1. Ilmu Dakwah
Di Tujukan Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Dasar-Dasar Imu Dakwah
Nama : Peri Heriyanto
NIM : 1210405076
Kelas : jurnalistik/II/C
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung
2011
2. JAWABAN
1. A. Pelaku Dakwah (da’i)
Da’I adalah seorang manusia yang mengajak manusia lainnya untuk menjauhi
kemungkaran dan melakukan perbuatan yang ma’ruf. Setiap kata-kata yang keluar
dari mulutnya dan perbuatan yang dilakukannya merupakan teladan dalam
menyampaikan risalahNYA. Setiap kata-kata dianggap obat mujarab bagi hati-hati
yang jauh dari rabbNYA.
Selain itu, da’I merupakan para penasihat, pimpinan dan pemberi ingat, yang
memberi nasehat dengan baik, yang mengarang dan berkhutbah, yang memusatkan
jiwa raganya dalam wa’ad dan wa’id (berita pahala dan berita siksa). Dalam
membicarakan tentang kampung akherat untuk melepaskan orang-orang yang karam
dalam gelombang dunia. (A. Hasjmy,o p .ci t., h. 162)
Dengan demikian dapat difahami bahwa pelaku dakwah adalah setiap orang
atau lembaga yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar melalui aktifitas masing-
masing, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini juru dakwah
dapat disebut dengan da’i.
B. Sasaran Dakwah (Mad’u)
mad’ü adalah orang yang dipanggil, yang diundang, yang dipinta tolong, yang
dimohon, yang ditanamkan, yang diminta datang, yang didorong dan orang yang
dido’akan. Sedangkan secarah istilah dakwah Islam berarti menyampaikan dan
mengajarkan ajaran Islam kepada manusia dan mempraktekkannya dalam kehidupan
nyata. (Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayyanuni, Al-Madkhol Ila ‘Ilmi al-Da’wah,
Mu`assasah Ar-Risalah, Beirut: 1414 H/ 1993 M, hlm. 40)
Maka yang dimaksud dengan mad’u dalam istilah dakwah adalah orang yang
menjadi sasaran dakwah. (Ibid, hlm. 41)
C. Materi dakwah (mawdu’)
Materi dakwah tidak lain adalah Islam, yang bersumber dari Al- Qur’an dan
Hadits Nabi Muhammad SAW. Segala sesuatu yang bersumber dari keduanya
merupakan pokok ajaran Islam, disamping ijma, ijtihad, qiyas dan ketentuan Ushul
3. Fiqh lainnya. Dari sumber-sumber tersebut dikeluarkan hukum yang meliputi
berbagai bidang, yaitu :
a) Akidah, merupakan urusan yang menyangkut keimanan; kepercayaan kepada
Allah, Rasul, Kitab, Hari Kiamat, takdir dan sebagainya.
b) Syari’ah, merupakan ketetapan hukum amal perbuatan, menyangkut ibadah, dan
amal perbuatan sehari-hari.
c) Akhlak, merupakan perilaku antara sesama manusia, perilaku kepada hewan, dan
alam.
D. Media dakwah (Wasilah)
Media dakwah merupakan sarana atau alat yang digunakan juru dakwah
dalam menyampaikan materi dakwah kepada objek dakwah. Pada zaman sekarang,
media dakwah merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dakwah. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus dapat dipergunakan sebagai media dalam
menyampaikan dakwah, terutama teknologi informasi.
Penyampaian dakwah melalui media pada umumnya mencakup lisan, tulisan,
lukisan, visual, audio visual, dan akhlak, serta profesi atau pekerjaan seseorang.
Seperti yang dukemukakan oleh para ahli.
1) Hamzah Ya’kub.
a) Lisan; yang termasuk dalam bentuk ini adalah, khubah, pidato, ceramah, kuliah,
diskusi, seminar, musyawatah, nasehat, pidato radio, ramah tama, anjang sana,
obrolan secara bebas setiap ada kesempatan, yang kesemuaanya itu dilakukan
denagan lidah dan suara.
b) Tulisan; dakwah yang dilakukan dengan ini misalnya buku- buku, majalah-
majalah, surat kabar, buletin, spanduk- spanduk dan sebagainya, mubaligh yang
spesialis dibidang ini maka haruslah menguasai jurnalistik.
c) Lukisan; yang termasuk dalamnya adalah seni, foto, film, cerita dan sebagainya
bentuk tulisan ini banyak menarik perhatian orang, dan banyak dipakai
mengambarkan suatu maksud, ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain.
4. Termasuk kedalamnya komik-komik bergambar yang dewasa ini sangat disenangi
anak-anak.
d) Audio visual; yaitu cara suatu penyampaian yang sekaligus merangsang
penglihatan dan pendengaran bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, sandiwara,
ketoprak, wayang radio dan lain sebagainya
e) Aklaq; yaitu suatu cara penyampaian langsung diwujudkan dalam bentuk
perbuatan yang nyata umpamanya membesuk orang sakit, kunjungan kerumah-
rumah, bersilaturrahmi, pembangunan masjid, dan sekolah, poliklinik dan lain
sebagainya.” (Hamzah Ya’kub,l o t.ci t. h. 43)
2) A. Hasjmy
Menurut A. Hasjmy yang termasuk ke dalam media dakwah adalah :
a) Mimbar dan khitabah
b) Qalam dan kitabah
c) Masdar dan malkama
d) Madrasah dan daya
e) Seni suara dan seni bahasa
f) Lingkungan kerja. (A. Hasjmy,o p .ci t., h. 269-270)
E. Metode dakwah (uslub)
Metode dakwah adalah cara yang digunakan oleh juru dakwah dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada objek dakwah. Sehingga pesan-pesan
dakwah tersebut berhasil guna dan berdaya guna dalam menyampaikan dakwah
dakwahyang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana
sehingga mudah dimengerti.
5. Syekh Muhammad sebagaimana dikutip oleh M. Natsir, menyebutkan tiga
golongan yang dihadapi dengan tiga metode yang dapat digunakan oleh juru dakwah,
yaitu sebagai berikut :
a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir kritis, cepat
dapat menangkap arti persoalan. Mereka harus dipanggil denganhi kmah, yakni hu
jjah (argumentasi) yang dapat diterima dengan kekuatan akal mereka.
b) Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis, dan
mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi. Mereka ini
dipanggil dengan mau’izah hasanah, yakni keteladanan yang baik dari juru
dakwahnya.
c) Golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut, belum
dapat dicapai dengan hikmah akan tetapi tidak sesuai pula bila dilayani seperti
golongan awam. Golongan ini dihadapi dengan anjuran dan didikan yang baik
yaitu dengan ajaran-ajaran yang mereka suka membahasnya. Tetapi hanya di
dalam batas tertentu mereka tidak sanggup menmgkaji lebih mendalam. Golongan
manusia seperti ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yaitu dengan
bertukar tukar fikiran guna mendorongnya supaya berfikir secara sehat, satu dan
yang lainnya dengan cara yang lebih baik.
F. Tujuan dakwah (maqasid)
Tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran,
peghayatan, dan pengamalan ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh juru dakwah atau
penerangan agama. (H. Arifin,op.cit., h. 14-15)
Sedangkan, Terwujudnya kebahagiaan dan kesejateraan hidup di dunia dan di
akherat yang diredhai oleh Allah SWT adalah merupakan nilai atau hasil yang
diharapkan dapat dicapai oleh keseluruhan usaha dakwah. (Rasyad Saleh,Manajemen
Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), h. 31).
6. C. Landasan epistemologis
Secara umum, epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
mengenai hakikat ilmu, ilmu sabagi proses adalah usaha pemikiran yang sistematis
dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu objek
kajian ilmu. Pertanyaan mengenai apakah objek kajian ilmu itu dan seberapa jauh
tingkat kebenaran yang bisa dipakai dalam kajian ilmu, kebenaran objektif, subjektif,
absolut dan relatif, merupakan linkup serta medan kajian epistimologi in general.
Secara keilmuan epistimologi mempunyai kedudukan yang sesungguhnya
jauh lebih mendasar yakni menurut landasan, batas-batas dan bahkan basis
keshohihan pengetahuan dari akarnya sampai dengan melewati dimensi fisiknya
sebagai cabang dalam filsafat epitimologi secara khusus membahas tentang teori ilmu
pengetahuan.4 Istilah epistimologi berasal dari bahasa yunani, yakni episteme dan
logos diartikan sebagai pengetahuan atau kebenaran, sedangkan logos diartikan
sebagai pikiran, kata, teori. Dengan demikian secara etimolgi dapat diartiakan pula
sebagai teori pengetahuan yang lazim dalam bahasa Indonesia disebut filsafat
pengetahuan atau juga teori pengetahan. Teori pengetahuan ini berasal dari bahasa
inggris yakni theory of knowledge.
7. 3. Nahal ayat 125 yang berbunyi sebagai berikut :
“Seruhlah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat di atas menjelaskan cara menyampaikan ajaran Islam kepada umat
manusia, atau yang dikenal dengan metode dakwah. Metode dakwah tersebut adalah:
1) Hikmah
Metode hikmah ini dapat dipergunakan untuk memanggil/menyeru orang
yang intelektual, berilmu pengetahuan atau pendidikan tinggi. Dalam hal ini juru
dakwah haruslah menyampaikan materi dakwah dengan keterangan dan alasan
disampaikan dengan cara bijaksana tanpa kesan menggurui, sehingga dakwah
tersebut dapat diterima dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mau’izhah
Metode ini dipergunakan untuk meyuruh atau mendakwahi orang-orang
awam, yaitu orang yang belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya
masih rendah. Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih
dahulu dan masih berpegang pada adat istiadat yang turun temurun. Kepada mereka
ini hendak disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa
yang asederhana sehingga mudah dimengerti.
3) Mujadalah
Metode ini digunakan untuk menyeru dan mengajak orang-orang yang masuk
golongan pertengahan, yaitu orang yang tidak terlalu tinggi atau pendidikannya, dan
tidak pula terlalu rendah. Mereka sudah dapat diajak bertukar fikiran secara baik,
dalam mencari kebenaran. Dan tidak terlalu sulit menerima dakwah yang
disampaikan kepada mereka
8. Dakwah bil hal, yaitu dakwah yang dilakukan dengan berbagai kegiatan yang
langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek
dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah. Ada pun yang termasuk ke dalamnya
adalah sebagai berikut :
1) Pemberian bantuan dana untuk usaha produktif.
2) Memberi bantuan yang bersifat konsumtif.
3) Bersilaturrahmi ketempat-tempat penampungan sosial, seperti yayasan yatim piatu,
anak cacat, tuna wisma, panti jompo, tuna karya, tempat lokalisasi, lembaga
permasyarakatan dan lain-lain.
4) Pengabdian kepada masyarakat, seperti :
1) Pembuatan jalan atau jembatan
2) Pembuatan sumur umum dan WC umum.
3) Praktek home industri kebersihan lingkungan dan tempat ibadah.( Rafi’uddin,
Manan Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia,
1997) h. 49-5)
Dengan demikian kegiatan dakwah tidak hanya dapat dilaksanakan dalam
bentuk yang monoton. Melainkan dakwah dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai
sebuah kebutuhan akan berbagai tuntunan dalam menjalani kehidupan.
4. Definisi dakwah :
1. Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang
untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis
aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda)
dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
2. Dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang
lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan
masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua
lapangan kehidupan. Ali Aziz (2005:11)
9. 3. Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah
suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses
mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam.(M.
Arif)
Definisi Ilmu Dakwah :
1. Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik
perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan
suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang
menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah
disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah
"Da'i". (Wikipedia)
2. Menurut Toha Yahya Oemar definisi Ilmu Dakwah adalah;
a. Secara umum : Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-
tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manisia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu
b. Definisi menurut Islam ( khusus ) : mengajak manusia dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan peringatan Tuhan untuk kemaslahatan
dan kebahagiaan dunia akhiratMenurut Dr. Ahmad Ghalwasy dalam buku " Ad
Dakwah Al-Islamiyyah " : Ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk
megetahui berbagai seni menyampaikan kandunagan ajaran Islam, baik itu
aqidah, syari'at maupun akhlaq.
3. Hasil rumusan definisi Ilmu dakwah pada pertemuan para sarjana Fakultas Dakwah
se-Jawa Tahun 1978 :
a. Ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran agama Islam kepada ummat
b. Ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur dakwah
c. Ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala penyampaian agama dan proses
keagamaan dalam segala segi
10. 5. 1. PERCAYA PADA MABDA’ ISLAM
Bahwa Islam adalah din yang diridhai Allah SWT dan sesuai dengan fitrah
manusia
Bahwa mabda’ Islam adalah solusi dari segenap problematika manusia dan
bila ditegakkan akan membawa rahmat bagi semua
Bahwa mabda’ selain Islam batil adanya
Bahwa mendakwahkan mabda Islam hingga tegak di seantero dunia adalah
perbuatan mulia dan kewajiban utama
Karena menurut saya kepercayaan kepada mabda islam merupakan modal
yang utama dalam menjalanan usaha dakwah yang dilakukan oleh para da’i.
2. BERANI DAN TEGAS
Berani karena benar. Keberanian para pejuang kebatilan lebih berhak dimiliki
oleh para da’i
Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong. Dialah sebaik-sebaik
pelindung dan penolong
Ditangkap, disiksa, kehilangan pekerjaan bahkan kematian adalah risiko
perjuangan. Bukankah semua orang akan mati? Rizki telah ditetapkan Allah,
anda berjuang atau tidak
Berani dan tegas merupakan sikap mental yang kuat dan utama dalam
menjalankan dakwah, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang akan
dihadapi ketika seorang da’I melaksanakan usaha dakwah
11. 3. SERIUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH
Dakwah adalah pekerjaan yang sangat serius. Karenanya diperlukan
kesungguhan
Dakwah menentukan tegak tidaknya Islam. Dakwah menentukan mulia
tidaknya umat Islam. Dan dakwah Islam menentukan selamat tidaknya hidup
kita di dunia dan akhirat. Maka, dakwah harus dihadapi sebagai persoalan
hidup atau mati.
Tidak ada yang lebih penting dalam hidup muslim lebih dari dakwah. Hayatu
al-muslim hayatu al-dakwah . Semua yang dimiliki (harta, kedudukan bahkan
nyawa) sesungguhnya hanyalah wasilah untuk dakwah
Apabila seorang da’I dalam melaksanakan dakwah tidak disertai keseriusan
dan kesunguhan, maka niscaya dakwah tersebut tidak ada gunanya karena
tidak akan menimbulan efek yang signifikan bagi sasaran dakwah.
4. SABAR DAN TEGUH JIWA
Dakwah akan berhadapan dengan sejuta rintangan. Seorang da’i harus sabar
dan teguh jiwa untuk menghadapi semua. Orang yang ingin menghancurkan
Islam saja melakukannya dengan penuh kesabaran
Kehancuran Islam sudah demikian lama, secara sunatullah memerlukan waktu
yang lama pula untuk membangunnya kembali
Sabar bersumber dari kesadaran bahwa semua memerlukan proses, dan
keberhasilan adalah semata buah dari proses itu.
Keteguhan jiwa bersumber dari kekuatan ruhiyah dibina melalui ibadah
mahdah (shalat malam, puasa sunnah, dzikr, membaca al-Qur’an dsb)
Kesabaran dan keteguan jiwa menurut saya adalah sumber kekuatan dalam
berdakwah, karena usaha dakwah membutuhkan tekad yang kuat karena
disana telah menungu berbagai macam rintangan yang akan dihadapi oleh
para pendakwah/da’i
12. 5. TAK HENTI TERUS BELAJAR
Tidak ada kata berhenti belajar buat para da’i untuk terus menambah
pengetahuan akan pemikiran, ide, hukum dan tsaqafah Islam (bhs Arab, fiqh,
sirah dsb)
Dari belajar, pemahaman bertambah, kesalahan diperbaiki sehingga
kemampuan dalam berdakwah semakin meningkat.
Belajar melalui membaca, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Serta
belajar dari pengalaman. Maka seorang da’i tidak boleh berhenti mencoba hal
baru dan berdialog dengan orang lain. Sikap open minded sangat penting bagi
seorang da’i
Dengan belajar dai akan dapat mengerti dan menguasai metode-metode
berdakwah yang tepat di suatu kondisi tertentu
6. TAK HENTI MEMPERBAIKI DIRI
Da’i menjadi cermin pengetahuan dan pengamalan Islam bagi masyarakat.
Maka, seorang da’i harus terus memperbaiki diri.
Seorang da’i harus mengamalkan apa yang diserunya. Melakukan yang
ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar
Dengan perbaikan terus menerus, akhlaq, ibadah, muamalah, keluarga dan
semua yang tampak dari seorang da’i makin sempurna
Kesalahan seorang da’i akan berdampak lebih buruk daripada kesalahan orang
biasa
Pross berintropeksi diri merupakan hal yang bijak di lakukan oleh da’I, karena
stiap manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan. Dan apabila kesalahan
itu di biarkan maka akan membawa kepada dakwah yang tidak sempurna,
bahkan melenceng dari ajaran yang utama.
13. 7. BISA BEKERJASAMA
Dakwah bagi tegaknya mabda Islam harus dilakukan secara berjamaah. Tidak
bisa sendirian. Membangun rumah saja perlu banyak orang, apalagi
membangun rumah umat….
Seorang da’i harus bisa bekerjasama, terutama dengan sesama anggota jamaah
dakwah
Keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap istiqamah dalam dakwah serta
upaya perbaikan dan pembelajaran terus menerus lebih mudah dilakukan
dalam jamaah
Kerjasama yang di lakukan oleh da’I dalam menjalankan usaha dakwah
merupakan bentuk nyata keterbukaan yang dilakukan oleh pelaku dakwah (da’i)
dan hal ini dapat mengubah persepsi sasaran dakwah (mad’u) dalam menerima
segala sesuatu hal yang di sampaikan oleh dai tersebut