2. • Pencegahan fraud adalah merupakan cara yang paling
efektif untuk mengurangi kerugian akibat fraud
• Tidak akan pernah ada pemenang dari pengungkapan fraud.
– Pelaku : penghinaaan dan rasa malu, konsekuensi legal
(ganti rugi dan bentuk-bentuk hukuman lainnya)
– Korban rugi : kehilangan membayar biaya untuk
penyelesaian secara hukum, mendapatkan publikasi
negatif dan dampak-dampak negatif lainnya.
Pencegahan Fraud
3. 1. Menciptakan dan mempertahankan budaya jujur
dan perilaku etis.
2. Menilai resiko potensi terjadinya fraud
3. Menciptakan respon konkrit untuk memitigasi
resiko dan mengeliminasi peluang terjadinya
fraud.
Aktifitas mendasar dalam pencegahan
fraud
4. Lima elemen penting:
1. Perilaku manajemen puncak yang sesuai,
2. Mempekerjakan karyawan yang tepat,
3. Mengkomunikasikan harapan-harapan pada seluruh jajaran
organisasi dan membuat konfirmasi tertulis secara periodik
mengenai harapan-harapan tersebut
4. Menciptakan lingkungan kerja yang positif,
5. Mengembangkan dan menjaga kebijakan yang efektif dalam
menangani fraud ketika fraud tersebut telah terjadi.
Menciptakan dan Mempertahankan Budaya
Jujur dan Perilaku Etis
5. • Penelitian dalam bidang pengembangan moral menyarankan
bahwa kejururan dapat dipaksakan ketika model yang sesuai telah
diterapkan.
• Pada suatu organisasi, model tersebut kadang-kadang sering
mengacu pada apa yang disebut dengan “ tone at the top”.
• Manajemen dari suatu organisasi tidak bisa bertindak sesuatu dan
mengharapkan pihak-pihak lain dalam organisasi untuk beringkah
laku secara berbeda.
• Manajemen dapat mendorong/memaksa para pegawainya untuk
berperilaku etis. Salah satunnya dengan cara mengkomunikasikan
pada seluruh anggota organisasi/para pegawai bahwa setiap
tindakan tidak jujur, mencurigakan dan, tidak etis, tidak akan
pernah ditoleransi.
Perilaku manajemen puncak yang sesuai
6. Prosedur rekrutmen:
1. Melakukan investigasi latar belakang pada calon
karyawan.
2. pengecekan terhadap referensi dan mempelajari
bagaimana menginterpretasikan respon calon
karyawan tersebut terhadap beberapa
hal/pertanyaan yang diajukan.
3. Pengujian terhadap kejujuran dan atribut-atribut
lainnya.
Mempekerjakan karyawan yang tepat
7. 1) pengidentifikasian nilai-nilai dan etika
yang tepat.
2) training mengenai fraud
3) mengkomunikasikan ekspekasi yang
konsisten mengenai hukuman bagi para
pelanggar.
Mengkomunikasikan harapan-harapan pada seluruh jajaran organisasi
dan membuat konfirmasi tertulis secara periodik mengenai harapan-
harapan tersebut
8. Faktor-faktor yang terkait dengan tingginya level fraud yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang tidak positif diantaranya sebagai berikut:
– Manajemen puncak mengabaikan atau tidak peduli terhadap perilaku yang tepat
– Umpan balik negatif atau kurangnya pengakuan terhadap prestasi kerja
– Terdapatnya presepsi akan ketidakadilan dalam organisasi
– Manejemen yang lebih bersifat autokratif daripada partisipatif
– Kesetiaan organisasi yang rendah
– Ekspektasi anggaran yang tidak masuk akal
– Gaji yang terlalu rendah
– Peluang training dan promosi yang kecil
– Tingkat turnover dan absensi yang tinggi
– Terdapatnya tanggung jawab-tanggung jawab organisasi yang kurang jelas
– Komunikasi yang lemah dalam organisasi
Menciptakan lingkungan kerja yang
positif
9. 1. Identifikasi sumber fraud secara akurat dan ukur resiko
nya.
2. Impelementasi kontrol-kontrol pencegahan dan
pendeteksian yang tepat
3. Ciptakan pengawasan yang menyebar dikalangan
karyawan.
4. Melaksanakan pengecekan independen yang sesuai
serta termasuk fungsi audit yang efektif.
Kebijakan yang efektif dalam
menangani fraud
10. • High fraud environment
• Low fraud Environment
Atribut: budaya kejujuran, keterbukaan
dan assistansi
Fraud Prevention
11. Organizational Culture
11
Budaya kejujuran, keterbukaan,
dan pendampingan
Langkah-langkah
1. Memperkejakan karyawan
yang jujur dan melaksanakan
fraud awareness training.
1. Verifikasi semua informasi dalam berkas lamaran dan CV calon
karyawan
2. Mengharuskan setiap pelamar menjamin kebenaran semua
informasi yang terdapat dalam dokumen lamaran dan CV
mereka
3. Training manajemen untuk melaksanakan interview yang
efektif.
2. Menciptakan lingkungan kerja
yang positif.
1. Ciptakan ekspektasi mengenai kejujuran
2. kembangkan kebijakan pintu terbuka (open-door or easy
access policies)
3. Terapkan prosedur personalia dan operasi yang positif
3. Menyediakan EAP (Employee
Assistances Program).
1. Terapkan EAP yang membantu para pegawai dalam
menghadapi tekanan/masalah sedang mereka hadapi
12. • Micky adalah seorang staf bagian keuangan sebuah
perusahaan pengemasan buah-buahan. Dalam posisi itu dia
menggelapkan lebih dari $500,000 uang perusahaan. Ketika
ditanya kenapa dia melakukannya, dia menjawab” tidak
seorangpun dalam perusahaan ini, terutama sekali jajaran
manajemen yang peduli terhadap saya. Mereka sangat suka
meremehkan kemampuan saya. Mereka kasar pada saya.
Mereka pantas menerima apa yang sekarang mereka terima.
diadaptasi dari (Albrecht W. S., Albrecht, Albrecht, &
Zimbelman, 2009, p. 107)
Contoh fraud yang seharusnya bisa
dicegah melalui open door policy
13. Meminimalkan peluang
terjadinya fraud
lima cara meminimalkan peluang fraud:
1. Penerapan internal kontrol yang baik
2. Mencegah kolusi
3. Monitor pegawai dan sediakan sistem whistle-blowing
4. Ciptakan ekspektasi mengenai hukuman
5. Laksanakan audit yang bersifat proaktif
13
14. Robert adalah seorang kasir di bank New York. Selama tiga tahun dia
menggelapkan lebih dari $1.5 juta. Ketika fraud ditemukan diketahui bahwa Robert
memiliki kebiasaan berjudi, dia mengambil uang dengan cara memanipulasi akun-
akun yang bersifat dormant (akun yang cenderung pasif dengan volume transaksi
yang sangat kecil), ketika nasabah menyampaikan komplain terhadap akun mereka
Robert selalu menjadi orang yang akan memberi keterangan pada nasabah, dia
selalu minta maaf dan mengatakan, terjadi kesalahan di komputer (computer error)
“dia mengatakan bahwa bank telah memberikan dia banyak kepercayaan dan
otoritas untuk melakukan pengawasan. Dia megatakan bahwa jika terdapat satu lagi
supervisor dengan tanggung jawab yang sama atau dengan aturan cuti wajib satu
minggu yang dikombinasi dengan rotasi secara periodik, maka dia tidak akan
pernah bisa mecurangi bank tempat dia bekerja (berikutnya (diadaptasi dari
Albrect et al, 2009 hal 48-49)
Namun sering sekali fraud terjadi tidak disebabkan oleh lemahnya
pengendalian, melainkan karena adanya pengabaian terhadap
pengendalian itu sendiri yang sering kali dilakukan oleh manajemen dan
pihak lain.
17. Proactive Fraud Auditing
Langkah –langkah :
1.Identifikasi fraud area-area fraud
2.Identify gejala (symptoms)
3.Kembangkan program audit guna melihat
gejala fraud secara proaktif
4.Investigasi gejala fraud
17
18. Pencegahan Fraud – ringkasan
18
Ciptakan budaya kejujuran,
keterbukaan dan asistensi
Mengeliminasi peluang
Implementasi EAP
Penerapan “code of
ethics”
Cipatakan lingkungan kerja
yang positif
Pekerjakan karyawan yang
jujur dan laksanakan fraud
awareness training
Menerapkan internal
kontrol yang baik
Cegah kolusi
Publikasi
kebijakan
perusahaan
Monitor
pegawai
Menyediakan
hotlines
ciptakan
ekspektasi
mengenai
hukuman Lakukan audit
fraud secara
proaktif
19. Preventing Fraud – Current Model
19
Tahap 2:
Investigation
tahap 4:
Resolution
Tahap 3:
Action
Tahap 1:
Fraud Incident
20. Preventing Fraud – Suggested Model
20
Tone at the
Top Education
and
training
Investigation
and Follow-up
Proactive
Detection
Integrity
Risk and
Controls
Reporting
and
Monitoring