SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
1
I. KEBIJAKAN PERTANAHAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA
Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, kebijakan pertanahan diatur
dalam Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pembaruan agraria mencakup suatu proses
yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan
dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Arah Kebijakan Pembaruan Agraria menurut Tap MPR No. IX/MPR/2001
tersebut adalah:
1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi
kebijakan antar sektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan
yang didasarkan pada prinsip-prinsip.
2. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat.
2
3. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi
pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam
rangka pelaksanaan landreform.
4. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan
sumber daya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat
mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna
menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan
didasarkan atas prinsip-prinsip.
5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam
rangka mengemban pelaksanaan pembaruan agraria dan
menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan
sumber daya agraria yang terjadi.
6. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam
melaksanakan program pembaruan agraria dan penyelesaian
konflik-konflik sumber daya agraria yang terjadi.
3
MASA LALU TRANSISI MASA DEPAN
4. Konflik & Keresahan
3. Ketimpangan Struktur
Agraria
2. Degradasi sumber-sumber
agraria & dehumanisasi
1. Politik ekonomi
penyangkalan
Keadilan Transisional
Reforma Agraria
Pengelolaan Sumber
Daya Alam Berbasis
Masyarakat
Reorientasi
Srategi
Pembangunan
Kepastian Hak
Keadilan Agraria
Environmental
Governance
Politik Ekonomi
Pemberdayaan
ARAH PENGELOLAAN SUMBER-SUMBERAGRARIA
4
Berdasarkan TAP MPR No. IX/MPR/2001, apa yang dapat dilakukan
Pemerintah Daerah untuk memberikan kepastian atas tanah dan
Sumber Daya Alam ?
Diusulkan :
1) Inventarisasi dan identifikasi kesatuan masyarakat adat dan
wilayah adat secara partisipatif.
2) Redefinisi atau rasionalisasi kawasan hutan.
3) Penataan batas dan pemetaan secara partisipatif.
4) Mengakomodasikan sistem pertanahan yang cocok bagi petani dan
masyarakat adat.
5) Pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat.
6) Memfasilitasi proses-proses pengembalian/restitusi bukan hanya
kompensasi hak-hak masyarakat adat yang “diambil”.
5
Pada akhirnya :
Penyerahan wewenang secara utuh kepada Kabupaten untuk
mengatur masalah pertanahan secara komprehensif.
Pendekatan sektoral bertentangan dengan prinsip TAP MPR No.
IX/MPR/2001.
Penghormatan, pengakuan, perlindungan serta pemajuan hak-
hak masyarakat adat atas tanah dan Sumber Daya Alam (sesuai
dengan Pasal 18 dan 28 Amandemen II UUD 1945).
Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Pertanahan
dengan segera (Mandat TAP MPR No. IX/MPR/2001).
Melakukan dialog tentang sistem pertanahan yang cocok bagi
masyarakat adat, petani yang sesuai dengan aspirasi rakyat dan
sejalan dengan perkembangan kebijakan nasional terkini dan
perangkat-perangkat Internasional.
6
Dalam rangka melaksanakan Tap MPR No. IX/MPR/2001, dikeluarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional Di Bidang Pertanahan. Kebijakan nasional yang ditetapkan adalah:
1. Penyusunan RUU Penyempurnaan UU No. 5 Tahun 1960 dan RUU Hak
Atas Tanah serta peraturan perundang-undangan lainnya di bidang
pertanahan
2. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi:
3. Penyusunan basis data tanah-tanah asset Negara/pemerintah/pemerintah
daerah di seluruh Indonesia, penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial
dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data
penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-
government, e-commerce, dan e-payment, pemetaan kadastral dalam
rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan
teknologi informasi, dan pembangunan serta pengembangan pengelolaan
penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi,
dengan mengutamakan penetapan zona sawah beririgasi, dalam rangka
memelihara ketahanan pangan nasional
7
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 tersebut
dinyatakan kewenangan pemerintah di bidang pertanahan
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi
kewenangan pemberian izin lokasi, penyelenggaraan
pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan,
penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah
ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan,
penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee,
penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat,
pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong,
pemberian izin membuka tanah, dan perencanaan penggunaan
tanah wilayah Kabupaten/Kota. Dalam rangka pelaksanaan
kewenangan tersebut, Badan Pertanahan Nasional menyusun
norma-norma dan/atau standardisasi mekanisme
ketatalaksanaan, kualitas produk dan kualifikasi sumber daya
manusia yang diperlukan.
8
Ada perbedaan antara Sengketa pertanahan, konflik pertanahan dan perkara
pertanahan. Di dalam pasal 1 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
No. 3 Tahun 2011 disebutkan sebagai berikut :
 Sengketa Pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang
perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas
secara sosio-politis.
 Konflik Pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang
perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas
secara sosio-politis.
 Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang
penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan
lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
 Gelar Kasus Pertanahan adalah mekanisme kelembagaan Badan
Pertanahan Nasional RI dalam rangka penanganan dan/atau penyelesaian
Kasus Pertanahan.
9
 Status pemilikan tanah
 Status penguasaan tanah
 Ganti rugi pembebasan
 Status penggunaan
10
 Masyarakat vis a vis pemerintah
 Masyarakat vis a vis pengusaha
 Sesama masyarakat
11
Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa
1. Musyawarah 2. Melalui peradilan
3. Arbitrase -
Alternatif Penyelesaian
Sengketa
Pancasila
UUD ‘45
UU No. 4/2004
-Peradilan Umum
 Hukum Acara Perdata (HIR)
 Hukum Acara Pidana (KUHAP)
-Peradilan TUN
 Hukum Acara TUN (UU No. 9/2004)
-Peradilan Agama
 Hukum Acara Peradilan Agama
-Peradilan Militer
 Hukum Acara Peradilan Militer
UU 30/1999
12
Perspektif Hukum Penyelesaian Sengketa Pertanahan
Undang Undang  mengenai penyelesaian sengketa tanah
Isi a.l.:
1. Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Tanah
termasuk struktur organisasi, termasuk di daerah dan
tata cara kerjanya
2. Alternatif penyelesaian sengketa
- mediasi
- negosiasi
- konsiliasi
3. Pembentukan Arbitrase
4. Dll.
Masing-masing item ditindaklanjuti oleh Peraturan Pemerintah
 Peraturan Daerah dan SK-SK Bupati.
13
PERBANDINGAN ANTARA PERUNDINGAN, ARBITRASE, DAN LITIGASI
Proses Perundingan Arbitrase Litigasi
Yang mengatur Para pihak (parties) Arbiter Hakim
Prosedur Informal Agak formal sesuai
dengan rule
Sangat formal dan
teknis
Jangka waktu Segera (3 – 6 minggu) Agak cepat (3 – 6
bulan)
Lama (2 tahun lebih)
Biaya Murah (low cost) Terkadang sangat
mahal
Sangat mahal
(expensive)
Aturan pembuktian Tidak perlu Agak informal Sangat formal dan
teknis
Publikasi Konfidensial Konfidensial Terbuka untuk umum
Hubungan para pihak Kooperatif Antagonistis Antagonistis
Fokus Penyelesaian For the future Masa lalu (the past) Masa lalu (the past)
Metode negosiasi Kompromis Sama keras pada
prinsip hukum
Sama keras pada
prinsip hukum
Komnunikasi Memperbaiki yang
sudah lalu
Jalan buntu (blocked) Jalan buntu (blocked)
Result Win-win Win-lose Win-lose
Pemenuhan Sukarela Selalu ditolak dan
mengajukan posisi
Ditolak dan mencari
dalih
Suasana emosional Bebas emosi Emosional Emosi bergejolak
14
Solusi komprehensif yang dapat dilakukan mencakup dua hal
yaitu mengenai penyempurnaan peraturannya, dan
memperbaiki hal-hal di luar peraturan. Penyempurnaan
peraturan perlu segera dilakukan dalam hal ini segera
melaksanakan perintah Tap MPR No. IX/MPR/2001,
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Tap MPR tersebut yaitu
menyempurnakan kajian ulang terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan agraria dalam rangka
sinkronisasi kebijakan antar sektor. Selain itu perlu segera
disusun UU Hak Atas Tanah.
Disamping itu segera melakukan harmonisasi hukum di bidang
agraria dengan bertitik tolak pada UUPA sebagai ketentuan
dasar penyelenggaraan keagrariaan Indonesia.
15
Sedangkan di luar peraturan, yang perlu dilakukan antara lain:
1. Melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia untuk memberi
jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang
hak, menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan, dan
untuk mewujudkan tertib administrasi pertanahan.
2. Penggunaan Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan cara mediasi
untuk menyelesaikan sengketa tanah mempunyai segi positif
mengingat waktunya singkat, biaya ringan dan prosedurnya sederhana.
3. Mengaktifkan peran Badan Pertanahan Nasional dalam penyelesaian
kasus pertanahan. Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik, atau
perkara pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia untuk mendapatkan penanganan
penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau kebijakan pertanahan nasional.
16
a. Kesimpulan
1. Timbulnya sengketa pertanahan disebabkan adanya
benturan-benturan kepentingan antara pihak yang
hendak menguasai tanah dan pihak yang mempunyai
hak dan kepentingan atas tanah yang juga dipengaruhi
oleh peraturan perundangan dan kebijakan Pemerintah
yang tumpang tindih.
2. Cara-cara penyelesaian sengketa pertanahan dapat
dilaksanakan melalui musyawarah, Badan Peradilan,
Arbitrase dan Alternatip Penyelesaian Sengketa (APS).
Cara-cara arbitrase dan APS lebih dianjurkan untuk
mencegah konflik yang berkepanjangan yang secara
umum telah diatur dalam peraturan perundangan.
III. PENUTUP
17
3. Penyelesaian tumpang tindih antara instansi-instansi
Pemerintah harus diselesaikan secara musyawarah
atau melalui instansi yang lebih tinggi.
4. Dalam menyelesaikan sengketa pertanahan yang
penting adalah bukan caranya, akan tetapi
pemahaman tentang sumber, asas ketentuan serta
penerapan asas dan ketentuan tersebut dalam
menyelesaikan sengketa.
18
B. Saran
1. Perlu segera dibuatkan peraturan perundangan tentang
penyelesaian sengketa pertanahan mulai dari UU, PP,
Perda sampai dengan SK Bupati.
2. Dalam rangka penyelesaian sengketa pertanahan, perlu
adanya peran serta semua pihak, yaitu:
a. Pihak yang memerlukan tanah;
b. Masyarakat yang tanahnya terkena pembangunan;
c. Pemerintah Daerah dan
d. Pimpinan informal/ketua-ketua masyarakat hukum adat
3. Pemerintah Daerah sebagai mediator independen (tidak
memihak)
19
4. Komitmen kuat dari DPRD untuk membantu
masyarakat
5. Membuka saluran keluhan warga sebelum terjadi
konflik
6. Para pihak harus membangun komunikasi yang
intensif
7. Sosialisasi dan monitoring kesepakatan
8. Pilihan kompensasi yang bersifat sustainable
9. Akses masyarakat terhadap tanah dan sumberdaya
alam tidak putus
10. Perlu ada pemahaman dan pengetahuan yang setara
mengenai hukum di antara para pihak.
20
11. Keputusan diambil secara suka rela dan tidak
dimanipulasi
12. Mediator memahami sosio-budaya masyarakat
setempat
13. Identifikasi sumber, aktor dan cakupan konflik
14. Mengajukan pilihan prioritas penyelesaian konflik
15. Aspek-aspek pendukung penyelesaian konflik
16. Diperlukan hakim yang mendalami satu bidang
spesialisasi di samping seorang generalis melalui
pelatihan, pendidikan lanjutan dan pengembangan
analisis kasus yang dapat digunakan sebagai
alternatif dalam rangka penanganan kasus.
21

More Related Content

Similar to Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt

Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
baim hukum
 
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
septianm
 
Kelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPNKelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPN
Fenti Anita Sari
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009
pamuaralabuh
 

Similar to Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt (20)

Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
Perda Kab. Padang Pariaman No 07 tahun 2004 tentang Penetapan Dan Pemanfaatan...
 
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesiaKerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Agraria pengelolaan
Agraria pengelolaanAgraria pengelolaan
Agraria pengelolaan
 
Materi Bagian Hukum
Materi Bagian HukumMateri Bagian Hukum
Materi Bagian Hukum
 
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdfDiskusi 4 Hukum Agraria.pdf
Diskusi 4 Hukum Agraria.pdf
 
BAHAN PAPARAN 2.pptx
BAHAN PAPARAN  2.pptxBAHAN PAPARAN  2.pptx
BAHAN PAPARAN 2.pptx
 
Perlindungan Hukum dalam pelaksanaan tugas & fungsi pengadaan tanah bagi pemb...
Perlindungan Hukum dalam pelaksanaan tugas & fungsi pengadaan tanah bagi pemb...Perlindungan Hukum dalam pelaksanaan tugas & fungsi pengadaan tanah bagi pemb...
Perlindungan Hukum dalam pelaksanaan tugas & fungsi pengadaan tanah bagi pemb...
 
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
 
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
Inkuiri nasional komnas ham tentang hak hak masyarakat hukum adat atas wilaya...
 
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:  KESEMPATAN...
MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN...
 
Sekilas administrasi pertanahan
Sekilas administrasi pertanahanSekilas administrasi pertanahan
Sekilas administrasi pertanahan
 
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantarPenertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar
 
Kelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPNKelembagaan ATR/BPN
Kelembagaan ATR/BPN
 
presentasi 12345.pptx
presentasi 12345.pptxpresentasi 12345.pptx
presentasi 12345.pptx
 
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
Draf Ruu Pertanahan (Panja 9 September 2019)
 
RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009RAKERNAS PA MARI 2009
RAKERNAS PA MARI 2009
 
Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009Hasil rakernas 2009
Hasil rakernas 2009
 
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Tugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahanTugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahan
 

Recently uploaded

Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Cytotec Asli Surabaya
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Kandungan Denpasar Bali
 
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptxMATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
DenzbaguseNugroho
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Kandungan Denpasar Bali
 
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Cytotec Yogyakarta
 
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex ToysJual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Google
 
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJABAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
NoorAmelia4
 
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptxKELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
UPPKBGUYANGAN
 
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di PalembangKlinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi
 
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
gulieglue
 

Recently uploaded (13)

Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
 
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGANPPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
 
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptxMATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
MATERI PEMBELAJARAN REALISASI ANGGARAN.pptx
 
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
 
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
Jual Obat Aborsi Yogyakarta 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Cytotec asli...
 
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex ToysJual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
Jual Alat Bantu Sex Di Padangpanjang 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
 
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptxMateri Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
 
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJABAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
BAB PERTEMUAN 6 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
 
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptxKELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
KELOMPOK 3_MODUL 5_MANAJEMEN PERSEDIAAN[1].pptx
 
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di PalembangKlinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
 
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
 
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
Financial Behavior Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara ac...
 

Pencegahan_dan_Penanganan_Sengketa_Tana.ppt

  • 1. 1
  • 2. I. KEBIJAKAN PERTANAHAN NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, kebijakan pertanahan diatur dalam Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pembaruan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Arah Kebijakan Pembaruan Agraria menurut Tap MPR No. IX/MPR/2001 tersebut adalah: 1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antar sektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip. 2. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat. 2
  • 3. 3. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform. 4. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip. 5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan pembaruan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang terjadi. 6. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan program pembaruan agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya agraria yang terjadi. 3
  • 4. MASA LALU TRANSISI MASA DEPAN 4. Konflik & Keresahan 3. Ketimpangan Struktur Agraria 2. Degradasi sumber-sumber agraria & dehumanisasi 1. Politik ekonomi penyangkalan Keadilan Transisional Reforma Agraria Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Reorientasi Srategi Pembangunan Kepastian Hak Keadilan Agraria Environmental Governance Politik Ekonomi Pemberdayaan ARAH PENGELOLAAN SUMBER-SUMBERAGRARIA 4
  • 5. Berdasarkan TAP MPR No. IX/MPR/2001, apa yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah untuk memberikan kepastian atas tanah dan Sumber Daya Alam ? Diusulkan : 1) Inventarisasi dan identifikasi kesatuan masyarakat adat dan wilayah adat secara partisipatif. 2) Redefinisi atau rasionalisasi kawasan hutan. 3) Penataan batas dan pemetaan secara partisipatif. 4) Mengakomodasikan sistem pertanahan yang cocok bagi petani dan masyarakat adat. 5) Pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. 6) Memfasilitasi proses-proses pengembalian/restitusi bukan hanya kompensasi hak-hak masyarakat adat yang “diambil”. 5
  • 6. Pada akhirnya : Penyerahan wewenang secara utuh kepada Kabupaten untuk mengatur masalah pertanahan secara komprehensif. Pendekatan sektoral bertentangan dengan prinsip TAP MPR No. IX/MPR/2001. Penghormatan, pengakuan, perlindungan serta pemajuan hak- hak masyarakat adat atas tanah dan Sumber Daya Alam (sesuai dengan Pasal 18 dan 28 Amandemen II UUD 1945). Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Pertanahan dengan segera (Mandat TAP MPR No. IX/MPR/2001). Melakukan dialog tentang sistem pertanahan yang cocok bagi masyarakat adat, petani yang sesuai dengan aspirasi rakyat dan sejalan dengan perkembangan kebijakan nasional terkini dan perangkat-perangkat Internasional. 6
  • 7. Dalam rangka melaksanakan Tap MPR No. IX/MPR/2001, dikeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan. Kebijakan nasional yang ditetapkan adalah: 1. Penyusunan RUU Penyempurnaan UU No. 5 Tahun 1960 dan RUU Hak Atas Tanah serta peraturan perundang-undangan lainnya di bidang pertanahan 2. Pembangunan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang meliputi: 3. Penyusunan basis data tanah-tanah asset Negara/pemerintah/pemerintah daerah di seluruh Indonesia, penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e- government, e-commerce, dan e-payment, pemetaan kadastral dalam rangka inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan menggunakan teknologi citra satelit dan teknologi informasi, dan pembangunan serta pengembangan pengelolaan penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui sistem informasi geografi, dengan mengutamakan penetapan zona sawah beririgasi, dalam rangka memelihara ketahanan pangan nasional 7
  • 8. Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 tersebut dinyatakan kewenangan pemerintah di bidang pertanahan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi kewenangan pemberian izin lokasi, penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee, penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong, pemberian izin membuka tanah, dan perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan tersebut, Badan Pertanahan Nasional menyusun norma-norma dan/atau standardisasi mekanisme ketatalaksanaan, kualitas produk dan kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan. 8
  • 9. Ada perbedaan antara Sengketa pertanahan, konflik pertanahan dan perkara pertanahan. Di dalam pasal 1 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 3 Tahun 2011 disebutkan sebagai berikut :  Sengketa Pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.  Konflik Pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis.  Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.  Gelar Kasus Pertanahan adalah mekanisme kelembagaan Badan Pertanahan Nasional RI dalam rangka penanganan dan/atau penyelesaian Kasus Pertanahan. 9
  • 10.  Status pemilikan tanah  Status penguasaan tanah  Ganti rugi pembebasan  Status penggunaan 10
  • 11.  Masyarakat vis a vis pemerintah  Masyarakat vis a vis pengusaha  Sesama masyarakat 11
  • 12. Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa 1. Musyawarah 2. Melalui peradilan 3. Arbitrase - Alternatif Penyelesaian Sengketa Pancasila UUD ‘45 UU No. 4/2004 -Peradilan Umum  Hukum Acara Perdata (HIR)  Hukum Acara Pidana (KUHAP) -Peradilan TUN  Hukum Acara TUN (UU No. 9/2004) -Peradilan Agama  Hukum Acara Peradilan Agama -Peradilan Militer  Hukum Acara Peradilan Militer UU 30/1999 12
  • 13. Perspektif Hukum Penyelesaian Sengketa Pertanahan Undang Undang  mengenai penyelesaian sengketa tanah Isi a.l.: 1. Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Tanah termasuk struktur organisasi, termasuk di daerah dan tata cara kerjanya 2. Alternatif penyelesaian sengketa - mediasi - negosiasi - konsiliasi 3. Pembentukan Arbitrase 4. Dll. Masing-masing item ditindaklanjuti oleh Peraturan Pemerintah  Peraturan Daerah dan SK-SK Bupati. 13
  • 14. PERBANDINGAN ANTARA PERUNDINGAN, ARBITRASE, DAN LITIGASI Proses Perundingan Arbitrase Litigasi Yang mengatur Para pihak (parties) Arbiter Hakim Prosedur Informal Agak formal sesuai dengan rule Sangat formal dan teknis Jangka waktu Segera (3 – 6 minggu) Agak cepat (3 – 6 bulan) Lama (2 tahun lebih) Biaya Murah (low cost) Terkadang sangat mahal Sangat mahal (expensive) Aturan pembuktian Tidak perlu Agak informal Sangat formal dan teknis Publikasi Konfidensial Konfidensial Terbuka untuk umum Hubungan para pihak Kooperatif Antagonistis Antagonistis Fokus Penyelesaian For the future Masa lalu (the past) Masa lalu (the past) Metode negosiasi Kompromis Sama keras pada prinsip hukum Sama keras pada prinsip hukum Komnunikasi Memperbaiki yang sudah lalu Jalan buntu (blocked) Jalan buntu (blocked) Result Win-win Win-lose Win-lose Pemenuhan Sukarela Selalu ditolak dan mengajukan posisi Ditolak dan mencari dalih Suasana emosional Bebas emosi Emosional Emosi bergejolak 14
  • 15. Solusi komprehensif yang dapat dilakukan mencakup dua hal yaitu mengenai penyempurnaan peraturannya, dan memperbaiki hal-hal di luar peraturan. Penyempurnaan peraturan perlu segera dilakukan dalam hal ini segera melaksanakan perintah Tap MPR No. IX/MPR/2001, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Tap MPR tersebut yaitu menyempurnakan kajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antar sektor. Selain itu perlu segera disusun UU Hak Atas Tanah. Disamping itu segera melakukan harmonisasi hukum di bidang agraria dengan bertitik tolak pada UUPA sebagai ketentuan dasar penyelenggaraan keagrariaan Indonesia. 15
  • 16. Sedangkan di luar peraturan, yang perlu dilakukan antara lain: 1. Melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia untuk memberi jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak, menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan, dan untuk mewujudkan tertib administrasi pertanahan. 2. Penggunaan Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan cara mediasi untuk menyelesaikan sengketa tanah mempunyai segi positif mengingat waktunya singkat, biaya ringan dan prosedurnya sederhana. 3. Mengaktifkan peran Badan Pertanahan Nasional dalam penyelesaian kasus pertanahan. Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik, atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan nasional. 16
  • 17. a. Kesimpulan 1. Timbulnya sengketa pertanahan disebabkan adanya benturan-benturan kepentingan antara pihak yang hendak menguasai tanah dan pihak yang mempunyai hak dan kepentingan atas tanah yang juga dipengaruhi oleh peraturan perundangan dan kebijakan Pemerintah yang tumpang tindih. 2. Cara-cara penyelesaian sengketa pertanahan dapat dilaksanakan melalui musyawarah, Badan Peradilan, Arbitrase dan Alternatip Penyelesaian Sengketa (APS). Cara-cara arbitrase dan APS lebih dianjurkan untuk mencegah konflik yang berkepanjangan yang secara umum telah diatur dalam peraturan perundangan. III. PENUTUP 17
  • 18. 3. Penyelesaian tumpang tindih antara instansi-instansi Pemerintah harus diselesaikan secara musyawarah atau melalui instansi yang lebih tinggi. 4. Dalam menyelesaikan sengketa pertanahan yang penting adalah bukan caranya, akan tetapi pemahaman tentang sumber, asas ketentuan serta penerapan asas dan ketentuan tersebut dalam menyelesaikan sengketa. 18
  • 19. B. Saran 1. Perlu segera dibuatkan peraturan perundangan tentang penyelesaian sengketa pertanahan mulai dari UU, PP, Perda sampai dengan SK Bupati. 2. Dalam rangka penyelesaian sengketa pertanahan, perlu adanya peran serta semua pihak, yaitu: a. Pihak yang memerlukan tanah; b. Masyarakat yang tanahnya terkena pembangunan; c. Pemerintah Daerah dan d. Pimpinan informal/ketua-ketua masyarakat hukum adat 3. Pemerintah Daerah sebagai mediator independen (tidak memihak) 19
  • 20. 4. Komitmen kuat dari DPRD untuk membantu masyarakat 5. Membuka saluran keluhan warga sebelum terjadi konflik 6. Para pihak harus membangun komunikasi yang intensif 7. Sosialisasi dan monitoring kesepakatan 8. Pilihan kompensasi yang bersifat sustainable 9. Akses masyarakat terhadap tanah dan sumberdaya alam tidak putus 10. Perlu ada pemahaman dan pengetahuan yang setara mengenai hukum di antara para pihak. 20
  • 21. 11. Keputusan diambil secara suka rela dan tidak dimanipulasi 12. Mediator memahami sosio-budaya masyarakat setempat 13. Identifikasi sumber, aktor dan cakupan konflik 14. Mengajukan pilihan prioritas penyelesaian konflik 15. Aspek-aspek pendukung penyelesaian konflik 16. Diperlukan hakim yang mendalami satu bidang spesialisasi di samping seorang generalis melalui pelatihan, pendidikan lanjutan dan pengembangan analisis kasus yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam rangka penanganan kasus. 21