Sebuah presentasi ringan mengenai pedoman penyediaan, penyimpanan, peresepan, dan pemberian "Obat Kewaspadaan Tinggi" atau "High Alert Medications" di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit dituntut memiliki kebijakan dan panduan serta prosedur dalam mengawasi obat kewaspadaan tinggi, guna meningkatkan keselamatan pasien.
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Apotek : suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332 thn 2002, Kepmenkes No.1027 thn 2004)
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Aktivitas visite dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
Pengaruh berbagai faktor yang mempengaruhi respons penderita terhadap obat dan efikasi pengobatan menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan. Penyesuaian dosis sesuai perhitungan ataupun perkiraan (“scientific guess”), sebagai langkah awal yang masih memerlukan penyesuain dosis berdasarkan respons klinik dan atau kadar obat plasma.
Apotek : suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332 thn 2002, Kepmenkes No.1027 thn 2004)
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien adalah praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Aktivitas visite dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien.
Sharing proses penuaan bagi nakes dan kader kesehatan.
Oleh karena presentasi asli mengandung banyak video, silakan lihat update di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hPw0nfO7CPJUvxfJLg?e=DlLrKn
Materi ini ditujukan bagi penyuluhan kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja, terutama pada kesempatan penyuluhan posyandu remaja. Ulasan terbatas seputar perubahan fisik dan psikis pada masa remaja (pubertas), perubahan perilaku seksual, ancaman penyakit menular seksual pada perilaku seks yang tidak sehat, serta kehamilan pada usia dini.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Pembedahan merupakan salah satu layanan yang tersedia baik di fasilitas layanan primer seperti Puskesmas, maupun di rumah sakit. Standar keselamatan bedah umumnya ada di rumah sakit, namun pada akreditasi Puskesmas terkini, standar ini dibawa pada pelayanan yang bertumpu keselamatan pasien. Menjamin keselamatan pelayanan bedah (safe surgery) merupakan keniscayaan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Pasien jatuh dapat menyebabkan cedera dan kejadian yang tidak dikehendaki (KTD) atau adverse events di layanan kesehatan. Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh. Ini termasuk melakukan identifikasi potensi risiko, dan melakukan mitigasi risiko jatuh pada pasien.
Komunikasi efektif diperlukan untuk menjamin komunikasi antar profesional pemberi asuhan di Puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan dapat berjalan dengan cepat, tepat, informatif, dan tidak bermakna ganda. Hal ini juga meningkatan mutu dan keselamatan pasien selama pelayanan. Puskesmas menyusun standar terhadap tatacara komunikasi antar PPA selama asuhan pasien berjalan.
Sejumlah obat yang tersedia di pelayanan kesehatan merupakan golongan obat-obat yang perlu diwaspadai, karena kesalahan pemberian dapat berdampak fatal. Meskipun JCI tidak menerapkan konsep ini pada akreditasi layanan primer, namun konsep ini telah menjadi patokan dalam akreditasi Puskesmas saat ini. Sehingga Puskesmas perlu menyusun standar pelaksanaan kefarmasian yang mendukung keselamatan pasien.
Keselamatan pasien memiliki salah satu sasaran yang sangat penting, yaitu identifikasi pasien dengan benar; sehingga tidak terjadi kasus salah pasien pada pelayanan kesehatan, termasuk yang dilakukan di Puskesmas.
Identifikasi pasien memerlukan standar yang khusus, staf yang terlatih untuk melakukan evaluasi, dan melaporkannya ke dalam indikator nasional mutu Puskesmas.
Bagaimana tindakan medis mendapatkan persetujuan oleh pasien kepada klinisi atau tenaga medis yang merawatnya? Bagaimana jika pasien tidak bisa memberikan langsung persetujuannya? Siapa yang dapat mewakili pasien.
Tenaga kesehatan wajib memahami bagaimana informed consent didapatkan dari pasien sebelum melanjutkan intervensi apapun.
HFMEA atau FMEA di Puskesmas merupakan salah satu alat manajemen risiko yang cukup lengkap dan mudah digunakan, termasuk untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien di fasiltas layanan kesehatan.
Catatan: diperlukan diklat khusus untuk melatih kemampuan staf melakukan FMEA.
Bagaimana melakukan analisis akar masalah (RCA / root cause analysis) di Puskesmas? Penggunaan alat-alat bantu RCA seperti 5 Why, FMEA, Fishbone, Pareto, dan lain sebagainya untuk mempermudah staf.
Presentasi ini tidak bisa hadir solo, selayaknya ditemani oleh pelatihan penggunaan alat bantu terkait.
Plan--Study/Check-Act (PDSA/PDCA) merupakan salah satu modetode paling sederhana untuk mengatasi masalah dalam penerapan suatu program, layanan, atau proses baru di bidang kesehatan. Mempelajari bagaimana PDSA bekerja dapat memberikan kita pandangan bagaimana mengatasi masalah-masalah tersebut.
Presentasi ini merupakan pengantar pengelolaan standar, sasaran, dan langkah-langkah keselamatan pasien di Puskesmas (fasyankes primer). Pengelolaan tersebut termasuk penerapan standar-standar akreditasi mengenai keselamatan pasien dan pelaporan insiden keselamatan pasien ke KNKP.
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasI Putu Cahya Legawa
Bagaimana tim PPI merencanakan dan mengerjakan surveilans terkait HAIs di lingkungan pelayanan Puskesmas?
Presentasi ini memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana menyusun langkah-langkah survei PPI di faskes primer.
Mensinergikan pelayanan vaksinasi COVID-19 berbasis digital pada Puskesmas di Kabupaten Bantul. Dengan adanya pendaftaran secara digital lewat website, Puskesmas dapat mengelola kegiatan dan jadwal vakasinasi, sementara masyarakat dapat memilih lokasi dan jadwal vakasinasinya.
Vaksin Moderna (mRNA-1273) untuk pencegahan COVID-19 sudah ada di Indonesia. Presentasi ini memberikan pengenalan singkat mengenai vaksin yang memiliki basis teknologi mRNA.
Pedoman covid 19 - Persiapan Persalinan dengan COVID-19 di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
Memberikan gambaran bagaimana tata kelola proses persalinan ibu hamil yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19 di Puskesmas sebagai dampak pandemi dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan vertikal yang lebih tinggi.
3. Pendahuluan
• Kesalahan obat adalah salah satu masalah penyelenggaraan
kesehatan yang sangat bermakna, dan sering kali sebenarnya dapat
dicegah.
• Walau kebanyakan kesalahan obat tidak menyebabkan bahaya yang
mengancam bagi pasien; namun bisa menghasilkan kejadian yang
katastrofik (bencana) bagi hasil pengobatan.
• Dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit BAB III – Sasaran Keselamatan
Pasien, Sasaran ke-III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu
Diwaspadai, merupakan kunci standar peningkatan mutu rumah sakit
dalam hal mengelola obat-obat kewaspadaan tinggi (high alert
medication).
4. Pendahuluan
• Sejumlah obat memiliki batas keamanan yang sangat tipis, dan
berpotensi menyebabkan bahaya yang tinggi, sehingga diimplikasikan
sebagai kejadian yang tidak diinginkan dari sebuah obat.
• Konsekuensi kesalahan terkait dengan obat-obat ini bisa mengarah
terhadap kejadian cedera pada pasien, dan harus diawasi pengelolaan
secara ketat. Ini adalah obat kewaspadaan tinggi.
• Saat ini, rujukan yang digunakan adalah ISMP – Institute for Safe
Medication Practice, yang sudah memiliki 19 kategori dan 14 obat
khusus pada daftar Obat Kewaspadaan Tinggi.
6. Pengertian
• Obat-obat kewaspadaan tinggi adalah sejumlah obat yang memiliki
risiko mencederai pasien yang lebih tinggi dan serius ketika obat
tersebut digunakan secara keliru.
• Meskipun kesalahan pemberian “Obat Kewaspadaan Tinggi” bisa jadi
dan bisa juga tidak lebih jamak dibandingkan obat lainnya, namun
konsekuensi yang mengikuti kekeliruan dengan obat-obat ini dapat
menjadi hal yang serius bagi pasien.
8. Adrenergic agonist (IV)
(adrenaline,
noradrenaline)
Adrenergic antagonist
(IV)
(propranolol, labetalol)
Agen anaestesi (umum,
hirup, dan IV)
(propofol, ketamine,
dexmedetomidine)
Antiarrythimia (IV)
(lignocaine / lidocaine,
amiodarone)
Antifibrinolytic,
hemostatik.
Agen antithrombotic
(warfarin, heparin,
tenecteplase,
streptokinase)
Antibisa / antivenom
(ular laut, kobra, viper)
Agen kemoterapi
(parenteral dan oral)
Desktrosa, Hipertonik
20% atau lebih tinggi
Obat-obat epidural dan
intratekal
Injeksi Gliseril Trinitrat Obat-obat inotropik
(IV)
(digoxin, dobutamine,
dopamine)
Insulin (subkutan dan
IV)
Injeksi magnesium
sulfat
Agen neromuscular
blocking
(pancuronium,
atracurium,
rocuronium,
vecuronium)
Opiat & Narkotik Bahan nutrisi
parenteral
Injeksi garam potasium Larutan sodium klorida
(lebih tinggi dari 0,9%)
Agen sedasi sedang (IV)
9. Faktor Risiko Umum
• Permintaan resep obat yang tulisannya sulit terbaca/dibaca.
• Prosedur pengenceran yang keliru.
• Kebingungan antara persiapan IM, IV, Intratekal, Epidural.
• Kebingungan antara kekuatan yang berbeda dari obat yang sama.
• Keambiguan pelabelan pada konsentrasi dan volume total obat.
• Laju infus yang keliru.
• Produk yang tampak atau terdengar sama, atau pemaketan produk
serupa (LASA / NORUM).
10. Mengelola Obat Kewaspadaan Tinggi
• Obat kewaspadaan tinggi harus diresepkan, disimpan, dan diberikan
sesuai yang terbukti aman.
• Obat kewaspadaan tinggi harus diberikan label “HIGH ALERT
MEDICATION” atau “OBAT KEWASPADAAN TINGGI” (gunakan salah
satu saja) pada:
• Rak / lemari obat
• Kotak obat
• Paket produk obat
• Vial atau ampul tunggal.
11. Contoh Label
Label dibuat mencolok
Label bisa menggunakan pembeda dengan
sistem huruf-KAPITAL pada kasus LASA
13. Pada rak atau lemari obat di bagian farmasi rumah
sakit juga harus berisi keterangan “OBAT
KEWASPADAAN TINGGI”.
• Harus dicek dua kali sebelum disiapkan,
disalurkan, dan diberikan ke pasien. Sistem harus
disiapkan untuk ini.
• Petugas farmasi harus dibantu petugas farmasi
lainnya memverifikasi obat sebelum disalurkan.
• Setiap perubahan merk/warna/persiapan obat
harus disampaikan kepada pengguna ASAP.
• Semua peralatan yang digunakan dalam
menyiapkan dan/atau pemberian harus dikalibrasi
dan dirawat sesuai dengan SPO.
• Semua staf yang terlibat dalam menangani obat
harus dididik mengenai panduan “OBAT
KEWASPADAAN TINGGI”.
14. Strategi Menghindari Kesalahan
Bagaimana mengelola OBAT KEWASPADAAN TINGGI sehingga bisa mengurangi
kesalahan dan risiko yang muncul ketika meresepkan, mengeluarkan, hingga
memberikannya ke pasien.
15. Pembelian / Penyediaan
• Batasi kekuatan obat yang tersedia dalam formularium pada setiap
fasilitas layanan kesehatan.
• Hindari perubahan merk atau warna yang terlalu sering. Beri tahu
pengguna akhir ketika ada perubahan.
• Beri tahu semua petugas yang terkait mengenai daftar OBAT
KEWASPADAAN TINGGI terbaru di lingkungan rumah sakit.
• Mendorong pembelian peralatan dan bahan habis pakai yang
memiliki fitur keamanan bagi pemberian obat yang aman.
16. Penyimpanan
• Semua petugas harus membaca label “Obat Kewaspadaan Tinggi” secara
seksama sebelum menyimpan obat dan disimpan pada tempat yang tepat.
• Semua “Obat Kewaspadaan Tinggi” harus disimpan dalam wadah yang
tersendiri dengan labelnya sendiri. Jika memungkinkan, hindari obat-obat
LASA atau yang berkuatan beda, disimpan berdampingan, berjejeran.
• Gunakan huruf-KAPITAL untuk menekankan perbedaan nama obat (misal:
DOPamine dan DOBUTamine).
• Batasi stok obat di bangsal hingga ke kebutuhan standar. Kurangi kuantitas
dan variasi kekuatan/persiapan yang disimpan.
• Labeli semua wadah yang digunakan untuk obat kewaspadaan tinggi
sebagai “OBAT KEWASPADAAN TINGGI” atau “HIGH ALERT MEDICATION”.
17. Peresepan
• Gunakan formulir standar untuk pesanan tertulis akan obat-obat sitotoksik
dan nutrisi parenteral.
• Jangan menggunakan singkatan saat meresepkan.
• Tulis dosis spesifik, rute dan laju infus untuk peresepan.
• Resepkan obat-obat cairan per oral dengan dosis spesifikasik dalam
miligram.
• Jangan mungkinan koma NOL dalam peresepan (misal 5,0 mg bisa salah
dibaca sebagai 50 mg).
• Gunakan penulisan resep terkomputerisasi sepenuh mungkin, guna
menghilangkan tulisan tangan yang tidak terbaca dan kesalahan
interpretasi. Fitur keamanan harus ditanamkan dalam sistem komputer.
18. Penyiapan
• Bangun sistem kendali periksa bagi
semua penyiapan yang melibatkan
obat kewaspadaan tinggi.
• Perhitungan melibatkan:
• Obat-obat sitotoksik dan nutrisi
parenteral akan secara independen
diperiksa oleh apoteker lainnya.
• Penyiapan mendadak akan secara
independen diperiksa oleh petugas
farmasi/apoteker lainnya.
• Semua obat yang diencerkan
HARUS dilabeli dengan nama dan
kekuatan SEGERA pasca
pengenceran.
19. Penyaluran / Suplai / Dispensing
• Semua wadah obat kewaspadaan tinggi, termasuk paket produk, dan
vial/ampul tunggal yang diminta ke bangsal/unit harus dilabeli
sebagai “OBAT KEWASPADAAN TINGGI”.
• Obat kewaspadaan tinggi yang disalurkan kepada pasien harus
dilabeli sebagai “OBAT KEWASPADAAN TINGGI”
• Obat kewaspadaan tinggi sebelum disalurkan harus dilakukan
pengontrolan dengan pemeriksaan.
• Obat kewaspadaan tinggi akan diperiksa saat diterima oleh petugas
pelayanan kesehatan.
20. Pemberian
• Hal-hal berikut harus diperiksa dua kali secara terpisah terhadap
resep atau daftar obat pada catatan pasien oleh dua orang yang layak
sebelum pemberian obat:
• Nama pasien dan identifikasi unik (misal nomor RM)
• Nama dan kekuatan obat
• Dosis
• Jalur dan laju
• Tanggal kedaluwarsa
• Beri label pada akhiran distal semua jalur akses untuk membedakan
jalur intravena dan epidural.
21. • Pastikan tidak ada hambatan/gangguan selama pemberian obat ke
pasien dengan menggunakan pencegahan khusus (misal dengan
mengenakan APD).
• Kembalikan semua penyiapan resep khusus yang tidak digunakan
atau yang tersisa ke farmasi ketika tidak diperlukan lagi.
• Pastikan pemberian intratekal, obat sitotoksik, analgesia epidural, dan
nutrisi parenteral dilakukan oleh petugas terlatih dan kompeten.
• Hindari meminta obat kewaspadaan tinggi secara verbal / oral. Jika
dalam situasi darurat, permintaan per telepon harus diulangi dan
diverifikasi.
22. Pemantauan
• Pantau secara seksama tanda vital, data laboratorium, respons pasien
sebelum dan sesudah pemberian obat kewaspadaan tinggi.
• Sediakan selalu antidotum dan peralatan resusitasi di setiap bangsal /
unit yang memberikan obat kewaspadaan tinggi.
23. Pelatihan
• Semua petugas harus dilatih untuk menangani Obat Kewaspadaan
Tinggi dan staf dokumentasi harus dilatih untuk mencegah kesalahan
/ kekeliruan yang mungkin terjadi, dan membuat mereka mampu
merespons dengan segera ketika kesalahan memang terjadi.
24. Daftar Bacaan
• ISMP List of High-Alert Medications in Acute Care Setting. Institute for
Safe Medication Practices.
• ISMP List of Confused Drug Names. Institute for Safe Medication
Practices.
• Guideline on Safe Use of High Alert Medications. Pharmaceutical
Service Division, Ministry of Health Malaysia.