SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MEDIA DAN POLITIK
[Sejarah media massa Indonesia]
Universitas Teknologi Sulawesi
April 2013
Independensi Pers
• Media massa atau Pers adalah suatu istilah
yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara
khusus didesain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-
hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Perkembangan Pers di Indonesia
Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politik
Indonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di
Indonesia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu pers Kolonial, pers Cina, dan
pers Nasional.
• Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di
Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat
kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia
yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.
• Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di
Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina,
Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk
keturunan Cina.
• Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia
terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang
Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa
Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono,
pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910
berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers
Nasional.
Adapun perkembangan pers Nasional dapat
dikategorikan menjadi beberapa periode sbb :
Tahun 1945 – 1950-an
• Pers Perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat
perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung
Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yang
diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan.
• Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI
semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koran
Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta),
Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta
Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.
Tahun 1950 – 1960-an
• Masa ini merupakan masa pemerintahan
parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada
masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai
politik dalam rangka memperkuat sistem
pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu
merupakan alat propaganda dari Par-Pol.
Beberapa partai politik memiliki media/koran
sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers
dikenal sebagai pers partisipan.
Tahun 1970-an
• Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-
an. Pada masa itu, pers mengalami depolitisasi
dan komersialisasi pers. Pada tahun 1973,
Pemerintah Orde Baru mengeluarkan peraturan
yang memaksa penggabungan partai-partai
politik menjadi tiga partai, yaitu Golkar, PDI,dan
PPP. Peraturan tersebut menghentikan hubungan
partai-partai politik dan organisasi massa
terhadap pers sehingga pers tidak lagi mendapat
dana dari partai politik.
Tahun 1980-an
• Pada tahun 1982, Departemen Penerangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1
Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers
(SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan pers
yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen
Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah.
Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan
dibekukan kegiatannya. Pers yang mengkritik
pembangunan dianggap sebagai pers yang berani
melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup
dengan cara dicabut SIUPP-nya.
Tahun 1990-an
• Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai
melakukan repolitisasi lagi. Maksudnya, pada
tahun 1990-an sebelum gerakan reformasi dan
jatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulai
menentang pemerinah dengan memuat artikel-
artikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakan
Orde Baru. Pada tahun 1994, ada tiga majalah
mingguan yang ditutup, yaitu Tempo, DeTIK, dan
Editor.
Masa Reformasi (1998/1999) – sekarang
• Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati
kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk UU
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era
reformasi ditandai dengan terbukanya kran
kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan
itu ditunjukkan dengan dipermudahnya
pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses
untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap,
tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses
tersebut melibatkan 3 tahap saja.
PERS DI INDONESIA BERKEMBANG DAN BERUBAH SEJALAN TUNTUTAN ZAMAN.
PERS MENGALAMI BEBERAPA PERUBAHAN IDENTITAS
• 1900-an, pers di Indonesia berperan sebagai propagandis dan
ikut mengabarkan perkembangan informasi demi mendukung
perjuangan dalam merebut kemerdekaan
• 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan.
• 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang
mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang
mendanainya.
• 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial,
dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca
yang tinggi.
• 1990-an, pers memulai proses repolitisasi.
• Reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan
pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan
Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 33
(fungsi pers)
1. Wahana komunikasi massa.
2. Sarana berkomunikasi antarwarga negara, warga
negara dengan pemerintah, dan antarberbagai pihak.
3. Penyebar informasi.
4. Menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau
negara kepada warga negara (dari atas ke bawah)
maupun dari warga negara ke negara (dari bawah ke
atas).
5. Pembentuk opini.
6. Menciptakan opini kepada masyarakat luas. Opini
terbentuk melalui berita yang disebarkan lewat pers.
7. Media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol
serta sebagai lembaga ekonomi.
UUD 1945 Pasal 28, yang berbunyi :
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
Undang.”
UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan :
“Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud
kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-
prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi
hukum.”
Selain itu, kebebasan pers di Indonesia memiliki landasan
hukum yang termuat didalam ketentuan-ketentuan sbb :
• Pasal 28 F UUD 1945, yang menyatakan setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
• Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, yang antara lain menyatakan bahwa setiap orang
berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi.
• Pasal 19 Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yang
berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai
dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk
kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk
mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah
pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang
batas-batas wilayah.”
• Keseimbangan antara kebebasan pers dengan
tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang
penting. Hal yang pertama dan utama, perlu
dijaga jangan sampai muncul ada tirani media
terhadap publik. Sampai pada konteks ini, publik
harus tetap mendapatkan informasi yang benar,
dan bukan benar sekadar menurut media. Pers
diharapkan memberikan berita harus dengan se-
objektif mungkin, hal ini berguna agar tidak
terjadi ketimpangan antara rakyat dengan
pemimpinnya mengenai informasi tentang
jalannya pemerintahan.
Pola Hubungan Pers dan Politik
• Dari dimensi sejarah pertumbuhan dan
perkembangan pers dunia, maka kita mengenal
empat macam teori atau konsep dasar tentang
pers, yang masing-masing mencerminkan sistem
sosial dan sistem politik dimana pers itu
berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson
dan Wibur Schramm (1963), dalam Four Theories
of the Press membedakan teori pers ke dalam:
Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori Pers
Komunis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial.
Teori Pers Otoriter (authorian)
• Teori otoriter lahir pada abad kelima belas sampai keenam belas pada masa
kerajaan absolut. Dalam teori ini media massa berfungsi menunjang negara
(kerajaan) dan pemerintah dengan kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagai
tujuan utama. Oleh karena itu pemerintah langsung menguasai dan mengawasi
kegiatan media massa. Akibatnya sistem media massa sepenuhnya berada di
bawah pengawasan pemerintah. Kebebasan pers sangat bergantung pada
kekuasaan raja yang mempunyai kekuasaan mutlak.
• Dalam sistem ini manusia adalah bagian dari masyarakat. Manusia baru dapat
berarti kalau ia hidup dalam kelompok. Sebagai individu, kegiatannya sangat
terbatas. Kelompok lebih penting dari individu. Masyarakat tercermin dalam
organisasi-organisasi, dan yang terpenting adalah negara.
• Sistem politik Indonesia pada jaman Orde Baru pernah menerapkan teori ini,
menerapkan pemasungan terhadap kebebasan pers dengan memberlakukan UU
no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun 1982. Dalam dua undang-undang
tersebut, secara tersurat, memberi kewenangan yang sangat signifikan kepada
pemerintah untuk mengatur pola-pola komunikasi sistem pers pada waktu itu.
Teori Pers Liberal
• Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ketujuh belas dan
kedelapan belas sebagai akibat timbulnya revolusi industri dan
perubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat
pada waktu itu yang lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abad
pencerahan).
• Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknya
secara alamiah untuk mengejar dan mengembangkan potensinya
apabila diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat. Hal ini tidak
mungkin berlaku apabila terdapat kontrol dari pemerintah. Menurut
paham liberalisme, manusia pada hakekatnya dilahirkan sebagai
makhluk bebas yang dikendalikan oleh ratio atau akalnya. Kebahagiaan
dan kesejahteraan individu merupakan tujuan dari manusia, masyarakat,
dan negara.
• Sistem politik Indonesia, terutama pada tahun 1950 - 1959 dengan
berlakunya UUDS, pernah menerapkan teori pers liberal. Peraturan
perundangan tentang pers masih mengacu pada KUHP warisan kolonial.
Realitas kehidupan pers benar-benar menggambarkan penerapan teori
pers liberal. Pers pada masa ini cenderung tidak lagi dipergunakan untuk
perjuangan negara, namun dipergunakan sebagai terompet partai.
Teori Komunis
• Dalam teori komunis ini, media massa
merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian
integral dari negara. Ini berarti bahwa media
massa harus tunduk pada perintah dan kontrol
dari pemerintah atau partai. Tunduknya media
massa pada partai komunis membawa arti yang
lebih dalam, yaitusebagai alat dari partai komunis
yang berkuasa. Kritik diijinkan dalam media
massa, tetapi kritik terhadap dasar ideologi
dilarang.
Teori Pers Tanggungjawab Sosial
• Teori tanggung jawab sosial ini muncul pada permulaan abad kedua
puluh sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari Teori
Libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral pada
masyarakat. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus
disertai tanggung jawab kepada masyarakat. Teori ini merupakan
hasil pemikiran para ahli pikir ketika itu yang merasa bahwa teori
lebertarian murni dan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Teori ini
sering dianggap sebagi bentuk revisi terhadap teori-teori
sebelumnya, yang menganggap bahwa tanggung jwab pers
terhadap masyarakat sangat kurang. Hal ini ingin ditekankan sebagai
orientasi yang utama dari pers. Penekanan tanggung jawab moral
kepada masyarakat dengan usaha untuk menghindari kemungkinan
terjadinya keadaan yang membahayakan kesejahteraan umum.
• Analisis saya :
• Menurut saya, keberadaan pers saat ini di pengaruhi oleh kebijakan pada zaman Soeharto,pers hanya dibolehkan untuk kepentingan pemerintahan sangat dibatasi,karena menganut
sistem status quo. Karena hal itu menyebabkan jalannya pemerintahan secara bebas-bebasan, karena kurangnya pantauan dan keterbatasannya pers dalam mengelola media dan
konsumsi masarakat. Dan sebenarnya adanya keterbatasan dalam pers ini diakibatkan karena pada zaman belanda yang diberikan kepada pers Batavia sangat terbatas. Namun, setelah
lahirnya pasal 28, atas kebebasan “berserikat,berkumpul,berpendapat” ternyata mempengaruhi keberadaan pers menjadi lebih baik. Dan ternyata setelah masa reformasi keberadaan
pers mendapat titik terang dan pencerahan terhadap pers,serta memberi ruang kosong bagi masyarakat untuk mengenal para penguasa dan sebagai pemasok informasi secara lengkap
bagi masyarakat,seperti hadirnya media-media cetak di Indonesia,dan diharapkan dengan kebebasan pers ini,para pencari berita dapat memberikan pers seobjektif mungkin demi
kepentingan masyarakat.
• Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal pada beberapa tahun belakangan ini. Ini merupakan kebebasan pers yang terdiri dari dua
jenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif.
• 1) Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dnegan masyarakat dimana media massa itu hidup. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari interfensi pihak luar
organisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut.
• 2) Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara organisasi dalam menentukan isi media. Hal ini berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilik
media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh para penyunting terhadap karyawannya.
• Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang
diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakan
bebas yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun.
• Bebasnya pers, cenderung menjadi kesempatan birokrat, pengusaha, penguasa dan politikus melanggengkan kekuasaannya. Kebebasan media juga menjadi kebebasan untuk dimiliki
siapa saja, termasuk yang ingin menjaga kekuasaan dan keuntungan semata. Telah menjadi rahasia umum, media di Indonesia disusupi pemilik kantong tebal untuk mendirikan dan
menanamkan sahamnya. Tak ayal lagi, beberapa media kemudian membungkus berita kritik dan pengungkapan kasus-kasus kejanggalan kejahatan birokrat, pengusaha dan politikus
dengan membalikkan media dengan penyajian infotaimen, sinetron dan musik yang porsinya lebih besar. Lahirlah media yang bebas, vulgar dan cenderung tidak beretika.
• Perlawanan pers yang telah mendapatkan kebebasan, tanpa disadari bukan hanya perlu sebagai lembaga ke-empat penyeimbang kekuatan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang
mengontrol dan mengkritik. Tapi pers, kini memiliki lawan baru yakni pers yang memiliki keberpihakan, kepentingan dan idiologi tertentu yang cenderung merusak masyarakat. Pers
idealis perlu membuat patron yang jelas, garis kerja profesional dan tindakan riil terhadap berbagai perilaku pers disisi yang lain. Merusak citra pers dengan menyembunyikan fakta,
mengurangi informasi dan membesar-besarkan informasi yang membodohi, tidak bernilai berita dan tidak memiliki kepentingan bagi masyarakat.
• Sebuah media massa dapat mendukung semua kebijakan pemerintah, menentang, atau bahkan mendua terhadap suatu kebijakan. Bisa saja bersikap pro atau kontra. Media massa juga
dapat menentukan diri sebagai lawan pemerintah atau bahkan sebagai pengawal kebijakan pemerintah. Suara (kebijakan) pemerintah bisa menjadi bahan perbincangan, perdebatan dan
interpretasi oleh figur-figur yang terlibat dalam pengelolaan media.
• Ada ketakutan yang luar biasa apabila kebebasan Pers pada akhirnya menjadi celah pada kepentingan para birokrat dan penguasa maupun pengusaha, hal ini sangat memungkinkan
terjadi untuk masa sekarang dan bahkan akan berkelanjutan untuk di masa yang akan datang. Hal ini di tandai dengan terlibatnya beberapa pengusaha-pengusaha besar media yang
akhirnya terlibat dalam politik praktis secara langsung. Keberadaan Media atau Pers pada akhirnya akan berpihak terhadap situasi politik nasional yang berkaitan dengan kepentingan
pribadi atau golongan tertentu dan pada akhirnya akan lebih meninggalkan fungsi dari pres itu sendiri.
• Kekuatan Media sebenarnya merupakan kekuatan ke 4 Strategis Bangsa Indonesia, karena keterlibatan pres dapat ikut terlibat mewujudkan amanat rakyat sesuai dengan cita-cita
pembukaan UUD 1945 yaitu Mencerdaskan kehidupan Bangsa. Maka tidak menjadi relevan apabila peran pres atau media di kendalikan oleh situasi dan dinamika politik nasional yang
jelas akan melunturkan dari cita-cita dan perjuangan strategisnya.

More Related Content

What's hot

Muted Group Theory
Muted Group TheoryMuted Group Theory
Muted Group Theorymankoma2012
 
Teori pembingkaian
Teori pembingkaian Teori pembingkaian
Teori pembingkaian Launa Usni
 
Cultivation theory
Cultivation theoryCultivation theory
Cultivation theorymankoma2013
 
Teori interaksi simbolik
Teori interaksi simbolikTeori interaksi simbolik
Teori interaksi simbolikTeddy Ayomi
 
Face Negotiation Theory
Face Negotiation TheoryFace Negotiation Theory
Face Negotiation Theorymankoma2013
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deceptionmankoma2013
 
Teori Jarum Suntik
Teori Jarum Suntik Teori Jarum Suntik
Teori Jarum Suntik Ratih Aini
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIANTeddy Ayomi
 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeddy Ayomi
 
Pertemuan 4 etika cyber pr
Pertemuan 4   etika cyber prPertemuan 4   etika cyber pr
Pertemuan 4 etika cyber prAdePutraTunggali
 
Media Dependency Theory
Media Dependency TheoryMedia Dependency Theory
Media Dependency Theorymankoma2012
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori KomunikasiFinnland
 
Computer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication TheoryComputer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication Theorymankoma2012
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi KomunikasiKontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi KomunikasiIntan Putri Cahyani
 
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep Diri
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep DiriTeori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep Diri
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep DiriFarhan Bernawan
 

What's hot (20)

Muted Group Theory
Muted Group TheoryMuted Group Theory
Muted Group Theory
 
Teori pembingkaian
Teori pembingkaian Teori pembingkaian
Teori pembingkaian
 
Cultivation theory
Cultivation theoryCultivation theory
Cultivation theory
 
Teori interaksi simbolik
Teori interaksi simbolikTeori interaksi simbolik
Teori interaksi simbolik
 
Face Negotiation Theory
Face Negotiation TheoryFace Negotiation Theory
Face Negotiation Theory
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deception
 
Teori Jarum Suntik
Teori Jarum Suntik Teori Jarum Suntik
Teori Jarum Suntik
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapan
 
Pertemuan 4 etika cyber pr
Pertemuan 4   etika cyber prPertemuan 4   etika cyber pr
Pertemuan 4 etika cyber pr
 
Media Dependency Theory
Media Dependency TheoryMedia Dependency Theory
Media Dependency Theory
 
Teori Komunikasi
Teori KomunikasiTeori Komunikasi
Teori Komunikasi
 
Sistem pers (1)
Sistem pers (1)Sistem pers (1)
Sistem pers (1)
 
EKONOMI POLITIK MEDIA
EKONOMI POLITIK MEDIAEKONOMI POLITIK MEDIA
EKONOMI POLITIK MEDIA
 
Computer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication TheoryComputer Mediated Communication Theory
Computer Mediated Communication Theory
 
Teori cultivation
Teori cultivationTeori cultivation
Teori cultivation
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Pengertian delik pers
Pengertian delik persPengertian delik pers
Pengertian delik pers
 
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi KomunikasiKontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
Kontrak Kuliah dan RPS Sosiologi Komunikasi
 
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep Diri
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep DiriTeori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep Diri
Teori Manajemen Keselarasan Makna dan Teori Konsep Diri
 

Viewers also liked

Bab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatBab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatPutra Ivan
 
Working class family
Working class familyWorking class family
Working class familydcbalfagon
 
Brochure protect operational_info_sm1
Brochure protect operational_info_sm1Brochure protect operational_info_sm1
Brochure protect operational_info_sm1Noel Waterman
 
Str8ts Weekly Extreme #47 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #47 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #47 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #47 - SolutionSlowThinker
 
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News Update
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News UpdateApr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News Update
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News UpdateNoel Waterman
 
Cambie+7 preview package
Cambie+7 preview packageCambie+7 preview package
Cambie+7 preview packageMatt Collinge
 
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24SlowThinker
 
Trigger Warning Workshop, Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...
Trigger Warning Workshop,  Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...Trigger Warning Workshop,  Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...
Trigger Warning Workshop, Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...Ruth Deller
 
Str8ts Weekly Extreme #45 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #45 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #45 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #45 - SolutionSlowThinker
 
Str8ts Weekly Extreme #43 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #43 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #43 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #43 - SolutionSlowThinker
 
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTER
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTERMARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTER
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTERNoel Waterman
 
God bless britain
God bless britainGod bless britain
God bless britainRuth Deller
 
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta... Colorado State Library
 
Executive excellence julio agosto2014
Executive excellence julio agosto2014Executive excellence julio agosto2014
Executive excellence julio agosto2014Interbrand Madrid
 

Viewers also liked (20)

Bab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatBab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
 
Ppt pers
Ppt persPpt pers
Ppt pers
 
Working class family
Working class familyWorking class family
Working class family
 
Como el ave
Como el aveComo el ave
Como el ave
 
Brochure protect operational_info_sm1
Brochure protect operational_info_sm1Brochure protect operational_info_sm1
Brochure protect operational_info_sm1
 
Str8ts Weekly Extreme #47 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #47 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #47 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #47 - Solution
 
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News Update
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News UpdateApr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News Update
Apr 2012 1 ID Fort Riley Monthly News Update
 
Sociology group
Sociology groupSociology group
Sociology group
 
Flexible And Usable Web Gis For The Organisation Opt
Flexible And Usable Web Gis For The Organisation OptFlexible And Usable Web Gis For The Organisation Opt
Flexible And Usable Web Gis For The Organisation Opt
 
Cambie+7 preview package
Cambie+7 preview packageCambie+7 preview package
Cambie+7 preview package
 
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24
Str8ts: Solution to Weekly Extreme Str8ts #24
 
Trigger Warning Workshop, Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...
Trigger Warning Workshop,  Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...Trigger Warning Workshop,  Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...
Trigger Warning Workshop, Sexual Cultures 2, 2015 with Meg John Barker and C...
 
Str8ts Weekly Extreme #45 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #45 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #45 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #45 - Solution
 
Str8ts Weekly Extreme #43 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #43 - SolutionStr8ts Weekly Extreme #43 - Solution
Str8ts Weekly Extreme #43 - Solution
 
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTER
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTERMARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTER
MARCH 2012 1 EN MONTHLY NEWSLETTER
 
God bless britain
God bless britainGod bless britain
God bless britain
 
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...
Sweaty palms, quivering voice and brain cramps delivering a painless presenta...
 
Data center sper sys
Data center sper sysData center sper sys
Data center sper sys
 
Executive excellence julio agosto2014
Executive excellence julio agosto2014Executive excellence julio agosto2014
Executive excellence julio agosto2014
 
Tech
TechTech
Tech
 

Similar to SEJARAH MEDIA DI INDONESIA

Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisginanurulazhar
 
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)Princa Karim
 
Perkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiaPerkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiawardatul_fijriya
 
Pers pada masa orde baru
Pers pada masa orde baruPers pada masa orde baru
Pers pada masa orde baruOdy Hari
 
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIIBab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIINurul Annisa
 
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520STISIPWIDURI
 
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520STISIPWIDURI
 
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiMengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiTia's Diary
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...VJ Asenk
 

Similar to SEJARAH MEDIA DI INDONESIA (20)

Pers
PersPers
Pers
 
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratisPeranan pers dalam masyarakat demokratis
Peranan pers dalam masyarakat demokratis
 
Pers di indonesia
Pers di indonesiaPers di indonesia
Pers di indonesia
 
Pers di indonesia
Pers di indonesiaPers di indonesia
Pers di indonesia
 
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
Peranan Pers (Kelompok 4 SMANSA KOTIM)
 
Peranan Pers
Peranan PersPeranan Pers
Peranan Pers
 
Perkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesiaPerkembangan pers di indonesia
Perkembangan pers di indonesia
 
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasiMengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi
 
Media massa atau pers
Media massa atau persMedia massa atau pers
Media massa atau pers
 
Pers pada masa orde baru
Pers pada masa orde baruPers pada masa orde baru
Pers pada masa orde baru
 
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XIIBab "Pers" Kewarganegaraan XII
Bab "Pers" Kewarganegaraan XII
 
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
 
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
Vol 1 no_1_desember_2014_2_joko_martono-3f81a-2142_520
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4
 
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat DemokrasiMengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Mengevaluasi Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
 
Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3Bab 3 kelas 3
Bab 3 kelas 3
 
Taqiya m 12 ipa1 pers_pkn
Taqiya m 12 ipa1 pers_pknTaqiya m 12 ipa1 pers_pkn
Taqiya m 12 ipa1 pers_pkn
 
Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4
 
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
Kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarak...
 

SEJARAH MEDIA DI INDONESIA

  • 1. MEDIA DAN POLITIK [Sejarah media massa Indonesia] Universitas Teknologi Sulawesi April 2013
  • 2. Independensi Pers • Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari- hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
  • 3. Perkembangan Pers di Indonesia Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politik Indonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu pers Kolonial, pers Cina, dan pers Nasional. • Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda. • Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina. • Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.
  • 4. Adapun perkembangan pers Nasional dapat dikategorikan menjadi beberapa periode sbb : Tahun 1945 – 1950-an • Pers Perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan. • Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.
  • 5. Tahun 1950 – 1960-an • Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat sistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers dikenal sebagai pers partisipan.
  • 6. Tahun 1970-an • Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970- an. Pada masa itu, pers mengalami depolitisasi dan komersialisasi pers. Pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru mengeluarkan peraturan yang memaksa penggabungan partai-partai politik menjadi tiga partai, yaitu Golkar, PDI,dan PPP. Peraturan tersebut menghentikan hubungan partai-partai politik dan organisasi massa terhadap pers sehingga pers tidak lagi mendapat dana dari partai politik.
  • 7. Tahun 1980-an • Pada tahun 1982, Departemen Penerangan mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya. Pers yang mengkritik pembangunan dianggap sebagai pers yang berani melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup dengan cara dicabut SIUPP-nya.
  • 8. Tahun 1990-an • Pada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai melakukan repolitisasi lagi. Maksudnya, pada tahun 1990-an sebelum gerakan reformasi dan jatuhnya Soeharto, pers di Indonesia mulai menentang pemerinah dengan memuat artikel- artikel yang kritis terhadap tokoh dan kebijakan Orde Baru. Pada tahun 1994, ada tiga majalah mingguan yang ditutup, yaitu Tempo, DeTIK, dan Editor.
  • 9. Masa Reformasi (1998/1999) – sekarang • Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya kran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses tersebut melibatkan 3 tahap saja.
  • 10. PERS DI INDONESIA BERKEMBANG DAN BERUBAH SEJALAN TUNTUTAN ZAMAN. PERS MENGALAMI BEBERAPA PERUBAHAN IDENTITAS • 1900-an, pers di Indonesia berperan sebagai propagandis dan ikut mengabarkan perkembangan informasi demi mendukung perjuangan dalam merebut kemerdekaan • 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan. • 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai tujuan sama dengan partai-partai politik yang mendanainya. • 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan pencarian dana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi. • 1990-an, pers memulai proses repolitisasi. • Reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
  • 11. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 33 (fungsi pers) 1. Wahana komunikasi massa. 2. Sarana berkomunikasi antarwarga negara, warga negara dengan pemerintah, dan antarberbagai pihak. 3. Penyebar informasi. 4. Menyebarkan informasi baik dari pemerintah atau negara kepada warga negara (dari atas ke bawah) maupun dari warga negara ke negara (dari bawah ke atas). 5. Pembentuk opini. 6. Menciptakan opini kepada masyarakat luas. Opini terbentuk melalui berita yang disebarkan lewat pers. 7. Media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol serta sebagai lembaga ekonomi.
  • 12. UUD 1945 Pasal 28, yang berbunyi : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang- Undang.” UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan : “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip- prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.”
  • 13. Selain itu, kebebasan pers di Indonesia memiliki landasan hukum yang termuat didalam ketentuan-ketentuan sbb : • Pasal 28 F UUD 1945, yang menyatakan setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. • Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang antara lain menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi. • Pasal 19 Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah.”
  • 14. • Keseimbangan antara kebebasan pers dengan tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang penting. Hal yang pertama dan utama, perlu dijaga jangan sampai muncul ada tirani media terhadap publik. Sampai pada konteks ini, publik harus tetap mendapatkan informasi yang benar, dan bukan benar sekadar menurut media. Pers diharapkan memberikan berita harus dengan se- objektif mungkin, hal ini berguna agar tidak terjadi ketimpangan antara rakyat dengan pemimpinnya mengenai informasi tentang jalannya pemerintahan.
  • 15. Pola Hubungan Pers dan Politik • Dari dimensi sejarah pertumbuhan dan perkembangan pers dunia, maka kita mengenal empat macam teori atau konsep dasar tentang pers, yang masing-masing mencerminkan sistem sosial dan sistem politik dimana pers itu berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Schramm (1963), dalam Four Theories of the Press membedakan teori pers ke dalam: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori Pers Komunis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial.
  • 16. Teori Pers Otoriter (authorian) • Teori otoriter lahir pada abad kelima belas sampai keenam belas pada masa kerajaan absolut. Dalam teori ini media massa berfungsi menunjang negara (kerajaan) dan pemerintah dengan kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagai tujuan utama. Oleh karena itu pemerintah langsung menguasai dan mengawasi kegiatan media massa. Akibatnya sistem media massa sepenuhnya berada di bawah pengawasan pemerintah. Kebebasan pers sangat bergantung pada kekuasaan raja yang mempunyai kekuasaan mutlak. • Dalam sistem ini manusia adalah bagian dari masyarakat. Manusia baru dapat berarti kalau ia hidup dalam kelompok. Sebagai individu, kegiatannya sangat terbatas. Kelompok lebih penting dari individu. Masyarakat tercermin dalam organisasi-organisasi, dan yang terpenting adalah negara. • Sistem politik Indonesia pada jaman Orde Baru pernah menerapkan teori ini, menerapkan pemasungan terhadap kebebasan pers dengan memberlakukan UU no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun 1982. Dalam dua undang-undang tersebut, secara tersurat, memberi kewenangan yang sangat signifikan kepada pemerintah untuk mengatur pola-pola komunikasi sistem pers pada waktu itu.
  • 17. Teori Pers Liberal • Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas sebagai akibat timbulnya revolusi industri dan perubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat pada waktu itu yang lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abad pencerahan). • Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknya secara alamiah untuk mengejar dan mengembangkan potensinya apabila diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat. Hal ini tidak mungkin berlaku apabila terdapat kontrol dari pemerintah. Menurut paham liberalisme, manusia pada hakekatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan oleh ratio atau akalnya. Kebahagiaan dan kesejahteraan individu merupakan tujuan dari manusia, masyarakat, dan negara. • Sistem politik Indonesia, terutama pada tahun 1950 - 1959 dengan berlakunya UUDS, pernah menerapkan teori pers liberal. Peraturan perundangan tentang pers masih mengacu pada KUHP warisan kolonial. Realitas kehidupan pers benar-benar menggambarkan penerapan teori pers liberal. Pers pada masa ini cenderung tidak lagi dipergunakan untuk perjuangan negara, namun dipergunakan sebagai terompet partai.
  • 18. Teori Komunis • Dalam teori komunis ini, media massa merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari negara. Ini berarti bahwa media massa harus tunduk pada perintah dan kontrol dari pemerintah atau partai. Tunduknya media massa pada partai komunis membawa arti yang lebih dalam, yaitusebagai alat dari partai komunis yang berkuasa. Kritik diijinkan dalam media massa, tetapi kritik terhadap dasar ideologi dilarang.
  • 19. Teori Pers Tanggungjawab Sosial • Teori tanggung jawab sosial ini muncul pada permulaan abad kedua puluh sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari Teori Libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral pada masyarakat. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat. Teori ini merupakan hasil pemikiran para ahli pikir ketika itu yang merasa bahwa teori lebertarian murni dan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Teori ini sering dianggap sebagi bentuk revisi terhadap teori-teori sebelumnya, yang menganggap bahwa tanggung jwab pers terhadap masyarakat sangat kurang. Hal ini ingin ditekankan sebagai orientasi yang utama dari pers. Penekanan tanggung jawab moral kepada masyarakat dengan usaha untuk menghindari kemungkinan terjadinya keadaan yang membahayakan kesejahteraan umum.
  • 20. • Analisis saya : • Menurut saya, keberadaan pers saat ini di pengaruhi oleh kebijakan pada zaman Soeharto,pers hanya dibolehkan untuk kepentingan pemerintahan sangat dibatasi,karena menganut sistem status quo. Karena hal itu menyebabkan jalannya pemerintahan secara bebas-bebasan, karena kurangnya pantauan dan keterbatasannya pers dalam mengelola media dan konsumsi masarakat. Dan sebenarnya adanya keterbatasan dalam pers ini diakibatkan karena pada zaman belanda yang diberikan kepada pers Batavia sangat terbatas. Namun, setelah lahirnya pasal 28, atas kebebasan “berserikat,berkumpul,berpendapat” ternyata mempengaruhi keberadaan pers menjadi lebih baik. Dan ternyata setelah masa reformasi keberadaan pers mendapat titik terang dan pencerahan terhadap pers,serta memberi ruang kosong bagi masyarakat untuk mengenal para penguasa dan sebagai pemasok informasi secara lengkap bagi masyarakat,seperti hadirnya media-media cetak di Indonesia,dan diharapkan dengan kebebasan pers ini,para pencari berita dapat memberikan pers seobjektif mungkin demi kepentingan masyarakat. • Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal pada beberapa tahun belakangan ini. Ini merupakan kebebasan pers yang terdiri dari dua jenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif. • 1) Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dnegan masyarakat dimana media massa itu hidup. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari interfensi pihak luar organisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut. • 2) Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara organisasi dalam menentukan isi media. Hal ini berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilik media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh para penyunting terhadap karyawannya. • Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakan bebas yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun. • Bebasnya pers, cenderung menjadi kesempatan birokrat, pengusaha, penguasa dan politikus melanggengkan kekuasaannya. Kebebasan media juga menjadi kebebasan untuk dimiliki siapa saja, termasuk yang ingin menjaga kekuasaan dan keuntungan semata. Telah menjadi rahasia umum, media di Indonesia disusupi pemilik kantong tebal untuk mendirikan dan menanamkan sahamnya. Tak ayal lagi, beberapa media kemudian membungkus berita kritik dan pengungkapan kasus-kasus kejanggalan kejahatan birokrat, pengusaha dan politikus dengan membalikkan media dengan penyajian infotaimen, sinetron dan musik yang porsinya lebih besar. Lahirlah media yang bebas, vulgar dan cenderung tidak beretika. • Perlawanan pers yang telah mendapatkan kebebasan, tanpa disadari bukan hanya perlu sebagai lembaga ke-empat penyeimbang kekuatan legislatif, yudikatif dan eksekutif yang mengontrol dan mengkritik. Tapi pers, kini memiliki lawan baru yakni pers yang memiliki keberpihakan, kepentingan dan idiologi tertentu yang cenderung merusak masyarakat. Pers idealis perlu membuat patron yang jelas, garis kerja profesional dan tindakan riil terhadap berbagai perilaku pers disisi yang lain. Merusak citra pers dengan menyembunyikan fakta, mengurangi informasi dan membesar-besarkan informasi yang membodohi, tidak bernilai berita dan tidak memiliki kepentingan bagi masyarakat. • Sebuah media massa dapat mendukung semua kebijakan pemerintah, menentang, atau bahkan mendua terhadap suatu kebijakan. Bisa saja bersikap pro atau kontra. Media massa juga dapat menentukan diri sebagai lawan pemerintah atau bahkan sebagai pengawal kebijakan pemerintah. Suara (kebijakan) pemerintah bisa menjadi bahan perbincangan, perdebatan dan interpretasi oleh figur-figur yang terlibat dalam pengelolaan media. • Ada ketakutan yang luar biasa apabila kebebasan Pers pada akhirnya menjadi celah pada kepentingan para birokrat dan penguasa maupun pengusaha, hal ini sangat memungkinkan terjadi untuk masa sekarang dan bahkan akan berkelanjutan untuk di masa yang akan datang. Hal ini di tandai dengan terlibatnya beberapa pengusaha-pengusaha besar media yang akhirnya terlibat dalam politik praktis secara langsung. Keberadaan Media atau Pers pada akhirnya akan berpihak terhadap situasi politik nasional yang berkaitan dengan kepentingan pribadi atau golongan tertentu dan pada akhirnya akan lebih meninggalkan fungsi dari pres itu sendiri. • Kekuatan Media sebenarnya merupakan kekuatan ke 4 Strategis Bangsa Indonesia, karena keterlibatan pres dapat ikut terlibat mewujudkan amanat rakyat sesuai dengan cita-cita pembukaan UUD 1945 yaitu Mencerdaskan kehidupan Bangsa. Maka tidak menjadi relevan apabila peran pres atau media di kendalikan oleh situasi dan dinamika politik nasional yang jelas akan melunturkan dari cita-cita dan perjuangan strategisnya.