Materi Viktimologi Fakultas Hukum Unsoed semester 5.
materi ini di upload dengan itikad baik, bukan plagiarism tetapi untuk bahan ajar, untuk dikonsumsi oleh mahasiswa fakultas Hukum
Materi Viktimologi Fakultas Hukum Unsoed semester 5.
materi ini di upload dengan itikad baik, bukan plagiarism tetapi untuk bahan ajar, untuk dikonsumsi oleh mahasiswa fakultas Hukum
. Teori Klasik.
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.Menurut psikologi hedonistik, setiap perbuatan manusia berdasarkan pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit).Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana yang mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak. Menurut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:15) bahwa "Setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit yang diperoleh dan perbuatan tersebut.(That the act which I do is the act which I think will give me most pleasure)." Lebih lanjut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:21) menyatakan bahwa: "Semua orang melanggar undang-undang tertentu harus menerima hukuman yang sama, tanpa mengingat umur, kesehatan jiwa, kaya miskinnya, posisi sosial dan keadaan-keadan lainnya." Hukuman yang dijatuhkan harus sedemikian beratnya, sehingga melebihi suka yang diperoleh dari pelanggaran undang-undang tersebut. Berdasarkan pendapat Beccaria tersebut, setiap hukuman yang dijatuhkan sekalipun pidana yang berat, sudah diperhitungkan sebagai kesenangan yang diperolehnya, sehingga maksud pendapat Beccaria adalah untuk mengurangi kesewenangan dan kekuasaan hukuman. Konsep keadilan menurut teori ini adalah suatu hukuman yang pasti untuk perbuatan-perbuatan yang sama tanpa memperhatikan sifat dari sifat si pembuat dan tanpa memperhatikan pula kemungkinan adanya peristiwa-peristiwa tertentu yang memaksa terjadinya perbuatan tersebut
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
Suksesi = Succesion
Susesi dalam Hukum Internasional adalah
Peralihan hak dan kewajiban intenasional, baik dari negaraatau pemerintah lama ke pemerintah baru. Contoh perubahan kekuasaan territorial Uni Soviet yang dibagi atasbeberapa Negara lain seperti Rusia, Estonia,Ukraina dan yang lainnya. Atau bias juga tidak jauh dari Indonesiayakni suksesi Negara Timor Leste. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suksesi atau seccesion yakni membahas mengenai kedaulatan yang sebelumnya dimiliki, dan hak serta kewajiban baru Negara tersebut. Serta sejauh manahal tersebut dimiliki suatu Negara yang digantikan dan yang tergantikan.
Makalah ini memaparkan teori dan prinsip HAM dalam perspektif Barat dan prinsip HAM yang ada dalam Islam. Disusun penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Syarian dan HAM.
. Teori Klasik.
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.Menurut psikologi hedonistik, setiap perbuatan manusia berdasarkan pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit).Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana yang mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak. Menurut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:15) bahwa "Setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit yang diperoleh dan perbuatan tersebut.(That the act which I do is the act which I think will give me most pleasure)." Lebih lanjut Beccaria (Made Darma Weda, 1996:21) menyatakan bahwa: "Semua orang melanggar undang-undang tertentu harus menerima hukuman yang sama, tanpa mengingat umur, kesehatan jiwa, kaya miskinnya, posisi sosial dan keadaan-keadan lainnya." Hukuman yang dijatuhkan harus sedemikian beratnya, sehingga melebihi suka yang diperoleh dari pelanggaran undang-undang tersebut. Berdasarkan pendapat Beccaria tersebut, setiap hukuman yang dijatuhkan sekalipun pidana yang berat, sudah diperhitungkan sebagai kesenangan yang diperolehnya, sehingga maksud pendapat Beccaria adalah untuk mengurangi kesewenangan dan kekuasaan hukuman. Konsep keadilan menurut teori ini adalah suatu hukuman yang pasti untuk perbuatan-perbuatan yang sama tanpa memperhatikan sifat dari sifat si pembuat dan tanpa memperhatikan pula kemungkinan adanya peristiwa-peristiwa tertentu yang memaksa terjadinya perbuatan tersebut
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
Suksesi = Succesion
Susesi dalam Hukum Internasional adalah
Peralihan hak dan kewajiban intenasional, baik dari negaraatau pemerintah lama ke pemerintah baru. Contoh perubahan kekuasaan territorial Uni Soviet yang dibagi atasbeberapa Negara lain seperti Rusia, Estonia,Ukraina dan yang lainnya. Atau bias juga tidak jauh dari Indonesiayakni suksesi Negara Timor Leste. Dari kasus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa suksesi atau seccesion yakni membahas mengenai kedaulatan yang sebelumnya dimiliki, dan hak serta kewajiban baru Negara tersebut. Serta sejauh manahal tersebut dimiliki suatu Negara yang digantikan dan yang tergantikan.
Makalah ini memaparkan teori dan prinsip HAM dalam perspektif Barat dan prinsip HAM yang ada dalam Islam. Disusun penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Syarian dan HAM.
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti kali ini adalah di Koramil pancur, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat ini adalah karena lokasi yang dekat dan maraknya kasus tersebut. Berikut ini adalah dokumentasi lokasi penelitian
2. Ezzat Abdel Fattah
tipilogi korban, antara lain;
1. Nonparticipating victims adalah mereka yang
menyangkal/menolak kejahatan dan penjahat tetapi tidak turut
berpartisipasi dalam penanggulangan kejahatan.
2). Latent or predisposed victims adalah mereka yang mempunyai
karakter tertentu cenderung menjadi korban pelanggaran tertentu.
3). Provocative victims adalah mereka yang menimbulkan kejahatan
atau pemicu kejahatan.
4). Participating victims adalah mereka yang tidak menyadari atau
memiliki perilaku lain sehingga memudahkan dirinya menjadi
korban.
5) False victims adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya
sendiri.
(Masruchin Ruba’ I dan Made S. Astuiti Diazuli, Hukum pidana I,
Malang 1999. hal. 6)
3. Stepen Schafer
tipilogi korban, yaitu :
1) Unrelated victims adalah mereka yang tidak ada
hubungan dengan si pelaku dan menjadi korban karena
memang potensial. Untuk itu, dari aspek tanggung jawab
sepenuhnya berada di pihak korban.
2) Proactive victims merupakan korban yang disebabkan
peranan korban untuk memicu terjadinya kejahatan.
Karena itu, dari aspek tanggung jawab terletak pada diri
korban dan pelaku secara bersama-sama.
3) Participacing victims hakikatnya perbuatan korban tidak
disadari dapat mendorong pelaku melakukan kejahatan.
Misalnya, mengambil uang di bank dalam jumlah besar
yan tanpa pengawalan, kemudian dibungkus dengan tas
plastik sehingga mendorong orang untuk merampasnya.
Aspek ini pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada
pelaku.
4. 4) biologically weak victim adalah kejahatan
disebabkan adanya keadaan fisik korban seperti
wanita, anak-anak, dan manusia lanjut usia (manula)
merupakan potensial korban kejahatan. Ditinjau dari
pertanggungjawabannya terletak pada masyarakat
atau pemerintah setempat karena tidak dapat
memberi perlindunga kepada korban yang tidak
berdaya.
5) Socially weak victims adalah korban yang tidak
diperhatikan oleh masyarakat bersangkutan seperti
gelandangan dengan kedudukan sosial yang lemah.
Untuk itu, pertanggungjawabannya secara penuh
terletak pada penjahat atau masyarakat.
5. 6)Self victimizing victims adalah koran
kejahatan yang dilakukan sendiri (korban
semu) atau kejahatan tanpa korban. Untuk itu
pertanggungjawabannya sepenuhnya
terletak pada korban sekaligus sebagai
pelaku kejahatan.
7)Political victims adalah korban karena lawan
polotiknya. Secara sosiologis, korban ini tidak
dapat dipertnggungjawabkan kecuali
adanya perubahan konstelasi politik (dalam
Lilik Mulyadi,2003:123-125).
6. Mendelsohn merumuskan
tipologi berdasarkan tingkat
kesalahan korban:
1. Korban yang benar-benar tidak bersalah
2. Koban memiliki sedikit kesalahan akibat
ketidak-tahuan
3. Kesalahan korban sama dengan pelaku
4. Korban lebih bersalah dari pelaku
5. Korban sendiri yang memiliki
kesalahan/paling bersalah
6. Korban imajinatif
7. Stephen Schafer mengatakan pada
prinsipnya terdapat 4 (empat) tipe /
ciri-ciri korban:
1. Orang yang tidak mempunyai kesalahan
apa-apa, tetapi tetap menjadi korban.
Untuk tipe ini, kesalahan ada pada pelaku
2. Korban secara sadar atau tidak sadar
telah melakukan sesuatu yang
merangsang orang lain untuk melakukan
kejahatan. Untuk tipe ini, korban
dinyatakan turut mempunyai andil dalam
terjadinya kejahatan sehingga kesalahan
terletak pada pelaku dan korban.
8. 3. Mereka yang secara biologis dan sosial
potensial menjadi korban. Anak-anak, orang
tua, orang yang cacat fisik atau mental,
orang miskin, golongan minotitas dan
sebagainya merupakan orang-orang yang
mudah menjadi korban. korban dalam hal ini
tidak dapat disalahkan tetapi masyarakatlah
yang harus bertanggung jawab.
4. Korban karena ia sendiri merupakan pelaku.
inilah yang dikatakan sebagai kejahatan
tanpa korban. Pelacuran, perjudian, zina,
merupakan beberapa kejahatan yang
tergolong kejahatan tanpa korban. pihak
yang bersalah adalah korban karena ia juga
sebagai pelaku
9. Sellin dan Wolfgang, mengelompokkan
korban sebagai berikut:
1) Primary victimization, yaitu korban berupa
individu perorangan (bukan kelompok).
2) Secondary victimization, yaitu korban kelompok,
misalnya badan hukum.
3) Tertiary victimization, yaitu korban masyarakat
luas.
4) No victimiazation, yaitu korban yang tidak dapat
diketahui, misalnya konsumen yang tertipu
dalam menggunakan produksi.