PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Ada beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian:
1. Tempat pelaksanaan pelayanan
2. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Pelayanan resep
4. Peracikan obat
5. Konseling obat
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konseling:
1) Manajemen Ruang Konseling
2) Efektifitas Konseling
3) Kompetensi Apoteker
4) Keterbatasan yang Dimiliki Penderita
5) Penerima Konseling
6) Komunikasi dalam Konseling
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...Aji Wibowo
Dilaporkan bahwa kejadian interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien dewasa, sedangkan laporan mengenai kejadian interaksi obat pada pasien anak masih sedikit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi interaksi obat golongan antibiotik yang terjadi pada resep pasien pediatri di Rumah Sakit Ananda, Purwokerto. Penelitian dilakukan secara deskriptif noneksperimental dengan pengambilan data prospektif dilakukan pada data rekam medik dan resep pasien pediatri pada bulan Februari – April 2018.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Ada beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian:
1. Tempat pelaksanaan pelayanan
2. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Pelayanan resep
4. Peracikan obat
5. Konseling obat
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konseling:
1) Manajemen Ruang Konseling
2) Efektifitas Konseling
3) Kompetensi Apoteker
4) Keterbatasan yang Dimiliki Penderita
5) Penerima Konseling
6) Komunikasi dalam Konseling
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...Aji Wibowo
Dilaporkan bahwa kejadian interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien dewasa, sedangkan laporan mengenai kejadian interaksi obat pada pasien anak masih sedikit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi interaksi obat golongan antibiotik yang terjadi pada resep pasien pediatri di Rumah Sakit Ananda, Purwokerto. Penelitian dilakukan secara deskriptif noneksperimental dengan pengambilan data prospektif dilakukan pada data rekam medik dan resep pasien pediatri pada bulan Februari – April 2018.
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
Diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi konseling dan alat bantu pengingat pengobatan akan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat serta outcome kliniknya. Pendekatan eksperimental pretest-posttest design dilakukan pada bulan Februari 2019 - Mei 2019. Populasi sampel penelitian adalah pasien Prolanis di Puskesmas Kembaran I, Purwokerto Timur II dan Sumbang I. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi 66 pasien DM tipe 2 dan 72 pasien hipertensi.
Penentuan kelompok pretest-posttest secara simple random sampling. Instrument kepatuhan menggunakan MARS, SOP konseling dan alat bantu pengingat pengobatan sesuai standar pedoman konseling kefarmasian.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
Salah satu intervensi yang komprehensif untuk pasien penyakit degeneratif adalah home pharmacy care. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh peran home Pharmacy Care pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pra experimental yang dilakukan di Bp Sentra
Medika dan konseling di rumah masing-masing responden di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode one group pretest posttest design. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling dan didapat 35 responden. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen kuesioner MMAS-8 (pretest-postest) dan pill count untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien serta glucotest untuk mengukur keberhasilan terapi yang
ditandai dengan nilai kadar gula darah.
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab. Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis, periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10, metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361).
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Aji Wibowo
Penggunaan obat off-label pada pasien obstetri-ginekologi memerlukan kewaspadaan karena berisiko tinggi bagi kehamilan. Meskipun masih terjadi perdebatan, data profil penggunaannya pada praktik klinik masih kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengobservasi penggunaan obat off-label pada pasien obstetri dan ginekologi di rumah sakit swasta, khususnya
obat Misoprostol. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif observasional terhadap data rekam medis rumah sakit.
Pengambilan data penelitian secara retrospektif di RSU Bunda (RS X) periode Juli 2017 – Desember 2017 dan RS Sinar Kasih
(RS Y) periode Januari 2018 – Desember 2018. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin, dengan teknik sampling
systematic random sampling di RS X dan total sampling di RS Y.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Aji Wibowo
Berbagai studi telah menemukan penggunaan antibiotik pada pasien bedah sering kali tidak sesuai dengan standarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah sesar dan mengobservasi outcome terapi antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif observasional menggunakan data retrospektif berupa rekam medik pasien bedah sesar periode Agustus 2016 – Agustus 2018. Data diolah secara deskriptif nonanalitik meliputi jenis antibiotik yang digunakan, dosis yang digunakan, rute pemberian, dan waktu
pemberian.
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
Swamedikasi yang sering dilakukan pada anak di antaranya yaitu batuk, pilek, flu, dan kongesti nasal sebanyak (17,2%), demam (15%), sakit kepala (14%), diare dan nyeri pada perut sebanyak (9%). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hanya 0.4% caregiver anak umur 4-6 tahun di Kabupeten
Banyumas tepat dalam melakukan swamedikasi demam pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode Community Based Interactive Approach (CBIA) dan metode Focus Group Discussion (FGD) dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan caregiver dalam upaya swamedikasi demam pada anak dengan metode penelitian rancangan eksperimen
semu dengan menggunakan kelompok kontrol non acak desain posttest pretest. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan metode FGD maupun CBIA dengan nilai significancy pada kelompok FGD yaitu 0.000 (p < 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 0.002 (p < 0.05), sedangkan untuk ketepatan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dengan metode FGD maupun CBIA didapat tidak adanya perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai significancy ketepatan untuk kelompok FGD yaitu 1.000 (p > 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 1.000 (p > 0.05). Hasil dari uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa diperoleh nilai significancy 0.012 (p < 0.05), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok FGD dengan kelompok CBIA. Rerata selisih skor pada kelompok FGD (2.45) lebih besar dibandingkan dengan CBIA (0.96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode FGD lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan metode CBIA walaupun keduanya sama-sama mengalami peningkatan. Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa
diperoleh nilai significancy 1.000. Hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara metode FGD maupun metode CBIA dalam meningkatkan ketepatan responden dalam swamedikasi demam pada anak.
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Aji Wibowo
Konsumsi obat tersebut dapat terdistribusi ke ASI yang mengganggu proses menyusui. Oleh karena itu penggunaannya perlu diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan analgesik pada ibu pasca melahirkan yang meliputi penggunaan obat analgesik, intensitas nyeri pada pasien pasca melahirkan, dan efektivitas obat analgesik pada pasien pasca melahirkan di RSU Bunda Purwokerto periode Januari-Maret 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
noneksperimental dengan desain penelitian deskriptif observasional. Pengambilan data secara prospektif dengan sumber data penelitian yang digunakan yaitu hasil rekam
medik dan penilaian nyeri menggunakan Visual Analog Scale.
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia (pasien), bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual (IDDR) sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat, dan juga meminimalkan kemungkinan efek sampingnya.
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Aji Wibowo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan mengevaluasi penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien Instalasi Gawat
Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Januari 2012–Desember 2014. Alat ukur yang digunakan adalah buku pedoman penatalaksanaan keracunan yang disusun BPOM RI tahun 2001. Pada periode tersebut ditemukan 117 kasus keracunan dengan angka kematian 0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular (69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan pestisida, makanan, obat, alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-laki
(70,1%), usia 28–45 tahun (30,5%), memiliki pendidikan rendah yaitu SD (49,6%) serta tidak memiliki pekerjaan (71,8%). Penatalaksanaan bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik, antihistamin, analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan beberapa obat gastrointestinal lainnya.
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
Diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi konseling dan alat bantu pengingat pengobatan akan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat serta outcome kliniknya. Pendekatan eksperimental pretest-posttest design dilakukan pada bulan Februari 2019 - Mei 2019. Populasi sampel penelitian adalah pasien Prolanis di Puskesmas Kembaran I, Purwokerto Timur II dan Sumbang I. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi 66 pasien DM tipe 2 dan 72 pasien hipertensi.
Penentuan kelompok pretest-posttest secara simple random sampling. Instrument kepatuhan menggunakan MARS, SOP konseling dan alat bantu pengingat pengobatan sesuai standar pedoman konseling kefarmasian.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
Salah satu intervensi yang komprehensif untuk pasien penyakit degeneratif adalah home pharmacy care. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh peran home Pharmacy Care pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pra experimental yang dilakukan di Bp Sentra
Medika dan konseling di rumah masing-masing responden di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode one group pretest posttest design. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling dan didapat 35 responden. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen kuesioner MMAS-8 (pretest-postest) dan pill count untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien serta glucotest untuk mengukur keberhasilan terapi yang
ditandai dengan nilai kadar gula darah.
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab. Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis, periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10, metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361).
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Aji Wibowo
Penggunaan obat off-label pada pasien obstetri-ginekologi memerlukan kewaspadaan karena berisiko tinggi bagi kehamilan. Meskipun masih terjadi perdebatan, data profil penggunaannya pada praktik klinik masih kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengobservasi penggunaan obat off-label pada pasien obstetri dan ginekologi di rumah sakit swasta, khususnya
obat Misoprostol. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif observasional terhadap data rekam medis rumah sakit.
Pengambilan data penelitian secara retrospektif di RSU Bunda (RS X) periode Juli 2017 – Desember 2017 dan RS Sinar Kasih
(RS Y) periode Januari 2018 – Desember 2018. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin, dengan teknik sampling
systematic random sampling di RS X dan total sampling di RS Y.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Aji Wibowo
Berbagai studi telah menemukan penggunaan antibiotik pada pasien bedah sering kali tidak sesuai dengan standarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah sesar dan mengobservasi outcome terapi antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif observasional menggunakan data retrospektif berupa rekam medik pasien bedah sesar periode Agustus 2016 – Agustus 2018. Data diolah secara deskriptif nonanalitik meliputi jenis antibiotik yang digunakan, dosis yang digunakan, rute pemberian, dan waktu
pemberian.
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
Swamedikasi yang sering dilakukan pada anak di antaranya yaitu batuk, pilek, flu, dan kongesti nasal sebanyak (17,2%), demam (15%), sakit kepala (14%), diare dan nyeri pada perut sebanyak (9%). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hanya 0.4% caregiver anak umur 4-6 tahun di Kabupeten
Banyumas tepat dalam melakukan swamedikasi demam pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode Community Based Interactive Approach (CBIA) dan metode Focus Group Discussion (FGD) dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan caregiver dalam upaya swamedikasi demam pada anak dengan metode penelitian rancangan eksperimen
semu dengan menggunakan kelompok kontrol non acak desain posttest pretest. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan metode FGD maupun CBIA dengan nilai significancy pada kelompok FGD yaitu 0.000 (p < 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 0.002 (p < 0.05), sedangkan untuk ketepatan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dengan metode FGD maupun CBIA didapat tidak adanya perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai significancy ketepatan untuk kelompok FGD yaitu 1.000 (p > 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 1.000 (p > 0.05). Hasil dari uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa diperoleh nilai significancy 0.012 (p < 0.05), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok FGD dengan kelompok CBIA. Rerata selisih skor pada kelompok FGD (2.45) lebih besar dibandingkan dengan CBIA (0.96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode FGD lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan metode CBIA walaupun keduanya sama-sama mengalami peningkatan. Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa
diperoleh nilai significancy 1.000. Hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara metode FGD maupun metode CBIA dalam meningkatkan ketepatan responden dalam swamedikasi demam pada anak.
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Aji Wibowo
Konsumsi obat tersebut dapat terdistribusi ke ASI yang mengganggu proses menyusui. Oleh karena itu penggunaannya perlu diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan analgesik pada ibu pasca melahirkan yang meliputi penggunaan obat analgesik, intensitas nyeri pada pasien pasca melahirkan, dan efektivitas obat analgesik pada pasien pasca melahirkan di RSU Bunda Purwokerto periode Januari-Maret 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
noneksperimental dengan desain penelitian deskriptif observasional. Pengambilan data secara prospektif dengan sumber data penelitian yang digunakan yaitu hasil rekam
medik dan penilaian nyeri menggunakan Visual Analog Scale.
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia (pasien), bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual (IDDR) sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat, dan juga meminimalkan kemungkinan efek sampingnya.
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Aji Wibowo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan mengevaluasi penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien Instalasi Gawat
Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Januari 2012–Desember 2014. Alat ukur yang digunakan adalah buku pedoman penatalaksanaan keracunan yang disusun BPOM RI tahun 2001. Pada periode tersebut ditemukan 117 kasus keracunan dengan angka kematian 0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular (69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan pestisida, makanan, obat, alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-laki
(70,1%), usia 28–45 tahun (30,5%), memiliki pendidikan rendah yaitu SD (49,6%) serta tidak memiliki pekerjaan (71,8%). Penatalaksanaan bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik, antihistamin, analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan beberapa obat gastrointestinal lainnya.
6 raisons de multidiffuser les terrains+maisonsLea Ubiflow
Nous vous expliquons en 6 points pourquoi il est important de diffuser vos terrains et maisons sur le web avec une solution automatisée de multidiffusion comme celle d'Ubiflow.
L'un des principaux défis du commerce physique est d’attirer le client en magasin. Pour vous y aider, il est devenu essentiel de travailler son référencement local sur Internet. Découvrez dans notre dossier 10 techniques testées et approuvées pour optimiser votre présence sur le web.
Stratégie : pourquoi les e-commerçants doivent passer au cross-canal ?Christian Radmilovitch
Présentation au Salon E-commerce Paris 2013
- Du multi-canal à l'omniretail
- Le cross-canal modifie les modes de consommation
- Qui est le cross-canal shopper ?
- Quels enjeux pour les marques et distributeurs
- Des enseignes et marques ont déjà franchi le pas
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
1. Fetti Nurbuah
Lisa Wahyuningrum
Nur Indah Pratiwi
Selvia Andreyani
Annastasia D. W. P.
Candra Satrio
Ganda Ardi Pameling
Saprida Apriani
Iin Rafiah
Dekri Anisa
2. bahan atau panduan bahan- bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan, diagnosis,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi termasuk produk biologi
3. Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien
menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan
kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya,
pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga
yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat
(WHO,1985).
4. Persyaratan
Penggunaan obat
rasional
Menurut WHO 1985
pengobatan rasional
bila:
Pasien menerima obat yang
sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk periode yang adekuat.
Dengan harga yang paling
murah untuknya dan
masyarakat.
5. Secara praktis penggunaan obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria
Tepat diagnosis
Sesuai dengan indikasi
penyakit
Tepat pemilihan obat
Tepat Dosis
Tepat cara pemberian
Tepat interval waktu
pemberian
Tepat lama pemberian
Waspada terhadap efek samping
Penilaian terhadap kondisi
pasien
Tepat Informasi
Tepat dalam melakukan upaya
tindak lanjut
Obat yang Efektif, aman, dan
mutu terjamin dan terjangkau
Tepat Penyerahan obat
Pasien patuh terhadap perintah
pengobatan yang dibutuhkan
6. Tepat diagnosis
Penggunaan obat disebut
rasional jika diberikan untuk
diagnosis yang tepat. Jika
diagnosis tidak ditegakkan
dengan benar maka pemilihan
obat akan terpaksa mengacu
pada diagnosis yang keliru
tersebut. Akibatnya obat yang
diberikan juga tidak akan
sesuai dengan seharusnya.
7. Sesuai dengan indikasi penyakit
Ketepatan indikasi
berkaitan dengan
penentuan perlu tidaknya
suatu obat diberiakan pada
suatu kasus tertentu
(Sastramihardja, 1997).
8. Tepat pemilihan obat.
Keputusan untuk melakukan upaya
terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan
demikian obat yang dipilih haruslah
yang memiliki efek terapi sesuai
dengan spectrum penyakit. Berkaitan
dengan pemilihan kelas terapi dan
jenis obat berdasarkan pertimabangan
manfaat, keamanan, harga, dan mutu.
Sebagai acuannya bisa digunakan
buku pedoman pengobatan.
(Sastramiharja 1997).
9. Tepat Dosis
Pemberian dosis yang
berlebihan, khususnya untuk
obat yang dengan rentang
terapi yang sempit misalnya
theofilin akan sangat berisiko
timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlau
kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang
diharapkan (Anomia 2006).
10. Tepat cara pemberian
antibiotik tidak boleh dicampur
dengan susu karena akan membentuk
ikatan sehingga menjadi tidak dapat
diabsorbsi dan menurunkan
efektifitasnya. Cara pemberian obat
memerlukan pertimbangan
farmakokinetik, yaitu cara atau rute
pemberian, besar dosis, frekuensi
pemberian dan lama pemberian,
sampai ke pemilihan cara pemakaian
yang paling mudah diikuti pasien,
aman dan efektif untuk pasien.
11. Tepat interval waktu pemberian
Cara memberikan obat
hendaknya dibuat sesederhana
mungkin dan praktis agar
mudah ditaati oleh pasien.
Makin sering frekuensi
pemberian obat perhari
(misalnya 4 kali sehari) maka
semakin rendah tingkat
ketaatan pasien untuk minum
obat.
12. Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat itu harus
sesuai dengan penyakitnya
masing- masing. Untuk
tuberculosis lama pemberian
paling singkat 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada
demam tifoid adalah 10 – 14
hari.
13. Waspada terhadap efek samping
Pemberian obat potensial
menimbulkan efek samping
yaitu efek yang tidak
diinginkan yang timbul pada
pemberian obat dengan dosis
terapi. karena itu muka merah
setelah pemberian atropine
bukan alergi tetapi efek
samping sehubungan
vasodilatasi pembuluh darah di
wajah.
14. Penilaian terhadap kondisi pasien
Ketepatan penilaian
diperlukan terhadap
kontraindikasi, pengaruh faktor
konstitusi penyakit penyerta
dan riwayat alergi, respon
individu terhadap efek obat
sangat beragam, misalnya pada
penderita kelainan ginjal,
pemberian aminoglikosida
sebaiknya dihindarkan karena
resiko terjadinya nefrotoksik
pada kelompok ini secara
bermakna.
15. Tepat Informasi
Ketepatan informasi
menyangkut informasi cara
penggunaan obat, efek
samping obat dan cara
penanggulangannya serta
pengaruh kepatuhan terhadap
hasil pengobatan. Informasi
yang tepat dan benar dalam
penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang
keberhasilan terapi.
16. Tepat dalam melakukan upaya tindak
lanjut
Tepat tindak lanjut maksudnya
pada saat memutuskan
pemberian terapi harus sudah
dipertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan,
misalnya jika pasien tidak
sembuh atau mengalami efek
samping. Jika terjadi seperti ini
maka dosis obat perlu ditinjau
ulang atau bisa saja obatnya
diganti.
17. Obat yang Efektif, aman, dan mutu
terjamin dan terjangkau
Untuk efektif, aman, dan
terjangkau digunakan obat –
obat dalam daftar obat
essensial. Pemilihan batt dalam
daftar obat essensial
didahulukan dengan
mempertimbangkan efektivitas,
keamanan, dan harganya oleh
para pakar dibidang
pengobatan dan klinis.
18. Tepat Penyerahan obat
Penggunaan obat rasional melibatkan
juga dispenser sebagai penyerah obat
dan pasien sebagai konsumen. Pada
saat resep dibawa ke apotik atau
tempat penyerahan obat di
puskesmas, apoteker atau asisten
apoteker atau petugas penyerah obat
akan melaksanakan perintah dokter
atau peresep yang ditulis pada lembar
resep ntuk kemudian diberikan
kepada pasien.
19. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan
yang dibutuhkan
Pasien patuh terhadap perintah
pengobatan yang dibutuhkan
maksudnya pemberian obat dalam
jangka waktu lama tanpa informasi/
supervisi tentu saja akan menurunkan
ketaatan penderita. Kegagalan
pengobatan tuberkulosis secara
nasional menjadi salah satu bukti
bahwa terapi jangka panjang tanpa
disertai informasi/ supervisi yang
memadai tidak akan pernah
memberikan hasil seperti yang
diharapkan.
20.
21. Dampak pada mutu pengobatan dan
pelayanan.
Penderita ISPA non pneumonia
pada anak sering diberikan
antibiotik
22. Dampak terhadap biaya pengobatan.
Penggunaan obat tanpa
indikasi yang jelas, atau
pemberian obat untuk
keadaan yang sama sekali
tidak memerlukan terapi
obat
23. Dampak terhadap kemungkinan efek samping
dan efek lain yang tidak diharapkan.
Terjadinya resistensi kuman
terhadap antibiotik merupakan
salah satu akibat dari
pemakaian antibiotik yang
berlebihan (over prescribing),
maupun pemberian yang bukan
indikasi (misalnya infeksi yang
disebabkan oleh virus).
24. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat.
keluhan demam,batuk dan
pilek mendapatkan antibiotik
untuk rata-rata 3 hari
pemberian
25.
26. 1. Pembuat resep (dokter), dokter
yang kurang pengetahuan,
ketrampilan dan tidak percaya diri,
pengalaman praktek sehari-hari yang
keliru, aktivitas promosi yang bias
dari industri farmasi, tekanan
permintaan dari pasien, generalisasi
pengobatan penyakit, waktu diagnosa
yang terbatas
2. Pasien/masyarakat; ketidaktahuan
terapi pengobatan, pengalaman
sebelumnya yang salah
(misalnya, pasien yang pernah
mengalami diare dan sembuh
setelah disuntik maka saat diare
lagi maka pasien pun minta
disuntik)
27. 3. Sistem perencanaan dan
pengelolaan obat
4. Kebijaksanaan obat dan
pelayanan kesehatan
5. Lain-lain misalnya
informasi dan iklan obat,
persaingan praktek dan
memberikan pengobatan
yang sesuai dengan
permintaan pasien.
28.
29. 1. Pemberian obat bagi penderita yang
tidak memerlukan obat (obat tanpa
indikasi)
2. Pemakaian obat yang tidak sesuai
indikasi penyakit
3. Pemakaian obat yang tidak sesuai
anjuran
4. Obat dengan toksisitas tinggi
sementara obat lain yang lebih aman
tidak digunakan
5. Pemakaian obat dengan harga mahal
6. Obat yang belum secara ilmiah
terbukti manfaat dan keamanannya
7. Pemakaian obat yang jelas-jelas
mempengaruhi kebiasaan atau
persepsi keliru dari masyarakat
terhadap pengobatan