Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai Drug Related Problems (DRP) yang meliputi:
1) Pengertian DRP sebagai kejadian tidak diinginkan terkait terapi obat yang berpengaruh pada hasil pengobatan pasien.
2) Jenis-jenis DRP seperti terapi obat yang tidak perlu, reaksi obat merugikan, salah obat, dosis terlalu rendah/tinggi, dan masalah kepatuhan.
3) Klasifikasi DRP menurut PCNE dan komp
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Ada beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian:
1. Tempat pelaksanaan pelayanan
2. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Pelayanan resep
4. Peracikan obat
5. Konseling obat
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konseling:
1) Manajemen Ruang Konseling
2) Efektifitas Konseling
3) Kompetensi Apoteker
4) Keterbatasan yang Dimiliki Penderita
5) Penerima Konseling
6) Komunikasi dalam Konseling
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
PENGGUNAAN OBAT TIDAK RASIONAL:
1. Ada atau kecil kemungkinan untuk memberi manfaat
2. Kemungkinan efek samping lebih besar dari manfaat
3. Biaya tidak seimbang dari manfaat
Ada beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pelayanan kefarmasian:
1. Tempat pelaksanaan pelayanan
2. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Pelayanan resep
4. Peracikan obat
5. Konseling obat
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konseling:
1) Manajemen Ruang Konseling
2) Efektifitas Konseling
3) Kompetensi Apoteker
4) Keterbatasan yang Dimiliki Penderita
5) Penerima Konseling
6) Komunikasi dalam Konseling
Pharmaceutical Care adalah suatu konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis dalam menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat ( Quality of Life ) ( ASHP 1994 – 1995; Low, 1996 dan Winslade dkk, 1996 )
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab. Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis, periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10, metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361).
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia (pasien), bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual (IDDR) sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat, dan juga meminimalkan kemungkinan efek sampingnya.
Materi Penggunaan Obat Rasional.
Pengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab. Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis, periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10, metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361).
Farmakokinetik Klinik adalah disiplin ilmu yang menerapkan konsep dan prinsip farmakokinetik pada manusia (pasien), bertujuan untuk merancang aturan dosis secara individual (IDDR) sehingga dapat mengoptimalkan respon terapeutik obat, dan juga meminimalkan kemungkinan efek sampingnya.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoReniAnjarwati
AUDIT STUNTING BADUTA DESA BENGKAK YANG MENGALAMI MALNUTRISI
DARI HASIL RECALL 24 JAM DIPEROLEH HASIL :1. ENERGI 53,8 % (DEFISIT TINGKAT BERAT)2. KARBOHIDRAT 60,74% (DEFISIT TINGKAT BERAT)3. PROTEIN 113,5% (NORMAL)4.LEMAK 86,8% (DEFISIT TINGKAT RINGAN)
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garutjualobat34
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
3. i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmatnya
yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat berupa kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan Book Chapter Pharmaceutical
Care dengan judul “Drug Related Problems (DPR)” tepat waktu.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbingkami. Harapan kami semoga book chapter ini dapat menambah
pengetahuan, pengamalan, maupun dijadikan acuan untuk pembelajaran maupun
untuk referensi selanjutnya.
Dalam pembuatan book chapter ini kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan-masukan dari
pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan book chapter ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Gorontalo, Maret 2022
Ni Wayan Vebbyani
4. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
A. Pengertian Pharmaceutical Care .............................................................1
B. Pengertian Drug Related Problems .........................................................1
C. Jenis-jenis Drug Related Problems .........................................................2
D. Klasifikasi Drug Related Problems.........................................................3
E. Komponen primer dari Drug Related Problems ......................................6
F. Kategori umum Drug Related Problems (DRPs)………………………..6
G. Data yang penting mengenai pasien........................................................8
H. DAFTAR PUSTAKA
5. DRUG RELATED PROBLEMS
A. Pengertian Pharmaceutical Care
Pengertian pharmaceutical care menurut European Directorate for the
quality of medicines and health care (2012), sebuah filosofi dan cara kerja untuk
profesional dalam rantai pengobatan yang bertujuan untuk membantu
meningkatkan kebaikan dan keamanan penggunaan obat untuk hasil terapi yang
terbaik. Sasaran pelayanan farmasi adalah meningkatkan mutu kehidupan seorang
pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil
yang diusahakan dari pelayanan farmasi adalah kesembuhan pasien, peniadaan
atau pengurangan gejala, menghentikan atau memperlambat suatu proses
penyakit, pencegahan suatu penyakit atau gejalanya (Siregar, 2004).
B. Drug Related Problems (DRP)
Problems terapi obatadalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien
terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome
yang diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua
kondisi, yaitu: adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian ini
dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnose penyakit, ketidak mampuan
(disability) yang merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultur
atau ekonomi; dan adanya hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat
(Strand, et al., 1990).
Society Consultant American Pharmacist menyebutkan bahwa tujuan dari
terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien melalui pengobatan atau
pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya gejala, atau memperlambat proses
penyakit. Kebutuhan pasien berkaitan dengan terapi obat atau drug related needs
meliputi ketepatan indikasi, keefektifan, keamanan terapi, kepatuhan pasien, dan
indikasi yang belum tertangani. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau
outcome pasien tidak tercapai maka hal ini dapat dikategorikan sebagai DRP
(Cipolle et al., 1998).
Drug related problems (DRPs) merupakan domain klinis praktisi
pharmaceutical care. Drug related problems (DRPs) merupakan situasi yang tidak
ingin dialami oleh pasien yang disebabkan oleh terapi obat sehingga dapat
6. 2
berpotensi menimbulkan masalah bagi keberhasilan penyembuhan yang
dikehendaki (Cipolle et al, 2004).
Suatu kejadian dapat disebut DRPs bila memenuhi komponen-komponen.
Komponen tersebut adalah kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien berupa
keluhan medis, gejala, diagnosis, penyakit, dan ketidakmampuan (disability) serta
memiliki hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat di mana hubungan
ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat atau kejadian yang memerlukan
terapi obat sebagai solusi maupun preventif. Tujuan identifikasi DRPs adalah
untuk membantu pasien mencapai tujuan terapi dan mewujudkan kemungkinan
terbaik dari terapi (Cipolle et al, 2004).
Kejadian DRPs ini menjadi masalah aktual maupun potensial yang kental
dibicarakan dalam hubungan antara farmasi dengan dokter. Yang dimaksud
dengan masalah aktual DRPs adalah masalah yang sudah terjadi pada pasien dan
farmasis harus berusaha menyelesaikannya. Masalah DRPs yang potensial adalah
suatu masalah yang mungkin menjadi risiko yang dapat berkembang pada pasien
jika farmasi tidak melakukan tindakan untuk mencegah (Rovers, 2003). Jika
DRPs aktual terjadi, farmasi sebaiknya mengambil suatu tindakan untuk
memecahkan masalah yang terjadi (Cipolle et al, 2004).
C. Jenis-jenis Drug Related Problem
Jenis-jenis DRPs dan penyebabnya menurut standar disajikan sebagai
berikut :
a. Terapi obat yang tidak perlu
1) Pasien yang mendapatkan obat yang tidak tepat indikasi
2) Pasien yang keracunan karena obat atau hasil pengobatan
3) Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol dan rokok
4) Pasien dalam kondisi pengobatan yang lebih baik diobati dengan non
drug therapy
5) Pasien dengan mutiple drugs untuk kondisi dimana hanya single drug
therapy dapat digunakan.
b. Reaksi obat yang merugikan
1) Pasien dengan faktor resiko yang berbahaya bila obat digunakan
7. 3
2) Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat lain
atau makanan
3) Hasil laboratorium dapat berubah karena gangguan obat lain
4) Efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien
c. Salah obat
1) Pasien dimana obatnya tidak efektif
2) Pasien alergi
3) Pasien dengan faktor resiko pada kontraindiksi penggunaan obat
4) Pasien menerima obat efektif tetapi tidak aman
5) Pasien menerima obat efektif tetapi harga lebih mahal
d. Dosis terlalu rendah
1) Pasien menerima kombinasi produk yang tidak perlu dimana obat
tunggal dapat memberikan pengobatan yang tepat
2) Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon
3) Pemberian obat tidak tepat, frekuensi dan besaran obat kurang
e. Kepatuhan
1) Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat (penulisa
obat, pemberian, pemakaian)
2) Pasien tidak mematuhi (ketaatan) rekomendasi yang diberikan untuk
pengobatan
3) Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya
mahal
4) Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan secara
konsisten karena merasa sudah sehat
f. Dosis terlalu tinggi
1) Dosis terlalu tinggi
2) Dosis obat meningkat terlalu cepat
3) Pemberian obat tidak tepat, frekuensi dan besaran obat lebih
g. Terapi obat tambahan
1) Pasien dengan kondisi terbaru mebutuhkan terapi obat yang baru
2) Pasien yang kronik mebutuhkan lanjutan terapi obat
8. 4
3) Pasien dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan kombinasi
terapi untuk mencapai efek sinergis (Cipolle et al., 1998).
Sebagai pengemban tugas pelayanan kefarmasian, seorang farmasis
memiliki tanggung jawab terhadap adanya DRPs yaitu dalam hal:
1. Mengidentifikasi DRPs aktual dan potensial yang terjadi.
2. Mengatasi DRPs yang terjadi.
3. Mencegah terjadinya DRPs yang potensial terjadi. (Rovers, et al., 2003 )
D. Klasifikasi Drug Related Problems
Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification)
mengelompokkan masalah terkait obat sebagai berikut :
1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug Reaction/ADR)
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek samping
atau toksisitas.
2. Masalah pemilihan obat (Drug choice problem)
Masalah pemilihan obat disini berarti pasien memperoleh atau akan
memperoleh obat yang salah (atau tidak memperoleh obat) untuk penyakit
dan kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain : obat diresepkan tapi
indikasi tidak jelas, bentuk sediaan tidak sesuai, kontraindikasi dengan
obat yang digunakan, obat tidak diresepkan untuk indikasi yang jelas.
3. Masalah pemberian dosisi obat (Drug dosing problems)
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebih
besar atau lebih kecil daripada yang dibutuhkannya.
4. Masalah pemberian/pengguanaan obat (Drug use/administration problem)
Masalah pemberian/penggunaan obat berarti tidak memberikan/tidak
menggunakan obat sama sekali atau memberikan/menggunakan yang tidak
diresepkan.
5. Interaksi obat (Interaction)
Interaksi berarti terdapat interasi obat-obat atau obat-makanan yang
bermanifestasi atau potensial.
6. Masalah lainnya (others)
9. 5
Masalah lainnya misalnya : pasien tidak puas dengan terapi, kesadaran
yang kurang mengenai kesehatan dan penyakit, keluhan yang tidak jelas
(memerlukan klarifikasi lebih lanjut), kegagalan terapi yang tidak
diketahui penyebabnya, perlu pemeriksaan laboratorium.
Masalah lainnya misalnya: pasien tidak puas dengan terapi, kesadaran
yang kurang mengenai kesehatan dan penyakit, keluhan yang tidak
jelas(memerlukan klarifikasi lebih lanjut), kegagalan terapi yang tidak diketahui
penyebabnya, perlu pemeriksaan laboratorium.
E Komponen primer dari Drug Related Problems:
a. Pasien mengalami keadaan yang tidak dikehendaki.
Pasien mengalami keluhan medis, gejala, diagnose penyakit kerusakan,
cacat atau sindrom dan dapat mengakibatkan gangguan psikologis, fisiologis,
sosial, bahkan kondisi ekonomi.
b. Ada hubungan antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat.
Sifat hubungan ini tergantung akan kekhususan Drug Related Problems
(DRPs). Hubungan yang biasanya terjadi antara keadaan yang tidak dikehendaki
dengan terapi obat adalah kejadiaan itu akibat dari terapi obat atau kejadian itu
membutuhkan terapi obat( Cipolle et al., 1998). Drug Related Problems (DRPs)
terdiri dari DRPs actual dan DRPs potensial. DRPs actual adalah problem yang
sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada pasien.
DRPs potensial adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan
dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh pasien (Yunita et al., 2004).
F Kategori umum Drug Related Problems (DRPs) :
a. Membutuhkan obat tambahan.
Penyebabnya yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya untuk
profil aksi atau pramedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan
pengobatan kontinu, memerlukan terapi kombinasi untuk menghasilkan efek
sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi kesehatan baru yang memerlukan
terapi obat.
10. 6
b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat.
Hal ini dapat terjadi sebagai berikut: menggunakan obat tanpa indikasi
yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat, minum beberapa
obat padahal hanya satu terapi obat yang diindikasikan atau minum obat untuk
mengobati efek samping.
c. Menerima obat yang salah.
Kasus yang mungkin terjadi adalah: obat tidak efektif, ketidaktepatan
pemilihan obat, alergi, adanya resiko kontraindikasi, resisten terhadap obat yang
diberikan, kombinasi obat yang tidak perlu dan atau obat bukan yang paling aman.
d. Dosis terlalu besar.
Beberapa penyebabnya adalah dosis salah, frekuensi tidak tepat, dan
jangka waktu tidak tepat.
e. Dosis terlalu kecil.
Penyebabnya antara lain: dosis terlalu kecil untuk menghasilkan respon
yang diinginkan, jangka waktu terlalu pendek, pemilihan obat, dosis, rute
pemberian, dan sediaan yang tidak tepat.
f. Pasien mengalami adverse drug reactions.
Penyebab umum untuk kategori ini: pasien menerima obat yang tidak
aman, pemakaian obat tidak tepat, interaksi dengan oba tlain, dosis dinaikkan atau
diturunkan terlalu cepat sehingga menyebabkan adverse drug reaction dan atau
pasien mengalami efek yang tak dikehendaki yang tidak diprediksi.
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak
minum obat secara benar (non compliance).
Beberapa penyebabnya adalah: obat yang dibutuhkan tidak ada, pasien
tidak mampu membeli, pasien tidak memahami instruksi, pasien memilih untuk
tidak mau minum obat karena alas an pribadi dan atau pasien lupa minum obat
(Cipolle et al., 1998).
Identifikasi dan pemecahan masalah pada Drug Related Problems (DRPs)
tergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya semua data
esensial dan farmasis bertugas menentukan data apa yang dibutuhkan (Cipolle et
al., 1998).
11. 7
G. Data yang penting mengenai pasien dapat digolongkan dalam tiga
kategori :
a. Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien, meliputi: umur, seks,
etnis, ras, sejarah sosial, status kehamilan, status kekebalan, fungsi ginjal, hati dan
jantung, status nutrisi, serta harapan pasien.
b. Obat lain yang dikonsumsi pasien, berkaitan dengan terapi obat pada saat
ini dan masa lalu, alergi obat, profil toksisitas, adverse drug reaction, rute dan cara
pemberian obat, dan persepsi mengenai pengobatannya.
c. Penyakit, keluhan, gejala pasien meliputi masalah sakitnya pasien,
keseriusan, prognosa, kerusakan, cacat, persepsi pasien mengenai proses
penyakitnya.
Data dapat diperoleh dari beberapa sumber misalnya pasien sendiri, orang
yang merawat pasien, keluarga pasien, medical record, profil pasien dari farmasis,
data laboratorium, dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya (Cipolle et al.,
1998).
Secara umum perhatian farmasis terhadap Drug Related Problems
sebaiknya diprioritaskan pada pasien geriatri,pasien pediatri, ibu hamil dan
menyusui, serta pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi
sempit(Yunita et al., 2004).
Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi, mencegah
dan memecahkan Drug Related Problems (DRPs), walaupun hal tersebut tidak
selalu mudah dicapai. Faktor kepatuhan pasien ikut bertanggung jawab atas
kesembuhannya. Sebab itu farmasis juga harus dapat melakukan konseling,
edukasi dan informasi kepada pasien (Cipolle et al., 1998).
Masalah terkait obat dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
kualitas hidup pasien serta berdampak juga terhadap ekonomi dan social pasien.
Pharmaceutical Care Network Europe mendefinisikan masalah terkait obat
(DRPs) adalah kejadian suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata
atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan
(Pharmaceutical Care Network Europe., 2006).
12. DAFTAR PUSTAKA
Cipolle R.J., Strand L.M. and Morley P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice
The Clinician’s Guide, 2nd ed., McGraw-Hill Education, New York.
Cipolle, R.J, Strand, L.M. & Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
hal : 75, 82-83, 96-101, 116, Mc Graw Hill Company, New York.
European Directorate for the Quality of medicine an health care. 2012.
Pharmaceutical care “police and Practice for a safer, more responsible and
cost-effective health system. Franch.
Rovers, J. P., et al., 2003, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, American
Pharmaceutical Association, Washington, D.C.
Siregar, CJP., 2004, “Farmasi Klinik, Teori dan penerapan” Buku kedokteran
EGC, Cetakan I, 2006
Yunita, N., Soerjono, S., Triana, L. 2004. Clasification For DrugRelated Problem.
245-303. Airlangga University Press. Surabaya.