Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai proses penuaan dan perawatan lansia. Beberapa perubahan fisiologis utama pada penuaan dijelaskan seperti perubahan pada jantung, paru-paru, tulang, sendi, kulit, dan organ-organ lain. Berbagai kondisi kesehatan yang umum terjadi pada lansia diuraikan, seperti penyakit jantung, kanker, demensia, gangguan keseimbangan dan mobilitas, serta mas
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...Muh Saleh
Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari tertular COVID-19
Pedoman ini merupakan revisi dari Pedoman serupa yang dikeluarkan pada 26 Maret 2020 dengan perubahan pada beberapa substansi sesuai perkembangan situasi dan rekomendasi terbaru dari organisasi profesi terkait. Pada pedoman ini dijelaskan mengenai Prinsip Pencegahan COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan terkait pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...Muh Saleh
Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari tertular COVID-19
Pedoman ini merupakan revisi dari Pedoman serupa yang dikeluarkan pada 26 Maret 2020 dengan perubahan pada beberapa substansi sesuai perkembangan situasi dan rekomendasi terbaru dari organisasi profesi terkait. Pada pedoman ini dijelaskan mengenai Prinsip Pencegahan COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan terkait pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Inti dari diet hipertensi adalah konsumsi makanaan dengan gizi seimbang (KH, Sayuran, Buah, Air, Lauk Hewani, dan Lauk Nabati) serta jangan lupan untuk olahraga. selain itu batasi konsumsi makanan yang mengandung Natrium/garam tinggi. salam sehat!
puskesmas santun lansia salah satu inovasi untuk meningkatkan akses pada penduduk lansia dan mendukung SPM Bidang Kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan bagi lansia
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Inti dari diet hipertensi adalah konsumsi makanaan dengan gizi seimbang (KH, Sayuran, Buah, Air, Lauk Hewani, dan Lauk Nabati) serta jangan lupan untuk olahraga. selain itu batasi konsumsi makanan yang mengandung Natrium/garam tinggi. salam sehat!
puskesmas santun lansia salah satu inovasi untuk meningkatkan akses pada penduduk lansia dan mendukung SPM Bidang Kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan bagi lansia
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Materi ini ditujukan bagi penyuluhan kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja, terutama pada kesempatan penyuluhan posyandu remaja. Ulasan terbatas seputar perubahan fisik dan psikis pada masa remaja (pubertas), perubahan perilaku seksual, ancaman penyakit menular seksual pada perilaku seks yang tidak sehat, serta kehamilan pada usia dini.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Pembedahan merupakan salah satu layanan yang tersedia baik di fasilitas layanan primer seperti Puskesmas, maupun di rumah sakit. Standar keselamatan bedah umumnya ada di rumah sakit, namun pada akreditasi Puskesmas terkini, standar ini dibawa pada pelayanan yang bertumpu keselamatan pasien. Menjamin keselamatan pelayanan bedah (safe surgery) merupakan keniscayaan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Pasien jatuh dapat menyebabkan cedera dan kejadian yang tidak dikehendaki (KTD) atau adverse events di layanan kesehatan. Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh. Ini termasuk melakukan identifikasi potensi risiko, dan melakukan mitigasi risiko jatuh pada pasien.
Komunikasi efektif diperlukan untuk menjamin komunikasi antar profesional pemberi asuhan di Puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan dapat berjalan dengan cepat, tepat, informatif, dan tidak bermakna ganda. Hal ini juga meningkatan mutu dan keselamatan pasien selama pelayanan. Puskesmas menyusun standar terhadap tatacara komunikasi antar PPA selama asuhan pasien berjalan.
Sejumlah obat yang tersedia di pelayanan kesehatan merupakan golongan obat-obat yang perlu diwaspadai, karena kesalahan pemberian dapat berdampak fatal. Meskipun JCI tidak menerapkan konsep ini pada akreditasi layanan primer, namun konsep ini telah menjadi patokan dalam akreditasi Puskesmas saat ini. Sehingga Puskesmas perlu menyusun standar pelaksanaan kefarmasian yang mendukung keselamatan pasien.
Keselamatan pasien memiliki salah satu sasaran yang sangat penting, yaitu identifikasi pasien dengan benar; sehingga tidak terjadi kasus salah pasien pada pelayanan kesehatan, termasuk yang dilakukan di Puskesmas.
Identifikasi pasien memerlukan standar yang khusus, staf yang terlatih untuk melakukan evaluasi, dan melaporkannya ke dalam indikator nasional mutu Puskesmas.
Bagaimana tindakan medis mendapatkan persetujuan oleh pasien kepada klinisi atau tenaga medis yang merawatnya? Bagaimana jika pasien tidak bisa memberikan langsung persetujuannya? Siapa yang dapat mewakili pasien.
Tenaga kesehatan wajib memahami bagaimana informed consent didapatkan dari pasien sebelum melanjutkan intervensi apapun.
HFMEA atau FMEA di Puskesmas merupakan salah satu alat manajemen risiko yang cukup lengkap dan mudah digunakan, termasuk untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien di fasiltas layanan kesehatan.
Catatan: diperlukan diklat khusus untuk melatih kemampuan staf melakukan FMEA.
Bagaimana melakukan analisis akar masalah (RCA / root cause analysis) di Puskesmas? Penggunaan alat-alat bantu RCA seperti 5 Why, FMEA, Fishbone, Pareto, dan lain sebagainya untuk mempermudah staf.
Presentasi ini tidak bisa hadir solo, selayaknya ditemani oleh pelatihan penggunaan alat bantu terkait.
Plan--Study/Check-Act (PDSA/PDCA) merupakan salah satu modetode paling sederhana untuk mengatasi masalah dalam penerapan suatu program, layanan, atau proses baru di bidang kesehatan. Mempelajari bagaimana PDSA bekerja dapat memberikan kita pandangan bagaimana mengatasi masalah-masalah tersebut.
Presentasi ini merupakan pengantar pengelolaan standar, sasaran, dan langkah-langkah keselamatan pasien di Puskesmas (fasyankes primer). Pengelolaan tersebut termasuk penerapan standar-standar akreditasi mengenai keselamatan pasien dan pelaporan insiden keselamatan pasien ke KNKP.
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasI Putu Cahya Legawa
Bagaimana tim PPI merencanakan dan mengerjakan surveilans terkait HAIs di lingkungan pelayanan Puskesmas?
Presentasi ini memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana menyusun langkah-langkah survei PPI di faskes primer.
Mensinergikan pelayanan vaksinasi COVID-19 berbasis digital pada Puskesmas di Kabupaten Bantul. Dengan adanya pendaftaran secara digital lewat website, Puskesmas dapat mengelola kegiatan dan jadwal vakasinasi, sementara masyarakat dapat memilih lokasi dan jadwal vakasinasinya.
Vaksin Moderna (mRNA-1273) untuk pencegahan COVID-19 sudah ada di Indonesia. Presentasi ini memberikan pengenalan singkat mengenai vaksin yang memiliki basis teknologi mRNA.
Pedoman covid 19 - Persiapan Persalinan dengan COVID-19 di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
Memberikan gambaran bagaimana tata kelola proses persalinan ibu hamil yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19 di Puskesmas sebagai dampak pandemi dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan vertikal yang lebih tinggi.
Bagaimana Puskesmas dapat mempersiapkan diri dalam melaksanakan vaksinasi COVID-19 dengan produk dari AstraZeneca: AZD-1222.
Catatan: sejumlah salinda menggunakan plugin eksklusif dari PowerPoint yang mungkin tidak akan tampil baik pada situs ini. Silakan hubungi pemiliki untuk mendapatkan salinda asali.
4. P E N U A A N
• Penuaan adalah proses yang
alami.
• Merupakan proses penurunan
yang terus menerus atau
kehilangan fungsi fisiologis
pada tingkat molekuler,
seluler, dan organisme yang
menyebabkan peningkatan
kerentanan terhadap penyakit
dan kematian.
• Merupakan hasil dari faktor
lingkungan dan genetik, yang
disebabkan oleh kerusakan
DNA dan ketidakteraturan
genetik.
5. P E R U B A H A N
Penuaan
Jantung
pembuluh
Pernapasan
Pencernaan
Hati dan
empedu
Darah
Ginjal
Sistem saraf
Kulit
Hormon
Tulang
9. P E N G K A J I A N G E R I AT R I K M E N Y E L U R U H
Apa? Bagaimana? Dengan apa?
Aktivitas hidup sehari-
hari dasar (ADL)
Kemampuan untuk merawat dari,
perpindahan dan berkemih secara wajar.
Indeks Barthel
ADL instrumental Kemampuan untuk berbelanja, memasak,
bersih-bersih, dan mengelola keuangan
Lawton & Brody
Aktivitas dan dukungan
sosial
Perpanjangan jejaring dan kesertaan
dalam kegiatan kemasyarakatan
Skala “Lubben social network”
Kognisi Ke-awas-an, orientasi, perhatian, dan
kemampuan melakukan pekerjaan rumit
Pemeriksaan “Folstein mini-mental state,”
Pemeriksaan “Addenbrooke’s cognitive,”
Skala “Rowland’s universal dementia
assessment.”
Kesehatan mental Derajat seseorang merasa depresi atau
cemas
Skala depresi geriatrik
Mobilitas Kajian cara jalan, keseimbangan, dan
risiko jatuh.
Pemeriksaan “Tinetti performance-
oriented mobility,” Tes “time up and go.”
Nutrisi Status gizi saat ini dan risiko malnutrisi Pengkajian mini-nutritional.
11. J A N T U N G P E M B U L U H
Kondisi jantung pembuluh pada lansia.
12. P E N YA K I T J A N T U N G P E M B U L U H
Sumber: Denardo SJ, Gong Y, Nichols WW, Messerli FH, Bavry AA,
Cooper-Dehoff RM, et al. Blood pressure and outcomes in very
old hypertensive coronary artery disease patients: an INVEST sub-
study. Am J Med. 2010;123:719–26
13. S E J U M L A H P E N YA K I T
J A N T U N G P E M B U L U H
• CAD (Penyakit Jantung Koroner)
• Gagal jantung
• Aritmia jantung
• Penyakit katup jantung
• Endokarditis infeksi
14.
15. G I N J A L
Kondisi ginjal dan saluran kemih pada
lansia.
16. S E J U M L A H
P E N YA K I T
G I N J A L
• Misal karena penyakit jantung
• Atau karena obat (OAINS, Antibiotik
beta-laktam dan aminoglikosida,
ACEi, ARB, Statis, kontras, diuretik
(loop, thiazide), PPI, obat-obat
osteoporosis.
AKI (Cedera Ginjal Akut)
• Umumnya oleh hipertensi dan/atau
diabetes.
CKD (Penyakit Ginjal
Kronik)
ESRD (Gagal Ginjal)
18. K E S E H ATA N M E N TA L
Permasalahan mental umum pada lansia.
19. H U B U N GA N
• Kondisi fisik (atau
pengobatannya) menyebabkan
gejala psikologis.
• Kondisi mental (atau
pengobatannya) menyebabkan
gejala fisik.
• Kondisi terpisah menyebabkan
baik gejala mental maupun fisik.
K ON D ISI PSIK IATR I U MU M
• Gangguan mood (depresi ~5-32% dan
mania ~0,1-0,5%)
• Gangguan cemas ~15% Fobia,
misal agorafobia, lebih jarang lagi
gangguan panik, OCD, PTSD
• Gangguan psikosis skizofrenia
• Gangguan kognitif
• Bunuh diri
P E N D E K ATA N K E S E H ATA N M E N TA L
20. D E L I R I U M
( B I N G U N G )
• Bisa disebabkan oleh:
Depresi
Mania
Cemas
Psikosis
21. K O N D I S I
N E U R O L O G I S
• Nyeri (jenis apa pun)
• Epilepsi (umumnya kejang
kompleks parsial): gangguan
mood, psikosis, perubahan
kognitif
• Hidrosefalus (tekanan
normal): apati, inersia,
perubahan kognitif
22. P E N Y A K I T
E N D O K R I N / H O R M O N A L
• Hipotiroidisme: depresi,
perubahan kognitif, psikosis
• Hipertiroidisme: cemas,
mania/bercampur kondisi
afektif, psikosis
• Sindrom Cushing: lelah,
depresi, perubahan kognitif
• Penyakit Addison: apati,
depresi
23. M A S A L A H M E TA B O L I K
ATA U G I Z I
• Defisiensi B12/Folat: mengarah pada
depresi
• Anemia: kelelahan, mengarah pada depresi
• Hiperkalsemia: depresi, perubahan kognitif
• Hipoglikemia: cemas, sensitif, perubahan
kognitif
24. S A L U R A N N A PA S
• OSA (Apnea Tidur
Obstruktif): dapat mengarah
pada kurangnya motivasi,
letargi, disforia.
25. K A N K E R
Dapat secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi perubahan mood,
psikosis.
26. O B AT
• Opiat/benzodiazepin: depresi,
cemas, perubahan kognitif
• Antihipertensi: depresi, cemas
(penyekat beta, penyekat
kalsium)
• Kortikosteroid: depresi,
cemas, perubahan kognitif,
atau mania/psikosis
• Anti-parkinson
(doparminergik): psikosis,
cemas/depresi, kecanduan
berjudi
• Anti-epilepsi: depresi,
perubahan kognitif
27. Z AT T E R T E N T U
• Kafein: cemas, insomnia
• Nikotin: cemas
• Alkohol: depresi, cemas, perubahan kognitif
28. K E S E H ATA N M ATA
Apa saja masalah mata pada lansia?
29. M A S A L A H M ATA
U M U M PA D A
L A N S I A
Presbiopia
Katarak
Degenerasi
makular
33. M A S A L A H L A I N
PA D A M ATA
Mata kering
Kantung mata
Glaukoma
Floater
34. G I G I D A N M U L U T
Apa saja masalah gigi dan mulut pada lansia
35. K O N D I S I G I G I U M U M PA D A L A N S I A
• Edentulisme (ompong)
• Karies (gigi berlubang)
• Penyakit periodontal
36. K O N D I S I M U L U T PA D A L A N S I A
Mulut kering
Dampak
penggunaan
gigi palsu
(denture)
Infeksi jamur
Penebalan
permukaan
mulut
Kanker mulut
38. G A M B A R A N U M U M
Populasi global menua
angka harapan hidup
meningkat meningkatnya
jumlah lansia dengan kanker.
Insiden kanker paling tinggi di
usia 65-85 tahun, sekitar 8%
ada di atas usia 85%
Kanker paling umum di atas
usia 85 tahun: payudara,
kolorektal, prostat dan paru.
39.
40. K U L I T
Perubahan dan kondisi kulit pada lansia
42. P R U R I T U S ( G ATA L - G ATA L )
• Pruritus dapat disebabkan oleh pola tidur yang buruk, gangguan konsentrasi,
emosi dan depresi.
• Dapat muncul dengan ruam atau tanpa ruam.
• Pruritus tanpa ruam bisa disebabkan oleh xerosis atau karena kondisi sistemik,
misal:
CDK (uremic pruritus), penyakit hati-empedu (cholestatic pruritus), defisiensi zat besi,
hipotiroidisme, diabetes melitus (gatal neuropati), neoplasma (kanker/tumor,
khususnya limfoma).
43. X E R O S I S D A N
D E R M AT I T I S
A S T E O TAT I K
67. K O N D I S I L A I N
Gangguan berjalan, penurunan
fungsi kognitif, demensia,
pingsan, sarkopenia, nyeri
kepala, delirium
68. G A N G G U A N G A Y A B E R J A L A N
• Penuaan tidak harus disertai dengan gaya berjalan yang tidak
teratur, beberapa lansia mempertahankan gaya berjalan normal ke
usia 90-an.
• Dengan penuaan, ada penurunan massa, fleksibilitas dan kekuatan
otot bersama dengan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
• Perubahan utama gaya berjalan adalah pengurangan keseluruhan
jangkauan, jumlah, dan kecepatan langkah.
• Jenis Gaya Berjalan
1. Gangguan gaya berjalan Frontal – Langkah-langkah pendek,
kehilangan keseimbangan, kaku tetapi dengan basis yang lebih
luas dan postur tegak, tidak seperti di Parkinsonisme;
2. Gaya berjalan spastik: langkah pendek, selang-seling, kaku
dengan sedikit fleksi di pinggul dan, dalam bentuk ekstrem,
tidak bersambung;
3. Ataksia serebelar – menyimpang luas setahap demi setahap;
4. Ataksia sensoris - pincang dan ketidakseimbangan yang tinggi;
5. Gaya berjalan ekstrapiramidal – selang-seling, berbasis sempit,
kesulitan memulai dan berputar;
6. Gaya berjalan antalgia - mengadopsi fase pincang yang sangat
singkat;
7. Gaya berjalan trendelenburg: Pergeseran berat di sisi yang
terkena dampak.
• Penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat diterima
yang terkait dengan gangguan gaya berjalan dan untuk mengobati
patologi yang dapat diperbaiki.
• Jika satu penyebab tunggal tidak dapat diidentifikasi tetapi banyak
proses potensial ditemukan, manajemen harus diarahkan untuk
Aki pada lansia sering kali multifaktorial. Manajemen AKI yang mendukung akan melibatkan pengidentifikasian dan penghentian nefrotoksin, yang mencakup beberapa obat com-mon, meminimalkan kontributor postrenal untuk AKI dan manajemen cairan yang cermat.
Lansia yang paling berisiko AKI termasuk mereka yang memiliki CKD yang sudah ada sebelumnya, mereka yang berusia lebih tua, dan mereka yang memiliki faktor risiko kardiovaskular atau komorbiditas. Mengidentifikasi pasien ini dan meminimalkan nefrotoksin yang lebih baik dapat mencegah perkembangan AKI.
Prevalensi CKD pada lansia meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, orang harus menyadari bahwa persamaan estimasi laju filtrasi glomerulus berbasis kreatinin mungkin tidak sepenuhnya akurat pada orang tua.
CKD dapat dikaitkan dengan komplikasi metabolik seperti anemia, asidosis dan hiperfosfataemia dan hipertensi, yang mungkin memerlukan pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup dan menunda perkembangan CKD lebih lanjut.
Keputusan manajemen CKD sangat individual pada orang tua, tergantung pada faktor -faktor seperti komorbiditas, kelemahan dan, di atas segalanya, dampak terapi potensial terhadap kualitas hidup.
Lansia dengan ESRD memiliki prevalensi kelemahan yang tinggi dan dengan demikian lebih rentan terhadap stres yang terkait dengan komorbiditas dan dialisis mereka sendiri. Inisiasi dialisis dapat disertai dengan risiko medis yang lebih tinggi dan beban psikososial.
Pada pasien usia lanjut dengan ESRD, risiko kematian melebihi risiko membutuhkan hemodialisis. Oleh karena itu, manajemen gejala terkait ESRD dan diskusi awal dengan pasien mengenai prioritas, keinginan, dan prognosis mereka sangat penting untuk mengoptimalkan perawatan.
Retensi gigi alami menjadi lebih umum pada orang tua, tetapi ketidakmampuan untuk mempertahankan kebersihan oral yang baik menyebabkan peningkatan insiden karies dan penyakit periodontal.
Saat ini, kehilangan gigi tambahan lebih umum daripada edentulisme pada orang tua, dan ini menimbulkan masalah berkelanjutan dengan ekstraksi gigi dan penyediaan prostesis kompleks.
Karies gigi tetap menjadi masalah kesehatan mulut utama pada lansia dentate dan pelestarian gigi membutuhkan kunjungan gigi, perawatan, dan perawatan kesehatan mulut preventif.
Ada peningkatan prevalensi penyakit periodontal dengan usia lanjut karena kebersihan mulut yang buruk dan, ketika tidak diobati, akan menyebabkan pembentukan abses dan akhirnya kehilangan gigi
Mulut kering lebih umum pada orang tua dan itu mempengaruhi kualitas hidup. Pengobatan bertujuan untuk menangani faktor -faktor penyebab dan langkah -langkah pencegahan terhadap perkembangan karies, penyakit periodontal dan kandidiasis.Candidiasis adalah umum pada orang tua, terutama mereka yang mengenakan gigi palsu dan mereka yang immunocompromised. Manajemen termasuk pengobatan kondisi predisposisi dan dengan antijamur.Kanker oral adalah penyakit yang fatal, umum pada pria tua. Prognosis baik dengan diagnosis dan pengobatan dini.Osteonekrosis terkait obat dari rahang (MRonj) adalah kondisi buruk yang mempengaruhi pasien yang menerima bifosfonat. Langkah-langkah pencegahan harus dilakukan sebelum dimulainya pengobatan untuk menghindari prosedur gigi invasif di masa depan yang dapat memicu kondisi yang seringkali ini.
Perubahan intrinsik dalam kandungan penghalang dan lipid, penggunaan sabun dan deterjen, mandi berkepanjangan atau sering dalam air panas dan terlalu sering menggunakan pemanas dan pendingin udara berkontribusi pada xerosis. Xerosis mungkin atau mungkin tidak terkait dengan pruritus, tetapi merupakan penyebab umum pruritus. Eksim asteatotik adalah dermatitis yang disebabkan oleh xerosis dan hadir sebagai plak difus eritematosa dengan sisik halus, sering pada kaki. Ini adalah kondisi eczematosa yang paling umum dari orang tua. Xerosis umum dan refraktori pada orang tua dapat terjadi sebagai sindrom paraneoplastik, dan pasien ini harus diselidiki untuk limfoma.
Pengobatan xerosis dan dermatitis asteatotik adalah sama dan termasuk penggunaan liberal pelembab yang diaplikasikan tiga kali sehari, penghindaran sabun, dan pemandian hangat. Pelembab yang kurang berminyak seperti 10% urea dalam krim sorbolene mungkin lebih disukai di siang hari, dan salep emolien berbasis parafin yang lebih tebal dapat digunakan di malam hari. Steroid topikal potensi sedang juga mungkin diperlukan pada awalnya. Xerosis dan eksim asteatotik juga diperburuk oleh kelembaban ambien rendah dan lebih umum selama musim dingin.
Dermatitis seboroik dianggap karena respons inang yang menyimpang terhadap jamur Malassezia. Ini menyajikan serpihan bersisik pada alas eritematosa di kulit kepala, dahi, alis, di sepanjang lipatan nasolabial dan lipatan melolabial, serta dada pusat dan selangkangan. Ini dapat menyebabkan pruritus terlokalisasi dan dapat dikaitkan dengan kecemasan. Ini dapat dilihat dengan meningkatnya frekuensi pada penyakit Parkinson dan setelah stroke. Kehilangan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari -hari juga merupakan faktor risiko untuk dermatitis seboro.
Perawatan terdiri dari agen antijamur topikal seperti sampo antijamur untuk kulit kepala dan krim yang mengandung azole topikal untuk kulit. Inhibitor kalsineurin topikal seperti tacrolimus topikal juga dapat berguna karena mereka dapat secara signifikan meningkatkan pruritus, yang mungkin terkait dengan dermatitis seboroik. Pelembab yang mengandung urea juga bermanfaat.
Eksim vena adalah bagian dari spektrum penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan vena yang mempengaruhi sekitar 20% orang berusia di atas 70 tahun. Tanda -tanda awal insufisiensi vena termasuk edema kaki yang lebih rendah, hiperpigmentasi (karena deposisi haemosiderin) dan eksim vena. Gejala awal insufisiensi vena termasuk rasa sakit, ketidaknyamanan dan pruritus. Eksim vena, juga dikenal sebagai stasis dermatitis atau eksim hipostatik, hadir sebagai ruam eritematosa, penskalaan pada kaki bagian bawah yang dapat mengembangkan kerak, mengeluarkan dan erosi yang disebabkan oleh goresan. Tanda -tanda insufisiensi vena kemudian termasuk lipodermatosclerosis dan ulkus vena. Lipodermatosclerosis menggambarkan perubahan kulit fibrotik dari kaki bagian bawah yang pada akhirnya menghasilkan penampilan botol sampanye terbalik. Ulkus vena terjadi di bawah lutut dan biasanya pada pergelangan kaki medial dan kaki bagian bawah medial. Eksim yang memburuk dari kaki bagian bawah dan ulserasi vena mengalami infeksi bakteri sekunder.
Eksim vena diperlakukan pada awalnya dengan penghindaran sabun, penggunaan pelembab dan steroid topikal yang cukup kuat, sering kali dikombinasikan dengan pembalut basah sampai eksimnya mengendap. Langkah -langkah pencegahan kemudian digunakan, terdiri dari stoking kompresi yang dikenakan selama jam bangun dan pelembab yang diaplikasikan pada malam hari. Hasil kompresi yang lebih tinggi dalam peningkatan pengembalian vena; Namun, kompresi yang lebih ringan (kelas I) mungkin lebih praktis untuk beberapa pasien. Ulkus vena sering diobati dengan sistem perban kompresi berlapis-lapis yang terdiri dari lapisan kontak luka non-tongkat, perban empuk, perban kompresi dan perban kohesif yang fleksibel untuk menahan kompresi di tempatnya. Perban diubah setiap minggu atau lebih sering jika ada eksudat yang signifikan. Kompresi tidak boleh digunakan jika ada insufisiensi arteri signifikan bersamaan. Jika kompresi intensif seperti sistem perban kompresi berlapis-lapis tidak efektif, pengobatan insufisiensi vena yang lebih pasti dapat dilakukan dengan skleroterapi yang dipandu ultrasound dan teknik rawat jalan lainnya seperti ablasi endovenous. Prosedur invasif minimal ini memiliki keuntungan pada orang tua karena tidak membutuhkan anestesi umum.
Dalam sebuah studi OA pada orang tua, meskipun ada korelasi antara bukti klinis dan radiologis, sering tanda klinis hadir tanpa bukti radiologis. Di sisi lain, perubahan radiologis sedang hingga berat hadir tanpa tanda -tanda klinis. Pada tahap awal, OA tidak menunjukkan gejala. Bentuk nodal hadir sebagai node Heberden dan Bouchard di sendi interphalangeal distal dan proksimal. PHalangeal carpometacarpal pertama dan sendi falangeal metatarsal pertama terutama terlibat. Subset osteoartritis primer adalah radang erosif OA yang ditandai oleh OA destruktif cepat dari bahu dan lebih jarang berlutut pada orang tua. Ini menyakitkan dan dikaitkan dengan osteoporosis tangan dan erosi.
Keterlibatan sendi carpometacarpal dari ibu jari menimbulkan pergerakan sendi terbatas dengan kompensasi hiper-ekstensibilitas sendi metakarpophalangeal. Ada juga subluksasi pada sendi carpometacarpal, menyebabkan tulang metacarpal menonjol ke luar. Dengan perkembangan penyakit, penculik atrofi ibu jari yang mengakibatkan kontraktur adduksi. Dalam sebuah studi terhadap 1041 subjek berusia 71-100 tahun, 30%di antaranya adalah laki -laki, prevalensi OA tangan simptomatik lebih tinggi pada wanita (26,2%) daripada pada pria (3,4%). OA tangan simptomatik adalah umum di antara para penatua dan merusak fungsi tangan. Tidak ada korelasi antara nyeri dan bukti radiologis atau patologis penyakit. Sendi lain yang sebagian besar terlibat adalah sendi penahan berat badan, pinggul dan lutut. Pasien kebanyakan memiliki kekakuan dan rasa sakit, lega dengan istirahat dan dapat 'mengunci' atau 'memberi jalan' seperti kerusakan internal pada tulang rawan.
Meskipun tidak ada obat untuk osteoartritis (OA), gejala dapat dikendalikan oleh perubahan gaya hidup, aktivitas fisik, obat-obatan dan pembedahan. Obesitas adalah faktor risiko penting, dan telah ditunjukkan bahwa dengan pengurangan berat badan 10%, telah terjadi peningkatan 50% dalam gejala. Program latihan individual untuk menargetkan penguatan otot (peregangan, latihan fleksibilitas) direkomendasikan. Nyeri pada osteoartritis dapat dibantu dengan obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan parasetamol. NSAID dianggap sebagai obat pilihan pertama pilihan untuk osteoartritis, tetapi karena efeknya yang merugikan, parasetamol lebih disukai untuk nyeri ringan dan sedang di OA. Menggunakan persiapan topikal seperti gel natrium diklofenak mengurangi efek samping gastrointestinal. Capsaicin topikal adalah agen topikal lainnya. Duloxetine, antidepresan, telah digunakan untuk mengobati nyeri kronis, termasuk nyeri karena OA. Studi tentang glukosamin dan kondroitin sulfat dalam osteoartritis telah menunjukkan hasil yang beragam. Menurut beberapa, mereka mungkin memberikan bantuan sederhana pada beberapa pasien dengan OA. Yang lain menunjukkan bahwa tidak ada bukti klinis bahwa itu efektif dalam pengobatan nyeri lutut ringan dari OA. Baru -baru ini, terapi kondroitin sulfat ditambah glukosamin sulfat atau kondroitin sulfat ditambah glukosamin hidroklorida dalam OA eksperimental tidak meningkatkan kerusakan struktural atau memperbaiki radang jaringan sendi. American College of Rheumatology dalam pedoman 2012 mereka belum merekomendasikan penggunaan kondroitin sulfat dan glukosamin untuk pengobatan awal OA. Injeksi kortikosteroid dan injeksi asam hialuronat ke dalam sendi dapat memberikan penghilang rasa sakit. Pada pasien dengan penyakit parah dengan respons yang tidak memadai terhadap perawatan konservatif, pembedahan harus dipertimbangkan yang meliputi osteotomi dan penggantian sendi (artropati).
Cervical spondylosis is a chronic degenerative condition of the cervical spine with changes in the intervertebral discs, annulus fibrosis, formation of bony osteophytes and narrowing of the spinal canal, neural foraminal stenosis or lateral recess, resulting in progressive spinal cord and/or nerve root compression . Ini meningkat seiring bertambahnya usia dan mempengaruhi pria dan wanita. 90-95% pria di atas 50 tahun dan 70-90% wanita selama 60-65 tahun memiliki bukti radiologis dari perubahan degeneratif pada tulang belakang leher. Pada usia 60 tahun, setengah pria dan sepertiga wanita memiliki penyakit yang signifikan.
Satu -satunya pengobatan yang efektif untuk mielopati adalah dekompresi bedah kabelnya. Sebagian besar pasien dengan spondylosis serviks diobati secara konservatif dan pembedahan yang disediakan untuk mielopati sedang hingga berat atau perawatan medis yang gagal. Dalam immobilisasi yang ringan dan lambat, dengan kerah lunak atau orthosis yang lebih kaku seperti kerah Philadelphia atau jaket tubuh Minerva dapat sangat melumpuhkan tulang belakang leher. Penggunaan latihan serviks juga telah dianjurkan [58]. Jika progresif, dekompresi serviks mungkin diperlukan. Pengurangan luas penampang tali pusat sebesar 50-60% dikaitkan dengan hasil operasi yang buruk pada mielopati spondilitik serviks dengan atau tanpa intervensi operasi.
Ketegangan lumbar terjadi setelah episode memutar, mengangkat atau membungkuk dengan rasa sakit dan nyeri tekan di daerah lumbar bawah dan sering terasa di bokong dan paha atas. Dalam sindrom Piriformis, rasa sakit di bokong lebih buruk saat duduk, menaiki tangga dan berjongkok. Dalam posisi terlentang dan rileks, kaki ipsilateral diputar secara eksternal, dan ini dianggap sebagai tanda positif dari sindrom. Diagnosis dibuat berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Ini dapat meniru radikulopati lumbar, discitis intervertebralis, sacroiliitis dan sciatica, antara lain. Perawatan terdiri dari latihan, puluhan dan suntikan titik pemicu.
Stenosis tulang belakang adalah perambahan struktur tulang atau jaringan lunak di tulang belakang pada satu atau lebih unsur saraf, menimbulkan gejala. Pasien dengan stenosis tulang belakang biasanya hadir dengan nyeri punggung, diprakarsai dengan berjalan, linatika bilateral, klaudikasi neurogenik, nyeri dengan hiperekstensi dan dengan berdiri dan lega dengan membungkuk ke depan di pinggang atau duduk dan dengan berbaring. Perpanjangan tulang belakang menyebabkan peningkatan rasa sakit. Stenosis kanal sentral dapat menyebabkan berbagai gejala tergantung pada lokasinya, dan biasanya menyebabkan klaudikasi neurogenik. Tidak seperti klaudikasi vaskular, rasa sakit dibebaskan dengan fleksi lumbar. Diagnosis banding pada lansia termasuk aneurisma aorta, fraktur kompresi, dan kanker. Pengobatan meliputi latihan berbasis fleksi, penguatan otot, stabilisasi, suntikan epidural dan pembedahan.
Polymyalgia rheumatica dan arteritis sel raksasa (GCA) terkait erat dan sering terjadi secara bersamaan.
Pasien yang didiagnosis sebagai GCA dan atau PMR ditemukan memiliki vaskulitis pembuluh kecil, dan dianggap sebagai kriteria diagnostik untuk PMR.
PMR biasanya mempengaruhi orang di atas usia 60 tahun, dan usia rata -rata adalah 72 tahun.
Nyeri dan kekakuan yang parah di setidaknya dua atau tiga area, yaitu, bahu, leher atau pinggul, dan paling umum terpengaruh.
GCA adalah penyakit kronis dan dapat bertahan selama bertahun -tahun dan mempengaruhi orang di atas usia 50 tahun dengan usia rata -rata 70 tahun.
Malaise, penurunan berat badan, demam dengan gejala klasik klaudikasi rahang, sakit kepala, kelembutan kulit kepala dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada awal penyakit.
GCA dapat menyebabkan kebutaan mendadak di satu atau kedua mata.
Ada risiko kerugian visual permanen yang persisten jika pengobatan tertunda, dan karenanya diagnosis dini sangat penting, dan memiliki implikasi medikolegal.
Diagnosis PMR didasarkan pada manifestasi klinis dan peningkatan kadar penanda inflamasi.
Laju sedimentasi eritrosit biasanya meningkat secara nyata dalam CGA tetapi jarang mungkin normal.
Kortikosteroid adalah landasan terapi di PMR dan CGA.
Malnutrisi tidak jarang pada orang tua. Dengan penuaan, ada penurunan asupan makanan yang disebut sebagai anoreksia penuaan dan terkait dengan beberapa faktor.
Sejumlah kondisi medis dan obat -obatan pada orang tua dapat menimbulkan anoreksia dan penurunan berat badan.
Depresi pada lansia adalah penyebab malnutrisi yang terkenal dan sering tidak diakui.
Dokter keluarga harus memastikan bahwa penghuni fasilitas perawatan kesehatan dengan masalah makan dinilai secara independen oleh ahli gizi.
Landasan dalam pengobatan malnutrisi pada lansia adalah diagnosis dini dan penilaian status gizi.
Penilaian Mini-Nutrisi (MNA) adalah alat yang sederhana, cepat dan andal untuk menilai nutrisi di antara orang tua di masyarakat atau di rumah sakit.
Nutrisi yang hilang harus diganti dan makanan dan suplemen kaya nutrisi untuk kekurangan spesifik yang tersedia.
Sembelit kronis adalah penyebab ketidaknyamanan yang luar biasa dan mempengaruhi kualitas hidup. Dikaitkan dengan banyak masalah terkait usia, beberapa kondisi medis, peningkatan penggunaan obat, penurunan mobilitas dan perubahan diet, kelemahan dan kelemahan. Langkah pertama dalam manajemen adalah untuk meningkatkan keteraturan usus secara non-farmakologis, misalnya, meningkatkan asupan cairan, diet serat tinggi dan latihan fisik secara teratur.
Sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara dan disertai dengan hilangnya nada postural karena perfusi otak yang tidak memadai dan diikuti oleh pemulihan yang cepat dan spontan. Sinkop pada orang tua adalah hal yang biasa. Ini bisa berbahaya dan melumpuhkan, dan penyebabnya mungkin sulit didiagnosis. Penyebab sinkop kardiovaskular lebih lazim pada orang tua, menyumbang 33,8% dibandingkan dengan 16,8% pada anak muda. Sinkop kardiogenik dikaitkan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada penyebab lainnya. Kematian satu tahun untuk pasien dengan sinkop jantung adalah 30% dibandingkan dengan 12% pada mereka yang memiliki penyebab nonkardiak.