Dokumen tersebut membahas tentang riba (usury) dan bunga (interest) dalam Islam, jenis-jenisnya, serta pandangan berbagai pihak terhadap halal atau haramnya bunga bank. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain bahwa riba didefinisikan sebagai pengambilan bunga pinjaman secara berlebihan hingga mengarah pada eksploitasi, sedangkan bunga adalah tanggungan atas pinjaman uang yang biasanya dinyatakan
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
PESAN: Jangan langsung di-copy tanpa cross-check dan meng-update informasi baru ya. PLUS, jangan lupa ubah template-nya. :)
Sumber: Siswa biasa.
Bila ada informasi yang kurang, dapat ditambahkan. Kritik dan pesan dapat langsung menghubungi saya. :) Semoga bermanfaat!
Perbankan syariah adalah institusi keuangan yang bergerak dan beroperasi dengan mengacu pada hukum-hukum syariat. produk perbankan syariah tentunya mencerminkan semangat anti riba di masyarakat
PESAN: Jangan langsung di-copy tanpa cross-check dan meng-update informasi baru ya. PLUS, jangan lupa ubah template-nya. :)
Sumber: Siswa biasa.
Bila ada informasi yang kurang, dapat ditambahkan. Kritik dan pesan dapat langsung menghubungi saya. :) Semoga bermanfaat!
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. RIBA (USURY)
Adalah pengambilan bunga atas
pinjaman uang dengan berlebihan,
sehingga cenderung mengarah kepada
eksploitasi atau pemerasan.
BUNGA (INTEREST)
Adalah tanggungan pada pinjaman
uang,yang biasanya di nyatakan dengan
prosentase dari uang yang dipinjamkan.
5. Kemudhoratan system bunga sehingga
dikategorikan sebagai riba, antara lain adalah :
Mengakumulasi dana untuk keuntungannya
sendiri
Bunga adalah konsep biaya yang digeserkan
kepada penanggung berikutnya
Menyalurkan hanya kepada mereka yang
mampu
Penanggung terakhir adalah masyarakat
Memandulkan kebijakan stabilitas ekonomi dan
investasi
Terjadi kesenjangan yang tidak akan ada
habisnya
6. Menurut Muhammadiyah Bunga Bank
dikatakan haram apabila mengarah
kepada pemerasan (dlulm) terhadap
debitur.
Kalaulah bunga bank milik negara adalah
halal karena tidak terdapat illat (sebab)
dlulm, maka bank milik swastapun,
selama praktik operasionalnya tidak ada
illat tersebut dapat dinyatakan hukumnya
halal (Rozie, 1996:4).
7. Ketika uang dipinjamkan untuk keperluan konsumsi.
Memang kejam bahwa uang yang dipinjamkan
kepada orang-orang yang membutuhkannya untuk
biaya hidup mereka sehari-hari, harus dijadikan
sumber keuntungan, keuntungan yang diambil ini
bisa dikategorikan sebagai RIBA.
Bunga, di pihak lain merupakan beban yang wajar
untuk penggunaan uang didalam proses produktif
industri atau perdagangan. Peminjam menggunakan
uang itu dan memperoleh keuntungan, maka
wajarlah baginya untuk memberikan sejumlah
bunga kepada si pemberi pinjaman, yang
pinjamannya memungkinkan dia membuat
keuntungan itu (Bagi hasil)
8. Kriteria atau batasan yang dimaksud
dengan RIBA adalah dititik beratkan pada
penentuan sebelumnya, kelebihan yang
diperoleh dari modal dasar yang
dihitungkan atau di investasikan pada orang
lain, sedikit atau banyak.
Jadi, kelebihan dari modal dasar yang tidak
ditentukan sebelumnya atau berdasarkan
untung dan rugi (produktif) tidak
dikategorikan riba.Tetapi yang
dikategorikan riba adalah penentuan
jumlah kelebihan yang harus diberikan atau
didapat tanpa mengindahkan apakah si
peminjam itu untung atau rugi dalam
usahanya.
9. Kalau kita menengok sejenak dari praktik
bunga (tambahan) yang dilakukan oleh
bank-bank konvensional yang ada sekarang
ini atau obligasi-obligasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan, kemudian kita
konfirmasikan dengan definisi serta Kriteria
riba tersebut diatas, maka jelaslah bahwa
bunga bank atau obligasi yang beredar
merupakan bentuk dari praktik ribawi,
karena jumlah kelebihan telah ditentukan
sebelumnya
10. 1. Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal
haramnya. Hanya bunga yang berlipat ganda
saja yang dilarang, adapun suku bunga yang
“wajar” dan tidak mendholimi diperkenankan.
2. Lembaga keuangan bank,demikian juga
Lembaga Keuangan Bukan Bank sebagai
lembaga “hukum” tidak termasuk dalam
territorial hukum taklif.
3. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang
pengambilan bunganya dilarang,adapun yang
produktif tidak demikian.
11. 4.Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas
hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntugan dari pengelola tersebut.
5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi
sebagaimana barang-barang lainnya
sehingga dapat disewakan atau diambil
upah atas penggunanya.
6.Bunga diberikan untuk mengimbangi laju
inflasi yang mengakibatkan menyusutnya
nilai uang atau daya beli uang itu.
12. 7.Jumlah uang pada masa kini mempunyai
nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang
sama pada suatu nanti,oleh karena itu
bunga diberikan untuk mengimbangi
penurunan nilai atau daya beli uang ini.
8. Bunga diberikan sebagai imbalan atas
pengorbanan tidak atau berpantang
menggunakan pendapatan yang
diperoleh.