SlideShare a Scribd company logo
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................... 2
1. Pengertian Akad.................................................................................................... 2
2. Perbedaan Antara Wa'ad Dengan Akad Dan Akad-Akad Dalam Bank Syariah . 2
2.1. Perbedaan Antara Wa’ad Aengan Akad ...................................................... 2
2.2. Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah................................................................. 2
2.2.1. Akad Tabarru’.................................................................................. 2
2.2.2. Akad Tijarah .................................................................................... 3
3. Prinsip Jual-Beli Dalam Ajaran Islam .................................................................. 3
3.1. Jenis-Jenis Akad Dan Berbagai Konsekuensi Hukumnya ........................... 3
3.1.1. Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya...................................... 3
3.1.2. Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekuensinya ............................ 4
3.1.3. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya ... 4
4. Prinsip Sewa............................................................................................................
4.1. Jenis Barang Ijarah Muntahiyyah Bittamlik ..................................................
5. Prinsip Bagi Hasil ...................................................................................................
BAB III : PENUTUP ..........................................................................................................
1. Kesimpulan .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pun di
Indonesia begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah pernah
dibahas pada tahun 1980-an, namun realisasinya terjadi pada tahun 1992 yang dilakukan
oleh salah satu bank pemerintah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan hukum yang
jelas. Pada awalnya perkembangan bank di Indonesia masih bersifat konvensional dalam
artian, belum Memiliki standar dari bank syariah sendiri, karena bank syariah berbasisi
ideologi Islam. Sedangkan bank konvensional berdasarkan ideologi barat terutama ideologi
Amerika dan Eropa. Pada makalah kali ini kami tidak akan membahas tentang mengapa
bank konvensional Indonesia beralih kepada bank syariah, tetapi kami membahas bank
syariah secara umum.
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank syariah dengan
bank konvensional :
1. Bank syariah tidak menggunakan bunga
2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram
3. Menerima zakat, infaq dan sodaqoh untuk disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan, terdapat 8 golongan dalam Al Qur’an
Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan
menggunakan konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keuntungan maka akan
dibagi hasil keuntungan tersebut dengan para penabung, jika bank rugi maka para
penabung pun akan rugi. Bank syariah juga tidak serta merta meminjamkan sejumlah
uangnya kepada masyarakat secara tunai melainkan dengan prinsip bagi hasil
(mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah) dan
prinsip sewa (ijarah).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian akad?
2. Macam-macam akad dalam Bank Syariah?
3. Apa konsekuensi hukumnya?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembahasan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari akad.
2. Untuk mengetahui macam-macam akad dalam Bank Syariah.
3. Untuk mengetahui konsekuensi hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akad
Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut
terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan
(qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
2. Perbedaan Antara Wa'ad Dengan Akad Dan Akad-Akad Dalam Bank Syariah
2.1. Perbedaan Antara Wa’ad Dengan Akad
Fikih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah janji
(promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara
dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji
berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak
memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition-
nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang
berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan
sanksi moral.
Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-
masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah
disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara
rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam
kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti
yang sudah disepakati dalam akad.
2.2. Akad Tabarru’ Dan Akad Tijarah
Selanjutnya, dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fikih muamalat membagi lagi
akad menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’awadah.
2.2.1. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-
for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakekatnya bukan transaksi
bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-
menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa
Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut
tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad
tabarru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat
kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekadar menutupi biaya
(cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Tapi
ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’
adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah,waqf, shadaqah,hadiah, dll.
2.2.2. Akad Tijarah
Seperti yang telah kita singgung di atas, berbeda dengan akad tabarru’, maka akad
tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan
mencarikeuntungan, karena itu bersifat komersil. Contoh akad tijarah adalah akad-akad
investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dll. (Skema Akad-Akad) di bawah ini memberikan
ringkasan yang komprehensif mengenai akad-akad yang lazim digunakan dalam fikih
muamalah dalam bidang ekonomi.
3. Prinsip Jual-Beli Dalam Ajaran Islam
3.1. Jenis-Jenis Akad Dan Berbagai Konsekuensi Hukumnya
3.1.1. Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya
Bila kita memperhatikan tujuan atau maksud berbagai akad yang terjadi antara dua orang
atau lebih, maka kita dapat membagi berbagai akad tersebut menjadi tiga macam:
Pertama: Akad yang bertujuan untuk mencari keuntungan materi, sehingga setiap orang
yang menjalankan akad ini senantiasa sadar dan menyadari bahwa lawan akadnya sedang
berusaha mendapatkan keuntungan dari akad yang ia jalin. Pada akad ini biasanya terjadi
suatu proses yang disebut dengan tawar-menawar. Sehingga setiap orang tidak akan
menyesal atau terkejut bila dikemudian hari ia mengetahui bahwa lawan akadnya berhasil
memperoleh keuntungan dari akad yang telah terjalin dengannya.
Contoh nyata dari akad macam ini ialah akad jual-beli, sewa-menyewa, syarikat dagang,
penggarapan tanah (musaqaah), dll. Syari’at Islam pada prinsipnya membenarkan bagi
siapa saja untuk mencari keuntungan melalui akad macam ini.
Kedua: Akad yang bertujuan untuk memberikan perhargaan, pertolongan, jasa baik atau
uluran tangan kepada orang lain. Dengan kata lain, akad-akad yang bertujuan mencari
keuntungan non materi. Biasanya yang menjalin akad macam ini ialah orang yang sedang
membutuhkan bantuan atau sedang terjepit oleh suatu masalah. Oleh karena itu, orang
yang menjalankan akad ini tidak rela bila ada orang yang menggunakan kesempatan dalam
kesempitannya ini, guna mengeruk keuntungan dari bantuan yang ia berikan. Contoh nyata
dari akad macam ini ialah: akad hutang-piutang, penitipan [1], peminjaman, shadaqah,
hadiyah, pernikahan, dll. Karena tujuan asal dari akad jenis ini demikian adanya, maka
syari’at Islam tidak membenarkan bagi siapapun untuk mengeruk keuntungan darinya
Ketiga: Akad yang berfungsi sebagai jaminan atas hak yang terhutang. Dengan demikian,
akad ini biasanya diadakan pada akad hutang-piutang, sehingga tidak dibenarkan bagi
pemberi piutang (kreditur) untuk mengambil keuntungan dari barang yang dijaminkan
kepadanya. Bila kreditur mendapatkan manfaat atau keuntungan dari piutang yang ia
berikan, maka ia telah memakan riba, sebagaimana ditegaskan pada kaidah ilmu fiqih di
atas. Ditambah lagi, harta beserta seluruh pemanfaatannya adalah hak pemiliknya, dan
tidak ada seseorangpun yang berhak untuk menggunakannya tanpa seizin dan kerelaan dari
pemiliknya. Misalnya: Bila A menjual mobil kepada B seharga Rp 50.000.000,- dan
dibayarkan setelah satu tahun, dengan jaminan sebuah rumah. Dan ketika akad penjualan
sedang berlangsung, A mensyaratkan agar ia menempati rumah tersebut selama satu tahun
hingga tempo pembayaran tiba, dan B menyetujui persyaratan tersebut, maka A dibenarkan
untuk menempati rumah milik B yang digadaikan tersebut. Karena dengan cara seperti ini,
sebenarnya A telah menjual mobilnya dengan harga Rp 50.000.000,- ditambah ongkos
sewa rumah tersebut selama satu tahun.
Adapun bila akad penjualan telah selesai ditandatangani, maka tidak dibenarkan bagi A
untuk menempati rumah tersebut, baik seizin B atau tanpa seizin darinya, sebab bila ia
memanfaatkan rumah tersebut, berarti ia telah mendapat keuntungan dari piutang dan itu
adalah riba, sebagaimana ditegaskan pada kaedah ilmu fiqih di atas.Diantara akad yang
tergolong kedalam kelompok ini ialah akad pegadaian (rahnu), jaminan (kafalah),
persaksian (syahadah) dll.
3.1.2. Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekuensinya
Akad sesama manusia bila ditinjau dari sifat dasar akad tersebut, maka kita dapat
mengelompokkannya menjadi dua kelompok besar:
Pertama: Akad yang mengikat kedua belah pihak, Maksud kata “mengikat” disini ialah bila
suatu akad telah selesai dijalankan dengan segala persyaratannya, maka konsekwensi akad
tersebut sepenuhnya harus dipatuhi dan siapapun tidak berhak untuk membatalkan akad
tersebut tanpa kerelaan dari pihak kedua, kecuali bila terjadi cacat pada barang yang
menjadi obyek akad tersebut.Diantara contoh akad jenis ini ialah akad jual-beli, sewa-
menyewa, pernikahan, dll
Kedua: Akad yang mengikat salah satu pihak saja, sehingga pihak pertama tidak berhak
untuk membatalkan akad ini tanpa izin dan kerelaan pihak kedua, akan tetapi pihak kedua
berhak untuk membatalkan akad ini kapanpun ia suka. Diantara contoh akad jenis ini ialah:
Akad pergadaian (agunan). Pada akad ini pihak pemberi hutang berhak mengembalikan
agunan yang ia terima kapanpun ia suka, sedangkan pihak penerima hutang sekaligus
pemilik barang yang dijadikan agunan/digadaikan tidak berhak untuk membatalkan
pegadaian ini tanpa seizin dari pihak pemberi piutang.
Ketiga: Akad yang tidak mengikat kedua belah pihak, Maksudnya masing-masing pihak
berhak untuk membatalkan akad ini kapanpun ia suka dan walaupun tanpa seizin dari
pihak kedua, dan walaupun tanpa ada cacat pada obyek akad tersebut.Diantara contoh akad
jenis ini ialah: akad syarikat dagang, mudharabah (bagi hasil) penitipan, peminjaman,
wasiat, dll.
3.1.3. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya
Dengan memahami pembagian akad ditinjau dari tujuannya semacam ini, kita dapat
memahami alasan dan hikmah diharamkannya riba. Sebagaimana kita dapat memahami
hikmah pembedaan antara riba dengan akad jual-beli:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqarah: 275)
Diantara faedah mengetahui pembagian akad ditinjau dari tujuannya semacam ini, akan
nampak disaat terjadi perselisihan yang diakibatan oleh adanya cacat pada barang yang
menjadi obyek suatu akad. Karena adanya cacat pada obyek tersebut akan sangat
berpengaruh pada proses akad jenis pertama. Tetapi keberadaan cacat tersebut tidak
memiliki pengaruh apapun pada akad jenis kedua dan ketiga.
3.1.4. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekwensinya.
Dengan mengetahui pembagian macam-macam akad ditinjau dari sisi ini, kita dapat
mengetahui hukum berbagai persengketaan yang sering terjadi di masyarakat karena
perselisihan tentang siapakah yang bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi pada
barang yang menjadi obyek suatu akad. Diantara manfaat mengetahui pembagian akad
ditinjau dari sisi ini ialah: kita dapat mengetahui hukum memutuskan akad yang telah
dijalin, karena pada akad jenis pertama, tidak dibenarkan bagi siapapun dari pihak-pihak
yang telah melangsungkan akad untuk membatalkannya kecuali dengan seizin pihak
kedua.
Sedangkan pada akad jenis kedua, maka bagi pihak yang terikat dengan akad tersebut tidak
dibenarkan untuk memutuskan atau membatalkan akadnya kecuali atas seizin pihak kedua,
akan tetapi pihak kedua berhak membatalkannya kapanpun ia suka, walau tanpa seizin
pihak pertama. Sedangkan pada akad jenis ketiga, kedua belah pihak berhak untuk
membatalkan akadnya, kapanpun ia sudan dan tanpa persetujuan pihak kedua. Dan masih
banyak lagi pembagian macam-macam akad, ditinjau dari berbagai hal, akan tetapi yang
saya rasa penting untuk diketahui adalah dua pembagian yang telah saya sebutkan di atas.
4. Prinsip Sewa
Pada dasarnya ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa
dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah
tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa.
Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui Ijarah dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya sewa peralatan. Peralatan itu disewa
selama masa tanam hingga panen. Dalam perbankan Islam dikenal sebagai Operating
Ijarah.
2. Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di beberapa negara menyebutkan sebagai Ijarah Wa
Iqtina’ yang artinya sama juga yaitu sama juga yaitu menyewa dan setelah itu
diakuisisi oleh penyewa ( finance lease ).
Oleh karena Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi
pemindahan kepemilikan, maka banyak orang menyamaratakan ijarah dengan leasing. Hal
ini disebabkan karena kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal – ihwal sewa-
menyewa. Karena aktivitas perbankan umum tidak diperbolehkan melakukan leasing,
maka perbankan Syari’ah hanya mengambil Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik yang artinya
perjanjian untuk memanfaatkan ( sewa ) barang antara Bank dengan nasabah dan pada
akhir masa sewa, maka nasabah wajib membeli barang yang telah disewanya.
4.1. Jenis Barang Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
Barang yang disewakan kepada nasabah umumnya berjenis aktiva tetap atau fixed assets
seperti : gedung-gedung (buildings), kantor, mesin, rumah-rumah petak (tenements), atau
barang bergerak yang memiliki specific fixed.
Rukun dan Syarat Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
1. Rukun
1. Penyewa (musta’ jir)
2. Pemilik barang (mu’ajjir)
3. Barang atau obyek sewaan (ma’jur)
4. Harga sewa/manfaat sewa (ajran/ujran)
5. Ijab Qabul
6. Syarat
2. Pihak yang saling telibat harus saling ridha
3. Ma’ jur (Barang atau obyek sewa)
 Manfaat tersebut dibenarkan agama atau halal.
 Manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur atau diperhitungkan.
 Manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa
 Ma’ jur wajib dibeli musta’ jir.
Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin (1) adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga), zulmu (Penganiayaan),
riswah (suap), barang haram dan maksiat.
 Hawalah
Adalah akad pemindahan nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa
pemindahan piutang tersebut.
Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi kondisi dan toleransi. Pada
umumnya pinjam-meminjam hukumnya sunah / sunat bila dalam keadaan normal.
Hukumnya haram jika meminjamkan uang untuk membeli narkoba, berbuat kejahatan,
menyewa pelacur, dan lain sebagainya. Hukumnya wajib jika memberikan kepada orang
yang sangat membutuhkan seperti tetangga yang anaknya sedang sakit keras dan
membutuhkan uang untuk menebus resep obat yang diberikan oleh dokter.
Dalam Hutang Piutang Harus Sesuai Rukun yang Ada :
– Ada yang berhutang / peminjam / piutang / debitor
– Ada yang memberi hutang / kreditor
– Ada ucapan kesepakatan atau ijab qabul / qobul
– Ada barang atau uang yang akan dihutangkan
Hutang piutang dapat memberikan banyak manfaat / syafaat kepada kedua belah pihak.
Hutang piutang merupakan perbuatan saling tolong menolong antara umat manusia yang
sangat dianjurkan oleh Allah SWT selama tolong-menolong dalam kebajikan. Hutang
piutang dapat mengurangi kesulitan orang lain yang sedang dirudung masalah serta dapat
memperkuat tali persaudaraan kedua belah pihak.
5. Prinsip Bagi Hasil
 Pengertian muzara’ah
Secara bahasa, muzaraah berarti muamalah atas tanah dengan sebagian yang keluar
sebagian darinya. Dan secara istilah muzara’ah berarti memberikan tanah kepada petani
agar dia mendapatkan bagian dari hasil tanamannya. Misalnya sepertiga, seperdua atau
lebih banyak atau lebiih sedikit dari itu.
 Dasar Pensyari’atan
Muzara’ah adalah salah satu bentuk ta’awun antar petani dan pemilik sawah. Serigkali kali
ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi dia tidak punya lahan, dan sebaliknya
banyak orang yang punya lahan tetapi tidak mampu menanaminya. Maka Islam
mensyari’atkan muzara’ah sebagai jalan tengah bagi keduanya.
 Bentuk Muzara’ah yang Terlarang
Muzara’ah dibenarkan apabila disepakati pembagian hasil antara pemilik lahan dengan
tenaga petani. Misalnya, petani mendapat 60% dari nilai total hasil panen, sedangkan
pemilik lahan mendapat 40% sisanya. Bentuk seperti ini dihalalkan dan telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat hingga generasi berikutnya.
Adapun bentuk muzara’ah yang diharamkan adalah bila bentuk kesepakatannya tidak adil.
Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati, pemilik lahan menetapkan bahwa dia
berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400 m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani
berhak atas hasil yang akan didapat pada 600 m tertentu.
Perbedaannya dengan bentuk muzara’ah yang halal di atas adalah pada cara pembagian
hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan terlebih dahulu, baru
dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua dan terlarang itu, sejak awal
lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m. Buruh tani berkewajiban untuk
menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada hasil di 600 m itu saja. Sedangkan
apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan.
Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya ada pada masalah
gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan. Misalnya, bila panen dari lahan
yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan dirugikan. Sebaliknya, bila panen di lahan
yang 600 m itu gagal, maka buruh tani akan dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa
hasil panen keduanya harus disatukan terlebih dahulu, setelah itu baru dibagi hasil sesuai
dengan perjanjian prosentase.
Bentuk muzara’ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan persyaratan kepada
orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah dan sewanya dari hasil
tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa daripada hasil itu untuk yang
mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi misalnya.
Rukun Mudharabah atau unsur- unsur yang harus ada agar akad mudharabah sah adalah
sebagai berikut :
1) Adanya pemilik modal dan pelaksanaan usaha.
2) Adanya obyek yang diperjanjikan.
3) Adanya persetujuan dari kedua belah pihak (ijab-kabul).
4) Nisbah keuntungan yang mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh para
pihak yang bermudharabah.
Pada umumnya pembiayaan dengan system mudharabah modal yang dipinjamkan oleh
bank dalam usaha yang akan dijalankan oleh mudharib tidak diberikan dalam bentuk tunai
hal ini dimaksudkan agar pihak bank dapat senantiasa mengawasi dalam pengelolaan usaha
tersebut. Dalam akad mudharabah pembelanjaan barang dagangan telah ditentukan dan
pihak bank secara langsung akan dapat menyusun pembayaran kepada mudharib. Dana
yang telah dipinjamkan tidak boleh diselewengkan dan tidak boleh digunakan untuk tujuan
lain.
Dalam pengelolaan manajemen, bank menyerahkan pengoperasionalan usaha kepada pihak
debitur (mudharib) dengan jalan debitur harus tunduk terhadap segala persyaratan yang
telah ditentukan dalam kontrak.
Manfaat yang dapat diperoleh dari akad mudharabah adalah :
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara
tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha bank sehingga bank tidak
akan pernah mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow (arus kas usaha
nasabah).
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal dan
aman serta menguntungkan.
5) Prinsip bagi hasil berbeda dengan bunga tetap dimana bank akan menagih penerima
pembiayaan satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah
maupun bila nasabah menderita kerugian.
Disamping manfaat yang diperoleh bank syariah dari adanya akad mudharabah terdapat
pula beberapa kerugian atau resiko yaitu side streaming yaitu penyalahgunaan penggunaan
modal oleh nasabah, terjadi kelalaian dan kesalahan yang disengaja, penyembunyian
keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Selain dari pembiayaan mudharabah dikenal pula system pembiayaan musyarakah yang
artinya akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Pelaksanaan akad musyarakah dalam perbankan syariah adalah :
1) Pembiayaan Proyek, dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai suatu proyek. Setelah selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
beserta bagi hasil yang telah disepakati.
2) Modal ventura, penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah
itu bank melakukan divestasi atau menjual sahamnya baik secara langsung maupun
bertahap.
Peranan notaris dalam pelaksanaan akad mudharabah dan musyarakah pada Bank Syariah
adalah berkaitan langsung dengan kewenangannya dalam pembuatan akta otentik yang
diperlukan dalam kerja sama tersebut.
Perjanjian – perjanjian yang dibuat antara bank syariah dengan nasabah untuk lebih
mendapatkan jaminan kepastian hukum bagi kedua belah pihak biasanya para pihak
menghendaki dituangkan dalam bentuk akta notariil, sehingga seorang notarispun dituntut
untuk membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang produk – produk bank
syariah karena ada karakteristik yang berbeda antara bank syariah dengan bank
konvensional. Dalam pendirian kantor bank syariahpun diperlukan peran notaris karena
dalam pendirian suatu badan hukum harus dituangkan dalam bentuk akta notariil atau akta
otentik.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kami simpulkan semua bahwa akad-akad fikih muamalah Islam
dalam bidang ekonomi yang lazim digunakan. Setelah kita memiliki bekal pengetahuan
akad-akad ini, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan konsep akad-akad tersebut ke
dalam praktek perbankan modern. Karena itu, kita harus mencoba untuk “menerjemahkan”
konsep akad-akad ini ke dalam produk-produk perbankan. Bab selanjutnya, yakni bab 6
akan membahas produkproduk dan jasa yang lazim ditawarkan oleh suatu bank syariah
modern.
Fikih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah janji
(promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara
dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji
berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak
memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition-
nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang
berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan
sanksi moral.
Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-
masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah
disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara
rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam
kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti
yang sudah disepakati dalam akad.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2001). Bank Syari’ah, Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Drs. H. Karnaen Perwataatmadja, M., & H. Muhammad Syafi’i Antonio, M. (1992). Apa
dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Drs. Ismail, M. A. (2011). Perbankan Syari’ah. Jakarta: Kencana.
Rachmadi Usman, S. M. (2009). Produk dan Akad Perbankan Syari’ah, Implementasi da
Aspek Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Sudarsono, H. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia.
Wiroso, S. M. (2005). Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah.
Jakarta: PT. Grasindo.

More Related Content

What's hot

Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)
Yaya Cahyaniza
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
Mega Sucia
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
Uni Azza Aunillah
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarah
citra Joni
 
Tugas perbankan syariah kelompok 12
Tugas perbankan syariah kelompok   12Tugas perbankan syariah kelompok   12
Tugas perbankan syariah kelompok 12
jovita intan sari
 
Konsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariahKonsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariah
Yusuf Arif Setiawan
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Anto Apriyanto, M.E.I.
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
DifaFairuz
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
lutfiahanna
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahcitra Joni
 
Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salamcitra Joni
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
PT. TERSERAH ANDA
 
Pasar Uang Syariah
Pasar Uang SyariahPasar Uang Syariah
Pasar Uang Syariah
Mahasiswa Kupu-kupu
 
Psak 102 murabahah
Psak 102 murabahahPsak 102 murabahah
Psak 102 murabahahcitra Joni
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Bernard Anjas
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
citra Joni
 
obligasi syariah
obligasi syariah obligasi syariah
obligasi syariah Yaa Sheikh
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
Mega Sucia
 
Produk Perbankan Syariah
Produk Perbankan SyariahProduk Perbankan Syariah
Produk Perbankan Syariah
Phuji Maisaroh
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahImba Alfiani
 

What's hot (20)

Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarah
 
Tugas perbankan syariah kelompok 12
Tugas perbankan syariah kelompok   12Tugas perbankan syariah kelompok   12
Tugas perbankan syariah kelompok 12
 
Konsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariahKonsep dasar bank syariah
Konsep dasar bank syariah
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkah
 
Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salam
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
 
Pasar Uang Syariah
Pasar Uang SyariahPasar Uang Syariah
Pasar Uang Syariah
 
Psak 102 murabahah
Psak 102 murabahahPsak 102 murabahah
Psak 102 murabahah
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
obligasi syariah
obligasi syariah obligasi syariah
obligasi syariah
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Produk Perbankan Syariah
Produk Perbankan SyariahProduk Perbankan Syariah
Produk Perbankan Syariah
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariah
 

Viewers also liked

Akad akad syariah
Akad akad syariahAkad akad syariah
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariahJenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
dhohir02
 
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMakalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Miftah Iqtishoduna
 
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
Ghin Tsitsaya
 
transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariah
khanif1234
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Hand Oko
 
Prinsip ijarah pada perbankan syariah
Prinsip ijarah pada perbankan syariahPrinsip ijarah pada perbankan syariah
Prinsip ijarah pada perbankan syariah
Herman Maulana
 
Tugas makalah-bank-dalam-islam
Tugas makalah-bank-dalam-islamTugas makalah-bank-dalam-islam
Tugas makalah-bank-dalam-islamRizky Hernanda
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahHana Rosmawati
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaAnita DianaS
 
Panduan Zakat Dompet Dhuafa
Panduan Zakat Dompet DhuafaPanduan Zakat Dompet Dhuafa
Panduan Zakat Dompet Dhuafa
Kinta Mahadji
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
aalmutawali
 
Akad
AkadAkad
Akad
ohasmart
 
Tugas hukum islam perbangkan syariah
Tugas hukum islam perbangkan syariahTugas hukum islam perbangkan syariah
Tugas hukum islam perbangkan syariah
hirmawan
 
Leasing
LeasingLeasing
Leasing
Taufik Rahman
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsiIdham Syam
 
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakahManajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
Surya Suwarna
 
Manajemen pembiayaan bank syariah
Manajemen pembiayaan bank syariahManajemen pembiayaan bank syariah
Manajemen pembiayaan bank syariah
KSEI Iqtishoduna Pekalongan
 
Prinsip titipan atau simpanan
Prinsip titipan atau simpananPrinsip titipan atau simpanan
Prinsip titipan atau simpanan
Risan Syakirin
 

Viewers also liked (20)

Akad akad syariah
Akad akad syariahAkad akad syariah
Akad akad syariah
 
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariahJenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
Jenis+akad+dalam+ekonomi+syariah
 
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMakalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
 
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
ANALISIS TENTANG SISTEM JUAL BELI PANJAR (DOWN OF PAYMENT) MENURUT PANDANGAN ...
 
transaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariahtransaksi dan akad dalam bank syariah
transaksi dan akad dalam bank syariah
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
 
Prinsip ijarah pada perbankan syariah
Prinsip ijarah pada perbankan syariahPrinsip ijarah pada perbankan syariah
Prinsip ijarah pada perbankan syariah
 
Tugas makalah-bank-dalam-islam
Tugas makalah-bank-dalam-islamTugas makalah-bank-dalam-islam
Tugas makalah-bank-dalam-islam
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariah
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
 
Panduan Zakat Dompet Dhuafa
Panduan Zakat Dompet DhuafaPanduan Zakat Dompet Dhuafa
Panduan Zakat Dompet Dhuafa
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
 
Akad
AkadAkad
Akad
 
Tugas hukum islam perbangkan syariah
Tugas hukum islam perbangkan syariahTugas hukum islam perbangkan syariah
Tugas hukum islam perbangkan syariah
 
Leasing
LeasingLeasing
Leasing
 
Hukum akad dan jualbeli
Hukum akad dan jualbeliHukum akad dan jualbeli
Hukum akad dan jualbeli
 
Dampak masif korupsi
Dampak masif korupsiDampak masif korupsi
Dampak masif korupsi
 
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakahManajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah
 
Manajemen pembiayaan bank syariah
Manajemen pembiayaan bank syariahManajemen pembiayaan bank syariah
Manajemen pembiayaan bank syariah
 
Prinsip titipan atau simpanan
Prinsip titipan atau simpananPrinsip titipan atau simpanan
Prinsip titipan atau simpanan
 

Similar to Makalah akad akad bank syariah

Organisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariahOrganisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariah
ferdan jatmiko
 
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasilApakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
Wahilman Syahmi
 
Bab_Syirkah.pptx
Bab_Syirkah.pptxBab_Syirkah.pptx
Bab_Syirkah.pptx
KukuhSuprapto
 
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Indra Saputra
 
Produk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan SyariahProduk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan Syariah
Izzuddin Abdul Manaf
 
4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah
Junaris Rahman
 
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Taqiya Hanifanti
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
asksalman
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
NinaRahayuBelia
 
Bank
BankBank
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariahAkad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Edwin Irwanto
 
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnyaMacam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
Wahid Alimudin
 
Resume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptxResume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptx
MayaAyuLestari1
 
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamPresentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
ikarahma97
 
Sistem Keuangan Syariah
Sistem Keuangan SyariahSistem Keuangan Syariah
Sistem Keuangan Syariah
Syafril Djaelani,SE, MM
 
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
guest3148e4
 
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Wahyu Ketapang
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
ayusl268
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
Nidya Milano
 
-Teori Akad-.ppt
-Teori Akad-.ppt-Teori Akad-.ppt
-Teori Akad-.ppt
PettiPitri
 

Similar to Makalah akad akad bank syariah (20)

Organisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariahOrganisasi perusahaan syariah
Organisasi perusahaan syariah
 
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasilApakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
Apakah bank syariah ikut menanggung rugi dalam skema bagi hasil
 
Bab_Syirkah.pptx
Bab_Syirkah.pptxBab_Syirkah.pptx
Bab_Syirkah.pptx
 
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
Makalahmanajemenpembiayaanbanksyariah 150314224956-conversion-gate01
 
Produk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan SyariahProduk Produk Perbankan Syariah
Produk Produk Perbankan Syariah
 
4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah4.1. akad dalam asuransi syariah
4.1. akad dalam asuransi syariah
 
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptxPPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
PPT HUBUNGAN BISNIS BY NINA RAHAYU BELIA.pptx
 
Bank
BankBank
Bank
 
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariahAkad musyarakah akuntansi keuangan syariah
Akad musyarakah akuntansi keuangan syariah
 
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnyaMacam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
Macam macam perusahaan syariah dan landasan akadnya
 
Resume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptxResume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptx
 
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamPresentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
 
Sistem Keuangan Syariah
Sistem Keuangan SyariahSistem Keuangan Syariah
Sistem Keuangan Syariah
 
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama EkonomiAzas Azas Kerjasama Ekonomi
Azas Azas Kerjasama Ekonomi
 
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaPerkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesia
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
 
-Teori Akad-.ppt
-Teori Akad-.ppt-Teori Akad-.ppt
-Teori Akad-.ppt
 

Recently uploaded

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
andikuswandi67
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
KotogadangKependuduk
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 

Recently uploaded (20)

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdfObservasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
Observasi Praktik Kinerja Kepala Sekolah.pdf
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 

Makalah akad akad bank syariah

  • 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i DAFTAR ISI......................................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1. Latar Belakang...................................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah................................................................................................. 1 3. Tujuan Penulisan................................................................................................... 1 BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................... 2 1. Pengertian Akad.................................................................................................... 2 2. Perbedaan Antara Wa'ad Dengan Akad Dan Akad-Akad Dalam Bank Syariah . 2 2.1. Perbedaan Antara Wa’ad Aengan Akad ...................................................... 2 2.2. Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah................................................................. 2 2.2.1. Akad Tabarru’.................................................................................. 2 2.2.2. Akad Tijarah .................................................................................... 3 3. Prinsip Jual-Beli Dalam Ajaran Islam .................................................................. 3 3.1. Jenis-Jenis Akad Dan Berbagai Konsekuensi Hukumnya ........................... 3 3.1.1. Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya...................................... 3 3.1.2. Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekuensinya ............................ 4 3.1.3. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya ... 4 4. Prinsip Sewa............................................................................................................ 4.1. Jenis Barang Ijarah Muntahiyyah Bittamlik .................................................. 5. Prinsip Bagi Hasil ................................................................................................... BAB III : PENUTUP .......................................................................................................... 1. Kesimpulan ............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pun di Indonesia begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah pernah dibahas pada tahun 1980-an, namun realisasinya terjadi pada tahun 1992 yang dilakukan oleh salah satu bank pemerintah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan hukum yang jelas. Pada awalnya perkembangan bank di Indonesia masih bersifat konvensional dalam artian, belum Memiliki standar dari bank syariah sendiri, karena bank syariah berbasisi ideologi Islam. Sedangkan bank konvensional berdasarkan ideologi barat terutama ideologi Amerika dan Eropa. Pada makalah kali ini kami tidak akan membahas tentang mengapa bank konvensional Indonesia beralih kepada bank syariah, tetapi kami membahas bank syariah secara umum. Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional : 1. Bank syariah tidak menggunakan bunga 2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram 3. Menerima zakat, infaq dan sodaqoh untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, terdapat 8 golongan dalam Al Qur’an Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan menggunakan konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keuntungan maka akan dibagi hasil keuntungan tersebut dengan para penabung, jika bank rugi maka para penabung pun akan rugi. Bank syariah juga tidak serta merta meminjamkan sejumlah uangnya kepada masyarakat secara tunai melainkan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah) dan prinsip sewa (ijarah). 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian akad? 2. Macam-macam akad dalam Bank Syariah? 3. Apa konsekuensi hukumnya? 3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan pembahasan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi dari akad. 2. Untuk mengetahui macam-macam akad dalam Bank Syariah. 3. Untuk mengetahui konsekuensi hukum.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Akad Akad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘ukud, berarti ikatan atau mengikat. Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. 2. Perbedaan Antara Wa'ad Dengan Akad Dan Akad-Akad Dalam Bank Syariah 2.1. Perbedaan Antara Wa’ad Dengan Akad Fikih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition- nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral. Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing- masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad. 2.2. Akad Tabarru’ Dan Akad Tijarah Selanjutnya, dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fikih muamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’awadah. 2.2.1. Akad Tabarru’ Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not- for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakekatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong- menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekadar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Tapi ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah,waqf, shadaqah,hadiah, dll.
  • 4. 2.2.2. Akad Tijarah Seperti yang telah kita singgung di atas, berbeda dengan akad tabarru’, maka akad tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencarikeuntungan, karena itu bersifat komersil. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dll. (Skema Akad-Akad) di bawah ini memberikan ringkasan yang komprehensif mengenai akad-akad yang lazim digunakan dalam fikih muamalah dalam bidang ekonomi. 3. Prinsip Jual-Beli Dalam Ajaran Islam 3.1. Jenis-Jenis Akad Dan Berbagai Konsekuensi Hukumnya 3.1.1. Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya Bila kita memperhatikan tujuan atau maksud berbagai akad yang terjadi antara dua orang atau lebih, maka kita dapat membagi berbagai akad tersebut menjadi tiga macam: Pertama: Akad yang bertujuan untuk mencari keuntungan materi, sehingga setiap orang yang menjalankan akad ini senantiasa sadar dan menyadari bahwa lawan akadnya sedang berusaha mendapatkan keuntungan dari akad yang ia jalin. Pada akad ini biasanya terjadi suatu proses yang disebut dengan tawar-menawar. Sehingga setiap orang tidak akan menyesal atau terkejut bila dikemudian hari ia mengetahui bahwa lawan akadnya berhasil memperoleh keuntungan dari akad yang telah terjalin dengannya. Contoh nyata dari akad macam ini ialah akad jual-beli, sewa-menyewa, syarikat dagang, penggarapan tanah (musaqaah), dll. Syari’at Islam pada prinsipnya membenarkan bagi siapa saja untuk mencari keuntungan melalui akad macam ini. Kedua: Akad yang bertujuan untuk memberikan perhargaan, pertolongan, jasa baik atau uluran tangan kepada orang lain. Dengan kata lain, akad-akad yang bertujuan mencari keuntungan non materi. Biasanya yang menjalin akad macam ini ialah orang yang sedang membutuhkan bantuan atau sedang terjepit oleh suatu masalah. Oleh karena itu, orang yang menjalankan akad ini tidak rela bila ada orang yang menggunakan kesempatan dalam kesempitannya ini, guna mengeruk keuntungan dari bantuan yang ia berikan. Contoh nyata dari akad macam ini ialah: akad hutang-piutang, penitipan [1], peminjaman, shadaqah, hadiyah, pernikahan, dll. Karena tujuan asal dari akad jenis ini demikian adanya, maka syari’at Islam tidak membenarkan bagi siapapun untuk mengeruk keuntungan darinya Ketiga: Akad yang berfungsi sebagai jaminan atas hak yang terhutang. Dengan demikian, akad ini biasanya diadakan pada akad hutang-piutang, sehingga tidak dibenarkan bagi pemberi piutang (kreditur) untuk mengambil keuntungan dari barang yang dijaminkan kepadanya. Bila kreditur mendapatkan manfaat atau keuntungan dari piutang yang ia berikan, maka ia telah memakan riba, sebagaimana ditegaskan pada kaidah ilmu fiqih di atas. Ditambah lagi, harta beserta seluruh pemanfaatannya adalah hak pemiliknya, dan tidak ada seseorangpun yang berhak untuk menggunakannya tanpa seizin dan kerelaan dari pemiliknya. Misalnya: Bila A menjual mobil kepada B seharga Rp 50.000.000,- dan dibayarkan setelah satu tahun, dengan jaminan sebuah rumah. Dan ketika akad penjualan
  • 5. sedang berlangsung, A mensyaratkan agar ia menempati rumah tersebut selama satu tahun hingga tempo pembayaran tiba, dan B menyetujui persyaratan tersebut, maka A dibenarkan untuk menempati rumah milik B yang digadaikan tersebut. Karena dengan cara seperti ini, sebenarnya A telah menjual mobilnya dengan harga Rp 50.000.000,- ditambah ongkos sewa rumah tersebut selama satu tahun. Adapun bila akad penjualan telah selesai ditandatangani, maka tidak dibenarkan bagi A untuk menempati rumah tersebut, baik seizin B atau tanpa seizin darinya, sebab bila ia memanfaatkan rumah tersebut, berarti ia telah mendapat keuntungan dari piutang dan itu adalah riba, sebagaimana ditegaskan pada kaedah ilmu fiqih di atas.Diantara akad yang tergolong kedalam kelompok ini ialah akad pegadaian (rahnu), jaminan (kafalah), persaksian (syahadah) dll. 3.1.2. Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekuensinya Akad sesama manusia bila ditinjau dari sifat dasar akad tersebut, maka kita dapat mengelompokkannya menjadi dua kelompok besar: Pertama: Akad yang mengikat kedua belah pihak, Maksud kata “mengikat” disini ialah bila suatu akad telah selesai dijalankan dengan segala persyaratannya, maka konsekwensi akad tersebut sepenuhnya harus dipatuhi dan siapapun tidak berhak untuk membatalkan akad tersebut tanpa kerelaan dari pihak kedua, kecuali bila terjadi cacat pada barang yang menjadi obyek akad tersebut.Diantara contoh akad jenis ini ialah akad jual-beli, sewa- menyewa, pernikahan, dll Kedua: Akad yang mengikat salah satu pihak saja, sehingga pihak pertama tidak berhak untuk membatalkan akad ini tanpa izin dan kerelaan pihak kedua, akan tetapi pihak kedua berhak untuk membatalkan akad ini kapanpun ia suka. Diantara contoh akad jenis ini ialah: Akad pergadaian (agunan). Pada akad ini pihak pemberi hutang berhak mengembalikan agunan yang ia terima kapanpun ia suka, sedangkan pihak penerima hutang sekaligus pemilik barang yang dijadikan agunan/digadaikan tidak berhak untuk membatalkan pegadaian ini tanpa seizin dari pihak pemberi piutang. Ketiga: Akad yang tidak mengikat kedua belah pihak, Maksudnya masing-masing pihak berhak untuk membatalkan akad ini kapanpun ia suka dan walaupun tanpa seizin dari pihak kedua, dan walaupun tanpa ada cacat pada obyek akad tersebut.Diantara contoh akad jenis ini ialah: akad syarikat dagang, mudharabah (bagi hasil) penitipan, peminjaman, wasiat, dll. 3.1.3. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Tujuannya Dengan memahami pembagian akad ditinjau dari tujuannya semacam ini, kita dapat memahami alasan dan hikmah diharamkannya riba. Sebagaimana kita dapat memahami hikmah pembedaan antara riba dengan akad jual-beli: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqarah: 275)
  • 6. Diantara faedah mengetahui pembagian akad ditinjau dari tujuannya semacam ini, akan nampak disaat terjadi perselisihan yang diakibatan oleh adanya cacat pada barang yang menjadi obyek suatu akad. Karena adanya cacat pada obyek tersebut akan sangat berpengaruh pada proses akad jenis pertama. Tetapi keberadaan cacat tersebut tidak memiliki pengaruh apapun pada akad jenis kedua dan ketiga. 3.1.4. Manfaat Mengetahui Pembagian Akad Ditinjau Dari Konsekwensinya. Dengan mengetahui pembagian macam-macam akad ditinjau dari sisi ini, kita dapat mengetahui hukum berbagai persengketaan yang sering terjadi di masyarakat karena perselisihan tentang siapakah yang bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi pada barang yang menjadi obyek suatu akad. Diantara manfaat mengetahui pembagian akad ditinjau dari sisi ini ialah: kita dapat mengetahui hukum memutuskan akad yang telah dijalin, karena pada akad jenis pertama, tidak dibenarkan bagi siapapun dari pihak-pihak yang telah melangsungkan akad untuk membatalkannya kecuali dengan seizin pihak kedua. Sedangkan pada akad jenis kedua, maka bagi pihak yang terikat dengan akad tersebut tidak dibenarkan untuk memutuskan atau membatalkan akadnya kecuali atas seizin pihak kedua, akan tetapi pihak kedua berhak membatalkannya kapanpun ia suka, walau tanpa seizin pihak pertama. Sedangkan pada akad jenis ketiga, kedua belah pihak berhak untuk membatalkan akadnya, kapanpun ia sudan dan tanpa persetujuan pihak kedua. Dan masih banyak lagi pembagian macam-macam akad, ditinjau dari berbagai hal, akan tetapi yang saya rasa penting untuk diketahui adalah dua pembagian yang telah saya sebutkan di atas. 4. Prinsip Sewa Pada dasarnya ijarah didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Dalam kegiatan perbankan Syariah pembiayaan melalui Ijarah dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Didasarkan atas periode atau masa sewa biasanya sewa peralatan. Peralatan itu disewa selama masa tanam hingga panen. Dalam perbankan Islam dikenal sebagai Operating Ijarah. 2. Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di beberapa negara menyebutkan sebagai Ijarah Wa Iqtina’ yang artinya sama juga yaitu sama juga yaitu menyewa dan setelah itu diakuisisi oleh penyewa ( finance lease ). Oleh karena Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang menyamaratakan ijarah dengan leasing. Hal ini disebabkan karena kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal – ihwal sewa-
  • 7. menyewa. Karena aktivitas perbankan umum tidak diperbolehkan melakukan leasing, maka perbankan Syari’ah hanya mengambil Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik yang artinya perjanjian untuk memanfaatkan ( sewa ) barang antara Bank dengan nasabah dan pada akhir masa sewa, maka nasabah wajib membeli barang yang telah disewanya. 4.1. Jenis Barang Ijarah Muntahiyyah Bittamlik Barang yang disewakan kepada nasabah umumnya berjenis aktiva tetap atau fixed assets seperti : gedung-gedung (buildings), kantor, mesin, rumah-rumah petak (tenements), atau barang bergerak yang memiliki specific fixed. Rukun dan Syarat Ijarah Muntahiyyah Bittamlik 1. Rukun 1. Penyewa (musta’ jir) 2. Pemilik barang (mu’ajjir) 3. Barang atau obyek sewaan (ma’jur) 4. Harga sewa/manfaat sewa (ajran/ujran) 5. Ijab Qabul 6. Syarat 2. Pihak yang saling telibat harus saling ridha 3. Ma’ jur (Barang atau obyek sewa)  Manfaat tersebut dibenarkan agama atau halal.  Manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur atau diperhitungkan.  Manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa  Ma’ jur wajib dibeli musta’ jir. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga), zulmu (Penganiayaan), riswah (suap), barang haram dan maksiat.  Hawalah Adalah akad pemindahan nasabah kepada bank untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pemindahan piutang tersebut. Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi kondisi dan toleransi. Pada umumnya pinjam-meminjam hukumnya sunah / sunat bila dalam keadaan normal. Hukumnya haram jika meminjamkan uang untuk membeli narkoba, berbuat kejahatan, menyewa pelacur, dan lain sebagainya. Hukumnya wajib jika memberikan kepada orang yang sangat membutuhkan seperti tetangga yang anaknya sedang sakit keras dan membutuhkan uang untuk menebus resep obat yang diberikan oleh dokter. Dalam Hutang Piutang Harus Sesuai Rukun yang Ada : – Ada yang berhutang / peminjam / piutang / debitor – Ada yang memberi hutang / kreditor
  • 8. – Ada ucapan kesepakatan atau ijab qabul / qobul – Ada barang atau uang yang akan dihutangkan Hutang piutang dapat memberikan banyak manfaat / syafaat kepada kedua belah pihak. Hutang piutang merupakan perbuatan saling tolong menolong antara umat manusia yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT selama tolong-menolong dalam kebajikan. Hutang piutang dapat mengurangi kesulitan orang lain yang sedang dirudung masalah serta dapat memperkuat tali persaudaraan kedua belah pihak. 5. Prinsip Bagi Hasil  Pengertian muzara’ah Secara bahasa, muzaraah berarti muamalah atas tanah dengan sebagian yang keluar sebagian darinya. Dan secara istilah muzara’ah berarti memberikan tanah kepada petani agar dia mendapatkan bagian dari hasil tanamannya. Misalnya sepertiga, seperdua atau lebih banyak atau lebiih sedikit dari itu.  Dasar Pensyari’atan Muzara’ah adalah salah satu bentuk ta’awun antar petani dan pemilik sawah. Serigkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi dia tidak punya lahan, dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak mampu menanaminya. Maka Islam mensyari’atkan muzara’ah sebagai jalan tengah bagi keduanya.  Bentuk Muzara’ah yang Terlarang Muzara’ah dibenarkan apabila disepakati pembagian hasil antara pemilik lahan dengan tenaga petani. Misalnya, petani mendapat 60% dari nilai total hasil panen, sedangkan pemilik lahan mendapat 40% sisanya. Bentuk seperti ini dihalalkan dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat hingga generasi berikutnya. Adapun bentuk muzara’ah yang diharamkan adalah bila bentuk kesepakatannya tidak adil. Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati, pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400 m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak atas hasil yang akan didapat pada 600 m tertentu. Perbedaannya dengan bentuk muzara’ah yang halal di atas adalah pada cara pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan terlebih dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua dan terlarang itu, sejak awal lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m. Buruh tani berkewajiban untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada hasil di 600 m itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan. Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya ada pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan. Misalnya, bila panen dari lahan yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan dirugikan. Sebaliknya, bila panen di lahan yang 600 m itu gagal, maka buruh tani akan dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa
  • 9. hasil panen keduanya harus disatukan terlebih dahulu, setelah itu baru dibagi hasil sesuai dengan perjanjian prosentase. Bentuk muzara’ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan persyaratan kepada orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah dan sewanya dari hasil tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa daripada hasil itu untuk yang mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi misalnya. Rukun Mudharabah atau unsur- unsur yang harus ada agar akad mudharabah sah adalah sebagai berikut : 1) Adanya pemilik modal dan pelaksanaan usaha. 2) Adanya obyek yang diperjanjikan. 3) Adanya persetujuan dari kedua belah pihak (ijab-kabul). 4) Nisbah keuntungan yang mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh para pihak yang bermudharabah. Pada umumnya pembiayaan dengan system mudharabah modal yang dipinjamkan oleh bank dalam usaha yang akan dijalankan oleh mudharib tidak diberikan dalam bentuk tunai hal ini dimaksudkan agar pihak bank dapat senantiasa mengawasi dalam pengelolaan usaha tersebut. Dalam akad mudharabah pembelanjaan barang dagangan telah ditentukan dan pihak bank secara langsung akan dapat menyusun pembayaran kepada mudharib. Dana yang telah dipinjamkan tidak boleh diselewengkan dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain. Dalam pengelolaan manajemen, bank menyerahkan pengoperasionalan usaha kepada pihak debitur (mudharib) dengan jalan debitur harus tunduk terhadap segala persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak. Manfaat yang dapat diperoleh dari akad mudharabah adalah : 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap tetapi disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow (arus kas usaha nasabah). 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal dan aman serta menguntungkan. 5) Prinsip bagi hasil berbeda dengan bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah maupun bila nasabah menderita kerugian.
  • 10. Disamping manfaat yang diperoleh bank syariah dari adanya akad mudharabah terdapat pula beberapa kerugian atau resiko yaitu side streaming yaitu penyalahgunaan penggunaan modal oleh nasabah, terjadi kelalaian dan kesalahan yang disengaja, penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Selain dari pembiayaan mudharabah dikenal pula system pembiayaan musyarakah yang artinya akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pelaksanaan akad musyarakah dalam perbankan syariah adalah : 1) Pembiayaan Proyek, dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai suatu proyek. Setelah selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut beserta bagi hasil yang telah disepakati. 2) Modal ventura, penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual sahamnya baik secara langsung maupun bertahap. Peranan notaris dalam pelaksanaan akad mudharabah dan musyarakah pada Bank Syariah adalah berkaitan langsung dengan kewenangannya dalam pembuatan akta otentik yang diperlukan dalam kerja sama tersebut. Perjanjian – perjanjian yang dibuat antara bank syariah dengan nasabah untuk lebih mendapatkan jaminan kepastian hukum bagi kedua belah pihak biasanya para pihak menghendaki dituangkan dalam bentuk akta notariil, sehingga seorang notarispun dituntut untuk membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang produk – produk bank syariah karena ada karakteristik yang berbeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Dalam pendirian kantor bank syariahpun diperlukan peran notaris karena dalam pendirian suatu badan hukum harus dituangkan dalam bentuk akta notariil atau akta otentik.
  • 11. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari makalah diatas dapat kami simpulkan semua bahwa akad-akad fikih muamalah Islam dalam bidang ekonomi yang lazim digunakan. Setelah kita memiliki bekal pengetahuan akad-akad ini, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan konsep akad-akad tersebut ke dalam praktek perbankan modern. Karena itu, kita harus mencoba untuk “menerjemahkan” konsep akad-akad ini ke dalam produk-produk perbankan. Bab selanjutnya, yakni bab 6 akan membahas produkproduk dan jasa yang lazim ditawarkan oleh suatu bank syariah modern. Fikih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition- nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih merupakan sanksi moral. Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing- masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. S. (2001). Bank Syari’ah, Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. Drs. H. Karnaen Perwataatmadja, M., & H. Muhammad Syafi’i Antonio, M. (1992). Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. Drs. Ismail, M. A. (2011). Perbankan Syari’ah. Jakarta: Kencana. Rachmadi Usman, S. M. (2009). Produk dan Akad Perbankan Syari’ah, Implementasi da Aspek Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Sudarsono, H. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia. Wiroso, S. M. (2005). Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah. Jakarta: PT. Grasindo.