Perbankan syariah adalah sistem perbankan berdasarkan hukum Islam yang melarang unsur-unsur seperti riba (bunga), maisir (perjudian), dan gharar (ketidakjelasan). Produk utamanya meliputi simpanan, bagi hasil, jual beli, sewa, dan jasa. Meskipun tumbuh pesat, perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dari Malaysia dan menghadapi tantangan seperti belum adanya bank sentral syariah.
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakahSurya Suwarna
Bentuk kegiatan organisasi bisnis seperti kemitraan didirikan dengan tujuan adanya pembagian keuntungan dengan partisipasi bersama. Seperti dibahas pada pembahasan diatas Mudharabah dan Musyarakah merupakan bagian dari kelompok Natural Uncertainy Contract dimana dua model bagi hasil yang lebih disukai dalam hukum Islam. Metode profit and loss sharing inilah yang digunakan bank syariah dalam model pendanaan.
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakahSurya Suwarna
Bentuk kegiatan organisasi bisnis seperti kemitraan didirikan dengan tujuan adanya pembagian keuntungan dengan partisipasi bersama. Seperti dibahas pada pembahasan diatas Mudharabah dan Musyarakah merupakan bagian dari kelompok Natural Uncertainy Contract dimana dua model bagi hasil yang lebih disukai dalam hukum Islam. Metode profit and loss sharing inilah yang digunakan bank syariah dalam model pendanaan.
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
Presentation from Tate & Tryon CPAs, presenting the latest information on what's new for 2012, potential tax pitfalls for nonprofits and how to have a successful filing season.
Fun and games, indoor and outdoor activities, designed specifically to cater to all ages and specific recreational facilities ensure that every holiday you take will be special.
Tinjauan hukum islam terhadap deposito perbankanAn Nisbah
Abstract: One fund products offered by the bank to customers are deposits. Deposits are deposits that can be withdrawn only at a specifc time based on an agreement between the customer and the bank. Depositing money in the bank is one means of proftable investments . But on the other hand, in recognition of usury in
the public interest to make the banks are having doubts on deposit products. This article tries to fnd out how Islamic legal review of the deposits .
Keywords: deposits, bank, Islamic law
1. Perbankan syariah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perbankan syariah atau perbankan Islam (Arab: ةيمالسإلا ةيفرصملاal-Mashrafiyah al-
Islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam
(syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk
meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem
perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya,
misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha
media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.
Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah perekonomian
Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank Islam yang
menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersialswasta atau semi-swasta dalam komunitas
muslim di dunia.[1][2]
Daftar isi
1 Sejarah
2 Prinsip perbankan syariah
3 Produk perbankan syariah
o 3.1 Titipan atau simpanan
o 3.2 Bagi hasil
o 3.3 Jual beli
o 3.4 Sewa
o 3.5 Jasa
4 Tantangan Pengelolaan Dana
5 Referensi
Sejarah
Suatu bentuk awal ekonomipasar dan merkantilisme, yang oleh beberapa ekonom disebut
sebagai "kapitalisme Islam", telah mulai berkembang antara abad ke-8 dan ke-12.[3]
Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata uangdinar yang beredar luas
saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya independen secara ekonomi.
Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya dua gerakan
renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neorevivalis dan modernis.[2] Sekitar tahun
1940-an, di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya-upaya pengelolaan dana jamaahhaji
secara non konvensional. Tahun 1963, Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit Ghamr di
Kairo, Mesir.[4]
2. Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% per tahun, dan
menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten di masa depan.[5] Laporan dari
International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid Ahmad menyebutkan
bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan Islam yang
beroperasi di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim serta
negara-negara lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika.[6] Diperkirakan terdapat lebih
dari AS$ 822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang dikelola sesuai prinsip-prinsip syariah,
menurut analisis majalah The Economist.[7] Ini mencakup kira-kira 0,5% dari total estimasi
aset dunia pada tahun 2005.[8] Analisis Perusahaan IndukCIMB Group menyatakan bahwa
keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat tumbuh dalam sistem keuangan global,
dan penjualan obligasi syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25
miliar pada 2010.[9]
Prinsip perbankan syariah
Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar
lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal,
menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip
hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan
tersebut:[4]
1. Perniagaan atas barang-barang yang haram,
2. Bunga ( ابرriba),
3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja ( رسيمmaisir), serta
4. Ketidakjelasan dan manipulatif ( ررغgharar).
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:[4]
Bank Islam Bank Konvensional
Melakukan hanya investasi yang halal Melakukan investasi baik yang halal
menurut hukum Islam atau haram menurut hukum Islam
Memakai prinsip bagi hasil, jual-beli, Memakai perangkat suku bunga
dan sewa Berorientasi keuntungan
Berorientasi keuntungan dan falah Hubungan dengan nasabah dalam
(kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai bentuk kreditur-debitur
ajaran Islam) Penghimpunan dan penyaluran dana
Hubungan dengan nasabah dalam tidak diatur oleh dewan sejenis
bentuk kemitraan
Penghimpunan dan penyaluran dana
sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980)
berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi
nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem
ekonominya.[10]
3. Produk perbankan syariah
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:
Titipan atau simpanan
Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah. Bank
Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.
Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang
tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan
dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
Bagi hasil
Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau
joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati
sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-
masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada
campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur
tangan
Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap
keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko
kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh
kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak
dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.
Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah
hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai
imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Jual beli
Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke
pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang
ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya
angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah
margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank
100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama
waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan
4. ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan
yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani dalam jangka
waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung,
cabai) tidak dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam
kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain
misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang
direkomendasikan penjual.
Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa
dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank
mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti
As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan
demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada
nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi
tersebut.
Sewa
Bagian ini membutuhkan pengembangan
Al-Ijarah
Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik
Jasa
Bagian ini membutuhkan pengembangan
Al-Wakalah
Al-Kafalah
Al-Hawalah
Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad
gadai yang sesuai dengan syariah.
Al-Qardh
Tantangan Pengelolaan Dana
Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga
keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata
lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima
tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah
Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya.
Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah,
masih tertinggal jauh di belakang Malaysia.
5. Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272
juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai
12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah
periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia
memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai
tahun ini.
Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif pemerintah berupa
pengelolaan rekening haji yang akan dipercayakan pada perbankan syariah, serta hadirnya
investor-investor baru akan mendorong pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan perbankan
syariah, Adiwarman Azwar Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah antara lain
akan ditandai penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan pemerintah.
Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan bersiap menyambut
penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah. Sementara itu sejumlah investor dari
negara Teluk juga tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi
bank syariah. Kriteria bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar
dan Rp 2 triliun. Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi
pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.
Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat Indonesia
yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)dengan tujuan mengakomodir berbagai
aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat
bahwa bunga bank itu haram karena termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-
hatian. Apabila dilihat dari segi ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar
karena penduduk Indonesia 80% beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat potensial.
Meskipun sebagian orang islam berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi faedah,
karena bunga yang diberikan atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling
dirugikan atau didzolimi, tetapi tetap saja bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah
adalah sebuah kemajuan besar.
Tetapi sistem perbankan syariah di Indonesia masih belum sempurna atau masih ada
kekurangannya yaitu masih berinduk pada Bank Indonesia, idealnya pemerintah Indonesia
mendirikan lembaga keuangan khusus syariah yang setingkat Bank Indonesia yaitu Bank
Indonesia Syariah.
Referensi
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga
Syariah Negara
6. 1. ^ Rammal, H. G., Zurbruegg, R. (2007). Awareness of Islamic Banking Products
Among Muslims: The Case of Australia. dalam Journal of Financial Services
Marketing, 12(1), 65-74.
2. ^ab Saeed, Abdullah. (1996). Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition
of Riba and its Contemporary Interpretation. Leiden, Netherlands: E.J.Brill.
3. ^ Subhi Y. Labib (1969), Capitalism in Medieval Islam dalam The Journal of
Economic History, 29 (1), hlm. 79-96 [81, 83, 85, 90, 93, 96].
4. ^abcSyafi'i Antonio, Muhammad (2001). Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik,
penyunting Dadi M.H. Basri, Farida R. Dewi, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press.
ISBN 979-561-688-9.
5. ^http://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2008/wp0816.pdfIslamic Banks and
Financial Stability: An Empirical Analysis, hlm. 5
6. ^ Khursid Ahmad, Islamic Finance and Banking: The Challenge of the 21st Century,
dalam Imtiyazuddin Ahmad (ed.) Islamic Banking and Finance: The Concept, The
Practice and The Challenge (Plainfield: The Islamic Society of North America,
1999).
7. ^ "Sharia calling ", The Economist, 12 November 2009.
8. ^ Slater, Joanna, "World's Assets Hit Record Value Of $140 Trillion ", The Wall
Street Journal, 10 Januari 2007.
9. ^http://www.iran-daily.com/1388/12/11/MainPaper/3630/Page/5/Index.htm
10. ^ Afzalur Rahman, Islamic Doctrine on Banking and Insurance (London: Muslim
Trust Company, 1980).
Pinjaman Syariah - Sistem Bagi Hasil
Membahas tentang bank Syariah kita punya dua pertanyaan penting, yakni bagaimana
mekanisme dan sistem bank tersebut. Mengingat menyandang status syariah berarti harus
sesuai dengan hukum agama Islam.
Pinjaman dana usaha syariah untuk memudahkan anda dalam pengembangan bisnis.
Pinjaman dana modal usaha ini bebas riba, dengan cicilan yang ringan serta lunak. Manfaat
yang akan anda peroleh dari pinjaman syariah adalah nisbah (bagi hasil tetap antara bank dan
nasabah), Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha nasabah
(revenue sharing). Misal bila pendapatan usaha anda menurun maka angsuran juga menurun.
Jadi dalam sistem bagi hasil mengandung misi dan visi kebersamaan, kekeluargaan, kerja
sama, kepercayaan, dan tanggung jawab. Sistem ini memang sangat ideal bagi terciptanya
kesejahteraan kolektif. Karena Islam sangat menganjurkan saling tolong menolong dan
mengasihi diantara sesama.
Biasanya pinjaman dana ini hanya untuk pengusaha yang sudah punya usaha minimal 1 tahun
berjalan, prospek, dan berkembang. Misalnya Pak Andi punya usaha warnet 5 komputer
sudah 1 tahun mau dikembangkan menjadi 10 komputer. Pak Budi dapat mengajukan
pinjaman dana pengembangan usaha kepada Bank Syariah.