1. Makalah ini membahas tentang motivasi berprestasi mahasiswa psikologi Islam. 2. Terdapat beberapa teori motivasi yang dijelaskan seperti teori hierarki kebutuhan Maslow, teori desakan kebutuhan Murray, teori kebutuhan untuk berprestasi McClelland, dan teori harapan Vroom. 3. Teori-teori tersebut berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berprestasi.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa psikologi islam, sangatlah diharapkan bisa
mengetahui sekaligus memahami lebih luas ilmu psikologi itu sendiri. Dan
pemahaman itu dapat diperoleh melalui perkuliahan, diskusi dan melalui
penelitian. Oleh sebab itu salah satu hal yang sangat penting dipahami oleh
mahasiswa adalah motivasi berprestasi, yang mana materi ini sangat memiliki
peranan besar terhadap keberhasilan mahasiswa, juga diharapkan dapat lebih
termotivasi dalam menimba ilmu di bangku perkuliahan. Oleh karena demikian
besarnya peranan motivasi berprestasi, untuk diketahui oleh mahasiswa, maka
saya tuliskan makalah ini dengan tujuan untuk menambah pemahaman mahasiswa
agar kelak nanti nya mahasiswa bisa menjadi seorang yg berilmu sekaligus dapat
mengamalkan ilmu itu secara benar, untuk itulah perlu motivasi, baik secara
instrinsik maupun ekstrinsik.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari bahasa latin yang berarti
“bergerak”. Ilmu Psikologi tentu saja mempelajari motivasi; sasarannya adalah mempelajari
penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan sesuatu. Bagi para psikolog, organisme
tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari sesuatu yang tidak
menyenangkan. Kita bisa bergerak untuk mencapai suatu tujuan karena motivasi instrinsik,
yakni suatu keinginan untuk melakukan suatu aktivitas atau mencapai sesuatu hal tertentu
dengan semata-mata karena kesenangan atau kepuasan yang didapat daraai melakukan
aktivitas tersebut, atau karena motivasi ekstrinsik, keinginan untuk mengejar sesuatu tujuan
karena imbalan-imbalan eksternal.
Sebenarnya, motivasi merupakan istilah yang lebih menunjuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu,
tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena
itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya
gerak, atau mengerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Seseorang melaksanakan kecakapan, seperti nya karena
adanya suatu motif. Jika motif itu tidak timbul, belum tentu ia berbuat demikian. Kita sering
mendengarkan bahwa pada umumnya mahasiswa itu rajin belajar. Akan tetapi, kalau
seseorang begitu tekun belajar, membaca buku hingga lewat tengah malam, tanpa
menghiraukan atau merasakan kantuk dan kelelahan, tentu itu disebabkan oleh adanya
motivasi yang timbul padanya. Oleh sebab itu, pembahasan mengenai motivasi akan memberi
jawaban atas pertanyaan “mengapa”, atau “mengapa mahasiswa harus tekun belajar”,
“mengapa petani harus bekerja keras”, dan seterusnya.
Sesungguhnya, motivasi itu sendiri bukan merupakan suatu kekuatan yang netral, atau
kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa
lampau, taraf inteligensi,kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup, dan
sebagainya. Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan
atau kebutuhan dan unsur tujuan (Handoko, 1992:10). Proses interaksi timbal balik antara
3. 3
kedua unsur terjadi didalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dilluar diri
individu.
Misalnya, keadaan cuaca, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Oleh karena itu, bisa
saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika ternyata motivasi
pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terpenuhi. Psikologi mengajukan pertanyaan
tentang motivasi karena ingin mengerti gejala-gejala psikis yang menjadi objek ilmu
psikologi. “mengerti” berarti mengetahui sebab-musababnya. Dan karena tingkah laku
manusia yang hendak dimengerti oleh psikologi, sebab-musababnya disebut “motivasi”,
mengingat manusia adalah makhluk yang berbudi. Dalam pandangan Dister, setiap tingkah
laku manusia merupakan buah dari hasil hubungan dinamika timbal-balik antara tiga faktor.
Ketiga-tiganya memainkan peranan dalam melahirkan tindakan manusia, walaupun dalam
tindakan, faktor yang satu lebih besar peranannya dibandingkan faktor yang lain. Ketiga
faktor yang dimaksudkan Dister tersebut ialah:
1. Dorongan Spontan Manusia
Pada setiap orang, terdapat kecenderungan yang bersifat spontan. Artinya, dorongan
ini timbul dengan sendirinya dan tidak ditimbulkan oleh individu dengan sengaja. Dorongan
semacam ini bersifat alamiah dan bekerja secara otomatis. Tidak dikerjakan oleh manusia
dengan “tahu dan mau”. Contohnya, dorongan seksual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur.
Sejauh perbuatan manusia didasarkan pada dorongan spontan itu, perbuatan tersebut
dikatakan “mendahului pribadi manusia”. Artinya, perbuatan itu belum dijiwai oleh inti
kepribadian orang yang bersangkutan.
2. Ke-aku-an sebagai Inti-pusat Kepribadian Manusia
Suatu dorongan yang secara spontan “terjadi” pada diri manusia dapat ia jadikan
miliknya sendiri, kalau ia menanggapi dorongan itu secara positif. Akibatnya, proses yang
tadinya “terjadi” padaku kini ku jadikan sendiri kini menjadi perbuatan ku. Bahkan, jika aku
tidak-aktif melainkan lebih pasif, misalnya jika aku menanggung atau menderita sesuatu,
tanggungan dan penderitaan itu dapat dijadikan milik sendiri, sehingga menjadi aku betul-
betul perbuatanku.
3. Situasi atau Lingkungan Hidup
4. 4
Selain faktor pertama dan kedua, masih ada faktor ketiga yang harus diikutsertakan
dalam menerangkan tingkah laku manusia secara psikologis, yaitu situasi dan Lingkungan
hidup seseorang. Tindakan dan perbuatan manusia itu tidak terlepas dari dunia dan
sekitarnya. Tentu saja akulah melakukan perbuatan tertentu untuk melaksanakan rencana ku.
lagi pula, pelaksanaan tersebut berlangsung di dunia, sehingga seluruh perbuatan itu
menjurus kedunia juga. perlu di catat bahwa yang disebut “dunia” atau “lingkungan” ialah
buah dari hasil pertukaran antara pengalaman batin manusia dengan hal-ihwal di luar diri
manusia. Dan ketiga faktor inilah yang tidak bisa di pisah kan antara yang satu dengan yang
lainnya.
B. Teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Hierarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori motivasi yang
paling terkenal. Teori ini sangat berpengaruh dalam psikologi industri dan organisasi
sebagai teori motivasi kerja dan digunakan dalam bidang terapan lainnya, seperti
konseling, pemasaran, dan pariwisata.
Secara singkat, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai
pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Pada
awalnya, maslow mengajukan hierarki lima tingkat yang terdiri dari kebutuhan
fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan, dan mewujudkan jati diri. Dikemudian hari
dia menambahkan dua kebutuhan lagi, yaitu kebutuhan untuk mmengetahui dan
memahami, serta kebutuhan estetika (Ross, 1998). Namun, tidat jelas bagaimana
kedudukan kedua kebutuhan ini dalam hierarki awal tersebut. Maslow berpendapat,
jika tidak ada satupun dari kebutuhan dalam hierarki tersebut yang dipuaskan,
kebutuhan akann didominasi oleh kebutuhan fisiologis. Akan tetapi jika kebutuhan
fisiologis terpuaskan semua, kebutuhan tersebut tidak lagi dapat mendorong atau
memotivasi; individu tersebut akan di motivasi oleh kebutuhan hierarki tingkat
berikutnya yaitu, kebutuhan akan rasa aman. Demikianlah berikut dan seterusnya.
2. Teori Desakan Kebutuhan Murray
Klasifikasi Murray (Ross, 1994), dibandingkan dengan hierarki kebutuhan
Maslow, tidak mudah disajikan pada orang yang bukan ahli psikologi. Menurut
Murray,-kebutuhan- kebutuhan manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dengan
yang lain. Ini berarti, jika kita mengetahui kekuatan atau tingkat kepuasan satu
kebutuhan, tidak berarti kita akan tahu pula mengenai kekuatan kebutuhan-kebutuhan
5. 5
lain. Jadi, untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan
semua kebutuhannya yang penting, dan bukannya hanya sekedar menentukan tingkat
yang sudah dicapainya dalam suatu kebutuhan hierarki atau jejjang kebutuhan.
Teori mitivasi kebutuhan Henry A. Murray (1983) yang dinamakan teori
kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan, rumusan awalnya dibuat oleh
murray pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an. Model tersebut banyak dikembangkan
dan diperluas oleh David McClealland dan John Atkinson. Sama seperti Maslow,
Murray yakin bahwa orang dapat dikelompokkan menurut kekuatan bebrbagai
kebutuhan tersebut. Defenisi kebutuhan di sini adalah “perhatian sekarang untuk
mencapai suatu sasaran” (McClelland, 1971 : 13). Denngan kata lain, kebutuhan
dipadang sebagai kekuatan motivasi utama bagi orang dari sisi arah dan intensitas.
Secara keseluruhan, Murray berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kira-kiora
dua lusin kebutuhan, termasuk kebutuhan untuk berhasil, bergaul, kekuatan dan
otonomi. Ia yakin bahwa kebutuhan lebih banyak diperoleh dari luar, bukan sesuatu
yang diwarisi, dan diaktifkan (dimanistasikan) oleh isyarat dari lingkungan luar.
3. Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland
McClelland adalah seorang ahli psikologi sosial yang terkenal dengan
pemikirannya mengenai kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement).
Konsep ini disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjadi sangat terkenal,
yakni: n-Ach. Menurut McClelland, perbedaan dalam kebutuhan untuk berprestasi
sudah tampak sejak anak bereusia lima tahun. Hal ini sangat erat hubungan dengan
kehidupan keluarga, terutama dalam pengaruh itu ketika si anak menginjak usia
delapan hingga sepuluh tahun.
Dalam batasan tertentu, dorongan atau kebutuhan berprestasi adalah sesuatu
yang ada dan dibawa sejak lahir. Namun, dipihak lain, kebutuhan untuk berprestasi
ternyata, dalam banyak hal, adalah sesuatu yang ditumbuhkan, dikembangkan, hasil
dari interaksi dalam lingkungan. Kebutuhan untuk berprestasi, menurut McClelland,
adalah sesuatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang
lebih baik, lebih cepat, lebih efektif dan lebih efesien daripada kegiatan yang
dilaksanakan sebelumnya.
Dalam kehidupan psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya
kearah suatu kegiatan yang hebat sehingga, dengan daya tersebut, ia dapat mencapai
kemajuan yang termat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus mental,
karena apabila berjangkit dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak
6. 6
dengan cepat; dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak
dalam kehidupan.
Selanjutnya, McClelland mengatakan bahwa kalau dalam sebuah masyarakat terdapat
banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, masyarakat tersebut akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bila dia hanya berhenti disini.
4. Teori Harapan Vroom
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-
jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan
kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok
(Pace & Faules, 1998; 124-125).
1) Setiap individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan
memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebagai harapan hasil (outcome expectancy).
Misalnya, Individu mungkin percaya (atau mempunyai suatu harapan). Bahwa
bila memperoleh suatu skor sekurang-kurangnya 85 pada tes mendatang, individu
akan dinyatakan lulus kuliah. Juga mempunyai harapan sekurang-kurang nya nilai
B dikelas, keluarga individu akan menyetujui apa yg dilakukan individu tersebut.
Jadi, kita dapat mendefenisikan suatu harapan sebagai hasil dari penilaian
subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul
dari tindakan orang tersebut.
2) Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut
valenci (valence). Misalnya, seseorag mungkin menghargai sebuah gelar atau
peluang untuk kemajuan karier, sementara orang lain mungkin menghargai suatu
program pensiun atau kondisi kerja. Valensi atau nilai sebagian aspek pekerjaan
biasanya berasal dari kebutuhan internal, namun motivasi yang sebenarnya
merupakan proses yang lebih rumit lagi. Jadi, kita dapat mendefenisika valensi
sebagai nilai yang diberikan orang pada suatu hasil yang diharapka.
3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai
hasil tersebut. Hak ini disebut harapan usaha (effort expectancy). Misalnya anda
mempunyai persepsi bahwa bilamempelajari buku ini dengan giat, anda akan
memperoleh nilai 85 dalamujian berikutnya. Namun, andaharus berusaha lebih
giat lagi untuk mempelajari kuliah ini agar memperoleh nilai 90. Jadi, kita dapat
mendefenisikan harapan usaha sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang
akan menghasilkan pencapaian tujuan tertentu.
7. 7
Motivasi Biologis dan Motivasi Sosial
Ditinjau dari segi asalnya, motif pada diri manusia dapat digolongkan dalam
motivasi biologis dan motivasi sosial, yaitu motivasi yang berkembang pada diri orang dan
berasal dari organismenya sebagai makhluk biologis, dan moti-motif yang berasal dari
lingkungan kebudayaan (Gerungan, 1987).
Motivasi biologis merupakan motivasi yang berasal dari kebutuhan organisme
orang demi kelanjutan hidupnya secara biologi. Motivasi biologis ini bercorak universal dan
kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tempat manusia itu kebettulan berada dan
berkembang. Motivasi biologi ini asli dari dalam diri orang, dan berkembang dengan
sendirinya. Contoh motivasi biologi misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan
istirahat, mengambil nafas, seks, buang air.
Selanjutnya, motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari orang dan berasal
dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motivasi sosial ini
tidak berkembang dengan sendirinya, mau tak mau, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan
orang-orag atau hasil kebudayaan orang.
Dampak dan Pengukuran Motivasi di Tempat Kerja
Pada awal tahun 1950-an, David McClelland dan rekan-rekannya (1953)
menyatakan bahwa beberapa orang memiliki kebutuhan berprestasi yang memotivasi
mereka, sebagaimana rasa lapar memotivasi orang untuk makan. Untuk mengukur kekuatan
motif tersebut, McClelland mengunakan suatu variasi dari Thematic Apperception Test
(TAT). Tes ini meminta partisipan untuk mengarang cerita berdasarkan sejumlah gambar
yang ambigu, seperti gambar seorang anak kecil yang memegang biola, dengan ekspresi
wajah yang sukar ditebak. McClelland (1961) menyatakan bahwa kekuatan motif berprestasi
ditunjukkan dalam fantasi-fantasi para partisipan. “Dalam fantasi, segala sesuatu mungkin,
setidaknya secara simbolis,” McClelland menjelaskan, “dalam TAT, seseorang bisa menjadi
diktator yang sangat berkuasa, atau sebaliknya menjadi seorang pecundang yang
menyedihkan.. Seseorang bisa membunuh neneknya sendiri atau pergi ke hawaii
menggunakan pogo stick.”.
TAT merupakan salah satu tes proyeksi yang memiliki beberapa dukungan
empiris terkait pengukuran motivasi berprestasi, namun tidak berarti TAT memiliki
rehabilitas test-test yang memadai. Respon orang-orang dalam TAT mudah dipengaruhi oleh
8. 8
berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka saat itu, bukannya diakibatkan oleh dorongan
internal untuk mencapai suatu kesuksesan (Lilienfeld, Wood, and Garb, 2000).
Beberapa orag mungkin saja bercerita mengenai pencapaian suatu prestasi yang
spektakuler dan berhasil mengalahkan segala macam tantangan, namun bukan karena mereka
sungguh-sungguh memiliki motivasi kuat, melainkan karena mereka sedang terpesona
menyaksilan acara American Idol dan menghayalkan seandainya mereka yang menjadi idola
jutaan orang diseluruh dunia. Terlepas dari seluruh kekuragannya, TAT telah mendorong
dilaksanakannya berbagai penelitian yang bertujuan memahami alasan dibalik kuatnya tekad
sebagian orang mencapai suatu prestasi tanpa mempedulikan kesulitan yang dihadapi,
semntara orang-orang lainnya seakan menjalani hidup dengan ‘mengalir begitu saja’
a) Pentingnya Memiliki Tujuan. Saat ini, pendekatan yang umum digunakan dalam
memahami motivasi berprestasi memiliki penekanan pada tujuan (goals) alih-alih
pada dorongan internal. Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang telah kita
miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menentukan pencapaian (prestasi) yang
kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang
nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja apabila ketiga kondisi berikut
ini terpenuhi (Higgins; Locke dan Latham, 2002):
b) Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik,”
bikanlah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki
tujuan sama sekali. Kita perlu lebbih spesifik menentukan tujuan, termasuk
menentukan waktu pegerjaan: “pada hari ini saya, saya akan mengerjakan makalah
ini, minimal empat halaman.”
c) Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk
mencapai tujuan yang sulit namun realistis. semakin tinggi dan semakin sulit suatu
tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kalau kita
memilih suatu tujuan yang mustahil kita capai.
d) Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya
menghindari apa yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekati (approach goal)
merupakan pengalaman positif yag kita harapkan secara langsung, seperti
mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan
menghindari (avoidance goals) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang
tidak meyenangkan, seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri pada suatu
pesta, atau menghindari ketidakmandirian.
9. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi merupakan suatu proses dalam diri individu yang
menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau
bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan. Kita bisa bergerak
mencapai suatu tujuan karena motivasi instrinsik, yakni suatu keinginan untuk
melakukan suatu aktivitas atau meraih suatu pencapaian tertentu semata-mata
demi kesenagan atau kepuasan yang didapat dari melakukan aktivitas tersebut,
atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan
yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. Motivasi dari sudut asalnya,
motif pada diri manusia dapat digolongkan dalam motivasi biologis dan motivasi
sosial,
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Wade Carole, Tavris Carol. Psikologi Edisi ke 9 Jilid 2. Erlangga: Jakarta 2007
Sobur , Alex Drs. Msi. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung 2003