tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
Pelaku Dakwah.docx
1. Pelaku Dakwah
Setiap muslim dan muslimah pada dasarnya mempunyai kewajiban untuk berdakwah,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar (HR. Muslim dari Abu
Sa’id al-Khudri). Akan tetapi, dalam menghadapi berbagai masalah yang semakin berat dan
kompleks, sebagai akibat tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, globalisasi,
dan tuntutan kebutuhan hidup, maka kiranya tidak memadai lagi dakwah yang dilakukan
secara fardhi (perseorangan), merencanakan dan mengerjakan sediri kegiatannya.
Akan tetapi, hendaknya dilakukan secara jam’i, melalui kelembagaan yang ditata dengan baik
dan menghimpun berbagai keahlian yang diperlukan. Persoalan pendanaan yang selalu
menjadi masalah, kiranya dapat dipecahkan melalui kelembagaan ini, bahkan apabila
diperhatikan ayat-ayat al-Quran (Qs. Al-Anfal: 73, Qs. At-Taubah: 71, Qs. Ash-Shaf: 4),
dakwah yang dilakukan secara berjamaah dalam sebuah barisan yang kokoh, rapi dan teratur,
merupakan suatu keharusan. Orang-orang kafir, di dalam menghadapi kaum muslimin, selalu
bersama-sama dalam menghimpun berbagai kekuatan, bahkan kebijaksanaan, politiknya.
Persoalan Aljazair yang pemilunya dimenangkan oleh kaum muslimin dengan cara jujur dan
terhormat misalnya, ternyata telah dibatalkan secara keji oleh kaum kuffar, baik kaum kuffar
negerinya sendiri atau pun dari luar negeri, secara bersama-sama. Bagaimana biadapnya
kaum kuffar dalam membantai kaum muslimin di Bosnia-Herzegovina, yang jauh melebihi
kekejaman Hitler dangan Nazi-nya, ternyata secara bersama-sama telah didiamkan pula oleh
mereka dengan berbagai macam dalih dan alasan yang sulit diterima oleh akal yang sehat.
Akan tetapi, apabila ada negara yang dianggap membawa aspirasi Islam melakukan
kesalahan (menurut anggapan mereka yang kufur dan biadap itu), secara bersama-sama pula
mereka berusaha menghancurkannya. Tujuan mereka hanya satu, menghancrukan kaum
muslimin dengan agama Islamnya, sampai sehancur-hancurnya. Yahudi dan Nasrani boleh
berbeda pendapat dan pendirian diantara sesama mereka, tetapi begitu menghadapi Islam,
mereka akan segera bahu membahu, saling bantu di antara mereka. Qs. Al-Anfal ayat 73
mengingatkan kita, kaum muslimin, bahwa apabila kekuatan kafir itu tidak dihadapi secara
berjamaah dan bersama-sama, maka yang akan terjadi adalah fitnah dan kehancuran.
Sasaran Dakwah Ikhwan
Rabu,05/11/2008 14:41 WIB | email |print
Sasaran Dakwah Ikhwan:
1. Memberi keyakinandanmemperbaiki pemahamankaummusliminterhadapIslam,
menjelaskanda’wahal-Qur’anul Karimsecaragamblangdanjelas,menampilkanisinya
secara muliasesuai denganruhzaman,menyingkapkandunganal-Qur’anberuapa
kehebatandankeindahannya,sertamenolaksemuakebatilandankedustaanyang
diarahkankepadanya.
2. Menghimpunkaummuslimindalamberamal di atasprinsip-prinsipal-Qur’anyangmulia
denganmempengaruhipengaruhal-Qur’ansecaramendalamdankuatdi dalamjiwa.
3. Mengabdi padamasyarakat danmembersihkanmerekadenganmemerangikebodohan,
penyakit,kemiskinan,kehinaan,danmemotivasi kebajikan,kemanfaatanumumdalam
segalabentuknya.
2. 4. Memfokuskanperhatianterhadapkeluarga,melalui tuntunansebagai berikut:
a. SetiapanggotaIkhwanmemberi perhatiankhususkepadaanggotakeluarganya,baik
kepadaisteri,saudaradananaknya.
b. Jama'ah harusmembukalapanganaktivitaskewanitaansecarahakmelalui
penyebaranbuku,mengadakanpertemuandan membuatperkumpulanumumbagi
wanita,secaraumumdan khusus.Jugamelalui pembentukankaderkhususpara
wanitamuslimah.
c. Setiapanggotaharus mencari isteri yangshalihah.
d. Setiapanggotaharus melibatkansemuaanggotakeluarganyadalamrodada'wah.
e. Jama'ah harusmewujudkansaranauntukmenutupi kebutuhanini,misalnyasatu
unitbertanggungjawabdalamhal pemeliharaananak,satuunitlainnya
bertannggungjawabdalammasalahkewanitaan,unitkhususuntukmembentukdan
membinaparamuslimahtingkatpusat, danunitkhususdi tinngkatpusatyangakan
menerimaanak-anakyangtelahmenyelesaikanpenndidikanpadaperingkat
tertentu.
f. Jama'ah berupayamembebaskanrumahanggotadari semuahal yang bertentangan
denganIslam.Melarangsikappersainganduniawi (materialistik) di antarapara
wanitaIkhwan,sertamenggalakkanzuhud(hidupsederhana).
g. Jama'ah menyelenggarkanhalaqah-halaqahwanitadi masjidsekaligusmenyediakan
para guru wanitadan laki-lakiyangaktif danshalih.
h. Jama'ah membantumengadakanbuku-bukurujukanbagi wanitadanmemilihkan
bukuyang baikbagi mereka.Menyelenggarakanprogramtulismenulis,mencetak
dan menerbitkanberbagai bukukewanitaan,meletakkanbeberapabukuyang
pengelolaannyadiserahkandi bawahwewenangkaumwanitadananak-anak
muslimah,danberusahamewujudkanperpustakaanIslam.Sebuahrumahtangga
muslimtidakakanterwujudhanyamelalui bimbingankepadaparasuami,ayah,
anak,akan tetapi harusmelalui penumbuhanlingkunganyangsesuai dan
pemeliharaanyangsehat.
i. Jama'ah memotivasi pemikahandilakukanpadausiadini danberupayamemperbaiki
pribadi sehinggamemiliki pengaruhyangbaikdalamkeluarga.Insitusi Keluarga,
tidaklainadalahkumpulanpribadi.Bilaseorangsuami berkepribadianbaik,
begitupunisteriakanmemilikipribadi yangbaik.Keduanyamerupakantiang
penyanggasebuahkeluargayangmampumembentuksebuahrumahtangga
percontohanyangberdiri di atasprinsip-prinsipIslam.
Islamtelahmeletakkanprinsip-prinsipdalamberumahtangga,di antaranya
Menganjurkankaumpriamelakukanpemilihanyangbaikterhadapcalon
isteri.
Menjelaskancarayang palingtepatuntukmengikathubungansuamiisteri.
Memberi batasanhak dankewajibansuami danisteri.
Mewajibkankeduabelahpihakuntukmemeliharabuahpernikahanhingga
dapat tumbuhdanmatang tanpa kerusakandankelalaian.
Memberi penyelesaiansemuapermasalahanhidupdalamberumahtangga
secara detail.
Menggariskansemuateori berumahtanggadenganjalanpertengahan,tidak
mengurangi.dantidakberlebihan.
Ikhwanmenghendaki terbentuknyarumahtanggamuslim, baikdari sisi
pemikiran,'aqidah,akhlaq,perasaan,di setiapamal danprilakunya.
Karenanya,Ikhwanmengajakkaumwanitauntukmembantukaumlelaki.
Begitupunanak-anakuntukmembantuparapemuda.Inilahsasaranda'wah
Ikhwandalammembentukmerekamenjadi sebuahkeluargaidaman.
3. 5. PerhatianuntukmembentuksebuahmasyarakatIslam.Takdiragukanlagi,bilakeluarga
telahbaik,niscayamasyarkatpunmenjadi baik.Masyarakat,tidaklainmerupakankumpulan
keluarga.Dankeluargaadalahmasyarakatmini.Sedangkanmasyarakatmerupakankeluarga
besar.Islamtelahmeletakkanprinsip-prinsiphidupbermasyarakatyangsejahtera.
Karenaitu,Ikhwanmenghendaki berdirinyasebuahbangsamuslim, masyarakatmuslim.
Ikhwanbekerjamenyampaikanda'wahIslamke seluruhrumah,mengangkatsuaraIslamdi
setiaptempat,menyebarkanfikrahIslamdanmemasuki kampung-kampung,pusat-pusat
perkumpulan,danpelosokkota.Mereka,dalammenunaikantugasini,takkenal lelahdan
berupayatidak
meninggalkansemuasaranayangdiridhai AllahdanRasul-Nya.
Sasaran ini pernah disebutkan secara global oleh Syaikh al-Murabbi Hasan al-Banna
rahimahullah:
"Misi kita Ikhwanul Muslimin, secara global adalah: Menghadapi arus keangkaramurkaan
dari peradaban materialistik dan kebudayaan nafsu dan syahwat sampai hilang dari tanah kita
dan kita terbebas dari malapetaka yang muncul karenanya.
"Tidak sampal di sini, bahkan kita akan terus mendatangi kejahatan itu di sarangnya, kita
akan perangi di dalam kandangnya sampai dunia mengagungkan nama Nabi saw., tunduk
pada nilai-nilai al-Qur'an, dan bayang-bayang Islam meneduhi semesta. Pada saat itu
tecapailah apa yang dicita-citakan seorang muslim. Tidak ada lagi fitnah dan ketundukan
hanyalah kepada Allah.
"Dan kewajiban kita Ikhwanul Muslimin yang pertama sekali, adalah menjelaskan manusia
batasan-batasan Islam dengan jelas, sempurna, terang, tanpa penambahan, pengurangan dan
tanpa kerancuan. Inilah sisi teoritis dalam kerangka fikrah kita.
Kita juga menganjurkan manusia untuk merealisasi ajaran Islam, membawa mereka sampai
ke tahap pelaksanaannya, dan menuntun mereka untuk dapat mengamalkannya.
"Inilah sisi praktis dalam kerangka fikrah kita. Yang selalu menjadi syi'ar kita adalah: Allah
adalah tujuan kita, Rasul adalah teladan kita, al-Qur'an adalah acuan kita, jihad adalah jalan
kita, dan mati dijalan Allah adalah cita-cita kita yang tertinggi. Sesunguhnya sistem da'wah
Ikhwanul Muslimin mempunyai tahapan-tahapan tertentu, dan langkah-langkah yang jelas.
Kita mengetahui apa yang kita kehendaki, dan apa sarana untuk merealisasi keinginan
tersebut.
"Yang kita ingini pertama kali adalah, seorang pribadi muslim, kemudian rumah tangga
muslim, bangsa muslim, dan kedaulatan Islam. Dari sini, maka kita tidak mendukung seluruh
sistem yang tidak Islami dan tidak merujuk pada ajarannya. Kita akan bersama-sama bekerja
menghidupkan sistem pemerintahan Islami dengan seluruh aspeknya.
"Setelah itu, kita menginginkan agar seluruh bagian dari tanah air Islam yang telah dipecah-
pecah oleh sistem politik asing kembali bergabung bersama. Lalu kita ingin agar bendera
Allah kembali berkibar tinggi di atas seluruh penjuru bumi yang dahulu pernah merasakan
kesejahteraannya bersama Islam.
4. "Selanjutnya, kami akan mengumandangkan da'wah Islam ke seluruh dunia, dan
menyampaikan daw'ah ke seluruh ummat manusia, merata ke selutuh ufuk bumi,
menundukkan kediktatoran
manusia kepadanya, hingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi, dan ketundukan hanya pada
Allah swt. semata."
"Setiap fase dari fase fase ini telah ditentukan langkah, jabaran, dan sarananya.
Untuk hak mad’u, al-Bayyanuni mengemukakan bahwa hal KARAKTER MAD’U DAN HAMBATAN
INTERNAL
DA’WAH PARA NABI1
A. PENDAHULUAN
Mad’u merupakan salah satu unsur dalam da’wah. Proses da’wah tersusun dari beberapa
unsur atau komponen, yaitu: subjek (dä’i), materi (mäddah), metode (tharïqoh), media (wasïlah),
objek (mad’ü) dan efek (ätsar) dakwah2
Untuk mengetahui makna mad’u maka terlebih dahulu kita harus mengetahui ma’na
da’wah.Kalimatda’wahmenurutbahasaberasal dari bahasaArab da’ä – yad’ü –du’ä`an – da’watan
berarti memanggil, mengundang, minta tolong, memohon, menamkan, meminta datang dan
mendorong dan mendo’akan3
. Dengan demikian, mad’ü berarti orang yang dipanggil, yang
diundang,yangdipintatolong,yangdimohon,yangditanamkan,yangdimintadatang,yangdidorong
dan orang yang dido’akan. Sedangkan secarah istilah dakwah Islam berarti menyampaikan dan
mengajarkan ajaranIslamkepadamanusiadan mempraktekkannya dalam kehidupan nyata4
. Maka
yang dimaksud dengan mad’u dalam istilah dakwah adalah orang yang menjadi sasaran dakwah5
.
Dalammembahasmad’usebagai bagiandari rukundakwah,MuhammadAbual-FathAl-Bayyanuni
membaginyakepada:pertama,dari lingkarankedekatandantanggungjawab;kedua,hakmad’u;
ketiga,kewajibanmad’u;dan ashnaf (golongan-golongan) mad’u.Dari segi lingkarankedekatandan
1Yusri Al-Syaibani. Disampaikan dalam “Ngaso” (Ngaji Pasosore) di PD. Pemuda Persatuan Islam di Gedung
Bersama PD. Persis Garut pada Hari Ahad, 21 Jumadi Ula 1430 H/ 17 Mei 2009 M
2 Yusup Tajri, Olahraga Beladiri sebagai Media Dakwah;Studi Deskriptifatas Beladiri Syufu Taesyukhan,
Bandung: 2005, hlm. 2
3 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,Pustaka Progressif, Surabaya: 2002, cet:
ke 25, hlm. 406
4 Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayyanuni, Al-Madkhol Ila ‘Ilmi al-Da’wah, Mu`assasah Ar-Risalah, Beirut:
1414 H/ 1993 M, hlm. 40
5 Ibid, hlm. 41
5. tanggungjawabbagi da’i,mad’uterbagi kepadadirinyasendiri6
,keluarga7
ini merupakanketetapan
Allahbagi manusia.Allahtidakakanmengadzabmereka,selamabelum
sampai dakwah kepada mereka8
. Dengan sendirinya, manusia seluruhnya mempunyai hak
untukdidakwahi,danataudiutusrasul kepadamereka9
.Bahkan,ketikaRasulullahshallallähu 'alaihi
wasallam tidak menghiraukan seseorang yang datang dengan niat dan tujuan yang benar, karena
sedang fokus menda’wahi para pembesar dan tokoh Quraisy, Allah menegurnya10
.
Sedangkan kewajiban mad’u adalah menerima dalwah. Tidak ada pilihan kedua. Harus
menerima.Bilatidak,makaitusamadenganmendustakanparapembawapanji dakwah,dandengan
sendirnya mendustakan serta tidak menghargai pengutusnya, yaitu Allah Subhänah wa Ta'äla11
.
Perkataan yang harus ada/ keluar, sebagai simbol komitmen hati, adalah sami’na wa atho’na12
bukan sami’na wa ‘ashoina13
. Mad’u harus mustajib (menerima) terhadap seruan Allah dan Rasul-
Nya14
.
Mengenai pembagian mad’u, secara global terbagi kepada dua: yang menerima, dan yang
menolak. Yang menerima disebut mu`min/ muslim/ muhtad/ mustajib, sedangkan yang menolak
disebutkafir/dholl danmu’ridh. Kaum mu`min dari segi mendapat hidayah terbagi kepada muslim
muhtad (yang ‘aqidah, ibadah dan mu’amalahnya sesuai perintah Allah) dan muslim dholl (yang
‘aqidah,ibadahdanmu’amalahnyaadapenyimpangan;tidaksesuai perintah Allah). Sedangkan dari
segi kekuatan imannya, kaum mu`min terbagi kepada sabiq bi al-khairat, muqtashid dan zhalim
linafsih. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam al-Qur`an:
َّ
ُم
ث
َّ
اَنْثَ
رْ
َوأ
َّ
ََّ
ابَتِكْلا
َّ
َّ
َ
ينِ
ذملا
َّ
اَنْيَ
فَطْ
اص
َّ
َّْ
نِ
م
َّ
ََّ
نِ
ادَبِع
َّ
َّْ
مُ
هْنِ
مَف
َّ
َّ
م
ِ
الَظ
َّ
َّ
ِهِ
سْ
فَنِل
َّ
َّْ
مُ
هْنِ
مَ
و
َّ
َّ
م
دِ
صَتْ
قُ
م
َّ
َّْ
مُ
هْنِ
مَ
و
َّ
َّم
قِباَ
س
َّ
َِّ
اتَ
رْيَْ
ْلِ
ِب
َّ
َِّ
نْ
ذِِ
ِب
َّ
َّ
ِم
اّلل
َّ
ََّ
كِلَذ
َّ
ََّ
وُ
ه
َّ
َّ
ُ
لْ
ضَ
فْلا
َّ
َّ
ُ
يِبَ
كْلا
َّ
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami,laludi antara merekaada yangMenganiayadiri mereka sendiri dandi antara mereka ada yang
6 QS. Al-Baqarah – 2: 44; Asy-Syams – 91: 9, 10
7 QS. At-Tahrim – 66: 5
8 QS. Al-Isra – 17: 15
9 QS. An-Nisa – 4: 164- 66
10 QS. `Abasa – 80: 1- 12
11 QS. Al-Baqarah – 2: 97, 98
12 QS. Al-Baqarah – 2: 285; An-Nisa – 4: 46
13 QS. Al-Baqarah – 2: 93
14 QS. Al-Anfal – 8: 24
6. pertengahandandiantaramerekaada(pula) yanglebihdahuluberbuat kebaikan dengan izin Allah.
yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar15
.
1. Mulhidun, adalah mereka yang mengingkari keberadaan dan eksistensi Allah 'Azza wa
Jalla. Mereka berkata:
َّْ
نِإ
َّ
ََّ
يِ
ه
َّ
َّم
ّلِإ
َّ
اَنُاتَيَ
ح
َّ
اَيُّْن
الد
َّ
َُّ
وتَُ
َن
َّ
اَيَْ
َنَ
و
َّ
اَ
مَ
و
َّ
َّ
ُ
نَْ
َن
َّ
َّ
َ
يِثوُ
عْبَِ
ِب
َّ
َّ
Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup
dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi16
اَ
م
َّ
ََّ
يِ
ه
َّ
َّم
ّلِإ
َّ
اَنُاتَيَ
ح
َّ
اَيُّْن
الد
َّ
َُّ
وتَُ
َن
َّ
اَيَْ
َنَ
و
َّ
اَ
مَ
و
َّ
اَنُ
كِلْ
هُي
َّ
َّم
ّلِإ
َّ
َُّ
رْ
مه
دال
َّ
اَ
مَ
و
َّ
َّْ
مَُ
َل
َّ
ََّ
كِلَ
ذِب
َّ
َّْ
نِ
م
َّ
َّ
مْلِع
َّ
َّْ
نِإ
َّ
َّْ
مُ
ه
َّ
َّم
ّلِإ
َّ
َّ
َ
نُّونُظَي
"Kehidupanini tidaklainhanyalahkehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan
tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak
mempunyai pengetahuantentangitu,merekatidaklainhanyalah menduga-duga saja17
.
2. Al-Musyrikun al-Watsaniyyun, ialah mereka yang menyekutukan Allah dengan selain-
Nya, apakah dalam ‘aqidah maupun ‘ibadah.
َّ
َ
ينِ
ذملاَ
و
َّ
اوُ
ذَم
اَّت
َّ
َّْ
نِ
م
َّ
َّ
ِهِنوُ
د
َّ
َّ
َاءَيِلْ
َوأ
َّ
اَ
م
َّ
َّْ
مُ
هُ
دُبْ
عَن
َّ
َّم
ّلِإ
َّ
ََّ
ونُبِ
رَ
قُيِل
َّ
ََّ
لِإ
َّ
َّ
ِم
اّلل
َّ
ىَ
فْلُ
ز
َّ
َّ
م
نِإ
َّ
َّ
َم
اّلل
َّ
َّ
ُ
مُ
كَْ
َي
َّ
َّْ
مُ
هَنْيَب
َّ
َِّ
ف
َّ
اَ
م
َّ
َّْ
مُ
ه
َّ
َّ
ِيهِف
َّ
َّ
َ
نوُ
فِلَتَْ
َي
َّ
َّ
م
نِإ
َّ
َّ
َم
اّلل
َّ
ََّ
ّل
َّ
يِ
دْ
هَي
َّ
َّْ
نَ
م
َّ
ََّ
وُ
ه
َّ
َّ
َّم
بِ
اذَ
ك
َّ
َّ
َّم
ارم
فَ
ك
َّ
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembahmerekamelainkansupayamerekamendekatkanKami kepadaAllahdengan
sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang
apa yang merekaberselisihpadanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar18
.
Dalammengomentari ayatini,DewanPenterjemahmemberikan catatan kaki, bahwa: “Yang
dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak
kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu
15 QS. Fathir – 35: 32
16 QS. Al-Mu`minun – 23: 37
17 QS. Al-Jatsiyah – 45: 24
18 QS. Az-Zumar – 39: 3
7. dalamberbuatkebaikanialahorang-orangyangkebaikannyaAmatbanyak dan Amat jarang berbuat
kesalahan”19
.
Mengenai golongan kafir, al-Bayyanuni membaginya kepada:
3. Al-Jahidun al-
essential and vaIidiry ofdakwah science.
i Pendahuluan
Uraian sebelumya1 rnenegaskan
bahwa ilmu pengetahuan
mengawsii pefi,elajahannya pzda
pengalaman manusia dan berhenti
di batas pengalaman manusia.
Sebagai suatu disiplin ilmu, dakwah
juga tidak terlepas dari pengalaman
manusia, terutama pengalaman
berolah pikir. Meskipun sumber nilai
dan mata air ilmu dakwah adalah Al-
Cur'en, di sanping juga reaiita,
tetapi rumusan-rumusan, gagasangagasan,
dan rancang bangun
epistemologinya adahh hasil kreasi
manusia semata. Cengan begitu
maka ilmu dakwah tidak dapat
dipisahkan dari landasan
metodologis olah pikir manusia
daiam rancang bangun epistemologi
keilmuannya.
Kajian ontologi ilmu dakwah,
dalam tulisan sebelumnya, rnenghasiikan
suatu pemikiran konseptual
bahwa antara pemikiran dan wuj~d,
pikiran dan realita mempunyai
korelasi relasional. Mengetahui
adalah bentuk primordial dan hakik
dari wujud sehingga pemikiran atau
kognisi manusia merupakan proses
pei~yesuaian di:i antara pikirafi &n
realita. Pikiran inilah yang menjadi
objek kajian iimu dakwah, dan ini
k i a r t i rancang bkgun
epistemoiogi ilmu dakwah hams
dibangun atas landasan ontoiogi
relasional.
Tulisan ini merupakan kajian
19 Al-Qur`an dan terjemahnya, Wakaf dari Pelayan Dua Tanah suci Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Su’ud, t.t. hlm.
701, catatan kaki ke 1261
8. awal epistemoiogi ilmu dakwah yang
didasarkan pada pemikiran ontologi
relasional. Tuhan adalah sumber
eksistensi manusia, dan manusia
adalah representasi dunia wujud
yang tereksistensi dari Tuhan. Ini
berarti antara Tuhan dan manusia
memiliki relasi ontologis, dan karena
itu epistemologi ilmu dakwah juga
hatus dikaji mefalui pendekatan
relasional.
I! Tentang Epistemologi
Epistemologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus
membahas teori ilmu pengetahuan.
Pada dasamya kata epistemologi
berasal dari bahasa Yunani,
spisteme (pengetahuan) dan logos
(teori). Dengan demikian secara
etimoiogis, epistemologi berarti
teori pengetahuan. Dalam rumusan
yang lebih rinci, episternologi
diartikan sebagai studi filosofis
tentang asal-usul, struktur, metode,
kesahihan, dan tujuan
pengetahuan.'
Dalam kajian Filsafat llmu
beberapa istilah lain yang setara
dengan epistemologi sering
dimunculkan, diantaranya: 1).
Giteriologi, yaitu csbang filsafat
yang membicarakan ukuran benar
atall tidaknya pengetahuan. 2). Kritik
pengetahuan, yaitu perbincangan
mengenai pengetahuan secara
kritis. 3). Gnosiology, yaitu
peibincangan m e n g e n a i
pengetahuan yang bersifat ilahiah
(gnosis), dan 4). Logika material,
yaitu pembahasan logis dari segi
isinya, sedangkm logika formal
lebih menekankan pada segi
bentuknya.
Objek material epistemologi
adalah pengetahuan, sedangkan
objek formatya adalah hakikat
pengetahuan. Dari pengenalan
terhadap kedua objek
tersebut depat dijelaskan bahwa
persoalan-persoalan penting
yang dikaji dalam epistemologi
adalah asal-usul pengetahuan,
peran pengalaman dan aka;
dalam pengetahuan, hubungan
antara pengetahuan dengan
keniscayaan, hubungan antara
pengetahuan dengan kebenaran,
9. keri~ungkinans keptisisme uni'dersal,
dan bentuk-bentuk perubahan
pengetahuan yang berasal dari
konseptualisasi ban! tentang dunia.
Bahasan di atas
menunjukkan bahwa kajian
epistemologi mencakup sumber
(asal-usul), metode, esensi,
dan validitas ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi
menjelaskan proses 6an pwsedur
yang memungkinkan pencapaian
pengetahuan yang berupa
ilmu serta hal-ha1 yang harus
dipertimbangkan vntuk mernperoleh
ilmu pengetahuan yang benar.