Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty, termasuk model terhubung, berjaring, dan terintegrasi yang cocok diterapkan di sekolah dasar. Ciri pembelajaran tematik adalah berfokus pada siswa, tidak terpisahnya bidang studi, dan
1. A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada
siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan. Pada
dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik).
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran Terpadu yaitu meliputi :
a.Prinsip penggalian tema antara lain :
1)Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan
banyak bidang studi,
2)Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
3)Tema
harus
disesuaikan
dengan
tingkat
perkembangan
psikologis
anak.
4)Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5)Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi
dalam rentang waktu belajar,
6)Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan
dari masyarakat,
7)Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.Prinsip pelaksanaan tematik di antaranya :
1)Guru hendaknya tidak bersikap otoriter dan jangan menjadi ―single actor ― yang
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar,
2. 2)Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasarna kelompok,
3)Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
poses perencanaan.
c.Prinsip evaluatif adalah :
1)Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya,
2)Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
d.Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar
belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua ―event ―
yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna
Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : 1)Pembelajaran terpadu yang
dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan
secara terpadu; 2)Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat
situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan
pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai
kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran.Walaupun demikian
guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring
laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim
pengembang PGSD, 1996); 3)Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara
periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah
dirancang secara pasti; 4)Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh.
Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang
diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing. Pembelajaran ini dikenal dengan
istilah ―integrated day ― atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang
meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang
dapat menunjang terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru
memberikan arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan
kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru. Implikasi dari pembelajaran terpadu,
bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan
3. kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring labalaba.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
•Berpusat pada anak (student centered)
•Pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas
•Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran
•Bersifat luwes
•Memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
D. Model-model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu menurut Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh model
dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu :
1)Model Penggalan (Fragmented) Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya
terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata pelajaran bahasa
Indonesia materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis
dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.
2)Model Keterhubungan (Connected)
Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti:
kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada
mata pelajaran bahasa dan sastra.
3)Model Sarang (Nested)
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu
guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna
kata,dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan
daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata
dalam
puisi,
membuat
ungkapan
dan
menulis
puisi.
4)Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran
yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik
pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan
ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada
periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.
5)Model Bagian (Shared)
4. Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir
pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn misalnya,dapat bertumpang tindih
dengan butir pembelajaran Tata Negara, PSPB dsb.
6)Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegaiatan pembelajaran
baik
dalam
mata
pelajaran
tertentu
maupun
lintas
mata
pelajaran.
7)Model Galur (Threaded)
Model Threaded merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan, misalnya:
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta
kurikulum.
8)Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam pelajaran matematika,bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar
tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata
pelajaran tertentu, misalnya IPA
9)Model Celupan (Immersed)
Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring da
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan
pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
10)Model Jaringan (Networked)
Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan
kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan
bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda.
5. Menurut buku Robin Fogarty dengan judul ―How to Integrate The Curricula‖.
Menurut buku tersebut ada 10 Model atau cara dalam merencanakan pembelajaran
terpadu. Kesepuluh model tersebut yaitu: 1) fragmented, 2) connected, 3) nested, 4)
sequenced, 5) shared, 6) webbed, 7) threaded, 8) integrated, 9) immersed, dan 10)
networked. Model 1, 2 dan 3 pemaduannya ada dalam satu mata pelajaran saja.
Sedangkan model nomor 4 sampai dengan 8 pemaduan antar mata pelajaran yang
berbeda secara parallel. Dan model nomor 9 – 10 dirancang untuk membantu siswa
dalam memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan. Menurut hasil pengkajian
tim pengembang PGSD (1997), terdapat 3 model yang nampaknya paling cocok
diterapkan di sekolah dasar negeri ini, yaitu model connected, model webbed, dan
model integrated.
Model Pembelajaran Terpadu
Dalam pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dilandasi oleh pemikiran
bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah bahasa
digunakan secara terpisah, aspek demi aspek. Pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak berinteraksi dengan lingkungan dan
pengalaman dalam kehidupannya. Di kelas-kelas yang lebih tinggi (4—6 sekolah dasar),
pada jenjang SMP/MTs, dan jenjang SMA/MA pembelajaran aspek-aspek keterampilan
berbahasa diberikan secara terpadu (integratif).
Misalnya:
a. Menyimak dan berbicara
Contoh:
Guru menceritakan sebuah peristiwa, siswa menyimak cerita tersebut. Setelah
selesai, siswa diberi waktu sejenak, kemudian guru meminta salah seorang siswa
menceritakan kembali isi cerita itu dengan bahasa (kalimat-kalimat) siswa sendiri
secara ringkas.
Contoh yang lain, guru telah mempersiapkan dua atau tiga orang siswa untuk
mengadakan dialog, dengan rambu-rambu yang diberikan oleh guru. Pada jam yang
telah ditentukan, siswa yang mendapat tugas melakukan dialog di depan kelas;
6. siswa yang lain menyimak. Setelah selesai, siswa diberi waktu untuk berpikir,
kernudian salah seorang atau dua tiga orang siswa diminta mengemukakan isi
atau kesimpulan dari dialog tersebut secara bergilir, atau dapat juga siswa diminta
memberikan
pendapatnya,
tanggapannya
tentang
isi
dialog
tersebut.8
Untuk siswa SMA, kemungkinan yang lain masih banyak. Dalam hal ini yang
diutamakan ialah kemampuan siswa memahami apa yang mereka simak itu dan
kemampuan
mengemukakan
pikirannya.
Karena
yang
mendapat
kesempatan
berbicara hanya beberapa siswa, yang lain diberi kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya mengenai dialog yang dilakukan oleh teman-temannya yang mendapat
kesempatan di depan kelas. Dengan cara-cara tersebut guru memadukan menyimak dan
berbicara.
b. Menyimak dan Menulis
Guru membacakan atau memperdengarkan rekaman sebuah drama atau sebuah
cerpen. Siswa menyimak berapa kali drama/cerpen itu dibaca/diperdengarkan,
bergantung pada tingkat kesukaran drama/cerpen tersebut. Setelah selesai, siswa
diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang tidak mereka mengerti. Sesudah itu
mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang drama/cerpen itu,
atau siswa diminta menuliskan isi drama/cerpen secara ringkas dengan kalimat
mereka
sendiri.
Dapat juga siswa diminta mendengarkan radio atau televisi pada acara tertentu,
dan diminta membuat laporan hasil simakannya secara tertulis. Dalam hal ini guru
harus jeli, memiliki acara-acara yang mernungkinkan dilaksanakannya tugas
tersebut oleh siswa. Dengan cara-cara di atas, guru memadukan pembelajaran
menyimak
dan
menulis.
Cara
yang
lain
masih
cukup
banyak.
c. Membaca dan Menyimak
Memadukan pembelajaran membaca dan menyimak tidak sukar.
Contoh:
Siswa diberi tugas membacakan suatu wacana. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan
membaca untuk orang lain harus dipahami oleh siswa. Siswa yang lain menyimak.
Setelah itu, siswa diberikan waktu untuk berpikir, kemudian tugas selanjutnya,
mungkin siswa diminta untuk menceritakan isi yang disimak secara lisan atau
mungkin tertulis. Dalam hal ini, agar yang mendapat giliran membaca tidak
7. sedikit, naskah yang dibaca sebaiknya naskah-naskah yang pendek, seperti:
informasi singkat, pengumuman, perintah, dan sebagainya. Dengan cara-cara
tersebut,
guru
memadukan
membaca
dan
menyimak.
d. Membaca dan Menulis
Contoh:
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca cerita atau tulisan-tulisan
yang lain di luar kelas, dan meminta kepada mereka untuk menuliskan ringkasan
hasil bacaan masing-masing. Setelah mereka menuliskan ringkasan tersebut,
guru dapat meminta kepada siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka,
atau dapat juga sebelum mereka mengumpulkan, beberapa siswa diberi giliran
untuk
membacakan
atau
mengemukakan
hasil
pekerjaan
masing-masing.
Dengan cara-cara itu terjadi pemaduan antara membaca, menulis, dan bercerita.
e. Menulis dan Bercerita
Contoh:9
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karangan di luar kelas.
Pada jam yang telah ditentukan, siswa menceritakan isi karangannya, sebelum
karangan itu dikumpulkan.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing beranggotakan
tiga
atau
empat
orang.
Tiap
kelompok
diberi
tugas
merencanakan
dan
menuliskan sebuah adegan yang diperankan. Pada jam yang telah disepakati
bersama,
sebelum
naskah diserahkan kepada
guru, tiap
kelompok diminta
memperagakan apa yang telah mereka rencanakan dan mereka tulis. Cara lain
masih banyak. Pembelajaran kosakata selalu dipadukan dengan keterampilan berbahasa.
Untuk mengajarkan makna kata (kata-kata baru), digunakan sebuah wacana yang
memuat kata-kata yang akan diajarkan. Siswa diminta membaca wacana itu di dalam
hati, kemudian diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan.
Setelah
itu
kata-kata
yang
disiapkan
untuk
diajarkan
dibicarakan
atau
didiskusikan maknanya, sinonimnya (kalau ada), dan sebagainya. Kemudian siswa
diminta menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat secara tertulis. Dapat juga
guru
menggunakan
Pembelajaran
struktur
kata-kata
juga
baru
dipadukan
di
dalam
dengan
semua
wacana
untuk
keterampilan.
dikte.
Dengan
8. cara-cara seperti contoh di atas, dapat dilakukan pemaduan antara pembelajaran
struktur dengan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Cara yang lain dapat
juga dengan teknik klos. Pemaduan bahasa dengan bidang studi yang lain seperti IPA,
IPS, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan naskah atau tulisan tentang bidang
studi yang dimaksud sebagai bahan bacaan. Atau dapat juga siswa ditugasi mengarang
tentang sesuatu yang berkaitan dengan bidang studi dimaksud. Kaitan pembelajaran
bahasa dengan bidang studi yang lain dapat dilakukan dalam hal: kosakata, struktur,
menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Dengan kata lain, semua aspek bahasa
dapat dipadukan dengan bidang studi yang lain. Itulah beberapa contoh pemaduan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa ini, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain: (1) Pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu
di dalam konteks. Artinya, kata-kata atau struktur yang diajarkan tidak lepas dari
konteks kalimat atau wacana. (2) Setiap aspek dalam bahasa diajarkan dengan
memperhatikan tema yang telah digariskan dalam silabus. Dengan mengacu pada tema,
sebenarnya telah terjadi pemaduan dengan bidang studi yang lain atau terjadi lintas
bidang studi. (3) Setiap kali pembelajaran selalu diawali dengan pengarahan yang jelas.
(4) Pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan memberikan hasil yang lebih
baik.