SlideShare a Scribd company logo
BENIGN PROSTATIC
HYPERLAPSIA
NAMA KELOMPOK 1 :
1.Melinda Ardiani
2. Niken Ruli Aulia
3. Riska Fadilla Putri Maharani
4.Sania Marsa Andini
Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH)
adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine
menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas
Benign prostate hyperplasia atau sering disebut pembesaran prostat jinak
adalah sebuah penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa di Amerika
dimana terjadi pembesaran prostat (Dipiro et al, 2015). BPH terjadi pada
zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel
sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon
sitokin. Pada penderita BPH hormon dihidrotestosteron (DHT) sangat
tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin dapat memicu respon inflamasi
dengan menginduksi epitel. Prostat membesar mengakibatkan
penyempitan uretra sehingga terjadi gejala obstruktif yaitu : hiperaktif
kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH)
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel
berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks
dan respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi
dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan androgen dianggap sebagai
mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT
sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada
pembesaran prostat dengan memicu respon inflamasi dengan
menginduksi epitel. Prostat membesar karena hyperplasia sehingga
terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan
gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran
miksi lemah (Skinder et al, 2016).
Tanda-tanda & Gejala
Beberapa gejala umum dari pembesaran prostat jinak (BPH) adalah:
• Kesulitan dalam buang air kecil, atau kesulitan menghentikan aliran
urine saat buang air kecil.
• Sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
• Kencing merasa tidak tuntas.
• Aliran urine lemah dan tersendat-sendat.
• Perasaan penuh dan rasa sakit yang parah di perut bagian bawah.
• Nyeri saat buang air kecil.
• Urine berbau dan berwarna tak biasa.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
memiliki kebiasaan merokok mempunyai risiko besar
terkena BPH dibandingkan dengan tidak memiliki
kebiasaan merokok (Khamriana et al, 2015). Faktor resiko
yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah kadar hormon,
usia, riwayat keluarga, pola hidup, dan inflamasi (Parsons,
2010).
Faktor - faktor penyebab Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
Manifestasi Klinis Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
• Gejala yang umumnya terjadi pada
pasien BPH adalah gejala pada saluran
kemih bagian bawah atau lower
urinary track symptoms (LUTS).
Gejala pada saluran kemih bagian
bawah terdiri atas gejala iritatif
(storage symptoms) dan gejala
obstruksi (voiding symptoms). Gejala
Obstruktif ditimbulkan karena adanya
penyempitan uretra karena didesak
oleh prostat yang membesar. Gejala
yang terjadi berupa harus menunggu
pada permulaan miksi (Hesistancy),
pancaran miksi yang lemah (weak
stream), miksi terputus (Intermittency),
harus mengejan (straining).
• Gejala Iritatif disebabkan oleh
pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna pada saat miksi atau berkemih,
sehingga kandung kemih sering
berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejala yang terjadi adalah frekuensi
miksi meningkat (Frequency), nookturia,
dan miksi sulit ditahan (Urgency)
(Kapoor, 2012). Gejala-gejala yang
biasanya dirasakan oleh penderita
pembesaran prostat jinak yaitu nookturia,
inkontinensia urin, aliran urin tersendat-
sendat, mengeluarkan urin disertai darah,
dan merasa tidak tuntas setelah berkemih
(Dipiro et al, 2015).
Pemeriksaan dan Diagonosa Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)
• Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Terkadang pasien yang
mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun, tetapi
diantara pasien yang lain akhirnya ada yang mebutuhkan terapi medikamentosa atau
tindakan medik yang lain karena keluhannya makin parah (Purnomo, 2008). Pemeriksaan
awal dapat dilakukan dengan cara melakukan anamnesis yang cermat agar mendapatkan
data tentang riwayat penyakit yang diderita.
• Perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran pengosongan kandung kemih yang
meliputi laju rata-rata aliran urin, laju puncak aliran urin, serta volume urin residual
setelah pengosongan. Pemeriksaan rektal dan pengukuran kadar serum PSA (Prostate
Spesifik Antigen) pemeriksaan rektal untuk memperkirakan ukuran prostat. (Kapoor,
2012). Pemeriksaan rektal dapat disebut juga sebagai pemeriksaaan fisik. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan pada pasien BPH adalah colok dubur atau digital rectal examination
(DRE). Pada pemeriksaan ini yang dilihat yaitu Ukuran, bentuk, simetri, kualitas,
nodularitas dan konsistensi prostat harus semua dievaluasi agar dapat digunakan sebagai
bukti menegakan diagnosa (Tanguay et al, 2009).
Pemeriksaan dan Diagonosa Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH)
• Colok dubur. Dokter akan memeriksa ukuran prostat dengan memasukkan jarinya yang sudah diberi
pelumas ke dalam rektum untuk merasakan prostat pasien.
• Tes darah. Tes darah dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan masalah yang bersinggungan dengan
ginjal.
• Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan jika dokter mencurigai gejala yang dikeluhkan pasien bukan karena
pembesaran prostat jinak, seperti infeksi.
• Tes darah PSA. Dokter mungkin juga melakukan tes untuk mengukur antigen spesifik prostat (PSA) dalam
darah pada pasien pria. Tes PSA juga sering dilakukan sebagai serangkaian pemeriksaan
untuk mendiagnosis kanker prostat.
• Tes kecepatan aliran urine. Pasien dengan gejala gangguan kemih mungkin perlu melakukan pengukuran
volume dan kecepatan aliran urine.
• BiopsiI. Dokter akan mengambil sampel jaringan pasien untuk mendiagnosis ada tidaknya sel kanker yang
dapat berkembang menjadi kanker prostat.
• Sistoskopi. Tes ini dilakukan agar dokter dapat melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih pasien.
• Transrectal ultrasound. Ultrasound ini dapat mendeteksi adanya kelainan pada prostat. Nantinya
perangkat yang disebut transducer akan mengeluarkan gelombang suara yang aman tanpa rasa sakit
untuk menghasilkan gambar dari struktur organ.
Penatalaksanaan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
• Salah satu gejala BPH adalah LUTS, gejala
ini mungkin dapat disembuhkan dengan
terapi pengobatan dan tindakan pembedahan
(Cunningham, 2012).
• Penatalaksanaan BPH bertujuan agar
mengembalikan kualitas hidup pasien,.
Terapi yang diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keluhan pasien,
ukuran prostate, berat badan, tingkat antigen
prostat spesifik (PSA) pilihannya adalah
mulai dari : tanpa terapi (watchful waitting),
terapi farmakologi, dan terapi intervensi atau
pembedahan (Dhingra dkk, 2011).
• Obat medis
1. Alpha blockers : terazosin, doxazosin, tamsulosin, alfuzosin, dan silodosin.
2. Phosphodiesterase-5 inhibitors : tadalafil.
3. 5-alpha reductase inhibitors : finasteride dan dutasteride.
• Obat kombinasi : gabungan finasteride dan doxazosin atau obat-obatan alpha
blockers dengan antimuscarinics yang biasa digunakan untuk masalah
inkontinensia urine.
• Obat herbal
• beberapa obat-obatan herbal yang bisa menjadi pilihan seperti berikut:
1. Saw palmetto.
2. Beta-sitosterol.
3. Pygeum.
4. Rye pollen extract.
• Operasi
• Beberapa jenis operasinya meliputi:
1. Transurethral resection of the prostate (TURP).
2. Transurethral incision of the prostate (TUIP).
3. Prostatektomi terbuka.
4. Operasi laser untuk prostat.
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
• Terjadi Infeksi, perdarahan, Hilangnya kontrol
kandung kemih, Masalah ereksi (10-30%)
merupakan resiko yang terjadi setelah
pembedahan (Anonim, 2015). Lebih dari 80%
pasien yang menjalani prosedur bedah
mengalami nyeri postoperatif akut dan sekitar
75% darinya melaporkan tingkat keparahan
nyeri dari sedang hingga berat (C.Roger dkk,
2016).
Resiko Terapi Pembedahan
(Surgical Therapies)
KOMPLIKASI
1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urine yang akan
mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat terbentuk batu
saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu
tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat
mengakibatkan pielonefritis5
PENGURANGAN RESIKO TERJADI BPH
• Batasi asupan cairan di malam hari. Namun, jangan juga batasi asupan cairan
sehari-hari agar terhindar dari dehidrasi.
• Batasi konsumsi kafein dan alkohol.
• Batasi penggunaan dekongestan atau antagonis histamin.
• Buanglah air kecil ketika Anda merasa ingin buang air kecil.
• Cobalah untuk buang air kecil secara teratur (misalnya setiap 4-6 jam pada siang
hari) untuk “pemantauan” kandung kemih.
• Lakukan “double voiding” atau buang air kecil dalam dua tahap. Anda bisa buang
air kecil sesering mungkin, beristirahat selama beberapa saat, lalu buang air lagi.
• Ikuti pola makan yang sehat. Obesitas terkait dengan pembentukan tonjolan
prostat.
• Tetap aktif. Tidak ada kegiatan yang dapat menahan urine.
• Hangatkan diri. Suhu dingin dapat menyebabkan retensi urine dan meningkatkan
rasa untuk buang air kecil.
THANK YOU
ANY QUESTION ?

More Related Content

What's hot

P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
fikri asyura
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Rolly Scavengers
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
NajMah Usman
 
Penatalaksanaan Dislipidemia
Penatalaksanaan DislipidemiaPenatalaksanaan Dislipidemia
Penatalaksanaan DislipidemiaOng Giok Hong
 
Review Anatomi GUS
Review Anatomi GUSReview Anatomi GUS
Review Anatomi GUS
Height Corporation
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiImron Rosyadi
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
Riskymessyana99
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
Mita Yurike
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
Ainur
 
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
NajMah Usman
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kankertristyanto
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
Shabrina Shabrina
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
PatriciaGitaNaully
 
Osteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis GoutOsteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis Gout
Rindang Abas
 
Ebola
EbolaEbola
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
 

What's hot (20)

P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
 
Tremotoda
TremotodaTremotoda
Tremotoda
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
 
Penatalaksanaan Dislipidemia
Penatalaksanaan DislipidemiaPenatalaksanaan Dislipidemia
Penatalaksanaan Dislipidemia
 
Review Anatomi GUS
Review Anatomi GUSReview Anatomi GUS
Review Anatomi GUS
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kanker
 
Keracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anakKeracunan jengkol pada anak
Keracunan jengkol pada anak
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
 
Ppt malaria
Ppt malariaPpt malaria
Ppt malaria
 
Osteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis GoutOsteoarthritis dan Artritis Gout
Osteoarthritis dan Artritis Gout
 
Ebola
EbolaEbola
Ebola
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 

Similar to BPH KELOMPOK 1.pptx

PRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu WiwinPRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu Wiwin
wiryanfautama
 
BPH.pdf
BPH.pdfBPH.pdf
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
ImanuelSoni
 
1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx
ssuser091900
 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPHASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
rezasimanjuntak
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
kaiz aismaabdullah
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Anno Making
 
PPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptxPPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptx
NurulIklima1
 
Kasus bph
Kasus bphKasus bph
Kasus bph
febby deski
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
RahmaIke
 
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdfBenign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
RajaFauzanFahlevi
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
Kharima SD
 
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptxKEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
AHJjamhari1
 

Similar to BPH KELOMPOK 1.pptx (20)

PRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu WiwinPRS BPH Bu Wiwin
PRS BPH Bu Wiwin
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
BPH.pdf
BPH.pdfBPH.pdf
BPH.pdf
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
 
Bph
BphBph
Bph
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Case Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptxCase Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptx
 
1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx
 
Benigna prostat hiperplasia
Benigna prostat hiperplasiaBenigna prostat hiperplasia
Benigna prostat hiperplasia
 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPHASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BPH
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
 
PPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptxPPT BPH KEL 4.pptx
PPT BPH KEL 4.pptx
 
Kasus bph
Kasus bphKasus bph
Kasus bph
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
 
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdfBenign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
Benign_Prostatic_Hyperplasia_BPH_PPT_Pem.pdf
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptxKEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
 

Recently uploaded

SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 

Recently uploaded (8)

SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 

BPH KELOMPOK 1.pptx

  • 2. NAMA KELOMPOK 1 : 1.Melinda Ardiani 2. Niken Ruli Aulia 3. Riska Fadilla Putri Maharani 4.Sania Marsa Andini
  • 3. Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas Benign prostate hyperplasia atau sering disebut pembesaran prostat jinak adalah sebuah penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa di Amerika dimana terjadi pembesaran prostat (Dipiro et al, 2015). BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Pada penderita BPH hormon dihidrotestosteron (DHT) sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin dapat memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar mengakibatkan penyempitan uretra sehingga terjadi gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016). BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
  • 4. Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).
  • 5. Tanda-tanda & Gejala Beberapa gejala umum dari pembesaran prostat jinak (BPH) adalah: • Kesulitan dalam buang air kecil, atau kesulitan menghentikan aliran urine saat buang air kecil. • Sering buang air kecil, terutama pada malam hari. • Kencing merasa tidak tuntas. • Aliran urine lemah dan tersendat-sendat. • Perasaan penuh dan rasa sakit yang parah di perut bagian bawah. • Nyeri saat buang air kecil. • Urine berbau dan berwarna tak biasa.
  • 6. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan merokok mempunyai risiko besar terkena BPH dibandingkan dengan tidak memiliki kebiasaan merokok (Khamriana et al, 2015). Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah kadar hormon, usia, riwayat keluarga, pola hidup, dan inflamasi (Parsons, 2010). Faktor - faktor penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
  • 7.
  • 8. Manifestasi Klinis Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) • Gejala yang umumnya terjadi pada pasien BPH adalah gejala pada saluran kemih bagian bawah atau lower urinary track symptoms (LUTS). Gejala pada saluran kemih bagian bawah terdiri atas gejala iritatif (storage symptoms) dan gejala obstruksi (voiding symptoms). Gejala Obstruktif ditimbulkan karena adanya penyempitan uretra karena didesak oleh prostat yang membesar. Gejala yang terjadi berupa harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy), pancaran miksi yang lemah (weak stream), miksi terputus (Intermittency), harus mengejan (straining). • Gejala Iritatif disebabkan oleh pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada saat miksi atau berkemih, sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala yang terjadi adalah frekuensi miksi meningkat (Frequency), nookturia, dan miksi sulit ditahan (Urgency) (Kapoor, 2012). Gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak yaitu nookturia, inkontinensia urin, aliran urin tersendat- sendat, mengeluarkan urin disertai darah, dan merasa tidak tuntas setelah berkemih (Dipiro et al, 2015).
  • 9. Pemeriksaan dan Diagonosa Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) • Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Terkadang pasien yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun, tetapi diantara pasien yang lain akhirnya ada yang mebutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya makin parah (Purnomo, 2008). Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan cara melakukan anamnesis yang cermat agar mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang diderita. • Perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran pengosongan kandung kemih yang meliputi laju rata-rata aliran urin, laju puncak aliran urin, serta volume urin residual setelah pengosongan. Pemeriksaan rektal dan pengukuran kadar serum PSA (Prostate Spesifik Antigen) pemeriksaan rektal untuk memperkirakan ukuran prostat. (Kapoor, 2012). Pemeriksaan rektal dapat disebut juga sebagai pemeriksaaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien BPH adalah colok dubur atau digital rectal examination (DRE). Pada pemeriksaan ini yang dilihat yaitu Ukuran, bentuk, simetri, kualitas, nodularitas dan konsistensi prostat harus semua dievaluasi agar dapat digunakan sebagai bukti menegakan diagnosa (Tanguay et al, 2009).
  • 10. Pemeriksaan dan Diagonosa Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) • Colok dubur. Dokter akan memeriksa ukuran prostat dengan memasukkan jarinya yang sudah diberi pelumas ke dalam rektum untuk merasakan prostat pasien. • Tes darah. Tes darah dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan masalah yang bersinggungan dengan ginjal. • Tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan jika dokter mencurigai gejala yang dikeluhkan pasien bukan karena pembesaran prostat jinak, seperti infeksi. • Tes darah PSA. Dokter mungkin juga melakukan tes untuk mengukur antigen spesifik prostat (PSA) dalam darah pada pasien pria. Tes PSA juga sering dilakukan sebagai serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis kanker prostat. • Tes kecepatan aliran urine. Pasien dengan gejala gangguan kemih mungkin perlu melakukan pengukuran volume dan kecepatan aliran urine. • BiopsiI. Dokter akan mengambil sampel jaringan pasien untuk mendiagnosis ada tidaknya sel kanker yang dapat berkembang menjadi kanker prostat. • Sistoskopi. Tes ini dilakukan agar dokter dapat melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih pasien. • Transrectal ultrasound. Ultrasound ini dapat mendeteksi adanya kelainan pada prostat. Nantinya perangkat yang disebut transducer akan mengeluarkan gelombang suara yang aman tanpa rasa sakit untuk menghasilkan gambar dari struktur organ.
  • 11. Penatalaksanaan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) • Salah satu gejala BPH adalah LUTS, gejala ini mungkin dapat disembuhkan dengan terapi pengobatan dan tindakan pembedahan (Cunningham, 2012). • Penatalaksanaan BPH bertujuan agar mengembalikan kualitas hidup pasien,. Terapi yang diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, ukuran prostate, berat badan, tingkat antigen prostat spesifik (PSA) pilihannya adalah mulai dari : tanpa terapi (watchful waitting), terapi farmakologi, dan terapi intervensi atau pembedahan (Dhingra dkk, 2011).
  • 12. • Obat medis 1. Alpha blockers : terazosin, doxazosin, tamsulosin, alfuzosin, dan silodosin. 2. Phosphodiesterase-5 inhibitors : tadalafil. 3. 5-alpha reductase inhibitors : finasteride dan dutasteride. • Obat kombinasi : gabungan finasteride dan doxazosin atau obat-obatan alpha blockers dengan antimuscarinics yang biasa digunakan untuk masalah inkontinensia urine. • Obat herbal • beberapa obat-obatan herbal yang bisa menjadi pilihan seperti berikut: 1. Saw palmetto. 2. Beta-sitosterol. 3. Pygeum. 4. Rye pollen extract. • Operasi • Beberapa jenis operasinya meliputi: 1. Transurethral resection of the prostate (TURP). 2. Transurethral incision of the prostate (TUIP). 3. Prostatektomi terbuka. 4. Operasi laser untuk prostat. BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
  • 13. • Terjadi Infeksi, perdarahan, Hilangnya kontrol kandung kemih, Masalah ereksi (10-30%) merupakan resiko yang terjadi setelah pembedahan (Anonim, 2015). Lebih dari 80% pasien yang menjalani prosedur bedah mengalami nyeri postoperatif akut dan sekitar 75% darinya melaporkan tingkat keparahan nyeri dari sedang hingga berat (C.Roger dkk, 2016). Resiko Terapi Pembedahan (Surgical Therapies)
  • 14. KOMPLIKASI 1. Retensio urine akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi 2. Infeksi saluran kemih 3. Involusi kontraksi kandung kemih 4. Refluk kandung kemih 5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urine terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urine yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat. 6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi 7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urine, sehingga dapat terbentuk batu saluran kemih dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis5
  • 15. PENGURANGAN RESIKO TERJADI BPH • Batasi asupan cairan di malam hari. Namun, jangan juga batasi asupan cairan sehari-hari agar terhindar dari dehidrasi. • Batasi konsumsi kafein dan alkohol. • Batasi penggunaan dekongestan atau antagonis histamin. • Buanglah air kecil ketika Anda merasa ingin buang air kecil. • Cobalah untuk buang air kecil secara teratur (misalnya setiap 4-6 jam pada siang hari) untuk “pemantauan” kandung kemih. • Lakukan “double voiding” atau buang air kecil dalam dua tahap. Anda bisa buang air kecil sesering mungkin, beristirahat selama beberapa saat, lalu buang air lagi. • Ikuti pola makan yang sehat. Obesitas terkait dengan pembentukan tonjolan prostat. • Tetap aktif. Tidak ada kegiatan yang dapat menahan urine. • Hangatkan diri. Suhu dingin dapat menyebabkan retensi urine dan meningkatkan rasa untuk buang air kecil.