Teks tersebut membahas mengenai etika dalam manajemen keuangan dan contoh pelanggaran etika keuangan yang pernah dilakukan oleh PT Kimia Farma yaitu pemalsuan laporan keuangan tahun 2001 dengan menyajikan laba bersih sebesar Rp 132 miliar padahal hasil audit ulang hanya Rp 99,56 miliar. Pelanggaran ini mengakibatkan PT Kimia Farma dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 500 juta.
1. Nama : Ria Safitri
NIM : 55118110092
Mata Kuliah : Bussiness Ethics & Goog Governance
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM
Tugas Minggu ke-7
Ethical Issues In Financial Management
Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengaitkan pemerolehan
(acquisition), pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva dengan
tujuan secara menyeluruh dari suatu perusahaan. Manajemen terhadap fungsi
keuangan adalah semua kegiatan/aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan
usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan menggunakan dana
tersebut seefisien mungkin.
Manajemen keuangan dalam perkembangannya telah berubah:
a) Dari studi yang bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi analisis dan teori
yang normatif.
b) Dari bidang yang meliputi penggunaan dana/alokasi dana menjadi manajemen
dari aktiva dan penilaian perusahaan di dalam pasar secara keseluruhan.
c) Dari bidang yang menekankan pada analisis eksternal perusahaan menjadi bidang
yang menekankan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan.
Dengan permasalahan dan perkembangan manajemen keuangan yang dalam era ini
bukan hanya sekedar mengatur keuangan yang masuk dan keluar melainkan meluas
mencakup bagaimana cara agar mendapat perolehan dana yang dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan sampai kepada pengambilan keputusan pada permasalahan
yang cukup kompleks. Dengan urgensi manajemen keuangan tersebut tentunya
dalam memanaje atau mengatur keuangan perusahan harus memiliki aturan,
pedoman dan etika sendiri agar manajemen keuangan dapat berjalan sesuai aturan
2. yang berlaku dan tidak melanggar norma yang dikemudian hari merugikan
perusahaan.
Mari kita bahas mengenai Karakteristik Kecurangan atau pelanggaran etika
keuangan
Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa
dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu :
a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent
financial reporting).
b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing
yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
acuan terbaik dari “creative accounting” atau “earning management” adalah
Standar moral dan etika. Namun bagaimana menilai prilaku manajemen dalam
pelaporan keuangan? Pengungkapan atau discolusre yang memadai adalah sebuah
media yang diharuskan standar akuntansi, agar manajemen dapat menjelaskan
kebijakan dan praktek akuntansi yang dipilih.
Dua jenis pengungkapan yang dapat diberikan dalam laporan keuangan yaitu:
1. Mandatory disclosure (pengungkapan wajib)
2. Voluntary discolure (pengungkapan sukarela)
Tentunya jika manajemen dapat menggunakan media disclosure ini dalam
menjelaskan kebijakan dan praktek akuntansi yang dilakukan sehingga para
pengguna paham dan dapat menilai motivasi dibelakangnya, dan tidak merasa
dirugikan, sehingga kebijakan tersebut dapat dikatakan legal dan etis.
Whistle Blowing
3. Whistle blowing merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang karyawan untuk membocorkan kecurangan baik yang dilakukan oleh
perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang dilaporkan ini bisa saja
atasan yang lebih tinggi ataupun masyarakat luas. Rahasia perusahaan adalah
sesuatu yang konfidensial dan memang harus dirahasiakan, dan pada umumnya
tidak menyangkut efek yang merugikan bagi pihak lain, entah itu masyarakat atau
perusahaan lain. Whistle blowing menyangkut kecurangan tertentu yang merugikan
perusahaan sendiri maupun pihak lain, apabila dibongkar atau disebarluaskanakan
merugikan perusahaan, paling minimal merusak nama baik perusahaan tersebut.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
a. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan
perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan
bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,
melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan
demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin
melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral.
b. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada
pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat,
motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak orang, yang perlu
diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kecurangan
terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis
memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.
Ada pun kriteria standar etika untuk manajemen keuangan yaitu :
1) Competance
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk mempertahankan tingkat sesuai kompetensi profesional dengan
pengembangan pengetahuan dan keterampilan, melakukan tugas profesional
mereka sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis, menyiapkan
4. laporan lengkap dan jelas untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat
dipercaya.
2) Confidentiality
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang
diperoleh dalam pekerjaan mereka kecuali bila diizinkan, atau keperluan hukum
untuk melakukannya., menginformasikan pada bawahan, mengenai kerahasiaan
informasi yang diperoleh dalam pekerjaan mereka dan memantau kegiatan
mereka untuk menjamin pemeliharaan kerahasiaan, menahan diri dari untuk
menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dalam pekerjaan mereka untuk
keuntungan tidak etis atau ilegal baik secara pribadi atau melalui pihak ketiga.
3) Integritas
Adalah perlindungan terhadap dalam sistem dari perubahan yang tidak
terotorisasi, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Integritas
mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan
yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam
menjunjung etika. Mereka juga harus menolak pemberian dan hadiah yang
dapat mempengaruhi tindakan mereka. Mereka juga tidak boleh menjatuhkan
legitimasi perusahaan, tetapi harus mengakui keterbatasan profesionalisme
mereka, mengkomunikasikan informasi yang menguntungkan atau merugikan,
dan menjauhi diri dari prilaku yang dapat mendiskreditkan profesi mereka.
Seperti halnya kerahasiaan, integritas bisa dikacaukan oleh hacker, masquerader,
aktivitas user yang tidak terotorisasi, download file tanpa proteksi, LAN, dan
program program terlarang.
trojan horse dan virus), karena setiap ancaman tersebut memungkinkan
terjadinya perubahan yang tidak terotorisasi terhadap data atau program.
Sebagai contoh, user yang berhak mengakses sistem secara tidak sengaja
maupun secara sengaja dapat merusak data dan program, apabila aktivitas
mereka didalam sistem tidak dikendalikan secara baik.
5. 4) Objektivitas
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk Mengkomunikasikan informasi secara adil dan obyektif dan
mengungkapkan penuh semua informasi relevan yang dapat diharapkan untuk
mempengaruhi pemahaman pengguna dimaksudkan dari laporan, komentar,
dan rekomendasi yang disampaikan. 5) Resolusi Konflik Etis Dalam menerapkan
standar etika, praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan mungkin
mengalami masalah dalam mengidentifikasi perilaku tidak etis atau dalam
menyelesaikan konflik etis. Ketika dihadapkan dengan isu-isu etis yang signifikan
praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan harus mengikuti
kebijakan yang ditetapkan dari bantalan organisasi pada resolusi konflik tersebut.
Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika. (Hapzi, 2019)
Contoh perusahaan yang melanggar etika keuangan adalah PT. Kimia Farma
Pelanggaran perilaku bisnis berupa pemalsuan laporan keuangan pernah
dilakukan oleh PT. Kimia Farma. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen
Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan
tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan
Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7%
dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku
yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada
unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang
6. berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga
persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3
Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31
Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah
dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil
dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang
mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang
berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga
tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang
menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi
saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester
I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.
Pelanggaran Etika keuangan yang dilakukan perusahaan baik untuk
kepentingan tertentu tetaplah sebauah pelanggaran dan ada undang-undang yang
mengatur etika tersebut sehingga pihak kimia farma harus membayar denda sebesar
500.000.000 yang jelas merugikan perusahaan dan menghilangkan kepercayaan
stakeholders terhadap perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hapzi Ali, 2019. Bahan Ajar E-Learning ( DIakses Minggu, 21 April 2019)
http://www.kimiafarma.co.id
Davidparsaoran. 2009. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta: PT. RajaGrafind Persada.