1. Plasenta adalah organ endokrin terbesar yang menghasilkan berbagai hormon seperti steroid, peptida, faktor pertumbuhan, dan sitokin.
2. Hormon-hormon plasenta seperti progesteron dan estrogen berperan penting dalam kehamilan.
3. Hormon-hormon lain seperti hCG dan hPL berfungsi untuk mempertahankan kehamilan.
2. ENDOKRINOLOGI PLASENTA
Plasenta adalah organ endokrin yang
unik dan merupakan organ endokrin
terbesar pada manusia yang
menghasilkan berbagai macam hormon
steroid, peptida,faktor-faktor
pertumbuhan dan sitokin.
3. Villi korialis primer terususun oleh sel-sel
sitotrofoblas yang proliferatif di lapisan
dalam dan sel-sel sinsiotrofoblas di
lapisan luar.
Sel-sel mesenkim yang berasal dari
mesenkim ekstraembrional akan
menginvasi villi korialis primer sehingga
terbentuk viili koriales sekunder,
sedangkan villi koriales tersier terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya
pembuluh darah-pembuluh darah janin.
4. Sinsiotrofoblas umumnya berperanan dalam
pembentukan hormon steroid,
neurohormon/neuropeptida, sitokin, faktor
pertumbuhan dan pituitary-like hormones,
sedangkan sitotrofoblas lebih berperanan
dalam sekresi faktor-faktor pertumbuhan.
Prekursor berasal dari adrenal janin dan
maternal untuk sekresi estrogen serta
kolesterol maternal untuk sekresi
progesteron
5. SINTESIS HORMON STEROID
1. PROGESTERON
Produksi steroid selama kehamilan
merupakan hasil dari ‘kerjasama’ antara
maternal, plasenta dan janin.
Saat tidak terjadi konsepsi, korpus luteum
menghasilkan progesteron dalam kurun
waktu kurang lebih 14 hari sebelum
akhirnya mengalami regresi.
6. Jika terjadi konsepsi, umur korpus
luteum diperpanjang akibat pengaruh
dari hormon hCG sehingga tetap
mampu menghasilkan progesteron
sampai usia kehamilan 10 minggu.
Pada masa awal kehamilan (6-7 minggu)
progesteron dari korpus luteum ini
sangat diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan
7. Sintesis progesteron plasenta sangat
tergantung dari hubungan antara
maternal dan plasenta tetapi sama
sekali tidak tergantung prekursor dari
janin.
Sumber utama sintesis progesteron
adalah kolesterol LDL (low-density
lipoprotein).
Kolesterol LDL ini masuk ke dalam
sitoplasma sel-sel trofoblas dengan
cara endositosis setelah sebelumnya
8. Sebagian besar (90%) progesteron yang
dihasilkan akan disekresikan ke dalam
sirkulasi maternal tetapi kadar dalam
sirkulasi maternal ini lebih rendah bila
dibanding dengan kadar progesteron plasma
janin.
Saat usia kehamilan a term, plasenta
menghasilkan progesteron ― 210 mg / hari.
Kadar progesteron plasma maternal meningkat
secara linier dari 40 ng / ml (trimester I)
sampai lebih dari 175 ng / mL (trimester III).
9. Progesteron mempunyai beberapa fungsi
fisiologis selama kehamilan.
Fungsi utama adalah mempersiapkan
endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan.
Mekanisme kerja progesteron adalah berikatan
dengan reseptor spesifik yang kemudian
berinteraksi dengan DNA genom.
Reseptor-reseptor ini telah dikenali dan
ditemukan pada inti dan sitoplasma sel
sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas serta sel-
sel endotel desidua pada awal kehamilan.
10. Fungsi progesteron yang lain adalah
terhadap otot polos yaitu terutama
mempertahankan keadaan tenang
(quiescence) uterus dengan cara
mempertahankan keadaan afinitas yang
tinggi dari reseptor β2-adrenergik
miometrium sehingga produksi cAMP
meningkat dan menghambat fosforilase
miosin.
11. Progesteron juga berpengaruh pada muskuler
tuba seperti halnya berpengaruh pada
motilitas gastrointestinal, disamping itu juga
berpengaruh terhadap otot polos arterioler
sehingga kapasitas vaskuler meningkat dan
tahanan perifer menurun.
Progesteron plasenta juga berperan selaku
substrat bagi produksi glukokortikoid dan
mineralokortikoid oleh adrenal janin .
12. Pengukuran kadar progesteron untuk menilai
keadaan janin secara klinik umumnya tidak
begitu bermanfaat.
Pada kematian janin dalam rahim, kelainan
kongenital (anensefal) dan defisiensi
sulfatase plasenta, kadar progesteron tidak
berubah sama sekali,
namun demikian pengukuran kadar
progesteron dapat digunakan sebagai
prediktor yang reliabel untuk menentukan
viabililitas kehamilan bila terjadi ancaman
abortus pada usia kehamilan ≤ 77 hari.
13. 2. Estrogen
Janin dan plasenta terlibat dalam sintesis estron,
estradiol dan estriol.
Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar
berasal dari konversi prekursor androgen maternal
maupun adrenal janin.
Plasenta pada kehamilan a term mensekresi baik
estron, estradiol dan estriol ke dalam sirkulasi
maternal dan janin.
Total blood production rate estradiol ― 10 sampai 25
mg / hari sedangkan estriol 40 sampai 50 mg / hari.
Estron sebagian besar dalam bentuk sulfat
14. Disfungsi atau tidak berfungsinya
adrenal janin maka menyebabkan
pembentukan estriol akan terganggu.
Sebagai contoh pada kelainan janin
berupa anensefal yang sering disertai
dengan tidak terbentuknya korteks
adrenal akan menyebabkan penurunan
prekursor androgen adrenal janin
sehingga produksi estriol plasenta juga
akan menurun.
15. Dalam hubungannya dengan kehamilan,
estrogen berfungsi untuk meningkatkan
sintesis progesteron melalui peningkatan
uptake LDL dan aktifitas sinsisiotrofoblas.
Estrogen juga berpengaruh terhadap sistem
kardiovaskuler maternal menyebabkan
vasodilatasi sirkulasi uteroplasenter,
stimulasi sistem renin angiotensin-
aldosteron dan (kemungkinan)
neovaskularisasi plasenta.
Estrogen juga meningkatkan kontraktilitas
uterus dan mempunyai efek mitogenik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
16. Dahulu pengukuran kadar estriol umumnya
digunakan untuk memonitor kesejahteraan
janin tetapi saat ini sudah jarang atau tidak
dilakukan lagi dikarenakan rentang nilai
normal yang lebar serta kadarnya bervariasi
tergantung dari usia kehamilan sehingga
interpretasi hasil pengukuran menjadi sulit.
Terlebih lagi disamping dipengaruhi oleh
keadaan janin seperti yang telah disebutkan
di atas, kadar estriol juga dipengaruhi oleh
penggunaan obat-obatan
17. SINTESIS HORMON POLIPEPTIDA
1. Human chorionic
gonadotropin (hCG)
Plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi
hCG.
Sama dengan gonadotropin yang lain, hCG adalah
suatu glikoprotein dan mempunyai berat molekul
39.000 dalton, terdiri atas 2 sub unit α dan β yang
masing-masing tidak mempunyai aktifitas biologik
kecuali bila dikombinasikan.
hCG-α hampir mirip dengan LH-α dan FSH-α
Tiga puluh persen komponen hCG adalah karbohidrat.
18. Sinsiotrofoblas dapat diumpamakan sebagai
hipofisis yang mensekresi hCG, hPL dan
ACTH sedangkan sitotrofoblas bertindak
sebagai hipotalamus yang mensekresi GnRH
dan CRH (corticotropine releasing hormone).
hCG Mulai dapat dideteksi 1 hari setelah
implantasi.
Sekresi hormon ini akan memperpanjang
hidup korpus luteum dan menstimulasi
produksi progesteron.
Keadaan ini terus dipertahankan sampai ―
usia kehamilan 11 minggu saat plasenta
sudah mampu mensintesis progesteron.
19. Fungsi hCG yang lain diantaranya adalah
merangsang proses diferensiasi
sitotrofoblas menjadi sinsisiotrofoblas,
stimulasi produksi testosteron testis
janin dan diduga juga mempunyai efek
immunosupresif selama kehamilan.
20. Secara klinik, pengukuran kadar hCG umumnya
digunakan untuk menunjang diagnosis kehamilan,
evaluasi setelah terapi penyakit trofoblas dan
evaluasi abnormalitas kehamilan (misal : kehamilan
ektopik).
Kadar hCG yang lebih tinggi dari pada kadar normal
pada trimester ke dua sering kali dihubungkan
dengan trisomi 21, trisomi 13, trisomi 20, sindroma
Turner dan Klinefelter, sebaliknya kadar yang lebih
rendah sering ditemukan pada janin dengan trisomi
18.
Atas dasar ini pulalah hCG digunakan sebagai salah
satu cara skrining adanya aneuploidi pada janin.
21. 2. Human placental lactogen
(hPL)
hPL disintesis di sinsiotrofoblas dan dapat dideteksi
mulai hari ke 12 setelah fertilisasi atau segera
setelah implantasi.
Kadar hPL dalam plasma maternal meningkat seiring
dengan peningkatan berat plasenta dan berat badan
janin.
Peningkatan ini mulai tampak sejak usia kehamilan 5
minggu dan mencapai puncaknya pada 4 minggu
terakhir kehamilan (― 35 minggu) yaitu dari 0.3
μg/mL pada trimester pertama sampai 5.4 μg/mL
pada trimester ke tiga. Selama 24 jam, kurang lebih
300 μg hPL diekskresikan lewat urin.
Pada plasenta sendiri didapatkan 10 sampai 20 mg/100
g berat plasenta. hPL juga dapat dideteksi dalam
sirkulasi janin tetapi dengan kadar yang rendah (15.5
ng/mL dalam darah tali pusat) dan dalam cairan
22. Efek utama hPL adalah terhadap insulin dan
metabolisme glukosa tetapi bagaimana mekanisme
kerjanya sampai sekarang belum diketahui dengan
jelas.
Pemberian hPL terbukti dapat meningkatkan kadar
asam lemak bebas, menurunkan sensitivitas
terhadap insulin, meningkatkan kadar insulin dalam
sirkulasi dan menurunkan toleransi glukosa.
Efek hPL terhadap lipolisis dan glucose-sparing
terutama pada wanita hamil yang sedang berpuasa
menunjukkan bahwa hPL mempunyai efek proteksi /
melindungi janin.
Keadaan puasa akan merangsang sekresi hPL
sehingga penggunaan glukose oleh ibu akan
menurun hal ini akan menjamin tercukupinya
23. Pengukuran kadar hPL sangat jarang digunakan untuk
kepentingan evaluasi abnormalitas kehamilan.
Umumnya disepakati bahwa kadar hPL < 4 μg/mL pada
usia kehamilan lebih dari 30 minggu merupakan batas
bahwa janin dalam keadaan bahaya (fetal danger
zone).
Pada plasenta yang besar seperi misalnya pada
kehamilan ganda dan kehamilan dengan diabetes
melitus, akan didapatkan kadar hPL yang lebih tinggi
Sebaliknya kadar hPL yang rendah ditemukan pada
pertumbuhan janin terhambat, preeklampsia dan
neoplasma trofoblas.
Pada kasus abortus imminens, kadar hPL yang rendah
menunjukkan bahwa kehamilan sulit untuk dapat
terus dipertahankan.
24. HORMON-HORMON PLASENTA LAIN
A. HORMON-HORMON
PROTEIN
1. Chorionoic
adrenocorticotropin
(CACTH)
Protein yang mirip dengan ACTH telah pernah berhasil
diidentifikasi pada plasenta yang kemudian disebut dengan
Chorionoic adrenocorticotropin (CACTH).
Peranan fisiologis dari CACTH ini sampai sekarang belum jelas.
ACTH dalam kehamilan kadarnya lebih rendah dari pada laki-
laki atau wanita yang tidak hamil tetapi kadarnya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
25. 2. Chorionic thyrotropin (CT)
Terdapat bukti bahwa plasenta
menghasilkan hormon Chorionic
thyrotropin (CT) tetapi sama seperti
CACTH, fungsinya dalam kehamilan
juga belum jelas diketahui.
26. 3. Relaxin
Adanya relaxin dalam korpus luteum, desidua
dan plasenta telah lama diketahui.
Relaxin mempunyai struktur kimia yang mirip
dengan insulin dan nerve growth factor.
Hormon ini bekerja pada miometrium untuk
merangsang adenylyl cyclase dan juga
menyebabkan relaksasi uterus.
Mekanisme sintesis dan kerjanya secara rinci
sampai sekarang masih dalam proses
penelitian.
27. 4. Parathyroid hormone-
related protein (PTH-rP)
Parathyroid hormone-related protein (PTH-rP)
telah dapat diidentifikasi pada jaringan
normal orang dewasa khususnya pada organ
reproduksi baik laki-laki maupun wanita
(uterus, korpus luteum dan payudara).
Hal ini menunjukkan bahwa pada orang
dewasa PTH-rP tidak dihasilkan oleh kelenjar
paratiroid.
Beberapa organ janin juga menghasilkan PTH-
rP diantaranya kelenjar paratiroid, ginjal dan
plasenta.
28. 5. Growth hormone-variant (hGH-
V)
Growth hormone-variant (hGH-V) disintesis
oleh plasenta, kemungkinan dalam
sinsisium.
hGH-V dapat diukur kadarnya dalam sirkulasi
maternal mulai pada usia kehamilan 21 – 26
minggu, kadarnya terus meningkat sampai
usia kehamilan 36 minggu.
Sekresi hGH-V oleh trofoblas dipengaruhi oleh
glukosa sedangkan aktifitas biologisnya
sama dengan hPL.
29. HORMON-HORMON PEPTIDA
1. Neuropeptide-Y (NPY)
Neuropeptide-Y (NPY) adalah hormon yang secara luas
ditemukan di otak.
NPY juga ditemukan pada saraf-saraf simpatik yang
mensarafi sistem kardiovaskuler, respirasi,
gastrointestinal dan urogenital.
NPY juga dapat ditemukan pada plasenta, khususnya
sitotrofoblas.
Pada beberapa percobaan menunjukkan bahwa
pemberian NPY pada sel-sel plasenta akan
menyebabkan pengeluaran corticotropin releasing
hormone (CRH).
30. 2. Inhibin dan Activin
Inhibin merupakan hormon glikoprotein yang
dihasilkan oleh testis, sel-sel granulosa ovarium dan
korpus luteum yang berperan dalam menghambat
pengeluaran FSH oleh hipofisis.
Plasenta menghasilkan sub unit α, βA dan βB inhibin
dengan kadar puncak saat kehamilan a term.
Inhibin yang dihasilkan plasenta ini bersama-sama
dengan hormon seks steroid yang meningkat selama
kehamilan akan menghambat sekresi FSH sehingga
ovulasi tidak terjadi.
Selain itu, inhibin juga berperanan dalam sintesis dan
sekresi hCG oleh plasenta.
31. C. HYPOTHALAMIC-LIKE RELEASING HORMONE
1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa
GnRH juga ditemukan pada plasenta dan
menariknya imunoreaktivitas terhadap
GnRH ini hanya ditemukan pada
sitotrofoblas.
Disebutkan bahwa GnRH korionik ini
berperan sebagai hCG-releasing
hormone.
32. 2. Corticotropin releasing hormone (CRH)
Gen CRH yang ditemukan pada hipotalamus
ternyata juga ditemukan pada trofoblas,
amnion, korion dan desidua, tetapi fungsi
dari CRH yang dihasilkan oleh plasenta ini
sampai sekarang belum diketahui dengan
jelas.
Bukti yang menunjukkan bahwa hanya sedikit
CRH plasental yang masuk ke dalam
sirkulasi janin menimbulkan dugaan
kurangnya peran CRH plasental terhadap
steroidogenesis adrenal janin.
Peran CRH plasental yang lain diduga
berhubungan dengan relaksasi otot polos
33. 3. Thyrotropin-releasing hormone
(cTRH) dan Growth hormone-
releasing hormone (GHRH).
Baik cTRH dan GHRH (yang juga dikenal
sebagai somatocrinin) dapat dideteksi
pada plasenta tetapi bagaimana
sintesis dan aktifitas biologis keduanya
sampai saat ini belum diketahui.