Zaman Mesolitikum adalah periode antara Paleolitikum dan Neolitikum ketika manusia masih berpindah-pindah mengumpulkan makanan dan membuat alat-alat batu sederhana seperti kapak genggam. Manusia pada zaman ini didominasi ras Melanesoid dari Papua. Beberapa budaya yang berkembang antara lain Pebble Culture, Bone Culture, dan Flakes Culture.
2. Definisi Zaman Mesolithikum
Mesolitikum (Bahasa Yunani: mesos
"tengah", lithos “batu”) atau "Zaman Batu
Pertengahan" adalah suatu periode
dalam perkembangan teknologi manusia,
antara Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
dan Neolitikum (Zaman Batu Muda).
Istilah ini diperkenalkan oleh John
Lubbock dalam makalahnya "Jaman
Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic
Times) yang diterbitkan pada tahun 1865.
Namun istilah ini tidak terlalu sering
digunakan sampai V. Gordon Childe
mempopulerkannya dalam bukunya The
Dawn of Europe.
3. Ciri Zaman Mesolithikum
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan
makanan),
b. alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum
yakni masih merupakan alat-alat batu kasar,
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken
Mondinger (sampah dapur),
d. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble),
Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan
kapak-kapak dari batu kali yang dibelah,
e. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Flores.
f. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa
Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain:
Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-
alat dari tulang,
g. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua—
Melanosoid,
h. Pada zaman ini memiliki empat bagian penting kebudayaan di zaman
mesolithikum, yaitu :
– Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger),
4. Kebudayaan Mesolitikum
a. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang),
b. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari
Abris Sous Roche),
c. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak
genggam dari Kjoken Mondinger),
d. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
5. BONE CULTURE/ SAMPUNG BONE CULTURE (KEBUDAYAAN ALAT DARI
TULANG)
Pada kebudayaan ini banyak di temukan alat-alat
yang ditemukan di zaman batu mesolitikum lebih
banyak terbuat dari tulang dan tanduk rusa. Alat-alat
itu ditemukan di abris sous roche.
Arbis sous roche adalah goa yang menyerupai
ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai
tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan
Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein
Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu,
dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur.
Bersamaan alat-alat dari budaya, ditemukan pula
fosil manusia papua-melanesoid.
6. FlakesCulture
(kebudayaan alat serpihdari AbrisSaus Roche)
Selama tahun 1893-1896 dua orang bersaudara
sepupu, berkebangsaan swiss, bernama Fritz Sarasin dan
Paul Sarasin melakukan penelitian di gua-gua di
lumancong Sulawesi selatan yang masih didiami suku
bangsa Toala. Mereka berhasil menemukan alat-alat serpih
(flake) mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang. Van
Stein Callenfels memastikan kebudayaan Toala tersebut
merupakan kebudayaan mesolitikum yang berlangsung
sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.
Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang
disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan
benda-benda perunggu
7. Pebble Culture
Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara
Langsa (Aceh), dan ditemukan bekas-bekas tempat
tinggal manusia di zaman mesolitikum.temuan itu berupa
kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang
mencapai 7 meter, dalam bahasa denmark biasa disebut
kjokkenmoddinger (sampah dapur). Hal ini diteliti oleh Dr.
P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925. Sampah
dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami
proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan
bahkan ribuan tahun.
8. Di dalam sana Dr. P. V. van Stein Callenfels juga menemukan :
Kapak Sumatera:
Di tempat itu ditemukan benda-benda kebudayaan seperti kapak
genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatera
(Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak
tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya
masih kasar.
Batu penggiling :
Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu
penggiling beserta landasannya (pipisan) yang digunakan
untuk menghaluskan cat merah. Cat tersebut diperkirakan
digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir.
9. Alat – Alat Pada Zaman Mesolithikum
Kapak genggam (peble)
Kapak pendek (hache Courte)
Pipisan (batu penggiling)
Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali
yang dibelah (Flake)
Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
10. Zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih
kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat
tersebut adalah:
a. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah
Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat
penetak / pemotong).
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat
tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak
bertangkai dan cara mempergunakannya
dengancara menggenggam. Pembuatan kapak
genggam dilakukan dengan cara memangkas
salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat
menggenggam. Kapak genggam berfungsi
menggali umbi, memotong, dan menguliti
11. b. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu,
memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia
kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus.
Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra
selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini
paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa
Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald
disebut kebudayan pacitan.
12. c. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman Mesolithikum
yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini
termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan
alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan
ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah
untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.
Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat
untuk menangkap ikan.
13. d. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas
makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan
Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang
binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya
untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi
dan buah-buahan.
14. e. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark
yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi
Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam
kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah
membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan
disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan.
Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia
purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V.
Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut
dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata
berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
15. Manusia pendukung
➢Manusia pendukung pada zaman ini adalah
homo sapiens (manusia sekarang), yaitu :
❑ Ras Austromelanosoide (mayoritas):
• Melanesoid (Papua)
• Aborigin (Australia)
❑ Ras Mongoloide (minoritas):
• Semang (Malaysia)
• Atca (Filipina)
➢Bukti :
• fosil-fosil manusia ras papua melanosoid, pada
kebudayaan tulang sampang maupun di bukit-bukit
kerang di sumatera
16. Kepercayaan Masyarakat pada zaman Mesolitikum
Masyarakat mesolitikum sudah mengenal
kepercayaan dan penguburan mayat.
Lukisan pada dinding yang dianggap magis.
Contoh: gambar tangan untuk penolak bala,
gambar kadal sebagai penjelmaan roh nenek
moyang, gambar perahu sebagai alat transportasi
roh nenek moyang ke alam baka.
Totemisme yaitu penyembahan terhadap binatang
– binatang disekitar yang dipercayai memiliki
kekuatan gaib.