2. Sebagai sarana wajib penolong untuk
beribadah
Sebagai bentuk syukur kepada Allah
Jika diniatkan ibadah, maka bisa bernilai
ibadah meskipun mubah
3. Konsumsi secara umum didefinisikan dengan
penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Perbedaan mendasar dalam konsumsi islam
adalah jenis yang dikonsumsi, tujuan
pencapaian dan cara pencapaian tujuan harus
sesuai syariah islamiyyah.
4. Konsumsi islam adalah untuk kehidupan
Konsumsi islam untuk memenuhi kebutuhan
dasar dan atasi kemiskinan
Dilarang batasi konsumsi meski untuk tujuan
ibadah (puasa dahr/wishol)
Darurat, boleh yang haram (Al-An’am:145)
5. Perilaku konsumen diartikan sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengonsumsi dan menghabiskan produk
atau jasa
Prilaku Konsumen dipengaruhi oleh nilai gula
(utilitas) barang dan jasa yang dikonsumsi.
Kemampuan barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen
6. Pengaruh kebudayaan (kultur, subkultur, dan
kelas sosial
Pengaruh sosial (kelompok rujukan, keluarga,
peran dan status sosial.
Pengaruh personal (Usia, tahap daur hidup,
jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri)
Pengaruh psikologi (motivasi, persepsi,
learning, kepercayaan dan sikap)
7. 1. Manusia tidak kuasa mengatur secara detail
permasalahan ekonomi masyarakat atau negara.
Karena ketidakmampuan manusia
mengkondisikan kebutuhan hidupnya berdasarkan
tempat dimana manusia hidup. Keyakinan umat
muslim bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan
manusia (QS. An-Nahl ayat 11).
Artinya: “Dia menurunkan air dari langit,
diantaranya untuk minuman kamu dan
diantaranya untuk tumbuh-tumbuhan, di sana
kamu menggembalakan ternakmu. Dia tumbuhkan
untukmu dengan air itu tanaman, zaitun, kurma
dan bermacam-macam buah-buah”
8. Pola konsumsi didasarkan atas kebutuhan, bukan
preferensi semata, sehingga terhindar dari boros
dan pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu
Orang muslim sadar akan kehidupan
bermasyarakat, sehingga dalam berkonsumsi
dituntut untuk saling menghargai dan
menghormati sesamanya sehingga terhindar dari
kesenjangan sosial.
9. Teori kepuasan dalam ekonomi dalam
mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility /
nilai guna
Nilai guna dibagi menjadi dua: nilai guna total
(Total utility) dan nilai guna tambahan (Marginal
Utility)
Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan
yang diperoleh dalam mengkonsumsi sejumlah
barang tertentu.
Nilai guna marginal adalah pertambahan atau
pengurangan kepuasan sebagai akibat dari
pertambahan atau pengurangan penggunaan
suatu unit barang
10. Jumlah kurma yang
dimakan
Nilai guna total Nilai guna marginal
0 0 -
1 15 25
2 40 20
3 55 15
4 70 15
5 75 5
6 78 3
7 79 1
8 78 -3
9 75 -5
10 70 -15
11. Tabel di atas menunjukkan bahwa sampai
konsumsi yang ke tujuh menunjukkan nilai guna
marginal positif. Ketika makan kurma yang ke
delapan nilai guna marginal menjadi negatif.
Artinya bahwa kepuasan seseorang tidak
didasarkan pada banyaknya barang yang
dikonsumsi, tetapi didasarkan atas kemampuan
fisik manusia dalam menggunakan barang yang
dikonsumsinya dalam melangsungkan hidup.
Hukum ini dikenal dengan The law diminishing
return (Nilai guna yang semakin menurun). Apabila
konsumsi ditambah terus, maka nilai guna total
akan menjadi semakin sedikit.
12. 1. Kurva Kepuasan yang sama (Indifference Curve)
Adalah suatu kurva yang menggambarkan
gabungan dari dua barang yang akan memberikan
kepuasan yang sama besar.
Contoh umat muslim dalam mengkombinasikan
kebutuhan makanan dan pakaian.
Kombina
si
Jumlah barang
Makanan Pakaian
A 20 1
B 16 2
C 12 4
D 10 6
E 8 8
F 5 10
13. Prinsip syariah
Prinsip kuantitas
Prinsip prioritas
Prinsip sosial
Prinsip lingkungan
Prinsip larangan meniru
14. Prinsip akidah
◦ Keimanan terhadap akhirat (Muhammad:15, Al-
Baqoroh:261,245)
◦ Semua sumberdaya adalah anugerah dan amanah,
mutlak milik Allah
Prinsip ilmu (akhlak konsumsi islam)
Prinsip amal (implementasi ilmu)
15. Sederhana (qonaah dan wasathon),
cukup, tidak berlebihan (Al-A’rof:31), tidak
boros, tidak mewah, tidak mubadzir, tidak
kikir (Al-Furqon:67, Al-Isro’:26-27)
Kesesuaian konsumsi dengan pendapatan
Penyimpanan (tabungan dan investasi)
16. Urutan jenis yang terpenting
◦ Primer, harus terpenuhi untuk kemalahatan agama
dan dunia
◦ Sekunder, untuk kemaslahatan yang lebih baik
(madu, keju)
◦ Tertier, hanya sebatas pelengkap dan hiasan
Urutan yang terdekat (tanggungan/keluarga,
tetangga dst)
17. Umat, memperhatikan tetangga & umat
muslimin
◦ Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215), tidak menimbun
(At-Taubah:34-35)
Menjadi contoh teladan dalam konsumsi
(makanan, pakaian dll)
Tidak membahayakan orang lain
Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215),
Tidak menimbun (At-Taubah:34-35)
18. Perubahan lingkungan mempengaruhi pola
konsumsi, baik kuantitas maupun kualitas
◦ Paceklik, dihemat
◦ Wabah, minum madu
19. Larangan meniru umat islam konsumsinya
buruk (suka pesta jamuan)
Larangan konsumsi masyarakat kafir, yang
menjadi ciri khas
Larangan meniru hedonis (selalu bersenang-
senang), setiap yang diinginkan dibeli
20. Konsumsi yang halalan thoyyiban
◦ Zat
Halal (Al-Baqoroh:168-169, An-Nahl:66-69)
Haram (Al-Baqoroh:173, Al-Maidah:3,90)
◦ Proses
Sebelum makan basmalah, selesai hamdalah, menggunakan
tangan kanan, bersih
Tidak dilarang, misal : riba (Ali Imron:130), merampas (An
Nissa’:6), judi (Al-Maidah:91), menipu, mengurangi
timbangan, tidak menyebut Allah ketika disembelih
◦ Tujuan
Bukan untuk sesembahan selain Allah, seperti sesajen,
sedekah bumi
21. Muslim harus berkonsumsi yang membawa
manfaat (maslahat) dan bukan merugikan
(madhorot)
Konsep maslahat menyangkut maqoshiq
syariat (dien, nafs, nasl, aql, maal)
Konsep maslahat lebih objektif karena
bertolak dari al-hajat ad-dhoruriyat (need)
Konsep maslahat individu senantiasa
membawa dampak terhadap maslahat
umum/sosial
22. Merusak agama
Pengaruh terhadap ibadah
Pengaruh terhadap akhlak
Pengaruh terhadap kesatuan umat
Pengaruh terhadap kesehatan
Menimbulkan kerusakan dan kemerosotan
Kehinaan dan kenistaan
Kehancuran ekonomi dan kemandekan
produksi
23. prilaku/ etika dalam ekonomi Islam
1. Tauhid
2. Adil (Keseimbangan)
3. Free Will (kehendak Bebas)
4. Amanah (responsibility)
5. Halal dan
6. Sederhana
Dalam prosesnya akan menentukan prioritas
kebutuhan harus sesuai dengan etika ekonomi
Islam diatas