Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan obat rasional yang meliputi diagnosis, indikasi, pemilihan, dosis, cara pemberian, interval waktu, lama pemberian, dan pengawasan efek samping obat secara tepat sesuai dengan kondisi pasien untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
Akses terhadap obat terutama obat
esensial merupakan salah satu hak azasi
manusia.
Ketersediaan pemerataan &
keterjangkauan obat , termasuk obat
esensial
04
02
03
01
Keamanan, khasiat & dan mutu obat yang
beredar serta melindungi masyarakat dari
penggunaan obat yang salah
Penggunaan Obat Rasional
Pemerintah
Menjamin
3. PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Penggunaan obat yang sesuai kriteria
TEPAT
OBAT
DIAGNOSIS
INDIKASI
CARA, WAKTU, LAMA PEMBERIAN
KONDISI PASIEN
WASPADA EFEK
SAMPING
4. TUJUAN POR
Untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhannya,
untuk periode waktu yang pas
dengan harga yang terjangkau.
5. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional
jika diagnosis penyakit tepat
sehingga pasien bisa
mendapatkan obat yang sesuai
dengan penyakit. Jika
diagnosisnya salah maka
kemungkinan pasien untuk
sembuh tidak ada karena
mendapatkan obat yang tidak
6. Tepat Indikasi
Penyakit
Setiap obat punya spekturm
terapi yang spesifik, indikasi
penyakit harus tepat agar tidak
terjadi kesalahan dalam
pemberian obat untuk
mendapatkan efek terapi yang
dibutuhkan pasien
7. Tepat Pemilihan
Obat
Keputusan untuk melakukan
upaya terapi diambil setelah
diagnosis ditegakkan dengan
benar. Dengan demikian, obat
yang dipilih harus yang memiliki
efek terapi sesuai dengan
spektrum penyakit.
8. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat
sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang
berlebihan,
khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, akan
sangat beresiko timbulnya efek
samping. Sebaliknya dosis yang
terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang
9. Tepat Cara
Pemberian
Obat di formulasi dalam
berbagai bentuk sediaan
berdasarkan stabilitas dan efek
terapi yang ingin di capai,
sehingga cara pemberian harus
tepat agar efek terapi dapat
tercapai.
10. Tepat Interval
Waktu
Pemberian
Interval waktu pemberian
adalah jarak waktu minum obat
dimana obat harus diminum
pada waktu yang tepat,
misalnya obat yang diminum
satu kali sehari artinya di minum
dengan interval 24 jam
11. Tepat lama pemberian
Pemberian obat yang terlalu singkat atau
terlalu lama dari yang seharusnya akan
berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
Lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing. Misalnya Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid
adalah 10-14 hari, jika diminum kurang dari
waktu maka kemungkinan bakteri yang ada
dalam tubuh tidak mati.
12. Waspada terhadap
efek samping
Pemberian obat potensial
menimbulkan efek
samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul
pada pemberian obat
dengan dosis terapi
13. Tepat penilaian
kondisi pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat
beragam. Sehingga pemilihan obat dan
dosis terapi harus diperhatkan, sebagai
contoh Pada penderita dengan kelainan
ginjal, pemberian aminoglikosida
sebaiknya dihindarkan, karena resiko
terjadinya nefrotoksisitas pada kelompok
ini meningkat secara bermakna.
14. Aman,
Bermutu
Obat yang diberikan harus efektif dan aman
dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap
saat dengan harga yang terjangkau Untuk
efektif dan aman serta terjangkau,
digunakan obat-obat dalam daftar obat
esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat
esensial didahulukan dengan
mempertimbangkan efektivitas, keamanan
dan harganya oleh para pakar di bidang
pengobatan dan klinis.
16. Tepat tindak lanjut
(follow-up)
Pada saat memutuskan pemberian
terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan,
misalnya jika pasien tidak sembuh atau
mengalami efek samping
17. Tepat penyerahan
obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional
melibatkan juga dispenser
sebagai penyerah obat dan
pasien sendiri sebagai
konsumen. Apoteker/ TTK
bertugas dalam menyiapkan obat
dan menyerahkan obat kepada
pasien. Dalam menyerahkan
obat juga petugas harus
memberikan informasi yang tepat
18. Pasien patuh terhadap perintah
pengobatan
ketidaktaatan minum obat umumnya
terjadi pada keadaan berikut:
- Jenis dan/atau jumlah obat yang
diberikan terlalu banyak
- Frekuensi pemberian obat per hari
terlalu sering
- Jenis sediaan obat terlalu beragam
- Pemberian obat dalam jangka panjang
tanpa informasi
19. Pasien patuh terhadap perintah
pengobatan
- Pasien tidak mendapatkan
informasi/penjelasan yang cukup
mengenai cara
minum/menggunakan obat
- Timbulnya efek samping