SlideShare a Scribd company logo
RESPONSI KASUS
GASTROENTEROHEPATOLOGI
INTOKSIKASI MAKANAN & INTOKSIKASI
ALKOHOL
ROSRES, LENDY N.M.; LAKSMI, DYAH AYU; SANTOSO, A.M. HENRY
PEMBIMBING:
dr. BOGI PRATOMO, Sp.PD-KGEH
LABORATORIUM / SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR MALANG
JUNI 2015
PENDAHULUAN
Sekitar 70 % kasus keracunan makanan di dunia disebabkan
oleh makanan siap santap. (Depkes, 2000)
Dari 2000 laporan setiap tahunnya, 63 pusat keracunan
melaporkan 2.168.248 kasus keracunan pada manusia yang
disebabkan pemaparan zat toksik. (Moklhlest et al, 2003)
INTOKSIKASI MAKANAN
definisi
Penyakit akibat mengonsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
dan/atau racun yang diproduksinya, atau oleh
parasit, virus, atau bahan kimia.
Patogen yang paling umum antara lain Norovirus,
Escherichia coli, Salmonella, Clostridium prefringens,
Campylobacterm dan Staphylococcus aureus.
(Susannah Dewi, 2003)
etiologi
CDC:
97% kasus keracunan makanan akibat penanganan tidak tepat;
79% kasus akibat disiapkan di perusahaan komersial atau
institusional;
21% kasus akibat disiapkan di rumah.
Penyebab paling umum
(1) meninggalkan makanan siap saji pada suhu yang optimal untuk
pertumbuhan bakteri,
(2) proses memasak tidak memadai atau pemanasan ulang,
(3) kontaminasi silang, dan
(4) infeksi pada penjamah makanan (Kontaminasi silang)
Bakteri  75% wabah keracunan makanan
PATOGENESIS
Produksi
toksin /
invasi
langsung
Bakteri
Protozoa Jamur
Virus
klasifikasi berdasarkan patogenesis
1. Racun yang masuk ke tubuh
 S. aureus, B. cereus, c. botulinum, C. perfringens
2. Bakteri noninvasif, dan melepas racun saat menepel di usus
 ETEC, V. cholera, C. jejuni
3. Invasi ke sel epitel usus
 Shigella, Salmonella
4. Bakteri masuk ke peredaran darah melalui saluran cerna
 S. typhii, L. monocytogenesi
Makanan+mikroorganisme
“vektor”
Salmonella,
Shigella, Vibrio
“media kultur”
Clostridia, Bacillus,
Staphylococcus
Toksikosis Vs Food-Infections
Toksikosis
makanan  “media
kultur”  mikroorganisme
tubuh dan memproduksi
racun
Clostridia,
Bacillus,
Staphylococcus
“Food
Infections”
makanan  “vektor” 
mungkin tidak tumbuh,
namun saat dikonsumsi
akan menginfeksi dengan
memproduksi sarucn /
invasi langsung
Salmonella,
Shigella, Vibrio
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
• Roti, ham, daging ayam, daging sapi, susu,
daging ikan, salad.
• Enterotoksin A  menempel di dinding usus
 sensoris  n. vagus + simpatis  mual
• Enterotoksin  berikatan dengan MHC II 
pembelahan sel T  sitokin ↑ (IL-2 + TNF-α) -
 diare
BACILLUS CEREUS
• Nasi dan sayuran yang didinginkan pada suhu
ruang setelah dimasak.
• Toksin B. cereus  tahan panas
• Inkubasi jangka pendek  nasi (enterotoksin
tahan panas, berat molekul < 5.000 dalton)
• Inkubasi jangka panjang  sayuran (enterotoksin
rentan panas, berat molekul > 50.000 dalton)
• Enteroktksin  aktifkan adenylate cyclase usus
 sekresi cairan usus ↑  watery diarrhea
CLOSTRIDIUM PERFRINGENS
• Daging yang sudah masak lalu tidak disimpan
dengan benar selama 1-2 hari
• Sel vegetatif endospora di usus 
endotoksin
• 12 endotoksin  toksin alfa dan teta oleh
strain A  penumpukan cairan berlebih di
usus  nyeri perut akut , diare, mual,
muntah
CLOSTRIDIUM BOTULINUM
• Makanan kaleng yang tidak disterilisasi dan
dikemas dengan benar.
• Toksin botulinum dilepaskan saat bakteri
mati dan lisis
• Toksin botulinum  tahan asam dan getah
pencernaan lain  diserap sal. pencernaan
atas  peredaran darah  NMJ  celah
presinaps  pelepasan Ach ↓ 
kelumpuhan flaksid
ETEC
• Membentuk koloni di proksimal usus halus 
toksin LT (heat-labile) dan ST (heat-stabile).
• Toksin LT  subunit A dan B. Subunit B + GM1
di permukaan sel usus  masuknya subunit A
ke dalam sel usus  aktifkan adenylate
cyclase  c-AMP ↑  hipersekresi cairan
dan elektrolit  hambat reabsorbsi natrium.
EHEC
• Daging olahan yang tiak dimasak dengan
matang + olahan susu mentah
• Shiga-like toksins (SLT) = verotoksin 
mematikan sel-sel epitel usus halus
VIBRIO PARAHEMOLYTICUS
• Invasi langsung ke epitel usus.
• Daging kepiting, udang, dll, yang tidak matang
• Infeksi  gastroenteritis akut  nyeri perut,
mual-muntah, demam
• Periode inkubasi : 7-48 jam
SALMONELLA ENTERITIDIS
• Daging dan telur unggas, serta produk susu.
• Bakteri masuk melalui epitel hingga lamina
propria usus  membelah diri  mediator
inflamasi ↑  demam + prostaglandin ↑ 
sekresi elektrolit + cairan ↑  diare
YERSINIA ENETROCOLITICA
• Daging babi yang tdak dimasak hingga
matang, susu yang tida dipasteurisasi dengan
baik.
• Memiliki pertahanan terhdap komplemen dan
fagistosis
• Suhu < 30oC  Toksin ST  demam, sakit
perut, diare (bloody type)
CAMPYLOBACTER JEJUNI
• Fecal-oral route  berasal dari hewan
peternakan, burung, anjing, daging unggas
• Invasif pada sel dinding usus  produksi
toksin  aktivasi adenylate cyclase 
demam, nyeri perut, diare, lemas, sakit
kepala
TANDA DAN GEJALA
• 1-6 jam, mual + muntah : S. aureus, B. cereus
• 8-16 jam, nyeri perut + diare : C. perfringens, B. cereus
• 16-48 jam, demam + nyeri perut : Y. enterocolitica
• 16-48 jam, demam + nyeri perut + diare : Salmonella, Shigella, V.
parahemolyticus, EIEC, C. jejuni
• 18-36 jam, mual-muntah + diare + kelemahan : C. botulinum
• 16-72 jam, nyeri perut + diare cair : ETEC, V. cholera, V.
parahemolyticus, NAG vibrios, Norwalk virus
• 72-120 jam, diare berdarah (tanpa demam) : EHEC
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
S. aureus Custard and cream
filed bakery food,
ham, chicken,
meat, milk, fish,
salads, puddings,
pie.
Since the
ingested food
contains
performed
toxin, the
incubation
period is
usually 1-6
hours.
Sudden vomiting
and diarrhea but
no fever. The
illness lasts less
than 12 hours.
There are no
complications and
treatment is
usually not
necessary.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
Bacillus cereus Commonly
associated with
rice and
vegetables.
1-6 hours in
short-
incubation
form and 8-16
hours in long-
incubation
form.
Emetic-type
(short-incubation):
nausea, vomiting,
abdominal
cramps. Diarrheal-
type (long-
incubation):
abdominal
cramps, watery
diarrhea.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
C. Perfringens Meat products that
are eaten 1-2 days
after preparation.
Meats that have
been cooked
(cooled slowly),
and then held for
some time before
eating. Fish pastes
and cold chicken.
8-24 hours Illness is
characterized by
acute abdominal
pain, diarrhea,
and vomiting.
Illness is self-
limiting and
patient recovers
in18-24 hours.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
C. botulinum Home canned or
bottled meat,
vegetables and
fish, low-medium
acid canned food.
The anaerobic
environment
encourage the
overgrowth of
spores.
12-36 hours Vomiting, thirst,
dryness of mouth,
constipation,
ocular paresis,
difficulty in
speaking and
swallowing, coma
or delirium, death
due to respiratory
paralysis.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
ETEC Food or water
contaminated
with ETEC,
contamination
of water with
human sewage,
contamination
foods, infected
food handlers.
16-72 hours Sudden watery
diarrhea, nausea,
vomiting,
abdominal cramp,
bloating. Known
as traveler’s
diarrhea.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
EHEC Cattle :
undercooked
hamburger meat,
raw milk, cream,
and cheeses made
from raw milk.
72-120 hours Initial symptoms
may be diarrhea
with abdominal
cramps, which
may turn into
grossly bloody
diarrhea in a few
days. There is
however, no fever.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
V. parahemolyticus Infections are
associated with
consumption of
uncooked or
undercooked crabs,
prawns, shrimps
and other seafoods.
7-48 hours The clinical
infection is
characterized by a
sudden onset of
acute
gastroenteritis.
Infection may also
result in diarrhea,
abdominal pain,
vomiting and fever.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
S. enteritidis Infected chicken
and poultry,
including its feces,
eggs or flesh of
dressed fowl, milk
and milk products
(ice creams)
12-36 hours Sudden
abdominal pain,
nausea, vomiting,
diarrhea (watery,
greenish and foul
smelling),
headache, chills,
prostration,
muscular
weakness and
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL
FEATURES
Y. enterocolitica Raw or
undercooked pork
products,
unpasteurized milk
or untreated water.
4-7 days Fever, abdominal
pain, and bloody
diarrhea,
pseudoappendicit
is, mesenteric
lymphadenitis,
and terminal
ileitis.
PATHOGENIC
MICROORGANISM
INCRIMINATED
FOOD
INCUBATION
PERIOD
CLINICAL FEATURES
C. jejuni Fecal-oral route,
farm animals, birds,
dogs, processed
poultry, milk, meat
products,
contaminated
water, undercooked
poultry and
unpasteurized dairy.
2-11 days Abdominal pain
and cramps,
diarrhea, malaise,
headache, fever.
Watery / bloody
diarrhea,
bacteremia.
diagnosis
ANAMNESIS
durasi penyakit, karakteristik dan frekuensi
buang air besar, dan hal-hal yang berhubungan
dengan perut dan gejala sistemik, dapat
memberikan petunjuk untuk penyebab yang
mendasari. Adanya sumber yang sama, jenis
makanan tertentu, dan penggunaan antibiotik
selalu harus diselidiki.
(Levine dan Tarabar, 2015)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keparahan dehidrasi:
– Mulut kering, penurunan produksi keringat, dan penurunan urin ouput
 dehidrasi ringan-sedang
– orthostasis, takikardia, dan hipotensi  dehidrasi berat.
– Ditemukan pada pasien muntah atau diare yang cukup sering dan
lama: mata cowong, mukosa mulut kering, turgor kulit menurun,
tampak haus, penurunan kesadaran.
• Rectal Toucher: untuk memvisualisasikan tinja, menguji darah
samar, dan meraba mukosa dubur untuk setiap lesi.
• Makula rosea dan hepatosplenomegali  infeksi Salmonella typhi.
• Eritema nodosum dan faringitis eksudatif  infeksi Yersinia.
• Selulitis dan otitis media  Vibrio vulnificus atau Vibrio
alginolyticus
• Tanda-tanda gagal nafas dan parese saraf-saraf motoris. infeksi
toksin botulinum
diagnosis
(Levine dan Tarabar, 2015)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• fekal smear  mendeteksi telur dan parasit
• biakan kuman,
• pengecatan gram, pewarnaan metilen blue  mendeteksi
leukosit, membantu membedakan penyakit invasif dari
penyakit non-invasif
• kultur bakteri  Salmonella, Shigella, dan Campylobacter
(wajib jika feses ada leukosit atau darah disertai demam 3-4
hari
• pengecekan sensitivitas kuman terhadap antibiotik.
diagnosis
STUDI LABORATORIUM
• CBC dengan differential count,
• elektrolit serum,
• BUN/kreatinin
STUDI RADIOLOGI
• Radiografi abdomen supine dan erect
TES LAIN
• Sigmoidoskopi/kolonoskopi dengan biopsi dan
esophagogastroduodenoscoy (EGD) dengan aspirasi
duodenum dan biopsi
diagnosis
(menilai respon inflamasi dan
tingkat dehidrasi)
tata laksana
• Rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit  ORS atau
intravena solution
ORS: cairan bening dan larutan glukosa dan natrium.
ORS sederhana: 1 sendok teh garam dan 4 sendok teh gula dalam
1 liter air.
ORS membantu kotranspor glukosa, natrium, dan air di epitel
usus.
WHO: larutan yang mengandung 3,5 g natrium klorida, 2,5 g
natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per
liter air.
• Infus  pada dehidrasi berat.
(Levine dan Tarabar, 2015)
tata laksana
• Absorben (Kaopectate, aluminium hidroksida)
Membantu mengontrol buang air besar, namun tidak mengubah
perjalanan penyakit atau proses kehilangan cairan.
• Agen antisekresi (bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol)).
30 mL setiap 30 menit, tidak lebih dari 8-10 dosis.
(Levine dan Tarabar, 2015)
• Antiperistaltics (turunan opiat)
Tidak boleh digunakan pada pasien dengan demam, keracunan
sistemik, atau diare berdarah atau pada pasien yang kondisinya
baik tidak menunjukkan perbaikan atau memburuk
1. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil)
Dosis awal: 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d).
2. Loperamide (Imodium)
meningkatkan penyerapan elektrolit dan air di usus, menurunkan
motilitas usus dan sekresi. Dosis awal: 4 mg, diikuti oleh 2 mg setelah
setiap diare, tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam.
Jika gejala menetap lebih dari 3-4 hari, etiologi spesifik harus
ditentukan dengan melakukan kultur tinja dan mulai pengobatan
empiris
tata laksana
• Shigella dan Campylobacter
– diare (> 4 kali / hari) selama lebih dari 3 hari
– demam,
– sakit perut,
– muntah,
– sakit kepala,
– mialgia.
terapi lini pertama:
fluoroquinolone 5 hari (misalnya, siprofloksasin 500 mg PO, norfloksasin
400 mg bid PO) merupakan.
terapi alternatif:
TMP / SMX (Bactrim DS 1 tab qd)
tata laksana
DIET
defisiensi disakaridase akibat erosi brush-border usus  menghindari susu, produk-
produk turunan susu, dan makanan yang mengandung laktosa lainnya
ANTIDIARE
Adsorben; Agen antisekresi; Antiperistaltics
1. Attapulgit (Kaopectate, Diasorb). Adsorben dan Allumunium hidroksida yang
mengontrol diare,.
2. Bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol). Agen antisekresi + antimikroba dan anti-
inflamasi.
3. Difenoksilat dan atropin (Lomotil, Lonox). Kombinasi obat yang terdiri dari
diphenoxylate, yang merupakan meperidine congener sembelit, dan atropin untuk
mencegah adiksi. Menghambat propulsi GI yang berlebihan dan motilitas.
4. Loperamide (Imodium). Menghambat peristaltik usus, memperpanjang perpindahan
elektrolit dan cairan dan meningkatkan viskositas feses.
tata laksana
RAWAT JALAN
Sebagian besar kasus adalah self-limited, perawatan tindak
lanjut berkepanjangan tidak diperlukan. 
tata laksana
ANTIBIOTIK
• Ciprofloxacin (Cipro)
Terapi lini pertama. Fluorokuinolon terhadap Pseudomonas, Streptococcus, MRSA,
Staphylococcus epidermidis, dan sebagian besar organisme gram-negatif.
• Norfloksasin (Noroxin)
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap Pseudomonas, Streptococcus, MRSA, S
epidermidis, dan sebagian besar organisme gram-negatif.
• Trimetoprim / sulfametoksazol (Bactrim DS, Septra DS)
Terapi alternatif, tetapi organisme resisten yang umum di daerah tropis
• Doxycycline (Doryx, Vibramycin, Vibra-Tabs)
Untuk V cholerae atau infeksi parahaemolyticus V. Menghambat sintesis protein dan
pertumbuhan bakteri
• Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm)
Nonabsorbed (<0,4%), spektrum luas antibiotik khusus untuk patogen enterik dari
saluran pencernaan (yaitu, gram-positif, gram negatif, aerobik, anaerobik).
tata laksana
INTOKSIKASI ALKOHOL
• alcohol dependence (alcoholism)
ditandai dengan kecanduan alkohol, ketidakmampuan untuk
memberhentikan minum alkohol, terjadinya withdrawal symptom
setelah memberhentikan minum (ketergantungan secara fisik)
dan toleransi.
• alcohol abuse (harmful use)
apabila alkohol dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis
yang khas dalam waktu 12 bulan.
• Intoksikasi alkohol
apabila jumlah dari alkohol yang dikonsumsi mengakibatkan
abnormalitas fisik dan tingkah laku.
definisi
(Moss M et al, 2006)
etiologi
Intoksikasi
Alkohol
Asidosis metabolik
Kondisi hiperosmolal
JENIS KERACUNAN ZAT PENYEBAB ABNORMALITAS
Intoksikasi etanol (Alcoholic
ketoacidosis)
Asam β-hidroksibutirat
Asam asetoasetat
Asidosis metabolic
Intoksikasi metanol Asam format
Asam laktat
Badan keton
Asidosis metabolic
Hiperosmolalitas
Kerusakan retina (kebutaan)
Kerusakan putamen dengan
tanda disfungsi neurologis
Intoksikasi etilene glikol Asam glikolat
Kalsium oksalat
Kerusakan otot jantung dan otak
Gagal ginjal
Asidosis metabolic
Hiperosmolalitas
Hipokalsemia
JENIS KERACUNAN ZAT PENYEBAB ABNORMALITAS
Intoksikasi dietilene glikol HEAA (2-
Hydroxyethoxyacetic
acid)
Kerusakan otak
Gagal ginjal
Asidosis metabolic
Hiperosmolalitas
Intoksikasi propylene glikol Asam laktat Asidosis metabolic
Hiperosmolalitas
Intoksikasi isopropanolol Isopropanolol
Aseton
Koma
Hipotensi
Hiperosmolalitas
Osmolalitas
• Nilai normal : 285-290 mOsm/ L
• Osm = 2xNa+ + urea/6 + glukosa/18
• Metanol > etanol > isopropanolol > etilene glikol >
propilene glikol > dietilene glikol
Metabolisme
Metabolisme
METHANOL
• Formaldehyde  rusak fosforilasi oksidatif
retina
• Asam format  rusak diskus optikus +
metabolik asidosis
• Tanda (6-24jam) : gangguan penglihatan (visus
↓, photophobia, kabur) + nyeri perut +
delirium / stupor / koma
ETILENE GLIKOL
• Asam glikolat  asidosis metabolik, rusak
respirasi selular (asam laktat ↑)
• Asam oksalat + kalsium  AKI, gangguan
miocard, neurologis, respirasi + kalsium darah
↓ (fungsi jantung ↓, BP ↓)
• Tanda : gangguang fx neurologis (12-24jam) 
disfungsi kardiopulmoner (18-36 jam) 
disfungsi renal (24-72jam)
DIETILENE GLIKOL
• HEAA  asam glikolat ↑ + asam oksalat ↑ 
asidosis metabolik + disfungsi organ
• Tanda (1-7 hari) : AKI (oligouri/nonoligouri) +
hepatitis + pankreatitis (nyeri perut, diare,
hepatomegaly, jaundice) + gangguan
neurologis (sakit kepala, gangguan mental,
neuripaty cranialis, bulbar palsy)
PROPILENE GLIKOL
• Asam laktat  asidosis metabolik
• Penggunaan obat dengan pelarut propilene
glikol : fenitoin, diazepam, nitorgliserin, dll
• Tanda : gagal ginjal + asidosis metabolik
ETANOL
• Alcoholic Ketoacidosis
• Acetaldehyde ↑  acetyl CoA ↑  badan keton
↑
• Asam asetoasetat + β-hidroksibutirat ↑ 
asidosis metabolik
• Pada peminum alkohol berat (heavy binge
drinker)
• Tanda : AKA + acute/chronic liver disease (mual-
muntah, nyeri perut, gangguan status mental
tanpa tanda fokal)
ISOPROPANOLOL
• Isopropanolol ↑ + aseton ↑  disfungsi
organ tanpa asidosis metabolik
• Bunuh diri / tidak sengaja meminum cairan
pembersih
• Tanda (30-60 menit) : nyeri perut, mual,
muntah, diare, perubahan perilaku, hipotensi,
koma/ meninggal
tata laksana
• memastikan status hidrasi
• Memastikan kadar gula darah pasien
• airway, breathing, dan circulation.
• H2-blocker atau proton pump inhibitor.
• Hemodialisis hanya dilakukan jika terdapat gangguan
hemodinamik.
• Karena methanol dan etilen glikol sama-sama dimetabolisme
oleh alcohol dehydrogenase, terapi yang dibutuhkan sama
(Levine dan Tarabar, 2015).
• Terapi antidot primer methanol dan etilen glikol  pengeblokan alcohol
dehydrogenase oleh etanol atau fomepizol.
ETANOL 5% ATAU 10%
• Etanol memiliki afinitas 10-20 kali lebih besar daripada metanol.
• loading dose sebesar 600 mg/kgBB, diikuti drip 66-154 mg/kgBB/jam.
• Target konsentrasi serum yang direkomendasikan adalah 100-150 mg/dL.
• Efek samping: hipoglikemia, inebriasi, depresi SSP, pancreatitis, dan flebitis
lokal
tata laksana
(Levine dan Tarabar, 2015)
FOMEPIZOLE (MISAL 4-METHYLPIRIZOLE, 4-MP, ANTIZOL)
• mempunyai afinitas lebih besar dibanding etanol maupun metanol, dan
lebih aman dibanding etanol.
• loading dose fomepizole sambil dilakukan pengukuran kadar toksisitas
alkohol dalam darah.
• loading dose 15 mg/kgBB, diikuti dosis 10 mg/kgBB setiap 12 jam untuk 4
dosis.
• Pemberian selanjutnya dosis harus ditingkatkan hingga 15 mg/kgBB.
• Pemberian fomepizol dilanjutkan hingga konsentrasi metanol atau etilen
glikol <20 mg/dL.
tata laksana
(Levine dan Tarabar, 2015)
ASIDOSIS METABOLIK
• infus natrium bikarbonat.
• Jika diduga intoksikasi methanol  asam folinat dosis 1 mg/kgBB, dengan dosis
maksimal 50 mg, diulang setiap 4 jam. Asam folat dapat diberikan dengan dosis
yang sama.
• Jika diduga intoksikasi etilen glikol, diberikan thiamine intravena 100 mg/6 jam dan
piridoksin 50 mg/6 jam  shunt metabolism
HEMODIALISIS
Pasien yang disertai
(1) pH arteri <7,1,
(2) penurunan pH >0,05 pada darah arteri setelah pemberian natrium bikarbonat,
(3) pH <7,3 walaupun dengan terapi bikarbonat,
(4) peningkatan kreatinin serum hingga 90 mmol/L, dan (5) konsentrasi metanol
atau etilen glikol plasma awal ≥50 mg/dL.
tata laksana
(Levine dan Tarabar, 2015)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Shock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi CairanShock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi Cairan
Eri Yanuar Akhmad B Sunaryo
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
Surya Amal
 
Preeklampsia berat
Preeklampsia beratPreeklampsia berat
Preeklampsia berat
Gilang Rizki Al Farizi
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
hersu12345
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
dr_kelana
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darahDina Awwe
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
dr.Ade Adra
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
Dika Saja
 
Regurgitasi mitral
Regurgitasi mitralRegurgitasi mitral
Regurgitasi mitralSalimah Aj
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
muhammad ikhlas yakin
 
EKG
EKGEKG
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
fikri asyura
 
Abses leher dalam
Abses leher dalamAbses leher dalam
Abses leher dalam
Abdelrahman M. S. Alnweiri
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
dini dimas
 

What's hot (20)

Shock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi CairanShock dan Resusitasi Cairan
Shock dan Resusitasi Cairan
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Preeklampsia berat
Preeklampsia beratPreeklampsia berat
Preeklampsia berat
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
Regurgitasi mitral
Regurgitasi mitralRegurgitasi mitral
Regurgitasi mitral
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Pengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomiPengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomi
 
EKG
EKGEKG
EKG
 
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
 
Abses leher dalam
Abses leher dalamAbses leher dalam
Abses leher dalam
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 

Viewers also liked

Intoksikasi sianida
Intoksikasi sianida Intoksikasi sianida
Intoksikasi sianida
Regina Fristasari
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
Inoy Trisnaini
 
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi LingkunganToksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Nur Angraini
 
Toksikologi bahan kimia
Toksikologi bahan kimiaToksikologi bahan kimia
Toksikologi bahan kimiaAgus Candra
 
Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1Agus Candra
 
Metabolisme mikroba mikroorganisme
Metabolisme mikroba mikroorganismeMetabolisme mikroba mikroorganisme
Metabolisme mikroba mikroorganisme
Jun Mahardika
 
bahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksibahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksiMelly Luthfiyani
 
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XI
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XIPenyakit Pencernaan Biology Kelas XI
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XI
tyvaniaRsashi
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Nusdianto Triakoso
 
Colibacillosis
ColibacillosisColibacillosis
Colibacillosis
udayana
 
Nectura
Nectura Nectura
Nectura
Eugenia Tan
 
Ppt on anthrax and dengue fever
Ppt on anthrax and dengue feverPpt on anthrax and dengue fever
Ppt on anthrax and dengue fever
Mital Patel
 
Autotroph & heterotroph bacteria
Autotroph &  heterotroph bacteriaAutotroph &  heterotroph bacteria
Autotroph & heterotroph bacteriaMochammad Ridwan
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
Yandi Novia (Debu Yandi)
 
Uji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatikUji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatik
Leonardo Rexano
 
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoirAntibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
almaples
 
Keamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolahKeamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolah
rengramgress
 

Viewers also liked (20)

Intoksikasi sianida
Intoksikasi sianida Intoksikasi sianida
Intoksikasi sianida
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
 
Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi LingkunganToksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
Toksikologi Umum dan Toksikologi Lingkungan
 
Toksikologi bahan kimia
Toksikologi bahan kimiaToksikologi bahan kimia
Toksikologi bahan kimia
 
Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1Toksikologi pertemuan 1
Toksikologi pertemuan 1
 
Metabolisme mikroba mikroorganisme
Metabolisme mikroba mikroorganismeMetabolisme mikroba mikroorganisme
Metabolisme mikroba mikroorganisme
 
Sianida
SianidaSianida
Sianida
 
Metabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobialMetabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobial
 
bahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksibahan pangan sebagai sumber infeksi
bahan pangan sebagai sumber infeksi
 
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XI
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XIPenyakit Pencernaan Biology Kelas XI
Penyakit Pencernaan Biology Kelas XI
 
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakosoAspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
Aspek klinis dan penyebaran pada pengendalian penyakit ternak - triakoso
 
Colibacillosis
ColibacillosisColibacillosis
Colibacillosis
 
Nectura
Nectura Nectura
Nectura
 
Ppt on anthrax and dengue fever
Ppt on anthrax and dengue feverPpt on anthrax and dengue fever
Ppt on anthrax and dengue fever
 
Autotroph & heterotroph bacteria
Autotroph &  heterotroph bacteriaAutotroph &  heterotroph bacteria
Autotroph & heterotroph bacteria
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 
Uji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatikUji toksisitas akuatik
Uji toksisitas akuatik
 
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoirAntibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus: Investigation of a poultry reservoir
 
Keamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolahKeamanan pangan di sekolah
Keamanan pangan di sekolah
 

Similar to Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi

PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
dinakardina13
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab munaSeptian Muna Barakati
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
ardiners
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaCha Cha
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab munaOperator Warnet Vast Raha
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab munaOperator Warnet Vast Raha
 
Mikroba patogen
 Mikroba patogen Mikroba patogen
Mikroba patogen
Syartiwidya Syariful
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Encepal Cere
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Ai Coryde
 
3097875.ppt
3097875.ppt3097875.ppt
3097875.ppt
Omniya Jay
 
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupmPeningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Endang Sri Lestari
 
Askep pencernaan bagian atas
Askep pencernaan bagian atasAskep pencernaan bagian atas
Askep pencernaan bagian atas
arniwianti
 
Bakteriologi klinik
Bakteriologi klinikBakteriologi klinik
Bakteriologi klinik
wahyufaisal
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
Yusuf Saktian
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Ryan Shaputra
 
Diare & water related disease
Diare & water related diseaseDiare & water related disease
Diare & water related disease
Muhammad Munandar
 

Similar to Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi (20)

PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan gea
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis148111843 leaflet-gastristis
148111843 leaflet-gastristis
 
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
148111843 leaflet-gastristis akper pemkab muna
 
Mikroba patogen
 Mikroba patogen Mikroba patogen
Mikroba patogen
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
3097875.ppt
3097875.ppt3097875.ppt
3097875.ppt
 
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupmPeningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
 
Askep pencernaan bagian atas
Askep pencernaan bagian atasAskep pencernaan bagian atas
Askep pencernaan bagian atas
 
Bakteriologi klinik
Bakteriologi klinikBakteriologi klinik
Bakteriologi klinik
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
 
Diare & water related disease
Diare & water related diseaseDiare & water related disease
Diare & water related disease
 

Recently uploaded

Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 

Recently uploaded (20)

Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 

Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi

  • 1. RESPONSI KASUS GASTROENTEROHEPATOLOGI INTOKSIKASI MAKANAN & INTOKSIKASI ALKOHOL ROSRES, LENDY N.M.; LAKSMI, DYAH AYU; SANTOSO, A.M. HENRY PEMBIMBING: dr. BOGI PRATOMO, Sp.PD-KGEH LABORATORIUM / SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR MALANG JUNI 2015
  • 2. PENDAHULUAN Sekitar 70 % kasus keracunan makanan di dunia disebabkan oleh makanan siap santap. (Depkes, 2000) Dari 2000 laporan setiap tahunnya, 63 pusat keracunan melaporkan 2.168.248 kasus keracunan pada manusia yang disebabkan pemaparan zat toksik. (Moklhlest et al, 2003)
  • 4. definisi Penyakit akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri dan/atau racun yang diproduksinya, atau oleh parasit, virus, atau bahan kimia. Patogen yang paling umum antara lain Norovirus, Escherichia coli, Salmonella, Clostridium prefringens, Campylobacterm dan Staphylococcus aureus. (Susannah Dewi, 2003)
  • 5. etiologi CDC: 97% kasus keracunan makanan akibat penanganan tidak tepat; 79% kasus akibat disiapkan di perusahaan komersial atau institusional; 21% kasus akibat disiapkan di rumah. Penyebab paling umum (1) meninggalkan makanan siap saji pada suhu yang optimal untuk pertumbuhan bakteri, (2) proses memasak tidak memadai atau pemanasan ulang, (3) kontaminasi silang, dan (4) infeksi pada penjamah makanan (Kontaminasi silang) Bakteri  75% wabah keracunan makanan
  • 8. klasifikasi berdasarkan patogenesis 1. Racun yang masuk ke tubuh  S. aureus, B. cereus, c. botulinum, C. perfringens 2. Bakteri noninvasif, dan melepas racun saat menepel di usus  ETEC, V. cholera, C. jejuni 3. Invasi ke sel epitel usus  Shigella, Salmonella 4. Bakteri masuk ke peredaran darah melalui saluran cerna  S. typhii, L. monocytogenesi
  • 10. Toksikosis Vs Food-Infections Toksikosis makanan  “media kultur”  mikroorganisme tubuh dan memproduksi racun Clostridia, Bacillus, Staphylococcus “Food Infections” makanan  “vektor”  mungkin tidak tumbuh, namun saat dikonsumsi akan menginfeksi dengan memproduksi sarucn / invasi langsung Salmonella, Shigella, Vibrio
  • 11. STAPHYLOCOCCUS AUREUS • Roti, ham, daging ayam, daging sapi, susu, daging ikan, salad. • Enterotoksin A  menempel di dinding usus  sensoris  n. vagus + simpatis  mual • Enterotoksin  berikatan dengan MHC II  pembelahan sel T  sitokin ↑ (IL-2 + TNF-α) -  diare
  • 12. BACILLUS CEREUS • Nasi dan sayuran yang didinginkan pada suhu ruang setelah dimasak. • Toksin B. cereus  tahan panas • Inkubasi jangka pendek  nasi (enterotoksin tahan panas, berat molekul < 5.000 dalton) • Inkubasi jangka panjang  sayuran (enterotoksin rentan panas, berat molekul > 50.000 dalton) • Enteroktksin  aktifkan adenylate cyclase usus  sekresi cairan usus ↑  watery diarrhea
  • 13. CLOSTRIDIUM PERFRINGENS • Daging yang sudah masak lalu tidak disimpan dengan benar selama 1-2 hari • Sel vegetatif endospora di usus  endotoksin • 12 endotoksin  toksin alfa dan teta oleh strain A  penumpukan cairan berlebih di usus  nyeri perut akut , diare, mual, muntah
  • 14. CLOSTRIDIUM BOTULINUM • Makanan kaleng yang tidak disterilisasi dan dikemas dengan benar. • Toksin botulinum dilepaskan saat bakteri mati dan lisis • Toksin botulinum  tahan asam dan getah pencernaan lain  diserap sal. pencernaan atas  peredaran darah  NMJ  celah presinaps  pelepasan Ach ↓  kelumpuhan flaksid
  • 15.
  • 16. ETEC • Membentuk koloni di proksimal usus halus  toksin LT (heat-labile) dan ST (heat-stabile). • Toksin LT  subunit A dan B. Subunit B + GM1 di permukaan sel usus  masuknya subunit A ke dalam sel usus  aktifkan adenylate cyclase  c-AMP ↑  hipersekresi cairan dan elektrolit  hambat reabsorbsi natrium.
  • 17.
  • 18. EHEC • Daging olahan yang tiak dimasak dengan matang + olahan susu mentah • Shiga-like toksins (SLT) = verotoksin  mematikan sel-sel epitel usus halus
  • 19.
  • 20. VIBRIO PARAHEMOLYTICUS • Invasi langsung ke epitel usus. • Daging kepiting, udang, dll, yang tidak matang • Infeksi  gastroenteritis akut  nyeri perut, mual-muntah, demam • Periode inkubasi : 7-48 jam
  • 21.
  • 22. SALMONELLA ENTERITIDIS • Daging dan telur unggas, serta produk susu. • Bakteri masuk melalui epitel hingga lamina propria usus  membelah diri  mediator inflamasi ↑  demam + prostaglandin ↑  sekresi elektrolit + cairan ↑  diare
  • 23.
  • 24. YERSINIA ENETROCOLITICA • Daging babi yang tdak dimasak hingga matang, susu yang tida dipasteurisasi dengan baik. • Memiliki pertahanan terhdap komplemen dan fagistosis • Suhu < 30oC  Toksin ST  demam, sakit perut, diare (bloody type)
  • 25.
  • 26. CAMPYLOBACTER JEJUNI • Fecal-oral route  berasal dari hewan peternakan, burung, anjing, daging unggas • Invasif pada sel dinding usus  produksi toksin  aktivasi adenylate cyclase  demam, nyeri perut, diare, lemas, sakit kepala
  • 27.
  • 29. • 1-6 jam, mual + muntah : S. aureus, B. cereus • 8-16 jam, nyeri perut + diare : C. perfringens, B. cereus • 16-48 jam, demam + nyeri perut : Y. enterocolitica • 16-48 jam, demam + nyeri perut + diare : Salmonella, Shigella, V. parahemolyticus, EIEC, C. jejuni • 18-36 jam, mual-muntah + diare + kelemahan : C. botulinum • 16-72 jam, nyeri perut + diare cair : ETEC, V. cholera, V. parahemolyticus, NAG vibrios, Norwalk virus • 72-120 jam, diare berdarah (tanpa demam) : EHEC
  • 30. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES S. aureus Custard and cream filed bakery food, ham, chicken, meat, milk, fish, salads, puddings, pie. Since the ingested food contains performed toxin, the incubation period is usually 1-6 hours. Sudden vomiting and diarrhea but no fever. The illness lasts less than 12 hours. There are no complications and treatment is usually not necessary.
  • 31. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES Bacillus cereus Commonly associated with rice and vegetables. 1-6 hours in short- incubation form and 8-16 hours in long- incubation form. Emetic-type (short-incubation): nausea, vomiting, abdominal cramps. Diarrheal- type (long- incubation): abdominal cramps, watery diarrhea.
  • 32. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES C. Perfringens Meat products that are eaten 1-2 days after preparation. Meats that have been cooked (cooled slowly), and then held for some time before eating. Fish pastes and cold chicken. 8-24 hours Illness is characterized by acute abdominal pain, diarrhea, and vomiting. Illness is self- limiting and patient recovers in18-24 hours.
  • 33. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES C. botulinum Home canned or bottled meat, vegetables and fish, low-medium acid canned food. The anaerobic environment encourage the overgrowth of spores. 12-36 hours Vomiting, thirst, dryness of mouth, constipation, ocular paresis, difficulty in speaking and swallowing, coma or delirium, death due to respiratory paralysis.
  • 34. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES ETEC Food or water contaminated with ETEC, contamination of water with human sewage, contamination foods, infected food handlers. 16-72 hours Sudden watery diarrhea, nausea, vomiting, abdominal cramp, bloating. Known as traveler’s diarrhea.
  • 35. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES EHEC Cattle : undercooked hamburger meat, raw milk, cream, and cheeses made from raw milk. 72-120 hours Initial symptoms may be diarrhea with abdominal cramps, which may turn into grossly bloody diarrhea in a few days. There is however, no fever.
  • 36. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES V. parahemolyticus Infections are associated with consumption of uncooked or undercooked crabs, prawns, shrimps and other seafoods. 7-48 hours The clinical infection is characterized by a sudden onset of acute gastroenteritis. Infection may also result in diarrhea, abdominal pain, vomiting and fever.
  • 37. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES S. enteritidis Infected chicken and poultry, including its feces, eggs or flesh of dressed fowl, milk and milk products (ice creams) 12-36 hours Sudden abdominal pain, nausea, vomiting, diarrhea (watery, greenish and foul smelling), headache, chills, prostration, muscular weakness and
  • 38. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES Y. enterocolitica Raw or undercooked pork products, unpasteurized milk or untreated water. 4-7 days Fever, abdominal pain, and bloody diarrhea, pseudoappendicit is, mesenteric lymphadenitis, and terminal ileitis.
  • 39. PATHOGENIC MICROORGANISM INCRIMINATED FOOD INCUBATION PERIOD CLINICAL FEATURES C. jejuni Fecal-oral route, farm animals, birds, dogs, processed poultry, milk, meat products, contaminated water, undercooked poultry and unpasteurized dairy. 2-11 days Abdominal pain and cramps, diarrhea, malaise, headache, fever. Watery / bloody diarrhea, bacteremia.
  • 40. diagnosis ANAMNESIS durasi penyakit, karakteristik dan frekuensi buang air besar, dan hal-hal yang berhubungan dengan perut dan gejala sistemik, dapat memberikan petunjuk untuk penyebab yang mendasari. Adanya sumber yang sama, jenis makanan tertentu, dan penggunaan antibiotik selalu harus diselidiki. (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 41. PEMERIKSAAN FISIK • Keparahan dehidrasi: – Mulut kering, penurunan produksi keringat, dan penurunan urin ouput  dehidrasi ringan-sedang – orthostasis, takikardia, dan hipotensi  dehidrasi berat. – Ditemukan pada pasien muntah atau diare yang cukup sering dan lama: mata cowong, mukosa mulut kering, turgor kulit menurun, tampak haus, penurunan kesadaran. • Rectal Toucher: untuk memvisualisasikan tinja, menguji darah samar, dan meraba mukosa dubur untuk setiap lesi. • Makula rosea dan hepatosplenomegali  infeksi Salmonella typhi. • Eritema nodosum dan faringitis eksudatif  infeksi Yersinia. • Selulitis dan otitis media  Vibrio vulnificus atau Vibrio alginolyticus • Tanda-tanda gagal nafas dan parese saraf-saraf motoris. infeksi toksin botulinum diagnosis (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 42. PEMERIKSAAN PENUNJANG • fekal smear  mendeteksi telur dan parasit • biakan kuman, • pengecatan gram, pewarnaan metilen blue  mendeteksi leukosit, membantu membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif • kultur bakteri  Salmonella, Shigella, dan Campylobacter (wajib jika feses ada leukosit atau darah disertai demam 3-4 hari • pengecekan sensitivitas kuman terhadap antibiotik. diagnosis
  • 43. STUDI LABORATORIUM • CBC dengan differential count, • elektrolit serum, • BUN/kreatinin STUDI RADIOLOGI • Radiografi abdomen supine dan erect TES LAIN • Sigmoidoskopi/kolonoskopi dengan biopsi dan esophagogastroduodenoscoy (EGD) dengan aspirasi duodenum dan biopsi diagnosis (menilai respon inflamasi dan tingkat dehidrasi)
  • 44. tata laksana • Rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit  ORS atau intravena solution ORS: cairan bening dan larutan glukosa dan natrium. ORS sederhana: 1 sendok teh garam dan 4 sendok teh gula dalam 1 liter air. ORS membantu kotranspor glukosa, natrium, dan air di epitel usus. WHO: larutan yang mengandung 3,5 g natrium klorida, 2,5 g natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. • Infus  pada dehidrasi berat. (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 45. tata laksana • Absorben (Kaopectate, aluminium hidroksida) Membantu mengontrol buang air besar, namun tidak mengubah perjalanan penyakit atau proses kehilangan cairan. • Agen antisekresi (bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol)). 30 mL setiap 30 menit, tidak lebih dari 8-10 dosis. (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 46. • Antiperistaltics (turunan opiat) Tidak boleh digunakan pada pasien dengan demam, keracunan sistemik, atau diare berdarah atau pada pasien yang kondisinya baik tidak menunjukkan perbaikan atau memburuk 1. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) Dosis awal: 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d). 2. Loperamide (Imodium) meningkatkan penyerapan elektrolit dan air di usus, menurunkan motilitas usus dan sekresi. Dosis awal: 4 mg, diikuti oleh 2 mg setelah setiap diare, tidak lebih dari 16 mg dalam 24 jam. Jika gejala menetap lebih dari 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja dan mulai pengobatan empiris tata laksana
  • 47. • Shigella dan Campylobacter – diare (> 4 kali / hari) selama lebih dari 3 hari – demam, – sakit perut, – muntah, – sakit kepala, – mialgia. terapi lini pertama: fluoroquinolone 5 hari (misalnya, siprofloksasin 500 mg PO, norfloksasin 400 mg bid PO) merupakan. terapi alternatif: TMP / SMX (Bactrim DS 1 tab qd) tata laksana
  • 48. DIET defisiensi disakaridase akibat erosi brush-border usus  menghindari susu, produk- produk turunan susu, dan makanan yang mengandung laktosa lainnya ANTIDIARE Adsorben; Agen antisekresi; Antiperistaltics 1. Attapulgit (Kaopectate, Diasorb). Adsorben dan Allumunium hidroksida yang mengontrol diare,. 2. Bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol). Agen antisekresi + antimikroba dan anti- inflamasi. 3. Difenoksilat dan atropin (Lomotil, Lonox). Kombinasi obat yang terdiri dari diphenoxylate, yang merupakan meperidine congener sembelit, dan atropin untuk mencegah adiksi. Menghambat propulsi GI yang berlebihan dan motilitas. 4. Loperamide (Imodium). Menghambat peristaltik usus, memperpanjang perpindahan elektrolit dan cairan dan meningkatkan viskositas feses. tata laksana
  • 49. RAWAT JALAN Sebagian besar kasus adalah self-limited, perawatan tindak lanjut berkepanjangan tidak diperlukan. tata laksana
  • 50. ANTIBIOTIK • Ciprofloxacin (Cipro) Terapi lini pertama. Fluorokuinolon terhadap Pseudomonas, Streptococcus, MRSA, Staphylococcus epidermidis, dan sebagian besar organisme gram-negatif. • Norfloksasin (Noroxin) Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap Pseudomonas, Streptococcus, MRSA, S epidermidis, dan sebagian besar organisme gram-negatif. • Trimetoprim / sulfametoksazol (Bactrim DS, Septra DS) Terapi alternatif, tetapi organisme resisten yang umum di daerah tropis • Doxycycline (Doryx, Vibramycin, Vibra-Tabs) Untuk V cholerae atau infeksi parahaemolyticus V. Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri • Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm) Nonabsorbed (<0,4%), spektrum luas antibiotik khusus untuk patogen enterik dari saluran pencernaan (yaitu, gram-positif, gram negatif, aerobik, anaerobik). tata laksana
  • 52. • alcohol dependence (alcoholism) ditandai dengan kecanduan alkohol, ketidakmampuan untuk memberhentikan minum alkohol, terjadinya withdrawal symptom setelah memberhentikan minum (ketergantungan secara fisik) dan toleransi. • alcohol abuse (harmful use) apabila alkohol dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis yang khas dalam waktu 12 bulan. • Intoksikasi alkohol apabila jumlah dari alkohol yang dikonsumsi mengakibatkan abnormalitas fisik dan tingkah laku. definisi (Moss M et al, 2006)
  • 55. JENIS KERACUNAN ZAT PENYEBAB ABNORMALITAS Intoksikasi etanol (Alcoholic ketoacidosis) Asam β-hidroksibutirat Asam asetoasetat Asidosis metabolic Intoksikasi metanol Asam format Asam laktat Badan keton Asidosis metabolic Hiperosmolalitas Kerusakan retina (kebutaan) Kerusakan putamen dengan tanda disfungsi neurologis Intoksikasi etilene glikol Asam glikolat Kalsium oksalat Kerusakan otot jantung dan otak Gagal ginjal Asidosis metabolic Hiperosmolalitas Hipokalsemia
  • 56. JENIS KERACUNAN ZAT PENYEBAB ABNORMALITAS Intoksikasi dietilene glikol HEAA (2- Hydroxyethoxyacetic acid) Kerusakan otak Gagal ginjal Asidosis metabolic Hiperosmolalitas Intoksikasi propylene glikol Asam laktat Asidosis metabolic Hiperosmolalitas Intoksikasi isopropanolol Isopropanolol Aseton Koma Hipotensi Hiperosmolalitas
  • 57. Osmolalitas • Nilai normal : 285-290 mOsm/ L • Osm = 2xNa+ + urea/6 + glukosa/18 • Metanol > etanol > isopropanolol > etilene glikol > propilene glikol > dietilene glikol
  • 60. METHANOL • Formaldehyde  rusak fosforilasi oksidatif retina • Asam format  rusak diskus optikus + metabolik asidosis • Tanda (6-24jam) : gangguan penglihatan (visus ↓, photophobia, kabur) + nyeri perut + delirium / stupor / koma
  • 61. ETILENE GLIKOL • Asam glikolat  asidosis metabolik, rusak respirasi selular (asam laktat ↑) • Asam oksalat + kalsium  AKI, gangguan miocard, neurologis, respirasi + kalsium darah ↓ (fungsi jantung ↓, BP ↓) • Tanda : gangguang fx neurologis (12-24jam)  disfungsi kardiopulmoner (18-36 jam)  disfungsi renal (24-72jam)
  • 62. DIETILENE GLIKOL • HEAA  asam glikolat ↑ + asam oksalat ↑  asidosis metabolik + disfungsi organ • Tanda (1-7 hari) : AKI (oligouri/nonoligouri) + hepatitis + pankreatitis (nyeri perut, diare, hepatomegaly, jaundice) + gangguan neurologis (sakit kepala, gangguan mental, neuripaty cranialis, bulbar palsy)
  • 63. PROPILENE GLIKOL • Asam laktat  asidosis metabolik • Penggunaan obat dengan pelarut propilene glikol : fenitoin, diazepam, nitorgliserin, dll • Tanda : gagal ginjal + asidosis metabolik
  • 64. ETANOL • Alcoholic Ketoacidosis • Acetaldehyde ↑  acetyl CoA ↑  badan keton ↑ • Asam asetoasetat + β-hidroksibutirat ↑  asidosis metabolik • Pada peminum alkohol berat (heavy binge drinker) • Tanda : AKA + acute/chronic liver disease (mual- muntah, nyeri perut, gangguan status mental tanpa tanda fokal)
  • 65. ISOPROPANOLOL • Isopropanolol ↑ + aseton ↑  disfungsi organ tanpa asidosis metabolik • Bunuh diri / tidak sengaja meminum cairan pembersih • Tanda (30-60 menit) : nyeri perut, mual, muntah, diare, perubahan perilaku, hipotensi, koma/ meninggal
  • 66. tata laksana • memastikan status hidrasi • Memastikan kadar gula darah pasien • airway, breathing, dan circulation. • H2-blocker atau proton pump inhibitor. • Hemodialisis hanya dilakukan jika terdapat gangguan hemodinamik. • Karena methanol dan etilen glikol sama-sama dimetabolisme oleh alcohol dehydrogenase, terapi yang dibutuhkan sama (Levine dan Tarabar, 2015).
  • 67. • Terapi antidot primer methanol dan etilen glikol  pengeblokan alcohol dehydrogenase oleh etanol atau fomepizol. ETANOL 5% ATAU 10% • Etanol memiliki afinitas 10-20 kali lebih besar daripada metanol. • loading dose sebesar 600 mg/kgBB, diikuti drip 66-154 mg/kgBB/jam. • Target konsentrasi serum yang direkomendasikan adalah 100-150 mg/dL. • Efek samping: hipoglikemia, inebriasi, depresi SSP, pancreatitis, dan flebitis lokal tata laksana (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 68. FOMEPIZOLE (MISAL 4-METHYLPIRIZOLE, 4-MP, ANTIZOL) • mempunyai afinitas lebih besar dibanding etanol maupun metanol, dan lebih aman dibanding etanol. • loading dose fomepizole sambil dilakukan pengukuran kadar toksisitas alkohol dalam darah. • loading dose 15 mg/kgBB, diikuti dosis 10 mg/kgBB setiap 12 jam untuk 4 dosis. • Pemberian selanjutnya dosis harus ditingkatkan hingga 15 mg/kgBB. • Pemberian fomepizol dilanjutkan hingga konsentrasi metanol atau etilen glikol <20 mg/dL. tata laksana (Levine dan Tarabar, 2015)
  • 69. ASIDOSIS METABOLIK • infus natrium bikarbonat. • Jika diduga intoksikasi methanol  asam folinat dosis 1 mg/kgBB, dengan dosis maksimal 50 mg, diulang setiap 4 jam. Asam folat dapat diberikan dengan dosis yang sama. • Jika diduga intoksikasi etilen glikol, diberikan thiamine intravena 100 mg/6 jam dan piridoksin 50 mg/6 jam  shunt metabolism HEMODIALISIS Pasien yang disertai (1) pH arteri <7,1, (2) penurunan pH >0,05 pada darah arteri setelah pemberian natrium bikarbonat, (3) pH <7,3 walaupun dengan terapi bikarbonat, (4) peningkatan kreatinin serum hingga 90 mmol/L, dan (5) konsentrasi metanol atau etilen glikol plasma awal ≥50 mg/dL. tata laksana (Levine dan Tarabar, 2015)