1. Ilmu dalam berbagai perspektif, termasuk bahasa, istilah, dan sejarah. Ilmu berkembang seiring zaman, dari pra-Yunani kuno hingga zaman kontemporer.
2. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu bertujuan membatasi ilmu agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
3. Pentingnya Pancasila sebagai pedoman bagi perkembangan ilmu dan teknologi di tengah keragaman budaya Indonesia.
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Mempelajari Ilmu dalam Berbagai Perspektif
1. A. Ilmu dalam Berbagai Perspektif
1. Ilmu dalam Perspektif Bahasa
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin
(scientia) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah,
ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Apabila ditinjau secara etimologi,
ilmu adalah suatu proses kegiatan penelitian terhadap suatu gejala atau kondisi pada suatu
bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, metode ilmiah untuk menghasilkan
suatu kebenaran ilmiah yang empiris, sistematis, objektif, analitis, dan verifikatif. Selain
itu, ilmu menurut pandangan terminologi memiliki arti pengetahuan yang sistematis dan
bersifat ilmiah.
2. Ilmu dalam Perspektif Historis
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya
zaman, dimulai dari zaman pra Yunani kuno, Yunani kuno, Abad Pertengahan,
Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer. Pertama, zaman pra Yunani
kuno. Zaman ini sering juga disebut sebagai Zaman Batu, dimana kehidupan sehari-
hari manusia yang tinggal pada masa itu masih didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan yang ada masih dihubungkan dengan kekuatan magis. Kedua, zaman
Yunani Kuno. Masa ini dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena pada saat
itu, bangsa Yunani sudah tidak lagi percaya pada mitologi-mitologi dan mulai
melakukan penyelidikan secara kritis. Ketiga, zaman Abad Pertengahan. Aktivitas
ilmiah yang ada pada masa ini hampir semuanya berkaitan dengan aktivitas
keagamaan karena para ilmuwannya sebagian besar adalah seorang theolog.
Keempat, Renaissance. Zaman ini adalah zaman peralihan dari kebudayaan abad
pertengahan menjadi kebudayaan modern dimana penemuan ilmu pengetahuan
modern sudah mulai dirintis oleh tokoh-tokoh Renaissance seperti Galileo Galilei,
Copernicus, dan Johannes Keppler. Kelima, zaman Modern. Zaman ini ditandai
dengan adanya penemuan dalam bidang ilmiah seperti temuan dalam ilmu pasti
sistem koordinat Kartesius, teori gravitasi, dan temuan elektron Temuan-temuan yang
ada merupakan penyempurnaan dari masa Renaissance. Keenam, zaman
Kontemporer. Masa ini terjadi mulai abad ke-20 hingga saat ini, ditandai dengan
2. penemuan canggih yang mengubah hidup seperti teknologi komunikasi dan
informasi, internet, dan spesialisasi ilmu.
B. Konsep Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu memiliki arti bahwa konsep
Pancasila dijadikan sebagai pembatas dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi agar penerapannya tidak melenceng dari kepribadian bangsa Indonesia.
Pembatasan bagi Iptek ini difungsikan agar para ilmuwan yang sedang mengembangkan
Iptek menyepakati suatu aturan main bersama. Dalam asumsi yang lain, Pancasila
sebagai dasar pengembangan ilmu memiliki arti bahwa Iptek yang sedang dikembangkan
tidak boleh bertentangan dengan kelima sila yang terdapat dalam Pancasila. Arti
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu yang selanjutnya adalah Iptek yang sedang
dikembangkan haruslah menyertakan Pancasila sebagai dasar perkembangan Iptek itu
sendiri. Dalam mengembangkan Iptek, keterlibatan Pancasila di dalam pengembangan
pengetahuan atau temuan, harus menjadi bahan pertimbangan ilmuwan terkait apa yang
dirasa perlu dilibatkan dan tidak.
C. Pentingnya Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya. Keragaman budaya dan
kemajemukan penduduknya tersebut membuat munculnya banyak perspektif dari masing-
masing penduduk, sesuai dengan latar belakang budaya yang diyakini benar untuk
menjalani kehidupan. Kondisi tersebut dapat membuat masyarakat terjerumus dalam hal-
hal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Untuk itulah, Pancasila sangat
dibutuhkan sebagai pedoman setiap masyarakatnya. Selanjutnya, tak bisa dipungkiri
bahwa Iptek memiliki perkembangan yang cukup drastis dalam beberapa tahun
belakangan ini. Namun, penerapan Iptek ini bagai dua sisi mata uang. Ada yang
penerapannya memudahkan kehidupan kita sehari-hari dan ada yang membawa dampak
negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan. Untuk itu, Pancasila
dibutuhkan untuk bisa menjadi tuntutan moral bagi ilmuwan yang sedang
mengembangkan Iptek. Tak hanya itu saja, kebudayaan dan pandangan Iptek dari negara
asing merupakan hal yang tak bisa dihindari akibat adanya globalisasi. Pandangan dan
3. kebudayaan asing yang masuk dapat mempengaruhi kepribadian asli yang menjadi ciri-
ciri bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila diperlukan sebagai alat penyaring
pengaruh Iptek yang tidak sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia.
D. Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan
Ada 2 aspek dalam ilmu pengetahuan yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural, berikut
penjelasan dari kedua aspek tersebut.
1. Aspek fenomenal, yaitu aspek yang menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan yang
memiliki bentuk sebagai :
Sebagai masyarakat, pengetahuan menjadi sebuah hal yang khusus dimana dalam
kehidupan sehari-hari mematuhi kaidah-kaidah ilmiah, yang menurut paradigma
Merton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang terarah.
Sebagai proses, ilmu pengetahuan menjadi sebuah aktivitas atau kegiatan
kelompok khusus tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan
ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, konggres
Sebagai produk, ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai hasil kegiatan kelompok
khusus tadi yang dapat berupa teori, ajaran, paradigma, dan temuan-temuan lain
sebagai publikasi yang kemudian diwariskan kepada masyarakat dunia, yang
akhirnya akan dikembangkan oleh generasi selanjutnya.
2. Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat unsur-
unsur sebagai berikut.
Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui
Objek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode)
tertentu tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang
akan terus berkembang justru muncul permasalahan- permasalah baru yang
mendorong untuk terus menerus dipertanyakan.
Adanya alasan dan motivasi mengapa suatu pemikiran terus-menerus
dipertanyakan dan diuji.
4. Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem
(Koento Wibisono, 1985).
E. Peran Nilai-Nilai dalam Setiap Sila dalam Pancasila
1. Sila Pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
Hal ini menempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan sebagai
pusatnya, artinya manusia harus dapat mempertimbangkan antara rasional dan
irasional (tidak rasional).
2. Sila Kedua ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’
Dalam sila ini dijelaskan bahwa ilmu pengetahuan harus mematuhi fungsinya, yaitu
sebagai kebaikan untuk manusia itu sendiri, yang menjadi pemberi arah dan
pengendali ilmu pengetahuan itu sendiri.
3. Sila Ketiga ‘Persatuan Indonesia’
Pancasila mampu melengkapi sifat universal dari sila-sila yang lain sehingga sistem
ilmu pengetahuan yang lebih luas tidak mengabaikan sistem pengetahuan lainnya,
dan mampu berhubungan satu sama lain.
4. Sila Keempat ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan’
Sila ini menjelaskan bahwa demokrasi dan permusyawaratan secara langsung atau
diwakilkan harus diterapkan dalam eksperimen dan penyebaran ilmu pengetahuan.
5. Sila Kelima ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’
Menekankan Tiga Keadilan menurut Aristoteles yaitu keadilan distributif, keadilan
kontributif, dan keadilan komutatif. Keadilan sosial juga merupakan penjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan kelompok. Kepentingan tersebut
dapat menjadi landasan yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus tetap berorientasi pada
nilai-nilai Pancasila yang bersifat terbuka. Fanatisme pada kenetralan kaidah ilmu
pengetahuan akan menjebak seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi.