Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan TKP dan Exhumasi.pptx
1. PEMERIKSAAN LUAR & DALAM
JENAZAH, TKP, & EXHUMASI
dr. Muhammad Yusuf Arrozhi, M.Sc., Sp.F.M
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. AHMAD DAHLAN
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK &
MEDIKOLEGAL
2024
2. Pemeriksaan Luar Jenazah
Menggunakan alat pelindung diri
Lihat surat permintaan visum & cocokan
dengan label (jika ada)
Konfirmasi untuk pemeriksaan yang
diminta, PL saja atau PL & PD
Menanyakan kronologis dari penyidik
Memulai pemeriksaan luar
4. Pemeriksaan Jenazah
• Dilakukan dari ujung kepala hingga
ujung kaki
• Pada check list akan dijelaskan
– Tahapan sebelum pemeriksaan
– Apa saja yang harus diperiksa
– Menyimpulkan hasil pemeriksaan
5. Pemeriksaan Jenazah
• Pemeriksaan luka
– Jenis luka
– Lokasi
– Jenis kekerasan penyebab luka
• Pemeriksaan properti
• Pemeriksaan antropometri jenazah
• Pemeriksaan ciri-ciri khusus
6. Pemeriksaan Jenazah
Dokumentasi (foto)
Whole body kondisi jenazah
saat datang
Regional jenis & lokasi luka
Close up deskripsi sifat luka
Mengambil sampel jika diperlukan
7. Yang harus disimpulkan
• Jenis kelamin jenazah
• Perkiraan usia
• Adanya perlukaan & penyebab
perlukaan
• Perkiraan waktu kematian
• Sebab kematian tidak dapat
disimpulkan karena tidak dilakukan
bedah jenazah
8. Apa saja yang ditanyakan oleh penyidik?
• Perkiraan usia jenazah
• Identitas khusus
– Sering pada bayi atau mr/mrs.x
• Ada luka-luka / tidak
• Perkiraan waktu kematian
• Ada indikasi tindak pidana / tidak
– Perlu otopsi / tidak
9. Pemeriksaan Luar Jenazah
• Langkah-langkah:
1. Melakukan prosedur medicolegal & memastikan jenazah yg
diperiksa sesuai dengan SPV (Surat Permintaan Visum) yang
diberikan penyidik.
2. Kumpulkan informasi riwayat jenazah dari keluarga & penyidik
3. Menulis nama pemeriksa, tanggal, & jam pemeriksaan
4. Menulis nomor SPV pada lembar obduksi (Rekam Medis)
5. Menulis identitas jenazah sesuai data yg tertera dari SPV
6. Menulis posisi, property, dan deskripsi luka jenazah pada VetR
11. Periksa apakah ada label
jenazah
• Apakah label jenazah ada atau tidak?
• Apakah label jenazah tertera identitas ?
• Apakah identitas tsb sesuai dengan SPV?
• Bagaimana jika label jenazah tidak ada?
• KUHAP 133 ayat 3:”Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter pada RS harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain bedah mayat”
• Bagaimana jika ada jenazah banyak tanpa identitas?
12. • Periksa tutup atau bungkus jenazah
• Periksa perhiasan jenazah
• Periksa pakaian jenazah
14. • Periksa JK Memeriksa jenis kelamin, ras, perkiraan usia, warna kulit, dan apabila laki-laki
diperiksa apakah penis disunat atau tidak.
• Memeriksa identitas khusus seperti cacat bawaan, tatoo, dan jaringan parut.
• Memeriksa rambut, alis mata, bulu mata dari warna, tumbuhnya dan panjangnya. Jika
laki-laki diperiksa kumis, jenggot, bulu dada, rambut kelamin, rambut ketiak.
• Memeriksa keadaan mata kanan maupun kiri dalam keadaan terbuka atau tertutup,
kornea (selaput bening mata), pupil (teleng mata), warna iris (tirai mata), selaput bola
mata, selaput kelopak mata.
• Memeriksa keadaan hidung, telinga, mulut, dan lidah.
• Memeriksa gigi geligi.
• Memeriksa ada atau tidaknya cairan, darah, materi yang keluar dari lubang mulut, lubang
hidung, lubang telinga, lubang kemaluan, dan lubang pelepasa.
• Memeriksa seluruh luka-luka luar yang terdapat pada jenazah seperti luka lecet, luka lecet
tekan, luka tusuk, luka tembak, dan lain-lain
• Memeriksa teraba tidaknya derik tulang.
• Memeriksa kondisi lain seperti golongan darah, tanda pembusukan, perubahan warna
jaringan di bawah kuku
17. PENGIRISAN KULIT
Irisan I
• Tekan pisau tepat pada jakun hingga terasa mengenai kartilago tiroid
• Tarik secara mantap lurus ke bawah mengikuti linea mediana
• Pada 1cm di atas umbilicus, irisan dibelokkan ke sebelah kiri mengelilingi umbilicus
• Teruskan irisan mengikuti linea mediana hingga simfisis pubis
Irisan Y (jenazah pria)
• Irisan dimulai dari pertengahan klavikula menuju prosessus sifoideus
• Dilanjutkan ke bawah mengikuti linea mediana
Irisan Y (jenazah perempuan)
• Irisan dimulai setinggi acromion ke bawah mengikuti linea axillaris anterior
• Irisan dibelokkan ke medial melingkari bag lateral bawah glandula mammae hingga
prossesus sifoideus
Lanjut irisan Y
• Pada 1cm di atas umbilicus, irisan dibelokkan ke sebelah kiri mengililingi umbilicus
• Teruskan irisan mengikuti linea mediana hingga simfisis pubis
18. PENGIRISAN KULIT
Irisan T
• Irisan dimulai tepat di bawah klavikula ke arah medial hingga insisura
jugularis
• Irisan dialnjutkan ke bawah mengikuti linea mediana
• Pada 1cm di atas umbilicus, irisan dibelokkan ke sebelah kiri
mengelilingi umbilicus
• Teruskan irisan mengikuti linea mediana hingga simfisis pubis
19. GAMBAR IRISAN
1. Irisan Y.
2. Irisan pada Lutut
3. Irisan hanya pada Dada
4. Irisan hanya pada
Abdomen
20. IRISAN MODEL I
• Irisan dilakukan dimulai dari
titik bayang proc. Mentalis atau
di bawah protuberance
mentale lanjut ke bawah
melewati Jugular notch hingga
mendekati pusar.
• Lalu melingkari pusar untuk
menghindari terpotongnya lig.
Teres hepatis.
• Lalu diteruskan ke bawah
hingga titik bayang Sympisis
pubis.
23. LATAR BELAKANG
Dalam rangka penyelidikan, penyelidik dapat meminta bantuan
dokter sesuai dengan Pasal 7 ayat 1(h) KUHAP, Pasal 120 ayat 1
KUHAP dan Undang-Undang Pokok Kepolisian tahun 1961 no.13
pasal 13. Bantuan dokter berupa pemeriksaan jenazah di Rumah
Sakit dan pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara.
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah suatu tempat
penemuan barang bukti atau tempat terjadinya tindak
pidana atau kecurigaan suatu tindak pidana, merupakan
suatu persaksian
Dalam hal memberikan bantuan untuk memeriksa
TKP dokter perlu memperhatikan berbagai hal mulai
dari prosedur permintaan, alat yang diperlukan,
pemeriksaan di TKP, pencatatan dan akhirnya
diperoleh kesimpulan
26. TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
• Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi.
• Tempat dimana barang bukti/korban berhubungan dengan tindak
pidana.
Tindakan Pertama
di Tempat
Kejadian (TPTKP)
Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (OLAH TKP)
Serangkaian proses penyelidikan /
penyidikan untuk mendapatkan bukti-bukti
ilmiah pada peristiwa tindak pidana
28. DASAR PEMERIKSAAN
Hexameter :6 pertanyaan yaitu:
- Apa yg terjadi
- Siapa yg tersangkut
- Dimana dan kapan terjadi
- Bagaimana terjadinya
- Dengan apa melakukannya
- Kenapa terjadi peristiwa tersebut
29. MANFAAT PEMERIKSAAN TKP
1. Menentukan saat kematian.
2. Menentukan pada saat itu sebab akibat tentang luka
3. Mengumpulkan barang bukti
4. Menentukan cara kematian
30. DASAR HUKUM MENDATANGKAN DOKTER DI TKP
1. KUHAP pasal 7 ayat 1 (h):
Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan perkara
2. KUHAP pasal 120 ayat 1:
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus
3. KUHAP pasal 133 ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban, baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukanpermintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter maupun ahli lainnya
31. KEWAJIBAN & PERANAN DOKTER UNTUK
MEMBERIKAN AHLI
1. KUHAP Pasal 179 ayat 1
Setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demi keadilan
2. KUHAP Pasal 179 ayat 2
Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka
yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang
sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam
bidang keahliannya
32. 3. KUHAP Pasal 120 ayat 2
Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka
penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut
pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan harkat
dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia
menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan
yang diminta.
33. BILA DOKTER MENOLAK DATANG KE TKP
Saksi pidana KUHP pasal 224
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang menjadi saksi ahli atau juru
bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan suatu kewajiban menurut
undang-undang yang harus dijalankan dalam kedudukan tersebut diatas :
1. Dalam perkara pidana, dihukum dengan hukuman penjara selama – lamanya
9 bulan
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama – lamanya 6
bulan
34. PROSEDUR PERMINTAAN PEMERIKSAAN TKP
1. Utk menyingkat waktu, secara lisan atau telpon.
2. Disusul dengan tertulis.
3. Dokter dijemput dan diantar kembali oleh penyidik.
4. Untuk pemeriksaan ini, terutama di kota besar sedapat-dapatnya
dokter didampingi oleh penyidik serendah-rendahnya berpangkat
“Letnan Dua” (Inspektur Dua).
36. PERLENGKAPAN YANG DIBAWA
KE TKP
Kamera
Film berwarna dan hitam-putih (untuk
ruangan gelap)
Lampu kilat
Lampu senter
Lampu ultra violet
Alat tulis
Tempat menyimpan benda bukti brp
amplop /kantong plastik
Pinset,skalpel,jarum.termometer
rektal/ruangan
Tang,kaca pembesar
Sarung tangan,kapas,kertas saring
Alat tulis
37. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Dimulai dgn membuat foto dan sketsa TKP termsk penjelasan mengenai letak dan
posisi korban,benda bukti dan interaksi lingkungan
Myt yg ditemukan dibungkus dgn kantong myt stl diambil sidik jarinya
Bercak darah yg ditemukan di lantai atau didinding diperiksa dan dinilai
Benda bukti yg bersft cair dimasukkan kedlm tabung reaksi kering
Benda bkt yg berupa bercak kering diatas dsr keras hrs dikerok dan dimasukkan
ke dlm amplop atau plastic.
Bercak pada kain diambil sebagian atau seluruhnya dimasukkan amplop atau
plastik
Benda keras spt rambut,anak peluru,selongsong peluru,obat dll diambil
seluruhnya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
Semua benda bukti harus diberi label berisi keterangan ttg jenis benda,lokasi
penemuan,saat penemuan dan keterangan lain yg ditemukan
Mayat dan benda bukti biologis/medis termasuk obat/racun dikirim ke Instalasi
Forensik RS
38. YANG HARUS DILAKUKAN DOKTER
Mencatat :
1. Tanggal dan jam dokter menerima
permintaan bantuan
2. Cara permintaan bantuan tersebut (
telpon atau lisan)
3. Nama penyidik yang minta bantuan
4. Jam saat dokter tiba di TKP
5. Alamat TKP dan macam tempatnya
(misal : sawah, gudang, rumah dsb.)
6. Hasil pemeriksaan
45. BARANG BUKTI (TRACE EVIDENCE)
• Menurut Edmond Locard “Setiap kontak meninggalkan jejak,
menyiratkan bahwa seorang penjahat akan meninggalkan jejak dan
meninggalkan barang bukti seketika di TKP”
• Barang Bukti di TKP disebabkan oleh pelaku secara tidak sadar
yang kontak dengan permukaan dan meninggalkan atau mengambil
partikulat.
46. MENCARI & MENGUMPULKAN BARANG BUKTI
(TRACE EVIDENCE)
• Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik, terutama bila ada team
Labfor.
• Dokter membantu mencari barang bukti, misal racun, anak peluru dll.
• Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.
• Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut.
• Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X 24 jam.
• Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et
repertum.
47. DEFINISI BARANG BUKTI
• DEFINISI
• Barang bukti biologis/ medis : barang bukti atau data atau informasi,
merupakan pendukung suatu alat bukti yang berhubungan dengan
tubuh manusia dan atau jaringan tubuh manusia, berasal dari :
•Korban hidup.
•Korban mati.
•Sisa tubuh/ bagian tubuh tersangka (korban/ pelaku)
48. JENIS BARANG BUKTI
Barang Bukti Medis Barang Bukti Non Medis
Darah.
Rambut.
Gigi.
Tulang.
Jaringan tubuh
Sidik jari.
Ciran tubuh lain (Urine, saliva,
keringat dan sperma).
Serat dan benang
Kaca
Cat
Cairan mudah terbakar
Senjata Api Bukti
Alat penanda
Substansi-substansi dan preparat medis
atau obat-obatan
Dokumen
50. Penanganan Barang Bukti di TKP
• Bahan di kumpulkan
• Di dokumentasikan sesuai posisinya dengan posisi foto tegak
lurus
• Dicatat lokasi dan kondisi barang bukti
• Di tuliskan hubungan spasial BB dengan TKP
• Dicatat kondisi barang bukti biologis
50
51. ALAT PROSEDUR PEMBUKTIAN
1. ALS biru(~450nm) /
Mini BLUEMAXXTM
III (Sirchie®, NC,
USA)
2. AP test kit atau
DISCHAPSTM Cairan
Seminal (Sirchie®,
NC, USA), dan
3. Kit pendeteksi
Sg/Semenogelin,
RSIDTM-Semen.
58. OLAH TKP MEDIK
DAPAT MENENTUKAN :
1. Sebab dan akibat dari suatu perlukaan
2. Perkiraan sebab kematian
3. Perkiraan cara kematian
4. Saat kematian
5. Perkiraan Pelaku / motif kejahatan
59. KETENTUAN UMUM :
1. GUNAKAN SARUNG TANGAN
2. JANGAN TERLALU BANYAK MEMEGANG
YANG TIDAK PERLU
3. JANGAN BANYAK MELAKUKAN
PERUBAHAN
4. JANGAN BANYAK MEMBERIKAN
KOMENTAR
5. TIDAK TERBURU-BURU WAKTU
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
60. MEMBUAT KESIMPULAN DI TKP
• Mati wajar atau tidak
• Bunuh diri : genangan darah, TKP tenang tidak morat-marit, ada luka
percobaan, luka mudah dicapai oleh korban, tidak ada luka tangkisan,
pakaian masih baik.
• Pembunuhan: TKP morat-marit, luka multipel, ada luka yang mudah
dicapai, ada yang tidak, luka disembarang tempat, pakaian robek ada
luka tangkisan.
• Kecelakaan
61. KESIMPULAN
• Pemeriksaan langsung pada Tempat Kejadian Perkara akan
memberikan lebih banyak informasi yang berharga dalam proses
penyelidikan perkara sehingga pengungkapan suatu tindak kejahatan
akan lebih mudah
• Pada pemeriksaan TKP peranan dokter forensik sangatlah penting
antara lain menyelamatkan korban dengan tetap menjaga keutuhan
TKP, menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat kematian,
memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian,
menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis
• Dokter perlu menghindari hal-hal yang dapat mempersulit
penyidikan, seperti memegang setiap benda di TKP tanpa sarung
tangan, mengganggu bercak darah, membuat jejak baru, atau
memeriksa sambil merokok.
62. • Pada waktu pemeriksaan di TKP, tidak boleh menambahkan atau
mengurangi benda-benda bukti yang ada pada tempat tersebut
• Setiap barang bukti yang ditemukan pada Tempat Kejadian Perkara
harus dikumpulkan dan ditangani secara hati-hati agar tidak
menghilangkan petunjuk penyelidikan
• Semua barang bukti kemudian diperiksa secara cermat pada instalasi
yang memadai dalam pengawasan ketat
• Hendaknya kesimpulan sementara dibuat oleh dokter di TKP
• Pemeriksaan di TKP akan selalu diikuti dengan tindakan autopsi untuk
menentukan sebab kematian.
64. Penggalian kubur (ekshumasi)
• Merupakan tindakan medis
• Dilakukan atas dasar undang-undang
• Dalam rangka pembuktian suatu tindak pidana, termasuk
pelanggaran HAM
• Sering merupakan satu-satunya bukti ilmiah mengenai suatu
tindak pidana
65. Kapan diperlukan ekshumasi ?
• Korban belum pernah diperiksa
dokter
• Korban TP Pulang Paksa
• Korban TP cuma diperiksa luar
(PL)
• Pencarian bukti-bukti baru,
second autopsy.
66. Kasus pelanggaran HAM
• Ekshumasi dilakukan sesuai hukum
• Prosedur pemeriksaan sesuai Protokol Minnesota
• Dilakukan secara ilmiah
• Oleh pakarnya dari institusi yang netral, dan impartial
67. Beberapa prinsip ekshumasi
• Semakin dini dilakukan semakin baik
• Pemeriksaan yang terbaik adalah pemeriksaan pertama dan
satu-satunya
• Pengamanan benda bukti dilakukan semaksimal mungkin
sejak dari fase penggalian: melibatkan ahli
68. Tujuan ekshumasi
• Identifikasi jumlah korban
• Identifikasi korban
• Identifikasi jenis kekerasan dan perlukaan, dalam kaitannya
dengan senjata penyebab
• Penyebab dan mekanisme kematian
• Rekonstruksi kejadian
• Saat kematian
69. Keterlibatan ahli
• Ekshumasi mutlak harus
melibatkan dokter, khususnya
SpF
• Keterlibatan dokter sejak dari
saat penggalian
• Pemeriksaan secara kedokteran
forensik
70. Dasar hukum ekshumasi
• KUHAP: ps 120, 133, 134, 135
• UU No 2 /2002 ttg Kepolisian: pasal 14(1g)
Untuk pelanggaran HAM:
UU No. 26 / 2000 ttg Pengadilan HAM
1. Penyelidik: Komnas HAM (ps. 18)
2. Penyidik: Jaksa Agung (ps. 21)
71. Kasus pelanggaran HAM berat
• Lex specialis derogat lex generalis: yang berlaku UU No.
39/1999 ttg HAM dan UU No. 26/2000 ttg pengadilan
HAM
• Dalam hal hukum acara yang tidak diatur dalam UU tsb,
diberlakukan Hukum Acara Pidana.
72. Pasal 133(1) KUHAP
• Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan atau MATI, yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
AHLI KEDOKTERAN KEHAKIMAN atau dokter atau
ahli lainnya
73. Penjelasan pasal 133(1) KUHAP
• Keterangan yang diberikan oleh ahli
kedokteran kehakiman disebut
KETERANGAN AHLI, sedangkan
keterangan yang diberikan oleh
dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan
74. Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan perlu melakukan
PENGGALIAN MAYAT,
dilaksanakan menurut ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
133(2) dan 134(1) undang-undang
ini
75. Pasal 183 KUHAP
• Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
• Kecuali dengan sekurangnya 2 ALAT BUKTI yang SAH
• Ia memperoleh KEYAKINAN bahwa
• Benar telah terjadi tindak pidana, dan
• Benar terdakwalah yang bersalah melakukannya
76. Pasal 184 KUHAP
Alat bukti yang sah ada
lah:
• Keterangan saksi
• Keterangan ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan terdakwa
77. Peminta ekshumasi
• Tindak pidana biasa: penyidik
POLRI
• Pelanggaran HAM:
penyelidik Komnas HAM,
penyidik Jaksa Agung
78. TIM PEMERIKSA
• Dokter spesialis forensik (SpF)
• Ahli antropologi forensik
• Ahli serologi forensik
• Ahli DNA forensik
• Ahli-ahli forensik lainnya: ahli odontologi forensik,
toksikologi forensik, balistik, kimia forensik, fisika
forensik, dsb.
79. PROSEDUR EKSHUMASI
• Identifikasi kasus dan lokasi penguburan oleh penyidik
• Surat permintaan pemeriksaan kedokteran forensik oleh
penyidik yang berwenang
• Pembentukan tim pemeriksa
• Penentuan strategi penggalian, pemeriksaan dan
penguburan kembali
80. Penggalian di lokasi
• Penggalian dalam sektor-sektor
• Penggalian awal oleh tenaga non ahli
• Begitu tulang / peti terlihat, penggalian oleh ahli: sekop
kecil, kuas, sikat
• Dokumentasi posisi temuan
• Evakuasi satu persatu dikumpulkan dalam wadah per
individu
81. Pencarian benda disamping mayat
• Dalam kaitan dengan saat
kematian: koran, pakaian,
rokok
• Dalam kaitan dengan senjata:
proyektil
• Dalam kaitan dengan pelaku:
rambut, kancing
82. Pemeriksaan kedokteran forensik
• Pembersihan kerangka
• Rekonstruksi tulang belulang
• Deskripsi umum
• Identifikasi personal
• Pencarian kekerasan dan
penyebab kematian
83. Temuan lain yang mungkin
• Rekonstruksi kejadian
• Senjata penyebab: anak peluru,
senjata tajam
• Luka antemortem atau
postmortem
• Saat kematian
• Ciri pelaku
84. Identifikasi korban
• Ras
• Jenis kelamin
• Umur
• Tinggi badan
• Golongan darah
• Gigi
• Ciri khusus: pincang, bekas
patah tulang, bongkok
• Wanita: parturitas
Pemastian identitas:
1. Gigi
2. DNA
85. Bukti adanya kekerasan
• Kekerasan pada jaringan lunak
???
• Kekerasan pada tulang
• Ronsen: tulang dan proyektil
• Ante atau post mortem
• Yang mana luka yang
mematikan ?
86. Benda di sekitar mayat
• Koran
• Pakaian dan dokumen
• Kancing baju, rambut
• Proyektil, fragmen proyektil, pelet, senjata, serat
• Kuku dan kerokan kuku
87. Hambatan pemeriksaan
• Benda bukti rusak karena waktu
• Benda bukti rusak saat penggalian
• Pencampuran benda bukti saat penggalian
• Keahlian pemeriksa
• Fasilitas dan sarana kurang
• Waktu pemeriksaan yang terbatas
88. Pasca pemeriksaan
• Perawatan jenazah
• Ritual adat/ agama
• Penguburan kembali
• Penarikan kesimpulan
• Pembuatan VER
89. PENUTUP
• Ekshumasi pada dugaan pelanggaran HAM harus
dilakukan:
1. Sesuai perundangan yang berlaku
2. Mengikuti protokol Minnesota
3. Melibatkan SpF, pakar forensik lainnya
4. Dilakukan secara terencana dengan tujuan yang jelas oleh
pihak yang netral-impartial
Keterangan:
1 = Penyidik menemukan / mendapatkan laporan ada korban
2 = Penyidik mengirim permintaan VeR kepada dokter
3 = Dokter memeriksa korban
4 = VeR disampaikan kepada penyidik
5 = Penyidik mengirim berkas pemeriksaan termasuk VeR
kepada jaksa sebagai penuntut umum
5+ = Jaksa mengembalikan berkas kepada penyidik untuk
diperbaiki
6 = Jaksa menuntut tersangka disidang pengadilan
6+ = Hakim meminta jaksa untuk melengkapi berkas perkara
(termasuk VeR)
7 = Dokter diminta hadir disidang pengadilan
Noda pada pakaian dalam wanita terlihat bahkan di bawah pencahayaan normal sebagai area berwarna coklat kekuningan pada kain.
Noda itu berpendar dalam gelap ketika dilihat melalui kacamata oranye/ALS di bawah cahaya biru (File tambahan 1: Gambar S5-A). Awalnya tidak ada noda yang terlihat pada satu pakaian dalam dari pasangan pria-pria, tetapi menggunakan ALS, yang kecil tempat neon diamati.
Koleksi kedua memiliki noda semen dan kotoran yang terlihat. Noda tampak lebih besar dan lebih terlihat menggunakan ALS.
Lalu dilakukan uji Sg pada noda tersebut.
Stek untuk uji Sg berikutnya diperoleh dari area berpendar ini pada pakaian dalam.
Hanya satu dari 20 sampel potongan yang diuji negatif untuk Sg.
Semua kondom post-coital berfluoresensi dalam gelap menggunakan ALS bila dilihat melalui kacamata oranye (file tambahan 1: Gambar S5-B).
Swab kondom internal positif untuk Sg, sedangkan swab eksternal negatif hingga sangat lemah positif.