PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS anak dengan gangguan emosi dan fobia
1. PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Modul 8
Anak Dengan Gangguan Emosi
Nama kelompok :
1.Berlian ika kurnia sari (857762062)
2.Oryza Sativa Dewi (857761956)
3.Risza Sofiana Antika G (857762632)
4.Susi Dian Anggraeni (857762696)
2. Kb 1
Anak dengan gangguan kecemasan
Kecemasan merupakan suatu emosi adaptif yang menyiapkan anak untuk
menghadapi orang,objek dan kejadian-kejadian yang dapat membahayakan
keselamatan atau kesejahteraan dirinya , baik secara fisik maupun psikologis (Mash
& Wolfe,2010)
A.PENGERTIAN GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan kecemasan diartikan sebagai pengalaman kecemasan yang berlebihan dan
melemahkan kita (Mars & Wolfe,2010) . Anak yang mengalami gangguan kecemasan
memiliki perasaan takut pada taraf yang sudah mengganggu fungsi hariannya ,
misalnya sulit tidur , tidak mau berangkat sekolah dan berinteraksi dengan orang lain.
Wenar dan Kerig (2005) menjelaskan gangguan kecemasan sebagai kelompok
gangguan yang dikarakteristikkan dengan kecemasan yang intens dan terus menerus.
3. B.PENYEBAB GANGGUAN KECEMASAN
1.Insecurity
Perasaan insecure sebagai penyebab dari kecemasan dapat bersumber dari adanya sikap pengasuh
yang tidak konsisten ,perfeksionis, penuh kritik dan terlalu yakin atau percaya pada anak.
2.Persaan Bersalah
Dari usia 2-6 tahun imajinasi anak berkembang kuat tetapi kemampuan untuk membedakan realitas
dan fantasi masih lemah.Anak mengalami kekhawatiran bahwa mereka akan dihukum untuk hal-hal
buruk yang mereka pikirkan.
3.Model dari orang tua
Anak belajar dari mengamati bagaiman aorang tuanya mengatasi berbagai situasi dengan tegang
4.Frustasi yang berlebihan
Frustasi berakar dari banyak sumber .Ketidak mampuan mencapaiu berbagai tujuan atau melakukan
sesuatu dengan baik dapat mendatangkan frustasi , yang selanjutnya menghasilkan kecemasan .
Frustasi yang berlebihan dapat menyebabkan kemarahan .
4. C.KARAKTERISTIK ANAK DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
Gejala-gejala kecemasan diekspresikan melalui 3 system respon yang saling berhubungan , yaitu
system fisik ,system kognitif dan system tingkah laku (Barrios & Hartmann dalam Mash &
Wolfe,2010)
1.Sistem fisik
Saat seseoran mengantisipasi adanya bahaya , otak akan mengirimkan pesan ke saraf
simpatetik,yang selanjutnya akan menghasilkan respon fight atau flight.
Aktivitas ini akan menghasilkan dampak fsisk dan kimiawi yang penting , meliputi
a.Dampak kimiawi
b.Dampak kardiovaskular
c.Dampak Respirasi
d.Dampak kelenjar keringat dan dampak fisik lainnya
5. 2.Sistem kognitif
Aktivitas system kognitif ini sering mwngarahkan seseorang pada perasaan subjektif tentang
ketakutan,gugup,sulit konsentrasi dan keadaan panic.
3.Sistem tingkah laku
Sistem ini terkait dengan sejumlah tingkah laku yang ditampilkan seseorang saat berhadpan dengan situasi
yang mendatangkan kecemasan.
D.STRATEGI PENANGANAN UNTUK ANAK DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
Cognitive Behavior Therapy merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan
yang berasal dari cara berfikir yang salahg tentang suatu objek kejadian.Cognitive Behaviar Therapy
mengajarkan keterampilan coping agar anak mampu mengatasi masalahnya secara sendiri.
1.Menerima anak dan menenangkan hatinya
2.Menggunakan bermacam-macam strategi untuk mengatasi kecemasan
3.Mendorong anak untuk mengekspresikan kecemasannya.
4.Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah
6. E.PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENANGAN ANAK
DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
Ada tiga pihak yang berperan untuk membantu penanganan anak dengan gangguan kecemasan ,
yaitu orang tua ,guru dan tenaga professional.
Orang tua menjadi pihak yang berperan penting mengingat penyebab kecemasan seringkali
bersumber dari factor pengasuhan dan model yang di tampilkan orang tua.
Kehadiran psikiater ,psikolog menjadi penting apabila kecemasan yang di alami anak tergolong
intens,hingga mengarah pada gangguan kecemasan dan memerlukan bantuan tenaga
professional.
Guru dapat mengembangkan sejumlah strategi untuk membantu mengatasi masalah kecemasan
yang di alami oleh anak,terutama masalah kecemasan dalam tingkat yang belum intens.
7. KB 2
ANAK DENGAN SEPARATION ANXIETY DISORDER
A.PENGERTIAN SEPARATION ANXIETY DISORDER
Anak dengan Separation Anxiety Disorder menampilkan kecemasan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan
usianya saat berpisah dengan orang tua atau sosok terdekat lainnya yang berlangsung kurang lebih selama 4
Minggu berturut – turut dan menyebabkan gangguan pada rutinitas harian dalam tingkat keparahan cukup
tinggi.
B.PENYEBAB SEPARATION ANXIETY DISORDER
Penyebab Separation Anxiety Disorder yaitu:
1. Faktor genetik : ada hubungan antara Separation Anxiety Disorder pada anak dan riwayat kecemasan yang
dialami oleh orang tua.
2. Gaya pengasuhan orang tua : anak dengan Separation Anxiety Disorder memiliki orang tua yang
menerapkan pengasuhan yang bersifat over protektif atau terlalu melindungi anak yang membatasi
kemampuan anak untuk mandiri.
3. Cara berpikir anak yang salah : kemunculan Separation Anxiety Disorder biasanya terkait dengan sesuatu
yang kejadian yang tidak menyenangkan seperti ibu terlambat menjemput anak sepulang sekolah.
4. Pengalaman yang bersifat romantis atau kejadian negatif yang dialami oleh anak : Separation Anxiety
Disorder muncul setelah adanya kejadian yang memicu stres seperti kejadian pindah ke lingkungan yang
baru ,masuk ke sekolah baru, perpisahan, kematian atau sakit yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dan liburan yang diperpanjang.
5. Adanya insecure attachment
8. C.KARAKTERISTIK ANAK DENGAN SEPARATION ANXIETY DISORDER
Gejala pada anak yang mengalami Separation Anxiety Disorder meliputi kekhawatiran berlebihan
bahwa sesuatu yang membahayakan akan menimpa orang tua atau sosok terdekat mereka,
adanya mimpi buruk dengan tema perpisahan dan penolakan untuk pergi ke sekolah karena
cemas berpisah. Anak tersebut sering menampilkan tuntutan yang berlebihan akan perhatian
orang tua dengan cara menggendot orang tua mereka dan membututi kemanapun orang tuanya
pergi, mereka juga mengalami ketakutan dan mungkin menampilkan keluhan-keluargaan fisik
seperti rewel, menangis dan berteriak saat orang tuanya meninggalkan mereka.
Ciri-ciri utama dari Separation Anxiety Disorder:
1.Distress yang berlebih ketika berpisah dengan sosok attachment.
2.Terdapat kekhawatiran yang berlebih dan terus-menerus terhadap kehilangan atau kejadian
yang membahayakan yang mungkin menimpa sosok attachment.
3.Terdapat kekhawatiran yang terus-menerus bahwa kejadian yang tidak diinginkan akan
mengarah pada perpisahan dengan sosok attachment.
4.Penolakan atau keengganan yang terus-menerus untuk keluar rumah , pergi ke sekolah atau
tempat lain karena memiliki ketakutan terhadap perpisahan.
5.Keengganan atau ketakutan yang berlebih dan terus-menerus untuk berada sendirian atau
tanpa sosok attachment saat berada di suatu tempat .
9. 6.Penolakan atau keengganan yang terus-menerus untuk tidur jauh dari sosok attachment.
7.Mimpi buruk yang berulang-ulang mencakup tema-tema perpisahan.
8.Keluhan berulang tentang berbagi gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, mual dan
muntah ketika perpisahan dengan sosok attachment terjadi .
Tahapan dimensi Separation Anxiety Disorder pada anak :
1.Dimensi intensitas : merujuk pada proporsional tidaknya tingkat distres yang dialami
anak
2.Dimensi kerusakan : berhubungan dengan signifikan tidaknya gangguan fungsi
rutinitas harian yang dialami anak
3.Dimensi fleksibilitas : terkait dengan mampu tidaknya anak pulih dari keadaan
distress sekalipun terjadi kejadian perpisahan belum muncul.
10. D.STRATEGI PENANGANAN UNTUK ANAK DENGAN
SEPARATION ANXIETY DISORDER
3 penanganan yang dapat diberikan pada anak dengan Separation Anxiety Disorder :
1.Behavioral therapy : penanganan yang berfokus pada perilaku yang tampak tanpa
mempertimbangkan penyebab dari Separation anxiety pada anak. Anak diberikan
pengalaman berpisah dengan orang tua secara bertahap.
2.Cognitive behavioral therapy : gabungan antara pendekatan tingkah laku dan terapi
kognitif dengan memperbaiki kesalahan anak dalam berpikir.
3.Family Therapy : merupakan bentuk penanganan terhadap anak ketika orang tua
memiliki ketakutan yang berlebih tentang keselamatan dan kemandirian anak yang
membuat anak pada akhirnya ikut merasa cemas.
11. E.PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENANGANAN ANAK
DENGAN SEPARATION ANXIETY DISORDER
Penanganan anak dengan Separation Anxiety Disorder harus didukung oleh beberapa
pihak yaitu :
1.Orang tua yang merupakan objek yang menjadi sumber kecemasan anak.
2.Guru yang juga berperan dalam penanganan anak dengan Separation Anxiety
Disorder . Guru dapat melakukan deteksi dini mengenai kemungkinan anak mengalami
mengalami masalah tersebut dengan melakukan pengamatan terhadap sejumlah
gejala yang tampak pada anak . Jika Separation Anxiety anak masih tergolong normal,
guru dapat mendukung periode perpisahan anak dan orang tua disekolah dengan
menyediakan rasa nyaman dan penerimaan terhadap anak sehingga guru dapat
menjadi sosok pengganti orang tua selama berada di sekolah.
3.Psikolog ,psikiater dan terapis diperlukan apabila Separation Anxiety anak sudah
bersifat klinis. Karena penyebab Separation Anxiety Disorder pada anak berbeda beda
dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula.
12. KB 3
Anak fobia
Pengertian fobia
Menurut Weiner (1982) Reaksi fobia merupakan ketakutan yang intens dan tidak rasional terhadap
objek atau kejadian tertentu. Ketakutan tersebut bersifat menganggu dan objek atau peristiwa yang
ditakuti relative tidak berbahaya
Menurut Mash dan Wolfi (2010) fobia ketakutan yang terus menerus, terjadi pada usia yang tidak
tepat, bersifat berlebihan yang mengarah pada suatu objek atau peristiwa dan menyebabkan
gangguan pada rutinitas normal.
Menurut Miller,Barrett, dan Hampe (dalam Suran &Rizzo, 1979) fobia merupakan jenis ketakukan
yang tidak proposional terhadap realitas dari situasi,tidak dapat dikontrol secara
disengaja,menyebabkan individu menghindari situasi yang ditakuti,bertahan pada periode waktu
yang lama, dan bersifat maladaptif.
13. B.Macam-macam fobia
1.Spesific fhobia yaitu ketakutan yang ekstrim terhadap objek atau situasi yang dalam kenyataanya sedikit atau sama
sekali tidak berbahayaatau mengancam.
Menurut Mash & Wolfe,2010 ketakutan specific phobia meliputi:
-Binatang atau serangga
-Ketinggian, kegelapan badai atau air
-Darah atau luka serta disuntik
-Naik pesawat terbang, naik escalator,melintasi jembatan,berkendara atau berada ditempat tertutup
-Suara yang keras atau karakter tertentu serta perasaan tercekik,muntah dan terjangkit penyakit.
2.Social phobia yaitu ketakutan yang nyata dan terus menerus terhadap situasi sosial atau situasi saat harus tampil
dengan tanda-tanda merasa malu. Social Phobia ini jarang terjadi di bawah usia 10 tahun dengan usia awal serangan
14. C.Penyebab fobia
1.Spesific fhobia
-Pengkondisian klasikal yang avertiv(mengalami kejadian yang menakutkan dengan satu objek atau
situasi ) contoh : fobia terhadap ayam karena pernah sekali dipatok ayam.
-Modeling (anak menyaksikan tingkah laku seseorang yang memiliki fobia terhadap objek tertentu.
Contoh :anak melihat kakaknya takut terhadap kucing)
-Penyampaian informasi yang bersifat negative(anak mendapatkan intruksi langsung)contoh : anjing itu
berbahayadan dapat melukai kamu.
2.School fhobia
-Dari lingkungan yaitu penyakit atau kematian orang tua, serta kondisi yang
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah akibatsakit atau kecelakaan.
-Adanya pola interaksi keluarga yang akan meningkatkan ketergantungan anak
secara berlebihan terhadap orang tua yaitu orang tua cenderung overptrotektive
pada masa awal-awal kehidupan anak
15. D.Karakteristik anak yang memiliki fobia
1.spesific phobia
-Memiliki ketakutan pada objek atau situasi tertentu.
Contoh :ketinggian,hewan , disuntik dan melihat darah.
-Objek atau situasi hamper selalu menyulut respons kecemasan yang segera
-Kecemasan bertahan dengan intens
-Ketakuakan diluar kewajaran
-Kecemasan berlangsung secara terus menerus minimal selama 6 bulan.
-Kecemasan tersebut menyebabkan klinis yang signifikan dan menganggu area sosial ,
pekerjaan dan area berfungsi lainnya.
2.Shool phobia
-Melalui keluhan fisik
-Melotarkan kritikan tentang situasi sekolah
16. Ciri-ciri kepribadian scholl phobia
-Anak selalu ingin melakat dengan orang lain
-Anak menuntut dan manipulative
-Anak berani memerintah orang tua dan mengatur urusan rumah tangga (mengatur jam
makan sendiri)
E.Strategi penanganan untuk anak yang mengalami fobia
Dengan menjadi model yang baik dengan cara mengajak anak bergabung dengan model
untuk mendekati objek yang ditakuti secara perlahan.
F.Pihak yang berperan dalam penanganan anka yang mengalami fobia
1.Orang tua :tidak melakukan hal-hal penguat agar anak tidak masuk sekolah
2.Guru :menjadi model yang baik untuk menedekati objek tertentu yang di takuti.
3.Terapis :membantu anak mengatasi ketakutan