Untuk bersaing di tingkat ASEAN, pendidikan tinggi berbasis teknologi diharapkan untuk dikembangkan dengan mengadopsi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan standar kompetensi ACCSTP ke dalam kurikulum, agar menghasilkan lulusan yang siap diserap oleh industri pariwisata nasional dan internasional.
Perubahan teknologi dan globalisasi menyebabkan terjadinya disrupsi atau gangguan pada sektor pariwisata yang membutuhkan pendidikan tinggi berbasis teknologi.
Paparan ini menyajikan landasan perlunya pengembangan pendidikan tinggi pariwisata berbasis teknologi dan inovasi.
Bagi seluruh lapisan masyarakat Belitung yang berada dalam daftar pertemanan dengan saya, mohon kiranya untuk sempatkan diri baca informasi yang saya postingkan di slideshare.net. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Bagi seluruh lapisan masyarakat Belitung yang berada dalam daftar pertemanan dengan saya, mohon kiranya untuk sempatkan diri baca informasi yang saya postingkan di slideshare.net. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 03.04.2013
oleh Drs. Ukus Kuswara, MM
SEKJEN Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif
(materi ini adalah milik Kementerian Parekraf, saya upload hanya untuk membantu mensebar luaskannya saja).
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
materi mengenai potensi dan daya tarik wisata untuk kelas X SMK, siswa mempelajari tentang pengertian potensi dan daya tarik wisata serta karakteristik daya tarik wisata. Siswa juga diminta untuk membuat suatu perencanaan usaha daya tarik wisata sesuai daerah masing-masing.
materi power point diambil dari beberapa sumber.
Krisis adalah proses yang tidak diinginkan, luar biasa, seringkali tidak terduga dan waktunya terbatas, dengan kemungkinan perkembangan yang ambivalen. Krisis menuntut keputusan dan respon cepat untuk mempengaruhi perkembangan situasi, sehingga positif untuk destinasi/organisasi dan konsekuensi negatifnya minimum.
Perubahan teknologi dan globalisasi menyebabkan terjadinya disrupsi atau gangguan pada sektor pariwisata yang membutuhkan pendidikan tinggi berbasis teknologi.
Paparan ini menyajikan landasan perlunya pengembangan pendidikan tinggi pariwisata berbasis teknologi dan inovasi dalam Era Pariwisata 4.0.
Bab 1 Karakteristik Sumber Daya Manusia Industri PariwisataNoersal Samad
Setelah mempelajari topik ini, peserta didik diharapkan mampu memahami dan menerapkan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh karyawan yang bekerja dalam industri hospitality/ pariwisata, sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi yang berlaku.
Menurut Pearce ada 6 komponen peran geografi pariwisata :
1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)
2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)
3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)
4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)
5) Dampak pariwisata (the impact of tourism)
6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan.
materi mengenai potensi dan daya tarik wisata untuk kelas X SMK, siswa mempelajari tentang pengertian potensi dan daya tarik wisata serta karakteristik daya tarik wisata. Siswa juga diminta untuk membuat suatu perencanaan usaha daya tarik wisata sesuai daerah masing-masing.
materi power point diambil dari beberapa sumber.
Krisis adalah proses yang tidak diinginkan, luar biasa, seringkali tidak terduga dan waktunya terbatas, dengan kemungkinan perkembangan yang ambivalen. Krisis menuntut keputusan dan respon cepat untuk mempengaruhi perkembangan situasi, sehingga positif untuk destinasi/organisasi dan konsekuensi negatifnya minimum.
Perubahan teknologi dan globalisasi menyebabkan terjadinya disrupsi atau gangguan pada sektor pariwisata yang membutuhkan pendidikan tinggi berbasis teknologi.
Paparan ini menyajikan landasan perlunya pengembangan pendidikan tinggi pariwisata berbasis teknologi dan inovasi dalam Era Pariwisata 4.0.
Bab 1 Karakteristik Sumber Daya Manusia Industri PariwisataNoersal Samad
Setelah mempelajari topik ini, peserta didik diharapkan mampu memahami dan menerapkan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh karyawan yang bekerja dalam industri hospitality/ pariwisata, sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi yang berlaku.
Penerapan Transaksi Digital dalam Pengembangan Industri Pariwisata Provinsi D...Dadang Solihin
Digital Leadership Academy Training Program Kementerian Komunikasi dan Informatika RI-School of Public Policy and Management Tsinghua University PRC, Jakarta, 21 Oktober – 12 November 2021
Paparan ripparda Bapak Tazbir SH MHum,Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) DIY 2012),Tour operator di jogja, Tour operator di Yogya, Tour operator di jogjakarta, Tour operator di Yogyakarta,
Pesentasi ini disampaikan Oleh Ibu Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D.
dalam sebuah seminar pada tahun 2010,tour operator di jogja,tour operator di yogya
http://odoritour.com/
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Foundation of e-Tourism_Kelompok1 primakara universitygedeagusrudaya
menjelaskan mengenai E-tourism, atau pariwisata elektronik, adalah pemanfaatan teknologi digital untuk segala hal terkait pariwisata. Singkatnya, ini adalah cara modern untuk menjelajah dan berinteraksi dengan dunia pariwisata melalui platform digital.
Pengembangan Pusat Unggulan Pariwisata dan Ekonomi KreatifTogar Simatupang
Era Industri 4.0 mendorong Ekonomi Kreatif menjadi salah satu pilihan strategi dalam memenangkan persaingan global.
Ekonomi kreatif juga mendukung perkembangan pariwisata melalui inovasi dan kreativitas produk dan jasa yang meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Pada tahun 2018, the World Conference on Creative Economy (WCCE) atau Konferensi Global tentang Ekonomi Kreatif mengesahkan dokumen “Bali Agenda for Creative Economy” yang salah satu isinya adalah menyepakati pembentukan Pusat Keunggulan untuk Ekonomi Kreatif (Center of Excellence for Creative Economy/CoE) di Indonesia.
CoE itu berfungsi sebagai serambi pelaku ekonomi kreatif dari seluruh dunia untuk menghubungkan gagasan, sumber daya, informasi, dan konsep-konsep bisnis di sektor ekonomi kreatif.
CoE ke depan diharapkan memiliki peran dalam mengakselerasi UMKM menjadi unggul.
Program yang dapat dilakukan dalam pengembangan CoE antara lain pelatihan, pengembangan produk, dan litbang.
Namun, untuk program kegiatan tersebut perlu adanya identifikasi kebutuhan dan potensi atau model CoE yang dapat dikembangkan.
Perlu juga adanya rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan terkait agar pusat unggulan ekonomi kreatif di Indonesia bisa berkembang.
Similar to Pendidikan pariwisata berbasis teknologi (20)
Bioeconomy is a major opportunity for regional and local communities.
Agricultural growth is central to poverty reduction in rural areas, and one opportunity for such growth lies in increasing exports of agricultural products from poor countries to global markets.
The potential of Indonesia to develop a bio-based economy based on local resources remains largely untapped.
The solution is to develop technology options or business models for local deployment.
Raising awareness activities, knowledge development (studies), clustering, and networking are needed to support new bio-based value chains and business models.
The analysis of governance aims to investigate the rules operating in a value chain, and the system of coordination, regulation and control in which value is generated along a chain.
Governance refers to both the "official" rules that address output, and the commercial imperatives of competition that influence how production is structured.
Governance implies that interactions between actors in the value chain are frequently organized in a system that allows competitive firms to meet specific requirements in terms of products, processes, and logistics in serving their markets.
As such, it recognizes that power is not evenly distributed, and access to market opportunities for the poor requires understanding of how production systems are organized to meet these competitive requirements.
Because "governance" looks and sounds like “government”, the term is often interpreted narrowly to include only the legal and regulatory requirements that influence business operation and market access in a value chain.
In actual fact, the instruments of governance range from contracts between value chain participants to government regulatory frameworks to unwritten "norms" that determine who can participate in a market.
The rise of the digital economy could open a range of new opportunities for firms to play a more active role in global value chains (GVCs).
New digital technologies are radically changing the outlook of manufacturing and services industries by altering the way how companies organize their production processes and which business models they adopt.
How the digitalization is affecting, or could affect future, enterprises (actors) contributions to GVCs.
The various opportunities that the digital economy opens for actors, especially in terms of cost reductions and the emergence of new business models, but also discusses policy measures that could be taken to promote actors participation in GVCs.
Significant challenges remain for SMEs to enter GVCs, some of which are exacerbated by the new digital economy.
Over the past three decades, global trade has grown and many new exporting countries, particularly in Asia, have been incorporated into the global economy.
The Global Value Chain (GVC) literature emerged as an attempt to describe how multinational firms have integrated production activities in Asia into their global strategies and what the consequences might be for the newly-integrated economies.
The GVC analysis is a useful tool to trace the shifting patterns of global production, link geographically dispersed activities and actors within a single industry, and determine the roles they play in developed and developing countries alike.
This course provides competency sets (mind set, tool set, knowledge set, and skill set) used for analyzing and synthesizing a new value chain system in order to extend the current value chain and to promote participation and upgrading in global value chains.
Webinar “Adapt on New Normal Logistics: We need People with Capability!”
Chartered Institute of Logistics & Transport Indonesia (CILT Indonesia)
Saturday, 19 December 2020
The backbone of trade is logistics and transportation which allows the movement of goods, imports and exports.
The movement of goods has increased from time to time to serve the needs of a wider market and demand better speed and security.
Along with the strong development of science and technology and the trend of globalization, logistics activities from production to consumption are increasingly playing an important role in the competitiveness of companies in industry, production and services in particular and the entire economy in general.
Logistics and transportation performance depends on the capabilities of human resources.
Logistics and transportation human resources require training and professional development.
This presentation presents the current situation of human resources and human resources training in logistics and offers development solutions to further promote the logistics and transportation industry.
Sebagai implementasi dari Bali Agenda for Creative Economy 2018, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membentuk Global Center of Excellence for International Cooperation and Creative Economy (G-CINC).
Pendirian G-CINC merupakan komitmen untuk mengarusutamakan isu-isu di bidang ekonomi kreatif dan berbagi praktik terbaik serta mengembangkan kerja sama internasional di bidang ekonomi kreatif.
Menanggapi peluang (dan tantangan) yang ada, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengadakan penelitian tentang pengembangan skena kreatif.
Acara pengembangan skena kreatif mengundang perwakilan dari sivitas akademika dan dunia kreatif untuk berbagi keahlian mereka dalam menyelesaikan studi model pengembangan skena kreatif dan faktor kunci untuk menopang kesuksesan skena kreatif.
Paparan ini untuk berbagi temuan terkini dari studi tentang definisi skena kreatif, model pengembangan skena kreatif, faktor kunci sukses dari skena kreatif, dan beberapa gagasan untuk pengembangan skena kreatif di beberapa kota kreatif di Indonesia.
Kewirausahaan adalah metode merancang, meluncurkan, dan menjalankan bisnis baru.
Ini adalah kapasitas dan kemauan untuk mengembangkan, mengatur, dan mengelola usaha bisnis bersama dengan risikonya untuk mengenali potensi komersial dari penemuan dan mengatur modal, bakat, dan sumber daya lain yang akan mengubah penemuan menjadi inovasi yang layak secara komersial.
Kewirausahaan melintasi setiap sektor kehidupan manusia yang dapat merupakan proses memanfaatkan peluang bisnis di bidang tertentu dan mengubahnya menjadi inovasi komersial yang menguntungkan.
Pendidikan kewirausahaan berusaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk mendorong keberhasilan wirausaha dalam berbagai suasana.
Pendidikan kewirausahaan ditawarkan di jenjang program sarjana dengan tujuan memberikan pendidikan yang memadai kepada peserta didik yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi kreatif dan inovatif dalam mengidentifikasi peluang bisnis baru dan menjalankan bisnis yang berhasil.
Tinjauan kurikulum program pendidikan kewirausahaan diperlukan sebagai sarana untuk menjamin mutu pembelajaran kewirausahaan.
Paparan ini mengajukan tinjauan dengan mengacu pada standar kurikulum dan format tubuh pengetahuan kewirausahaan.
Manajemen Talenta (26 Juli 2019)
Peringkat Talenta Dunia
Isu-Isu Sistem Talenta Nasional
Manajemen Talenta Nasional
Terobosan Sistem Manajemen Talenta Nasional
Strategi Pengembangan Talenta Nasional (inisiatif reaktif, proaktif, antisipatif)
Desain Pembangunan Talenta Nasional
Transformasi Talenta Nasional 2020-2024
Ilustrasi Terobosan Pembangunan Talenta Nasional
Rantai Nilai Nikel (acuan)
Manufaktur
Pariwisata
Ekonomi Digital
Peran Institusi Pendidikan Dalam Ekosistem Rantai PasokanTogar Simatupang
Disampaikan pada acara Dies Natalis Politeknik APP Kemenperin Jakarta Dengan Tema: “Sinergi Teknologi Inovasi Logistik 4.0 Bagi Dunia Pendidikan dan Industri” dan Gelar Wicara Webinar: “Teknologi Inovasi Logistik 4.0” pada hari Jumat 23 Oktober 2020 pukul 08.00-10.30 WIB
Program Persiapan Keberangkatan (PK) Angkatan 163
Penerima Beasiswa Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Dengan Tujuan Universitas Dalam dan Luar Negeri
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
9 Oktober 2020
Disampaikan Pada Kegiatan Rapat “Penyusunan Butir-Butir Rancangan Peraturan Menteri PUPR tentang Registrasi Sumber Daya Peralatan Konstruksi" Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaam Umum dan Perumahan Rakyat Kamis, 24 September 2020
Urgensi Pelaksanaan dan Praktik Terbaik Registrasi Sumber Daya Peralatan Kons...Togar Simatupang
Registrasi alat berat konstruksi merupakan suatu langkah awal yang diharapkan mampu menjawab belum tersedianya informasi alat berat secara komprehensif, waktu riil, dan dapat dipercaya antara lain terkait jumlah/populasi, lokasi/posisi, kondisi/kinerja, status kepemilikan, umur layanan, dan lain sebagainya.
Ketersediaan informasi tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak (stakeholders) terkait baik pengguna, penyedia jasa konstruksi, dan produsen/pemasok dalam menyusun rencana program kerja maupun kelancaran usaha mereka.
Ketersediaan informasi yang kredibel akan lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Paparan ini bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya Registrasi Alat Berat Konstruksi pada perusahaan vendor, perusahaan rental, dan Badan Usaha Jasa Konstruki (BUJK) dalam rangka memperkuat sistem pasok alat berat konstruki nasional dalam menjamin ketersediaan alat berat untuk mendukung pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Urgensi Penyusunan Basis Data Alat Berat diketahui melalui pembahasan Registrasi dan kaji banding Pengelolaan Registrasi Alat Berat di Negara Maju.
Sistem Kurikulum Kewirausahaan (Entrepreneurship Curriculum)Togar Simatupang
Kurikulum kewirausahaan menjadi landasan bagi perguruan tinggi dan universitas untuk mewujudkan tujuan pendidikan kewirausahaan.
Pengetahuan, kemampuan, dan struktur kualitas kewirausahaan siswa ditentukan oleh sistem kurikulum kewirausahaan yang ilmiah dan wajar pada tingkat tertentu.
Namun dilihat dari situasi pendidikan kewirausahaan saat ini di perguruan tinggi dan perguruan tinggi dalam negeri, belum ada kurikulum kewirausahaan yang matang dan efektif.
Pemikiran kreatif pengembangan sistem kurikulum kewirausahaan untuk perguruan tinggi dan perguruan tinggi dikedepankan dengan memadukan kaidah dasar kegiatan mengajar dari perseptif proses kewirausahaan.
Kurikulumnya berorientasi pada tindakan: lebih dari 50 persen waktu program terdiri dari penelitian praktis dalam mengidentifikasi peluang bisnis, menilai sumber daya untuk mendirikan dan mengarahkan bisnis, dan belajar dari pengusaha sukses di perusahaan mereka dan di kelas.
Paparan ini mencoba menyajikan perkembangan kurikulum kewirausahaan, evaluasi kurikulum, dan program merdeka belajar bidang kewirausahaan.
Pengembangan Bioekonomi (bioeconomy) di IndonesiaTogar Simatupang
Indonesia tengah berada pada perangkap penghasilan menengah.
Apakah Indonesia bisa keluar dari perangkap pengasilan menengah?
Bioekonomi: gelombang ekonomi berikutnya
Bagaimana memetik peluang dari pengembangan bioekonomi?
Apa yang perlu dilakukan Sekolah Ekspor ke depan?
Pengembangan Rantai Nilai (Value Chain Development)Togar Simatupang
Perubahan dalam kondisi ekonomi dan sosial, termasuk meningkatnya keragaman kebutuhan konsumen, perubahan perilaku pembelian, dan globalisasi aktivitas perusahaan, mendorong inovasi di sektor industri, distribusi, dan ritel.
Kemampuan perusahaan untuk mengelola rantai pasokan yang bertanggung jawab secara rumit dapat dipersulit dengan perubahan yang cepat dan preferensi konsumen yang seringkali tidak dapat diprediksi.
Seringkali, biaya keuangan untuk meningkatkan layanan mungkin terlalu tinggi untuk ditanggung oleh satu organisasi. Dalam hal demikian, mengandalkan inisiatif kolaboratif mungkin merupakan strategi yang lebih baik.
Perhatian bukan lagi melulu pada perusahaan tetapi pada kolaborasi rantai nilai yang memiliki dampak penting pada peningkatan nilai dan bukan hanya pasokan barang atau jasa.
Masa depan rantai pasokan didasarkan pada kolaborasi, konektivitas dan ketangkasan, dan yang paling penting, menjadi ulet atau memiliki resiliensi.
Pendekatan rantai nilai memberikan pemahaman bagaimana meningkatkan berbagai tahapan dalam rantai nilai, memberikan wawasan tentang bagaimana merancang strategi bisnis yang memanfaatkan manajemen rantai nilai untuk menciptakan nilai, dan menimbulkan pertanyaan penting tentang implikasi rantai nilai bagi masa depan yang didorong oleh teknologi digital.
Paparan ini membahas masalah konseptual rantai nilai dan memperkenalkan pengembangan rantai nilai yang dapat berkontribusi pada inovasi.
Perencanaan mitigasi dan ketahanan usaha pada industri pariwisataTogar Simatupang
Bagaimana situasi kekinian di lapangan atau di daerah?
Bagaimana ada upaya/inovasi, bentuk kearifan lokal dalam melakukan mitigasi dan memperkuat resiliensi?
Apa upaya kita yang lebih kreatif dan inovatif untuk merespons situasi kenikian?
Misalnya, industri pariwisata menghadapi dilema rendah sentuh dan tinggi sentuh, bagaimana membuat aspek kesehatan dan aspek ekonomi agar hadir keyakinan dan kepercayaan para wisatawan?
Skema yang menjadi luaran:
Kerangka dan pedoman (brief policy) yang dirumuskan di dalam rangka mitigasi dan resiliensi usaha
Strategi dan skenario apa yang dilakukan di jangka pendek dan menengah, seperti apa etapenya sehingga tercapai percepatan: langkah memperkuat upaya program pemulihan industri pariwisata dan kreatif
Saat ini sudah ada skema tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi
Di bagian mana mitigasi dan resiliensi bisa mempercepat pemulihan?
Apakah dapat dilakukan penajaman untuk fokus dan rencana tindak?
Pengembangan Usaha Budidaya Tanaman Pangan Berskala Besar (food estate)Togar Simatupang
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memberikan peringatan kemungkinan krisis pangan yang melanda dunia akibat pandemi Covid-19 dan juga pergantian musim dinilai tidak bisa diprediksi.
Pemerintah merespons peringatan FAO untuk menggarap masalah pangan dengan melakukan pengembangan food estate.
Konsep food estate memungkinkan Indonesia mampu memproduksi pangan secara masif sekaligus mengendalikan sistem produksi komoditas keamanan pangan.
Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan food Estate di Kalteng dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional dipandang sebagai bagian dari kedaulatan negara.
Food estate dianggap sebagai upaya memodernisir kegiatan di sektor pertanian karena penyempitan lahan pertanian memperlemah petani untuk swa sembada pangan.
Namun program food estate merupakan cerita lama yang belum membukukan kisah sukses. Proyek food estate memerlukan investasi yang sangat besar dan sebaiknya mempelajari kegagalan program sebelumnya untuk diperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Food estate perlu dirancang secara sistem pangan berkelanjutan. Sejak tahap perencanaan perlu saling bekerja sama mulai dari persiapan lahan, aspek produksi, aspek distribusi, dan aspek pemasaran dengan konsep.
Paparan ini mencoba untuk menawarkan pola pengembangan food estate sebagai konsep pertanian modern yang memiliki pola kemitraan dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan peluang sukses.
Langkah pertama ketika merencanakan dan menulis makalah penelitian adalah memilih topik yang bagus.
Topik penelitian yang didefinisikan dengan baik adalah titik awal dari setiap proyek penelitian yang berhasil.
Topik yang baik adalah yang relevan dengan tugas kedalaman tesis dan memiliki cukup informasi yang tersedia untuk digunakan.
Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian, peristiwa, atau fenomena yang dijadikan subjek atau masalah yang menarik minat peneliti saat melakukan penelitian.
Topik dapat berupa persoalan pokok yang memerlukan pemecahan, penjelasan, pendeskripsian, dan penegasan lebih lanjut.
Memilih topik adalah proses berkelanjutan yang dilakukan oleh para peneliti untuk mengeksplorasi, mendefinisikan, dan memperbaiki ide-ide mereka.
Topik yang dipilih haruslah penting untuk diteliti. Ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih topik yang penting yaitu: pertama, sumbangan hasil penelitiannya dapat memenuhi minat akademis dan minat masyarakat luas; kedua, sifat topik tidak merupakan duplikasi dari topik-topik yang telah diteliti oleh orang lain.
Untuk mempermudah pemilihan topik, maka perlu suatu pendekatan untuk memilih topik yang baik dan menguraikan topik ke dalam kalimat pertanyaan dan mengetahui kebutuhan data, proses atau metode pengolahan, dan luaran dari suatu topik penelitian yang perlu diuraian dengan jelas dan analitis.
Presentasi ini akan membantu Anda memilih subjek yang menarik minat Anda, dan memperhalus subjek tersebut ke topik tertentu.
Keberhasilan bersaing tergantung pada peningkatan kinerja rantai pasokan di mana kemampuan untuk berinovasi terletak di dalam hubungan yang baik di antara mitra bisnis yang merupakan anggota rantai pasokan.
Anggota rantai menjadi entitas bisnis independen yang seringkali memiliki tujuan bisnis yang saling bertentangan.
Mitra dalam rantai pasokan harus menyetujui struktur tata kelola bersama yang akan mengarahkan hubungan mereka dan mengurangi ancaman oportunisme dalam suatu pertukaran.
Tata kelola adalah struktur yang memastikan bahwa keputusan dibuat yang mengarah pada nilai jangka panjang, berkelanjutan untuk entitas seperti perusahaan atau, dalam hal ini, kolaborasi formal antara banyak organisasi.
Mekanisme tata kelola harus dirancang untuk mengakomodasi potensi tujuan yang saling bertentangan dari anggota independen.
Tujuan dari paparan ini adalah untuk menyajikan model dari mekanisme tata kelola dalam memungkinkan koordinasi antara mitra dalam rantai pasokan.
Membangun Keunggulan Bersaing dalam Kerangka Governansi yang Baik (Good Corpo...Togar Simatupang
Governansi perusahaan adalah seperangkat prinsip yang mencakup tujuan ekonomi dan sosial serta antara tujuan individu dan kolektif sehingga dapat menyelaraskan kepentingan berbagai pemegang kepentingan untuk pencapaian keunggulan bersaing.
Apakah perkembangan governansi perusahaan terkini membantu perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing?
Paparan ini melengkapi upaya untuk mengemukakan argumen bahwa keunggulan bersaing perusahaan muncul dari sistem governansi perusahaan yang baik.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. Kilasan
• Pendahuluan
• Pendidikan Tinggi Pariwisata
• Inovasi Teknologi Pariwisata
• Usulan Pendidikan Tinggi Pariwisata Berbasis Teknologi
• Penutup
2
3. Pendahuluan
• Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN membawa peluang bagi sektor pariwisata.
• Perkembangan teknologi digital yang pesat turut mempercepat perubahan sektor pariwisata.
• Pembaharuan jenis pendidikan maupun kurikulum menjadi langkah strategis untuk menyesuaikan kualitas
lulusan dengan kebutuhan industri pariwisata di era MEA.
• Perguruan tinggi wajib menyediakan kurikulum berbasis kompetensi yang disusun sesuai perkembangan
teknologi.
• Kompetensi lulusan di era MEA sebaiknya mengacu pada kompetensi pariwisata dan perhotelan untuk
tingkat ASEAN, yaitu ASEAN Common Competency Standards for Tourism Professionals atau ACCSTP.
• Untuk bersaing di tingkat ASEAN, pendidikan tinggi berbasis teknologi diharapkan untuk dikembangkan
dengan mengadopsi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan standar kompetensi ACCSTP ke
dalam kurikulum, agar menghasilkan lulusan yang siap diserap oleh industri pariwisata nasional dan
internasional.
• Perubahan teknologi dan globalisasi menyebabkan terjadinya disrupsi atau gangguan pada sektor pariwisata
yang membutuhkan pendidikan tinggi berbasis teknologi.
• Paparan ini menyajikan landasan perlunya pengembangan pendidikan tinggi pariwisata berbasis teknologi
dan inovasi.
3
7. Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Pendidikan
Tinggi di Lingkungan Kementerian Pariwisata
Hospitaliti Kepariwisataan Perjalanan
Diploma Tiga 1. Manajemen divisi kamar
2. Manajemen tata boga/seni kuliner
3. Manajemen tata hidang
4. Manajemen petiseri
5. Manajemen spa
1. Manajemen perencanaan dan
pemasaran pariwisata
1. Manajemen jasa perjalanan/manajemen
bisnis perjalanan wisata
Diploma Empat 1. Administrasi hotel
2. Manajemen akuntansi hospitaliti
1. Manajemen destinasi pariwisata
2. Manajemen kepariwisataan
3. Manajemen bisnis pariwisata
1. Manajemen bisnis perjalanan/manajemen
bisnis perjalanan wisata
2. Manajemen bisnis konvensi dan event
3. Manajemen konvensi dan
perhelatan/pengelola konvensi dan acara
4. Manajemen pengatur perjalanan
Sarjana 1. Akomodasi dan katering
2. Bisnis hospitaliti
1. Destinasi pariwisata 1. Industri perjalanan
Sumber: Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2017 Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Pendidikan Tinggi di Lingkungan
Kementerian Pariwisata
7
8. Nomenklatur Program Studi Pariwisata
No.
Kode Nama Program Studi (PS) Nama PS (Inggris) Jenjang Inisial Gelar
a b c d e f g h I
1037 6 1 6 16 01 Pariwisata Tourism S1 S. Par.
1038 8 1 6 16 01 Pariwisata Tourism S2 M. Par.
1039 9 1 6 16 01 Pariwisata Tourism S3 Dr.
1040 6 2 6 16 01 01 Pengelolaan Usaha Rekreasi Tourism Business D4 S.Tr. Par.
1041 6 2 6 16 01 02 Destinasi Pariwisata Tourism Destination D4 S.Tr. Par.
1042 6 1 6 16 02 01 Kajian Perhotelan Hospitality Studies S1 S. Par.
1043 5 2 6 16 02 02 Perhotelan Hospitality D3 A.Md. Par.
1044 6 2 6 16 02 02 Manajemen Perhotelan Hotel Management D4 S.Tr. Par.
1045 5 2 6 16 02 02 02 Divisi Kamar Rooms Division Operations D3 A.Md. Par.
Sumber:
• Surat Edaran Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan No. 0404/E3.2/2015 tanggal 2 Februari 2015 Perihal Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Peruruan Tinggi
• Permendikbud No. 154 tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi
• Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI No. 15 Tahun 2017 Tentang Penamaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi
8
9. No.
Kode Nama Program Studi (PS) Nama PS (Inggris) Jenjang Inisial Gelar
a b c d e f g h I
1046 5 2 6 16 02 03 Seni Kuliner Culinary Arts D3 A.Md. Par.
1047 5 2 6 16 02 03 01 Seni Pengolahan Patiseri Baking and Pastry Arts D3 A.Md. Par.
1048 5 2 6 16 02 03 02 Tata Hidang Food and Beverage Service D3 A.Md. Par.
1049 6 1 6 16 03 Industri Perjalanan Travel Industries S1 S. Par.
1050 6 2 6 16 03 01 Pengaturan Perjalanan Travel Management D4 S.Tr. Par.
1051 5 2 6 16 03 02 Usaha Perjalanan Wisata Tour and Travel Business D3 A.Md. Par.
1052 5 2 6 16 04 Ekowisata Ecotourism D3 A.Md. Par.
1053 6 2 6 16 04 Pengelolaan Konvensi dan
Peristiwa
Convention and Event
Management
D4 S.Tr. Par.
Nomenklatur Program Studi Pariwisata
Sumber:
• Surat Edaran Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan No. 0404/E3.2/2015 tanggal 2 Februari 2015 Perihal Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Peruruan Tinggi
• Permendikbud No. 154 tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi
• Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI No. 15 Tahun 2017 Tentang Penamaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi
9
10. Sumber: ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professionals Handbook, Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
2013
10
12. Apakah tahun 2020 adalah titik perubahan
(tipping point) untuk pariwisata?
• The UNWTO memperkirakan ada sekitar 1,4 miliar turis internasional
pada tahun 2020.
• Apakah akan terjadi titik perubahan sebagai "saat tercapainya massa
kritis, ambang batas, titik pergolakan” pada dunia pariwisata?
12
13. Tren Utama 2030+
Sumber: The Trend Management Toolkit: A Practical Guide to the Future by A. Kjaer (2014), Palgrave Macmillan, New York.
Available at http://global-influences.com/global-citizens-digital-creativity/
13
18. Disrupsi pada industri pariwisata
Pertumbuhan
Waktu
1970 1980 1990 2000 2010 2020
Agen Perjalanan
Sistem distribusi
global
Mesin Pencari
Internet
Web 2.0
Sosmed,
Awan, Mobil
Industri 4.0
Kecerdasan
Buatan
Fitur Industri 4.0
• Promosi pengalaman
• Keunikan
• Peta terotomasi
• Pemberdayaan Komunitas
• Swakelola
• Smart glass
• Augmented reality
• Virtual reality
• Artificial intelligence
• Travelbots
• Holography
• Hololens
18
19. Mesin Pertumbuhan Baru
Kurva S Web 2.0
• Turisme kesehatan, pengobatan
• Pergeseran
• Pariwisata tradisional pariwisata cerdas
• UKM Bisnis mula
• Jasa tradisional Jasa nilai tinggi
• Pekerja bukan terampil Pekerja
pengetahuan (pekerja terampil)
• Membeli teknologi Membuat teknologi
• Prioritas inovasi
• Kota Cerdas
• Simpul kesehatan
• Masyarakat bekarbon rendah
Kurva S Industri 4.0
• Turisme cerdas, ekonomi digital
• Klaster inovasi
• Jasa bernilai tinggi, kultur, dan kreatif
• Prioritas pengembangan
• Peran aktif sektor swasta
• Kebijakan digerakkan oleh permintaan
• Jejaring penelitian dan pengembangan
• Sistem pendidikan akademik dan vokasi
• Pembangunan infrastruktur
• Investasi berbasis pada kapabilitas
19
20. Peran Ko-kreasi dan Teknologi terhadap Nilai
Pengalaman Pariwisata
Sumber: Barbara Neuhofer, Dimitrios Buhalis, Adele Ladkin (2013), “Experiences, co-creation and technology: a conceptual approach to enhance
tourism experiences”, Tourism and Global Change” On the Edge of Smething Bid, Cauthe 2013 Conference Proceedings.
20
21. Sumber: Arief Yahya (2015), “SMART TOURISM”, Konferensi Nasional Inovasi TIK untuk Indonesia Cerdas, Aula Barat ITB,
Bandung, 16 Oktober 2015. 21
22. Pariwisata Cerdas (smart tourism)
Inisiatif 1 – Managing Destination Management System
Inisiatif 2 – Building Ecosystem e-tourism
Inisiatif 3 – Accelerating ICT Infrastructure for tourism
Inisiatif 4 – Marketing through social media & data analytics
Inisiatif 5 – e-Government for tourism
Inisiatif 6 – Human Resources Development for smart tourism?
Sumber: Adaptasi dari Arief Yahya (2015), “SMART TOURISM”, Konferensi Nasional Inovasi TIK untuk Indonesia Cerdas, Aula Barat ITB,
Bandung, 16 Oktober 2015. 22
24. Tujuan Pendidikan Berbasis Teknologi
• Melengkapi peserta didik dengan pemahaman dan konsep dasar teknologi
dalam sektor pariwisata
• Memberikan kompetensi teknologi yang diperlukan untuk mampu
memberikan nilai tambah di tempat kerja
• Mengembangkan pendekatan kreatif dan luwes untuk pemecahan masalah
kompleks di sektor pariwisata
• Mengembangkan keterampilan termasuk keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan desain untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan
komunikasi temuan
• Membangun kebiasaan belajar sepanjang hayat yang membantu peserta
didik menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi baru
24
25. Bidang pariwisata berbasis ICT
• Learning and Information Technology and
Communication
• Computers for Tourism
• Computer Systems Applied to Tourism
• Computer tourism management
• Computing applied to the Tourism Enterprises
Management
• Computing applied to tourism management
• E Distribution
• Geographic Information Technology Oriented to Analysis
and Diagnosis of Tourist Resources
• Geographic Information Technology Oriented to Tourism
Destination Management
• Global Distribution Systems in Travel Agencies
• Hotel Management Software Tools
• Information Systems Applied to Tourism Management
• Information systems for managing tourist company
• Information Technology in Tourism
• IT applied to the hospitality
• Management Information Systems for Business Tourism
• Management of hotel and facilities information systems
• Multimedia Tools
• New Technologies in the Field of Tourism
• Technology and Innovation in Tourist Firms
• Tourism and Electronic Business
• Tourism information systems
Sumber: Elisabete Paulo Morais, Carlos Rompante Cunha and João Pedro Gomes (2015), “The information and
Communication Technologies in Tourism Degree Courses: the Reality of Portugal and Spain”, Journal of e-Learning and Higher Education, DOI: 10.5171/2013. 611948 25
26. Tiga model domain pendidikan pariwisata
•Teknologi Pariwisata (sustainable tourism)
Pariwisata
Umum
•Ekowisata (Eco-tourism)
Pariwisata
Produk/Pasar
•Pemasaran Digital Pariwisata (Tourism Digital Marketing)
•Sistem Informasi Pariwisata (Tourism Information Systems)
•Logistik Pariwisata (Tourism Logistics)
•Perencanaan Pariwisata (Tourism Planning)
Pariwisata
Fungsional
Sumber: Adopsi dari Crispin Dale, Neil Robinson (2001) "The theming of tourism education: a three‐domain approach", International Journal of
Contemporary Hospitality Management, Vol. 13 Issue: 1, pp.30-35, https://doi.org/10.1108/09596110110365616 26
27. Penutup
• Perkembangan teknologi digital yang dikenal dengan Industri 4.0 membawa perubahan
pada sektor pariwisata.
• Pendidikan tinggi yang telah dikembangkan di sektor wisata perlu dilengkapi dengan
basis teknologi untuk dapat meningkatkan kemampuan daya saing dalam memberikan
nilai tambah.
• Paparan awal ini mengajukan perlunya pendidikan tinggi berbasis teknologi dalam
bidang:
• Teknologi Pariwisata (sustainable tourism)
• Ekowisata (Eco-tourism)
• Pemasaran Digital Pariwisata (Tourism Digital Marketing)
• Sistem Informasi Pariwisata (Tourism Information Systems)
• Logistik Pariwisata (Tourism Logistics)
• Perencanaan Pariwisata (Tourism Planning)
• Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan prioritas relevansi dengan
industri pariwisata dalam era Industri 4.0.
27