komplikasi kesehatan seperti stroke dan serangan jantung. Hipertensi dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder, serta diklasifikasikan berdasarkan tingkat tekanan darahnya.
Pasien wanita berusia 76 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada dan pingsan. Pemeriksaan menunjukkan blok atrioventrikuler total dengan ritme keluaran juncta, serta OMI anteroseptal. Diagnosisnya adalah OMI anteroseptal, disfungsi node atrioventrikuler, dan faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes. Pasien diberi tatalaksana berupa istirahat total, cairan infus, dan obat-obatan.
Pasien wanita berusia 58 tahun dirawat dengan keluhan demam, sesak nafas, dan lemas. Didiagnosis menderita infeksi saluran kemih, gagal jantung kongestif, sindrom mielodisplasia, peningkatan enzim hati, dan inanisi. Dilakukan berbagai pemeriksaan dan terapi suportif, namun kondisi pasien terus memburuk dengan gejala sesak nafas yang semakin parah.
Pasien perempuan berusia 14 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mimisan berulang, haid memanjang, gusi berdarah dan BAB hitam. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dengan trombosit <2.000/mm3. Berdasarkan gejala klinis dan hasil laboratorium didiagnosis menderita ITP (Immune Trombocytopenia Purpura) atau penyakit perdarahan akibat penghancuran trombosit berlebihan secara autoim
Tn K datang dengan keluhan bengkak kaki dan perut selama 10 hari, sesak napas saat berbaring. Pasien didiagnosa gagal jantung dan diabetes, hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan jantung gallop, hepatomegali, ascites, edema, hiperkalemia, AKI. Diagnosisnya CHF, hiperkalemia, ascites, edema tungkai, AKI.
BPH atau pembesaran prostat jinak adalah kondisi dimana kelenjar prostat membesar sehingga menyebabkan aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kondisi ini umum terjadi pada pria dewasa dan disebabkan oleh peningkatan hormon dihidrotestosteron."
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan kasus ini membahas tentang pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan diagnosis penyakit ginjal kronik stadium akhir akibat diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol beserta komplikasi gagal jantung dan anemia. Laporan ini berisi riwayat keluhan pasien, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, diagnosa kerja, penatalaksanaan, dan prognosis pasien.
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Pasien perempuan 37 tahun dirawat dengan keluhan lemas berkepanjangan dan nyeri dada. Pemeriksaan menunjukkan anemia, hipoalbuminemia, hipokalemia, hiponatremia, dan peningkatan enzim hati serta bilirubin. Diagnosis utama adalah kolangitis primer biliaris, lupus eritematosus sistemik, anemia hemolitik autoimun, dan diabetes melitus tipe 2.
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang perempuan umur 49 tahun yang didiagnosis menderita nefrolithiasis di ginjal kanan berdasarkan gejala nyeri pinggang kanan dan hasil pemeriksaan USG abdomen. Pasien juga didiagnosis hipertensi berdasarkan pemeriksaan tekanan darah. Dokumen tersebut juga membahas hubungan antara nefrolithiasis dengan hipertensi secara fisiologis.
Penyakit pada sistem peredaran darah. By : Aprita Ma'ruf. 2 Ipa 2.Aprita Ma'ruf
Teks tersebut membahas berbagai penyakit sistem peredaran darah termasuk hipertensi. Secara singkat, hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang merupakan faktor risiko utama untuk berbagai komplikasi kesehatan seperti stroke dan serangan jantung. Hipertensi dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder, serta diklasifikasikan berdasarkan tingkat tekanan darahnya.
Pasien wanita berusia 76 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada dan pingsan. Pemeriksaan menunjukkan blok atrioventrikuler total dengan ritme keluaran juncta, serta OMI anteroseptal. Diagnosisnya adalah OMI anteroseptal, disfungsi node atrioventrikuler, dan faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes. Pasien diberi tatalaksana berupa istirahat total, cairan infus, dan obat-obatan.
Pasien wanita berusia 58 tahun dirawat dengan keluhan demam, sesak nafas, dan lemas. Didiagnosis menderita infeksi saluran kemih, gagal jantung kongestif, sindrom mielodisplasia, peningkatan enzim hati, dan inanisi. Dilakukan berbagai pemeriksaan dan terapi suportif, namun kondisi pasien terus memburuk dengan gejala sesak nafas yang semakin parah.
Pasien perempuan berusia 14 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mimisan berulang, haid memanjang, gusi berdarah dan BAB hitam. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia dengan trombosit <2.000/mm3. Berdasarkan gejala klinis dan hasil laboratorium didiagnosis menderita ITP (Immune Trombocytopenia Purpura) atau penyakit perdarahan akibat penghancuran trombosit berlebihan secara autoim
Tn K datang dengan keluhan bengkak kaki dan perut selama 10 hari, sesak napas saat berbaring. Pasien didiagnosa gagal jantung dan diabetes, hipertensi. Pemeriksaan menunjukkan jantung gallop, hepatomegali, ascites, edema, hiperkalemia, AKI. Diagnosisnya CHF, hiperkalemia, ascites, edema tungkai, AKI.
BPH atau pembesaran prostat jinak adalah kondisi dimana kelenjar prostat membesar sehingga menyebabkan aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kondisi ini umum terjadi pada pria dewasa dan disebabkan oleh peningkatan hormon dihidrotestosteron."
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
PPT CBL 3_FG 1_KGD-B.pptx
1. FG 1
ANNISA SANUBARI I ARETA DEWI I MIRANDA DARA
I RESTI AMALIA ROZY NR I SOHIFAH I TIARA
YASMINA
CBL 3 Kasus 3
2. OUTLINE
Overview pendarahan gastrointestinal atas
Patofisiologi sirosis hati
Farmakologi dan Non Farmakologi
Pemeriksaan diagnostik perdarahan gastrointestinal atas
Triase penilaian primer dan sekunder berdasarkan kasus
Asuhan keperawatan
6. Tanda dan Gejala GI atas
- kelemahan umum dan kelelahan
- demam ringan intermiten
- edema pergelangan kaki
- nyeri perut kuadran kanan atas
- anoreksia
- mual dan muntah
- dispepsia
- perubahan pola buang air besar.
- ikterus
- perubahan status mental
- pengecilan otot
- penurunan berat badan
- asites
- epistaksis
- memar spontan
7. Penyebab perdarahan GI atas
Peptic Ulcer
Mallory-Weiss Syndrome
Drug-induced erosions
Severe or Prolonged Vomiting
Sirosis Hati
9. Patofisiologi
Jaringan ikat fibrotik
tersebar luas
Mengubah susunan
normal hati dan
regulasi seluler
Degenerasi ekstensif
dan penghancuran
hepatosit (sel hati)
Jaringan menjadi
nodular, membentuk
pita konstriktif yang
mengganggu aliran
darah dan empedu di
dalam lobulus hati
Hipertensi portal atau
peningkatan tekanan
dalam sistem vena
portal
(Ignatavicious, Workman, Rebar, & Heimgartner, 2018) dan (Lemone et al., 2017).
10. Macam sirosis hati:
Sirosis pasca-nekrotik
• Penyakit hati progresif
lanjut akibat hepatitis B
atau C kronis.
• Hati mengecil dan
bernodul dengan
kehilangan sel hati yang
luas dan fibrosis
Sirosis alkoholik
• Konsumsi alkohol
• perubahan metabolisme
di hati yang
menyebabkan infiltrasi
lemak hepatosit (hati
berlemak).
• Sel-sel inflamasi
menyusup ke hati
(hepatitis alkoholik) yang
menyebabkan nekrosis,
fibrosis, dan
penghancuran jaringan
hati fungsional
Sirosis bilier
• Aliran empedu
terhambat di dalam hati
atau dalam sistem bilier
• Merusak dan
menghancurkan sel-sel
hati yang dekat dengan
saluran empedu
interlobular
• peradangan, fibrosis, dan
pembentukan nodul
regeneratif
15. Pemeriksaan Laboratorium Dasar
Pemeriksaan darah lengkap
Elektrolit
BUN (blood urea nitrogen)
Kreatinin
Koagulasi darah
Fungsi liver:
• Al kaline phosphatase (ALP)
• AST (aspartate transaminase/SGOT)
• ALT (alanine transaminase/SGPT)
• γ-glutamyl transpeptidase (GGT)
• Bilirubin
• Albumin dan globulin
(Emergency Nurses Association, 2010; Cydulka, Cline, & Ma, 2018); Lewis, et. al., 2014)
16. Endoskopi Saluran GI Atas
(esophagogastroduodenoscopy)
Tujuan mengidentifikasi
abnormalitas saluran GI atas
Variasi dari injeksi dan
endoskopi juga menjadi
metode yang digunakan untuk
mengontrol perdarahan
saluran GI atas (Emergency
Nurses Association, 2010)
(Tscheschlog & Jauch, 2015)
18. CT scan
Memberikan gambaran terkait dengan
saluran empedu, liver, dan pankreas.
Tujuan dari CT scan yaitu membedakan
jaundice obstruksi atau non-obstruksi,
mengidentifikasi abses, kista,
hematoma, tumor, dan pseudokista
(Tscheschlog & Jauch, 2015).
(Tscheschlog & Jauch, 2015)
19. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Memeriksa liver dan organ dalam abdomen
Mengevaluasi masalah liver seperti karakter tumor, massa,
atau kista yang ditemukan pada pemeriksaan sebelumnya.
(Tscheschlog & Jauch, 2015)
20. Pemeriksaan Fekal
Hasil:
Feses berdarah dan disertai mucus menandakan infeksi bakteri
Feses berdarah dengan pus menandakan colitis
Feses yang berwarna hitam tanda perdarahan GI
◦ Dapat mendeteksi antigen yang diproduksi dari bakteri
H. pylori dengan sensitivitas >90%
(Tscheschlog & Jauch, 2015; Cydulka, Cline, & Ma, 2018)
21. Peritoneal Fluid Analysis
Analisis cairan peritonium meliputi tampilan, hitung
eritrosit dan leukosit, pemeriksaan cytologic,
pemeriksaan mikrobiologi (bakteri dan jamur), dan
level protein, glukosa, amilase, amonia, serta
alkaline fosfat.
(Tscheschlog & Jauch, 2015)
23. Kasus (Pencernaan)
Seorang laki-laki berusia 43 tahun diantar keluarga dengan ambulans ke IGD mengeluh muntah darah,
nyeri ulu hati dan kepala terasa melayang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/60 mmHg,
frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit. Klien mengalami BAB dengan tinja
seperti ter dan hitam. Klien memiliki riwayat minum alkohol setiap hari. Klien merasakan nyeri tekan
ringan pada palpasi di epigastrium tetapi tidak menunjukkan nyeri tekan lepas atau defans. Klien tidak
menunjukkan spider angioma yang jelas, ginekomastia, eritema palmaris, atau asites. Pada
pemeriksaan colok dubur menunjukkan tinja yang secara makroskopik melena. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hematologi Hemoglobin (Hb) 8,4 gr/dl, Ht 38,3%, Leukosit 10.700/uL,
Trombosit 182.000/uL.
24. Triase Perdarahan Gastrointestinal
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 47 tahun 2018 tentang pelayanan
kegawatdaruratan kebutuhan pasien dinilai dalam triase dengan menilai tanda vital dan kondisi
umum pasien, menilai kebutuhan medis, 6 kemungkinan bertahan hidup, bantuan yang
memungkinkan, dan penanganan definitive.
Prioritas berdasarkan ABCDE atau airway, breathing, circulation, disability, dan environment.
Pada kasus terlihat pasien mengalami tanda-tanda perdarahan gastrointestinal dengan
menyebutkan riwayat muntah darah, nyeri ulu hati, serta tinja seperti ter dan hitam.
25. Triase Perdarahan Gastrointestinal
Hasil pemeriksaan colok dubur terlihat tinja secara makroskopik melena menunjukan pasien sudah mengalami
perdarahan selama beberapa saat. Kondisi ini dapat menjadi parah jika tidak ditangani segera dan naik menjadi
kondisi shock hipovolemik.
Pasien sudah menunjukan tanda tanda shock hipovolemik yaitu tekanan darah sistolik dibawah 90mm Hg,
takikardia, pernapasan meningkat, dan kepala terasa melayang yang dapat menjadi awal hilangnya kesadaran
pasien. Kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kekurangan suplai oksigen ke organ-organ vital
tubuh dan menyebabkan gagal organ dan kematian jika tidak segera mendapat pertolongan.
Berdasarkan data yang diperoleh pasien memerlukan pertolongan segera atau emergent (level 2) dengan waktu
tunggu maksimal 10 menit karena kondisi pasien yang sudah mengalami shock dapat berubah menjadi kondisi
mengancam jiwa jika tidak diberikan penanganan segera.
(White, et al, 2013)
26. Penilaian Primer dan Sekunder Perdarahan
Gastrointestinal
Tabel Data Pengkajian Primer Abnormal pada Perdarahan GI
Pengkajian Primer Data Abnormal
Airway Terdapat mutah atau darah yang mengobstruksi
saluran napas atas, suara napas gurgling,
pengembangan dada buruk
Breathing Takipnea dan napas pendek
Circulation Muntah darah (hematemesis), 8 coffe-ground emesis,
melena, hipotensi, takikardia, nadi lemah, kulit pucat,
diaforesis, ekstremitas dingin, CRT > 3 detik, dan
pusing.
Disability Penurunan tingkat kesadaran atau penurunan GCS
Exposure Pakaian berlumur darah, muntah, dan melena dan
hipotermia
27. Tabel Kemungkinan Data Anamnesis pada Perdarahan GI
Anamnesis Hasil Anamnesis
Signs and symptoms Mual, muntah, penurunan berat badan, haus, melena,
penurunan output urin, berkeringat, kelemahan,
pusing, pingsan, nyeri epigastrik atau ulu hati, dan
nyeri abdomen.
Allergies Adanya alergi terhadap medikasi yang digunakan
untuk mengatasi perdarahan.
Medications Adanya konsumsi obat yang dapat meningkatkan risiko
perdarahan seperti aspirin, NSAID, kortikostreroid, dan
antikoagulan.
Past medical history Riwayat perdarahan GI, penanganan perdarahan GI,
penyakit peptic ulcer, varises esofagus, esofagitits,
gastritis akut atau kronis, dan penyakit mukosa yang
berhubungan dengan stress.
28. Tabel Kemungkinan Data Anamnesis pada Perdarahan GI
Anamnesis Hasil Anamnesis
Last oral intake Intake oral terakhir yang dapat memicu muntah atau
terjadinya perdarahan GI dan prosedur intubasi atau
operasi di gastrointestinal.
Events surrounding injury or illness Kejadian yang dapat memicu atau terjadi sebelum
perdarahan GI seperti stress akut atau kronik,
merokok, dan konsumsi alkohol lebih dari batas
toleransi tubuh.
30. Pengkajian
Penilaian dilakukan mulai dari tingkat kesadaran pasien, tanda vital, warna kulit, dan pengisian
kapiler
Pemeriksaan perut pasien untuk melihat distensi, guuarding, dan peristaltik
Pemeriksaan tanda vital dilakukan segera untuk menentukan apakah pasien mengalami syok
karena kehilangan darah, serta memantau tekanan darah dan denyut nadi untuk
mengidentifikasi kemajuan/perkembangan pengobatan. Tanda dan gejala terjadinya syok yaitu
meliputi tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, peningkatan rasa haus, kulit dingin dan
lembap, serta pasien merasa gelisah
Pemantauan tanda-tanda vital pasien dilakukan setiap 15 hingga 30 menit dan jika terdapat
perubahan yang signifikan perawat perlu memberi tahu penyedia layanan kesehatan lainnya
(Lewis et al., 2014)
31. Pengkajian
Setelah intervensi diberikan, pasien maupun keluarga perlu memberikan jawaban terkait
pertanyaan berikut:
1) Apakah ada riwayat episode perdarahan sebelumnya?
2) Apakah pasien pernah menerima transfusi darah di masa lalu? Apakah ada reaksi transfusi?
3) Apakah ada penyakit lain (misalnya penyakit hati, sirosis) atau obat-obatan yang dapat
menyebabkan perdarahan maupun mengganggu pengobatan?
4) Apakah pasien memiliki preferensi agama yang melarang penggunaan produk darah?
(Lewis et al., 2014)
32. Data subjektif yang perlu perawat kaji
Informasi
kesehatan yang
penting
Riwayat kesehatan masa lalu: Peristiwa pencetus sebelum episode perdarahan,
episode dan pengobatan perdarahan sebelumnya, penyakit ulkus peptikum,
varises esofagus, esofagitis, gastritis akut dan kronis, penyakit mukosa terkait stres
Obat-obatan:
Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid, kortikosteroid, antikoagulan
Pola kesehatan
fungsional
Persepsi kesehatan-manajemen kesehatan: Riwayat keluarga terkait perdarahan,
merokok, penggunaan alkohol
Nutrisi-metabolik: Mual, muntah, penurunan berat badan, rasa hauS
Eliminasi: Diare, tinja berwarna hitam dan lembek, penurunan keluaran urin,
berkeringat
Aktivitas-olahraga: Kelemahan, pusing, pingsan
Kognitif-perseptual:Nyeri epigastrum, kram perut
Koping-toleransi stres: Stres akut atau kronis
(Lewis et al., 2014)
33. Data objektif yang perlu perawat kaji
Umum Demam
Integumen Kulit lembab, dingin, pucat; Membran mukosa, dasar kuku, konjungtiva pucat; Spider
angioma, jaundice, edema perifer
Pernapasan Pernapasan cepat dan dangkal
Kardiovaskular Takikardia, nadi lemah, hipotensi ortostatik, pengisian kapiler lambat
Gastrointestinal Muntah berwarna merah atau seperti kopi; Perut tegang, kaku, asites; Bising usus
hipoaktif atau hiperaktif; Feses hitam dan lembek
Perkemihan Penurunan output urin, urin pekat
Neurologis Agitasi, kegelisahan; Penurunan tingkat kesadaran
Kemungkinan temuan
diagnostik
Penurunan hemotokrit dan hemoglobin; Hematuria; Tinja guaiac positif, emesis, atau
aspirasi lambung; Penurunan tingkat faktor pembekuan; Peningkatan enzim hati; Hasil
endoskopi abnormal
(Lewis et al., 2014)
34. Analisis Data
Data Umum Data Subjektif Data Objektif Diagnosis Keperawatan
- Laki-laki
- Usia 43 tahun
Mengeluh muntah darah - Hemoglobin 8,4 gr/dl
- Ht 38,3%
- Tekanan darah 80/60
mmHg
- Nadi 120 x/menit
Defisit volume cairan b.d.
muntah darah dan
melena
Mengeluh nyeri ulu hati Pasien merasakan nyeri
tekan ringan pada palpasi
di epigastrum namun
tidak menunjukkan nyeri
tekan lepas atau defans
Nyeri akut b.d. agen
cedera fisiologis
(inflamasi)
36. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisien Volume Cairan b.d Muntah dan Melena
Definisi:
Penurunan cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium (Herdman & Kamitsuru, 2018).
Koagulasi Darah 0409
Definisi:
Tingkatan dimana pembekuan darah terjadi dalam
periode waktu yang normal
Kriteria Hasil:
040913 Hemoglobin (Hb) ditingkatkan ke
deviasi ringan sedang dari kisaran normal
040908 Hitung platelet/platelet count
ditingkatkan ke deviasi ringan sedang dari
kisaran normal
040902 Perdarahan ditingkatkan ke deviasi
ringan sedang dari kisaran normal
Resusitasi Cairan (4140)
Definisi:
Pemberian cairan intravena dengan cara IV yang
tepat
Berikan resusitasi volume dengan kristaloid
atau produk darah melalui satu atau lebih
large-bore IV lines.
Pantau respons hemodinamik Pasien
37. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisien Volume Cairan b.d Muntah dan Melena
Definisi:
Penurunan cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Keseimbangan Cairan 0601
Definisi:
Keseimbangan cairan di dalam ruang
intraseluler dan ekstraseluler tubuh
Kriteria Hasil:
060101 Tekanan darah ditingkatkan ke
tidak terganggu
060122 Denyut nadi radial ditingkatkan ke
tidak terganggu
060119 Hematokrit ditingkatkan ke tidak
terganggu (SDKI, 2017).
Monitoring Cairan (4130)
Definisi:
Pengumpulan dan analisis data pasien dalam
pengaturan keseimbangan cairan
Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan
status pernafasan
Monitor urine output
Monitor parameter hemodinamik invasif
38. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisien Volume Cairan b.d Muntah dan Melena
Definisi:
Penurunan cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Keseimbangan Cairan 0601
Definisi:
Keseimbangan cairan di dalam ruang
intraseluler dan ekstraseluler tubuh
Kriteria Hasil:
060101 Tekanan darah ditingkatkan ke
tidak terganggu
060122 Denyut nadi radial ditingkatkan ke
tidak terganggu
060119 Hematokrit ditingkatkan ke tidak
terganggu (SDKI, 2017).
Pengurangan Perdarahan: Gastrointestinal
(4022)
Definisi:
Pembatasan jumlah kehilangan darah dari
saluran gastrointestinal bagian atas dan
komplikasi yang terkait
Masukan selang nasogratik untuk
menghisap dan memonitor sekresi
Membantu mempersiapkan pasien untuk
prosedur bedah seperti prosedur endoskopi,
jika dibutuhkan
Berikan vasopressin sesuai yang diresepkan
(SDKI, 2017).
40. Data Subjektif Data Objektif
Klien merasakan nyeri tekan ringan pada palpasi di
epigastrium tetapi tidak menunjukkan nyeri tekan
lepas atau defans
Klien mengeluh muntah darah, nyeri ulu hati dan
kepala terasa melayang
TD 80/60 mmHg
Frekuensi nadi 120 kali/menit
Frekuensi napas 24 kali/menit
Klien mengalami BAB dengan tinja seperti ter dan
hitam.
Klien memiliki riwayat minum alkohol setiap hari.
Klien tidak menunjukkan spider angioma yang jelas,
ginekomastia, eritema palmaris, atau asites. Pada
pemeriksaan colok dubur menunjukkan tinja yang
secara makroskopik melena. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hematologi Hemoglobin
(Hb) 8,4 gr/dl, Ht 38,3%, Leukosit 10.700/uL,
Trombosit 182.000/uL.
41. OUTCOME INTERVENSI
TINGKAT NYERI MENURUN
(L.08066)
Kriterias Hasil :
• Klien mampu mengontrol
nyeri, tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan teknik
nok farmakologi (teknik
autogenik) untuk mengurangi
nyeri.
• Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri.
• Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
• Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
1. Observasi
Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
42. OUTCOME INTERVENSI
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
Monitor efektifitas analgesik
43. OUTCOME INTERVENSI
PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
45. REFERENSI
Curtis, K., Ramsden, C. (2016). Emergency and Trauma Care for Nurses and Paramedics. Chatswood: Elsevier.
Cydulka, R. K., Cline, D. M., & Ma, O. J. (2018). Tintinalli's Emergency Medicine Manual (8th ed.). USA: McGraw-Hill
Education.
Emergency Nurses Association. (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and PracticeSt. Louis: (6th ed.). St.
Louis: Mosby Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions & classification,
2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Ignatavicious, D. D., Workman, M. L., Rebar, C., & Heimgartner, N. M. (2018). Medical-Surgical Nursing: Concepts
for Interprofessional Collaborative Care (9th ed.). London: Elsevier.
Lemone, Burke, Levett-Jones, Dwyer, Moxham, Reid-Searl, … Raymond. (2017). Medical-Surgical Nursing: Critical
Thinking for Person-Centred Care (3rd ed.). Melbourne: Pearson Australia Group.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014). Medical-Surgical Nursing:
Assessment and Management of Clinical Problems (9th ed.). Missouri: Elsevier Mosby.
46. REFERENSI
Rawla, P. & Devasahayam, J. (2020). Mallory Weiss Syndrome. National Center for Biotechnology Information, U.S.
National Library of Medicine. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK53819 0/
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia
Tscheschlog, B. A., & Jauch, A. (2015). Emergency Nursing Made Incredible Easy (2nd ed.). Philadelphia: Wolters
Kluwer.
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-Surgical Nursing : An Integrated Approach (3rd ed.). Delmar:
Engange Learning.
Zemaitis, M. R., Planas, J. H., & Waseem, M. (2020). Trauma Secondary Survey. StatPearls. StatPearls Publishing.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28722931