Modul ini membahas pengkajian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Pengkajian MTBS meliputi penilaian gejala, penentuan klasifikasi penyakit, dan penetapan tindakan serta konseling yang diberikan kepada orangtua. Topik utama yang dibahas adalah pengkajian gejala penyakit umum pada anak seperti pneumonia, diare, campak, dan masalah gizi.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis. Labiopalatoskisis adalah kelainan bawaan pada struktur mulut dimana terjadi celah pada bibir dan langit-langit. Makalah ini menjelaskan tentang definisi, klasifikasi, etiologi, dan anatomi fisiologi mulut yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi bar
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, patofisiologi, klasifikasi, gejala, diagnosa dan faktor risiko penyakit diabetes melitus; (2) Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang bergantung pada insulin dan tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin; (3) Diagnosa diabetes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah saat puasa dan setelah makan.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis. Labiopalatoskisis adalah kelainan bawaan pada struktur mulut dimana terjadi celah pada bibir dan langit-langit. Makalah ini menjelaskan tentang definisi, klasifikasi, etiologi, dan anatomi fisiologi mulut yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi bar
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, patofisiologi, klasifikasi, gejala, diagnosa dan faktor risiko penyakit diabetes melitus; (2) Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang bergantung pada insulin dan tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin; (3) Diagnosa diabetes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah saat puasa dan setelah makan.
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan infeksi. Dibahas mengenai definisi infeksi, rantai infeksi yang terdiri dari agens infeksius, reservoar, portal keluar, cara penularan, portal masuk, dan pejamu yang rentan. Juga dibahas mengenai proses infeksi, jenis-jenis infeksi, pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi nosokomial atau infeksi yang didapatkan selama dirawat di rumah sakit. Angka kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi, sekitar 5-10% dari seluruh pasien rawat inap. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya antara lain kondisi tubuh pasien, jenis agen infeksi, kontak dengan sumber infeksi, dan penggunaan alat medis seperti kateter. Dampaknya ber
Modul ini membahas konsep praktik keperawatan profesional dengan menjelaskan kurikulum, kerangka konsep, jenis dan jenjang pendidikan keperawatan sesuai KKNI, standar pendidikan, serta perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia yang telah bergeser dari pendidikan dasar menjadi pendidikan tinggi.
Dokumen tersebut membahas persiapan pasien sebelum operasi, meliputi penilaian kesehatan umum, status nutrisi dan cairan, persiapan fisik seperti pencukuran daerah operasi, latihan pra-operasi, serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien sebelum operasi."
Dokumen tersebut membahas prosedur penyuntikan yang aman, meliputi penggunaan alat suntik sekali pakai, teknik penyuntikan yang benar, pencegahan luka tusukan jarum, dan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi."
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Amee Hidayat
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infark miokardium akut. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai nekrosis otot jantung akibat penyumbatan arteri koroner yang memasok jantung. Makalah ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, dan pengobatan infark miokardium akut."
Dokumen ini membahas tentang metode perawatan bayi berat lahir rendah atau prematur yang disebut metode kangguru atau asuhan kontak kulit. Metode ini bertujuan untuk menstabilkan kondisi bayi dan mempercepat pertumbuhannya serta meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pelaksanaan metode kangguru mulai dari persiapan, tahap implementasi, evaluasi, dan tanda-tanda
Dokumen tersebut membahas tentang preeklampsi pada ibu hamil dan diet yang dianjurkan. Preeklampsi adalah kondisi kehamilan dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urine, yang dapat menyebabkan berbagai gejala. Ada tiga jenis diet untuk preeklampsi yang berbeda kandungan zat gizinya sesuai dengan beratnya kondisi, yakni diet preeklampsi I untuk kasus berat, diet II untuk kasus sedang, dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Anemia adalah penyakit yang disebabkan oleh kadar hemoglobin dalam darah yang rendah. Anemia paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi dan sering terjadi pada wanita dan remaja putri karena kebutuhan besi yang lebih besar akibat menstruasi. Anemia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan perkembangan.
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang meliputi pengkajian tanda dan gejala pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan bayi di bawah 2 bulan, penentuan klasifikasi penyakit, serta tindakan yang diberikan berdasarkan hasil pengkajian."
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan infeksi. Dibahas mengenai definisi infeksi, rantai infeksi yang terdiri dari agens infeksius, reservoar, portal keluar, cara penularan, portal masuk, dan pejamu yang rentan. Juga dibahas mengenai proses infeksi, jenis-jenis infeksi, pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang infeksi nosokomial atau infeksi yang didapatkan selama dirawat di rumah sakit. Angka kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi, sekitar 5-10% dari seluruh pasien rawat inap. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya antara lain kondisi tubuh pasien, jenis agen infeksi, kontak dengan sumber infeksi, dan penggunaan alat medis seperti kateter. Dampaknya ber
Modul ini membahas konsep praktik keperawatan profesional dengan menjelaskan kurikulum, kerangka konsep, jenis dan jenjang pendidikan keperawatan sesuai KKNI, standar pendidikan, serta perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia yang telah bergeser dari pendidikan dasar menjadi pendidikan tinggi.
Dokumen tersebut membahas persiapan pasien sebelum operasi, meliputi penilaian kesehatan umum, status nutrisi dan cairan, persiapan fisik seperti pencukuran daerah operasi, latihan pra-operasi, serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien sebelum operasi."
Dokumen tersebut membahas prosedur penyuntikan yang aman, meliputi penggunaan alat suntik sekali pakai, teknik penyuntikan yang benar, pencegahan luka tusukan jarum, dan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi."
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Amee Hidayat
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infark miokardium akut. Infark miokardium akut didefinisikan sebagai nekrosis otot jantung akibat penyumbatan arteri koroner yang memasok jantung. Makalah ini menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, dan pengobatan infark miokardium akut."
Dokumen ini membahas tentang metode perawatan bayi berat lahir rendah atau prematur yang disebut metode kangguru atau asuhan kontak kulit. Metode ini bertujuan untuk menstabilkan kondisi bayi dan mempercepat pertumbuhannya serta meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pelaksanaan metode kangguru mulai dari persiapan, tahap implementasi, evaluasi, dan tanda-tanda
Dokumen tersebut membahas tentang preeklampsi pada ibu hamil dan diet yang dianjurkan. Preeklampsi adalah kondisi kehamilan dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urine, yang dapat menyebabkan berbagai gejala. Ada tiga jenis diet untuk preeklampsi yang berbeda kandungan zat gizinya sesuai dengan beratnya kondisi, yakni diet preeklampsi I untuk kasus berat, diet II untuk kasus sedang, dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Anemia adalah penyakit yang disebabkan oleh kadar hemoglobin dalam darah yang rendah. Anemia paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi dan sering terjadi pada wanita dan remaja putri karena kebutuhan besi yang lebih besar akibat menstruasi. Anemia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan perkembangan.
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang meliputi pengkajian tanda dan gejala pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan bayi di bawah 2 bulan, penentuan klasifikasi penyakit, serta tindakan yang diberikan berdasarkan hasil pengkajian."
Modul ini membahas tentang mengecek dan mengklasifikasikan status gizi, anemia, dan imunisasi pada balita sakit. Status gizi dievaluasi berdasarkan berat dan tinggi badan, kemudian diklasifikasikan menjadi kurus, normal, atau edema. Anemia ditentukan dari warna telapak tangan dan diklasifikasikan menjadi anemia, anemia berat, atau tidak anemia. Status imunisasi diperiksa berdasarkan catatan imunisasi atau keterangan i
Dokumen tersebut membahas persiapan anak yang akan menjalani prosedur diagnostik di rumah sakit. Mencakup pedoman umum persiapan diagnostik seperti menjelaskan prosedur, melibatkan orangtua, dan menyesuaikan informasi dengan usia anak. Juga dijelaskan teknik pelaksanaan prosedur diagnostik berdasarkan tahapan usia anak mulai dari bayi hingga remaja.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) adalah strategi untuk mengurangi kematian dan penyakit pada balita dan bayi dengan fokus pada penyebab utama seperti diare, pneumonia, campak, dan malnutrisi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini dan penanganan gejala penyakit pada level fasilitas kesehatan dasar. Pelaksanaannya melibatkan tenaga kesehatan setempat
Kb 1 perlunya rujukan segera dan melakukan tindakan.pengobatan prarujukanpjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang pentingnya menentukan kebutuhan rujukan segera dan tindakan pra-rujukan pada anak sakit berumur 2 bulan hingga 5 tahun. Modul ini menjelaskan kondisi-kondisi yang memerlukan rujukan segera seperti pneumonia berat, diare dehidrasi berat, dan masalah kesehatan berat lainnya. Modul ini juga menjelaskan tindakan pra-rujukan yang perlu dilakuk
Dokumen tersebut membahas tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. MTBS merupakan pendekatan keterpaduan dalam menangani balita sakit dengan melakukan penilaian gejala, klasifikasi penyakit, pengobatan, dan nasihat kepada orang tua. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pelaksanaan MTBS meliputi penilaian batuk, diare, demam, dan masalah t
1. Dokumen tersebut menjelaskan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), yaitu modul yang menjelaskan cara menangani balita sakit yang datang ke fasilitas kesehatan. 2. MTBS membahas tanda-tanda bahaya umum, keluhan utama, klasifikasi, dan tindakan yang harus dilakukan untuk berbagai penyakit pada balita antara 2 bulan hingga 5 tahun. 3. Dokumen ini bertujuan untuk memandu petug
Dokumen ini membahas Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit untuk menurunkan angka kematian dan penyakit pada balita. MTBS meliputi penilaian, klasifikasi, pengobatan, pencegahan, gizi, imunisasi, dan konseling untuk balita berusia 1 hari hingga 5 tahun. Pendekatan ini diakui WHO sebagai cara yang tepat untuk negara berkembang d
Balita di negara berkembang sering meninggal akibat infeksi pernapasan, malaria, diare, dan malnutrisi. Lebih dari 75% ibu membawa balita yang sakit ke klinik dengan berbagai keluhan yang sering tumpang tindih sehingga diagnosis tunggal sulit. Dokumen ini menyarankan pendekatan keterpaduan dalam penatalaksanaan balita sakit di fasilitas kesehatan dasar dengan memeriksa tanda bahaya umum, menentukan masalah ut
Dokumen tersebut memberikan panduan penilaian dan klasifikasi balita sakit berusia 2 bulan hingga 5 tahun berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta tindakan pengobatan yang sesuai dengan klasifikasi balita tersebut. Dokumen tersebut membahas penilaian dan klasifikasi untuk berbagai kondisi seperti tanda bahaya umum, batuk dan kesulitan bernapas, diare, demam, masalah telinga, status gizi dan pert
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Gejala umumnya berupa demam, nyeri perut, dan erupsi kulit yang berlangsung selama 3 minggu. Penyakit ini sering ditemukan di Asia termasuk Indonesia. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik, rehidrasi, dan nutrisi. Studi kasus menunjukkan pasien dengan keluhan diare, mual dan demam yang diobati dengan antibiotik, inf
Modul ini membahas tentang deteksi kegawatdaruratan neonatal dan bayi baru lahir. Terdapat beberapa faktor risiko kegawatdaruratan pada neonatal seperti faktor kehamilan dan persalinan. Kondisi kegawatdaruratan yang dibahas meliputi hipotermia, hipertermia, hiperglikemia, tetanus neonatorum, dan sindrom gawat nafas neonatus. Modul ini juga menjelaskan manajemen terpadu bayi muda dalam mendeteksi masalah,
Kb 2 rujukan pada anak dan menentukan tindakan pengobatanuntuk anak yang tida...pjj_kemenkes
Modul ini membahas tentang penentuan tindakan dan pemberian pengobatan pada anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Modul ini memberikan panduan untuk merujuk anak ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai, menentukan penyakit-penyakit pada anak yang tidak memerlukan rujukan segera, serta memilih dan menentukan dosis obat oral yang sesuai.
Kb 2 tindakan dan pengobatan pada bayi muda umur 1 hari sampai kurang 2 bulanpjj_kemenkes
Modul ini membahas tindakan dan pengobatan yang harus dilakukan terhadap bayi baru lahir berumur 1 hari sampai kurang dari 2 bulan, mencakup menentukan kebutuhan rujukan, tindakan pra-rujukan seperti menangani gangguan napas dan kejang, serta pengobatan untuk berbagai kondisi seperti demam dan diare."
Kb 1 penilaian dan klasifikasi bayi muda umur 1 hari sampai kurang 2 bulanpjj_kemenkes
Modul ini membahas penilaian dan klasifikasi serta pengobatan pada bayi berumur 1 hari sampai kurang 2 bulan. Terdapat penjelasan langkah-langkah pemeriksaan yang meliputi pengklasifikasian kemungkinan infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah, status imunisasi, dan masalah lainnya. Juga dibahas cara memeriksa dan mengklasifikasi gejala seperti kejang, gangguan napas, hipotermia,
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan demam pada balita di fasilitas kesehatan primer menggunakan pendekatan sindromik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Dokumen ini menjelaskan cara mengklasifikasikan dan mengobati demam berdasarkan tingkat risiko malaria, serta mengidentifikasi tanda bahaya umum dan merujuk kasus berat. Dokumen ini juga menjelaskan evaluasi dan pelaporan hasil pelayanan MTBS.
Dokumen tersebut membahas tentang demam dan cara mengatasinya. Demam adalah gejala dan bukan penyakit, dan dapat disebabkan oleh berbagai infeksi ringan hingga berat. Saat demam, pasien perlu banyak istirahat, minum air, dan dapat menggunakan kompres hangat/dingin serta obat penurun panas. Jika demam berkepanjangan atau disertai ruam, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
Modul ini membahas penilaian dan klasifikasi serta pengobatan pada bayi muda umur 1 hari sampai kurang 2 bulan. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi memeriksa kemungkinan kejang, gangguan napas, hipotermia, infeksi bakteri, ikterus, gangguan saluran cerna, diare, berat badan rendah, pemberian ASI, status imunisasi, dan masalah lain. Jika dibutuhkan rujukan segera, dilan
Modul ini membahas tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang meliputi profil, jenis, cara kerja, keuntungan dan kerugian AKDR. AKDR yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Cu T-380A yang terbuat dari kawat tembaga dan berbentuk huruf T. AKDR bekerja dengan mencegah pertemuan antara sperma dan ovum. Keuntungan AKDR antara lain efektif jangka panjang dan tidak mempengaruhi hubungan se
Ya, saya menuliskan beberapa metode KB sederhana tanpa alat yang saya ketahui yaitu:
- Metode Amenore Laktasi (MAL)
- Metode Safe Period
- Metode Billings
- Metode Kalender
Uraian di bawah ini sesuai dengan penjelasan saya mengenai MAL sebagai salah satu metode KB sederhana tanpa alat. Terima kasih atas penjelasannya.
Benang merah utama dalam melakukan asuhan persalinan normal adalah:
1. Membuat keputusan klinis yang tepat berdasarkan data yang dikumpulkan
2. Memberikan asuhan yang menghargai budaya dan keinginan ibu (asuhan sayang ibu dan bayi)
3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Memantau kemajuan persalinan secara berkala
5. Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pemeriksaan
Bagaimana uraianku
Modul ini membahas asuhan kebidanan pada kehamilan dengan penyulit dan komplikasi. Modul dibagi menjadi 6 kegiatan belajar yang mencakup asuhan pada ibu dengan perdarahan hamil muda, ibu hamil anemia, preeklamsi, perdarahan hamil lanjut, infeksi malaria, dan HIV/AIDS. Tujuannya agar mahasiswa dapat memberikan asuhan berupa deteksi dini, penatalaksanaan awal, kolaborasi, dan rujukan pada i
Modul ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang mencakup asuhan bayi baru lahir normal, asuhan bayi baru lahir bermasalah, asuhan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir, dan sistem rujukan bayi baru lahir. Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan Praktek Kebidanan III.
[Ringkasan]
Modul ini membahas tentang konsep dan sejarah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan hak asasi manusia yang mencakup kesehatan fisik dan emosional sepanjang siklus hidup. Sejarahnya dimulai dari konferensi PBB tahun 1960-an yang membahas pertumbuhan penduduk, kemudian diikuti oleh konferensi-konferensi internasional lainnya seperti ICPD Kairo 1994 yang meletakkan dasar baru tentang kese
Dokumen tersebut membahas tentang standar dokumentasi keperawatan, yang meliputi tujuan, prinsip, kaidah penulisan, dan komponen-komponen standar dokumentasi keperawatan seperti komunikasi, akuntabilitas dan kewajiban, serta keamanan informasi pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang implikasi hukum dan etika dalam dokumentasi keperawatan serta strategi manajemen risiko. Undang-undang dan peraturan mewajibkan tenaga kesehatan termasuk perawat untuk mendokumentasikan hasil kerjanya dalam rekam medis pasien. Dokumentasi yang baik dan sesuai standar dapat menjadi alat bukti hukum penting dan mencerminkan kualitas pelayanan. Manajemen risiko bertujuan mencegah c
Dokumen tersebut membahas manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan, yang mencakup aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, akreditasi, dan sarana evaluasi. Dokumentasi keperawatan memberikan dasar hukum untuk tindakan perawat dan penting untuk menjamin kualitas pelayanan serta komunikasi antar tenaga kesehatan.
Modul ini membahas tentang dokumentasi keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan seperti perawatan akut, jangka panjang, dan di rumah. Pada perawatan akut, dokumentasi dilakukan secara ringkas dan fokus pada masalah, tindakan, dan respon. Sedangkan pada perawatan jangka panjang dan rumah, dokumentasi mencakup pengkajian lengkap, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memast
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta 2015
Peserta yang
berbahagia, setelah
mempelajari berbagai
penyakit beserta angka
kejadian dan
penyebabnya pada
belajar tatap muka
pertama maka pada
modul ini selanjutnya
akan peserta pelajari
tentang penetalaksaan
khususnya untuk bayi
muda usia 0 hingga 2
bulan dan anak usia 2
bulan sampai 5 tahun
melalui MTBS.
MODUL4Mata Kuliah: Keperawatan anak 1
Penulis: Nining S
Kegiatan Belajar 1
“PENGKAJIAN MTBS”
Prodi: D3 Keperawatan
Semester: 05
4. Peserta didik tercinta
untuk dapat
mempelajari materi
pembelajaran yang
diuraikan di dalam
modul ini diharapkan
peserta dapat
memahami tentang
Pengkajian pada anak
dengan menggunakan
Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)
Apa itu
MTBS ?
5. PENGERTIAN MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit atau MTBS yang dalam bahasa Inggris
Integrated management of Childhood Illness (IMCI)
adalah suatu manjemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa klasifikasi penayakit, status gizi dan status imunisasi
maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan.
6. PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Penilaian tanda dan gejala merupakan langkah awal yang
dilaksanakan dengan pengkajian berdasarkan keluhan anak
yang disampaikan oleh orangtuanya, dengan keluhan tersebut
8. PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Pneumonia
Gejala utama Batuk atau Sukar Bernafas
Penangananya dapat dilakukan dengan Pengecekan
Respirasi
9. PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Diare
Lakukan anamnesa, jika anak mengalami diare
maka tanayakan sudah berapa lama dan
pengecekan dapat dilakukan pengkajian turgor
kulit dengan cara mencubit kulit perut anak
10. PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Demam
lakukan pemeriksaan RDT, selanjutnya tanyakan
sudah berapa lama Demam, Lakukan pengecekan
resiko malaria dan campak
11. Demam Berdarah Dengue
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Lakukan anamnesa apakah anak mengalami demam 2-7
hari? Dengan gejala demam mendadak tinggi, bintik merah
di kulit, serta adakah nyeri ulu hati jika ada sedikit tapi
tidak ada tanda DBD mak lakukan uji tourniquet
12. Masalah Telinga
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Lakukan anamnesa apakah anak mengalami sakit pada
telinga dan keluar cairan/nanah, lakuka pengecekan
adakah pembengkakan dibelakang telinga disertai
nyerin
13. Masalah Status Gizi
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
lakukan pengukuran dengan meninbang berat badan
dan tinggi badan dan menilai di grafik ,kaji apakah
anak tampak kurus
14. Anemia
Kaji adakah pucat di telapak tangan, sangat
pucat atau agak pucat?
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
15. Tanyakan pada ibu imunisasi yang sudah
diberikan pada anaknya dan apakah anak
mendapat suplemen vitamin A pada bulan
Pebruari dan Agustus?
Memeriksa Status Imunisasi
17. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan
menajdi klasifikasi pneumonia berat atau penyakit sangat
berat apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding
dada ke dalam dan adanya stridor. Pneumonia apabila
ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat.
Klasifikasi Pneumonia
18. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada diare diklasifikasikan menjadi diare dehidrasi berat
apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar, mata cekung, turgor kulit jelek sekali. Klasifikasi diare
dehidrasi ringan/sedang dengan tanda gelisah, rewel, mata
cekung, haus, turgor jelek.
Klasifikasi Dehidrasi
19. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Klasifikasi diare dikategorikan apabila diarenya sudah lebih
dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi diare persisten
berat apabila ditemukan adanya tanda dehidrasi berat dan
diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda
dehidrasi.
Klasifikasi Dehidrasi Persisten
20. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare
secara umum akan tetapi apabila diarenya bercampur
dengan darah.
Klasifikasi Disentri
21. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
campak ini dikelompokkan menjadi campak dengan
komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum seperti terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya
luka pada daerah mulut yang dalam dan luas serta adanya
ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk ,
pilek atau mata merah
Klasifikasi Campak
22. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Klasifikasi Risiko Malaria
Klasifikasi dengan risiko tinggi terhadap malaria yang
dikelompokkan lagi menjadi klasifikasi penyakit berat
dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya dan
disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila
adanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius
23. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dari 7
hari, yang dikelompokkan menjadi demam berdarah dengue
(DBD) apabila ditemukan tanda seperti adanya bintik perdarahan
di kulit (petekie), adanya tanda syok seperti ekstermitas teraba
dingin, nadi lemah atau tidak teraba, muntah bercampur darah,
perdarahan hidung atau gusi adanya uji torniquet positif.
Klasifikasi DBD
24. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi masalah telinga ini diklasifikasikan dengan
mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkokan dan
nyeri di belakang telinga
Klasifikasi Masalah Telinga
25. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau
nanah yang keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari
14 hari serta adanya nyeri telinga.
Klasifikasi Masalah Telinga
26. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya
cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14
hari lebih.
Klasifikasi Masalah Telinga
27. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada penentuan klasifikasi gizi dibagi menjadi klasifikasi
sangat kurus dan/atau edema apabila terdapat tanda
BB/PB (TB) <-3SD dan bengkak pada kedua punggung kaki,
untuk klasifikasi kurus biasanya pada hasil pengukuran
BB/PB (TB) ≥ -3SD sampai <-2SD.
Klasifikasi Status Gizi
28. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Klasifikasi anemia berat apabila ditemukan telapak tangan
sangat pucat, klasifikasi anemia apabila telapak tangan agak
pucat dan tidak ditemukan pucat di telapak tangan
diklasifikasikan tidak anemia.
Klasifikasi Anemia
29. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan
kelompok gejala yang ada.
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
30. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit
sangat berat maka tindakan yang pertama adalah
berikan dosis pertama antibiotika dan lakukan rujukan
segera., lakukan pemeriksaan lebih lanjut, beri tahu
kepada keluarga atau ibu lakukan kunjungan ulang
setelah 5 hari.
Pneumonia
31. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Apabila klasifikasinya dehidrasi berat maka tindakannya
berikan sesuai Rencana terapi C (lampiran) dan tablet
Zinc serta segera anak dirujuk.
Dehidrasi
32. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Pada diare dehidrasi ringan tindakan beri cairan dan
makanan sesuai Rencana terapi B (lampiran) dan tablet
Zinc.
Dehidrasi
34. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat
dehidrasi, kemudian apabila ditemukan adanya kolera
maka pengobatan yang dapat dianjurkan adalah :
pilihan pertama antibiotika dan rujuk jika berat
Klasifikasi Diare Persisten
35. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Penangaanan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi
risiko dapat ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun
tindakannya adalah jika berat maka berikan suntikan
Artemeter dan suntikan antibiotik, dosis pertama
parasetamol dan rujuk segera.
Klasifikasi Risiko Malaria
36. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Apabila campak dengan komplikasi berat maka
tindakannya adalah pemberian vitamin A. Antibiotik
yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau kloramfenikol
apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian
parasetamol apabila disertai demam tinggi (38,5
derajat celcius),
Klasifikasi Campak
37. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Tindakan yang dapat dilakukan anatara lain apabila
ditemukan syok maka segera beri cairan intra vena,
pertahankan kadar gula darah, apabila dijumpai demam
tinggi maka berikan parasetamol dan berikan cairan
atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
38. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah
telinga dapat dilakukan dengan berikan dosis pertama
antibiotika yang sesuai, parasetamol dapat dilakukan
apabila terdapat demam tinggi, apabila ada infeksi akut
pada telinga seperti mastoiditis kronis maka ditambah
degan mengeringkan telinga dengan kain penyerap.
Klasifikasi Masalah Telinga
39. PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Pada klasifikasi sangat dan /atau edema dapat dilakukan
tindakan pemberian vitamin A, beri air gula bila diare
berikan cairan ReSoMal, apabila anak kelihatan kurus
maka anjurkan makan untuk anak sehat maupun sakit
dan kunjungan ulang 14 hari kemudian positif.
Klasifikasi Status Gizi
41. 1
PEMBERIAN KONSELING
Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makan
pada anak dengan menanyakan cara meneteki anak,
apabila anak berat badan berdasarkan umur sangat
rendah tanyakan berapa banyak makanan atau
minuman yang diberikan pada anak, apakah anak
mendapat makanan tersendiri dan bagaimana caranya,
apakah selama sakit makanan diubah dan lain-lain.
Konseling Pemberian Makan pada Anak
2 Menganjurkan cara pemberian makanan pada ibu.
42. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini khususnya setiap anak sakit dilakukan
dengan cara menganjurkan ibu agar memberikan ASI
lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta
meningkatkan kebutuhan cairan .
Konseling Pemberian Cairan Selama Sakit
43. PEMBERIAN KONSELING
Pada klasifikasi Pneumonia, disentri, malaria, demam
berdarah campak atau demam lakukan kunjungan
setelah 2 hari
apabila ada diare persisten, infeksi telinga, masalah
pemberian makan maka kunjungan setelah 5 hari.
Konseling Kunjungan Ulang
44. PEMBERIAN KONSELING
apabila ada anemia kunjungan dapat dilakukan
setelah 4 minggu
kemudian apabila berat badan menurun
kunjungannya adalah setelah 4 minggu.
Konseling Kunjungan Ulang
46. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
sesudah 2 hari dengan melakukan pemeriksaan gejala
pneumonia maka berikan 1 dosis antibiotika pilihan
kedua atau suntikan kloramfenikol dan segera lakukan
rujukan, namun
Pneumonia
47. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila frekuensi napas atau nafsu makan tidak
menunjukkan perbaikan gantilah antibiotika pilihan
kedua, kemudian apabila napas melambat atau nafsu
makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika
sampai dengan 5 hari.
Pneumonia
48. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan
sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi diare
apabila diare belum berhenti makan pelayanan
tindak lanjut adalah memberikan obat yang
diperlukan
Diare Persisten
49. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
dan apabila sudah berhenti maka anjurkan
memberikan makan sesuai dengan umur anak.
Diare Persisten
50. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Apabila anak masih mengalami dehidrasi maka
lakukan tindakan dehidrasi berdasarkan derajatnya akan
tetapi apabila frekuensi berak, jumlah darah dalam tinja atau
nafsu makan tetap atau memburuk maka gantilah
antibiotika oral pilihan kedua untuk shigela dan berikan
selama 5 hari, kemudian.
Disentri
51. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Pelayanan tindak lanjut pada risiko malaria dilakukan
sesudah 2 hari, apabila demam lagi dalam 14 hari
dengan melakukan penilaian sebagai berikut apabila
ditemukan tanda bahaya umum atau kaku kuduk maka
lakukan tindakan sesuai dengan protap yang ada,
Risiko Malaria
52. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila ada malaria merupakan penyebab demam maka
periksakan sediaan darah, apabila positif untuk
falciparum atau ada infeksi campuran maka berikan anti
malaria oral pilihan kedua
Risiko Malaria
53. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi
campak ini dilakuan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi atau memeperhatikan tentang
gejala yang pernah dimilikinya.
Campak
54. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila mata masih bernanah maka
lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu
dengan menjelaskan cara mengobati
infeksi.
Campak
55. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Pada klasifikasi demam berdarah dengue
pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2
hari dengan melakukan evaluasi tanda dan
gejala yang ada.
Demam Berdarah Dengue
56. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila ditemukan tanda bahaya umum dan
adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan
sesuai dengan pedoman tindakan pada
penyakit demam berdarah dengan penyakit
berat,
Demam Berdarah Dengue
57. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila pada waktu kunjungan didapatkan
pembengkakan dan nyeri di belakang telinga dan
demam tinggi maka segera lakukan rujukan.
Masalah Telinga
58. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila masih terdapat nyeri dan keluar cairan atau
nanah maka lakukan pengobatan antibiotika selama 5
hari dengan mengeringkan telinga
Masalah Telinga
61. 3
2
1
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Lakukan anamnesa tanyakan sudah berapa kali
kunjungan, dan kondisi bayi
Periksa tanda vital : hitung respirasi, nadi dalam satu
menit dan ukur suhu axiler.
Inspeksi : adakah tarikan dinding dada ke dalam yang
sangat kuat, adakah pustul di kulit dan nanah dimata?
Apakah pusar kemerahan atau bernanah, kalau ada
apakah meluas sampai ke dinding perut.
Kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri
62. 3
2
1
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Lakukan anamnesa untuk diare, jika bayi mengalami dare
tanyakan sedah berapa lama : kaji keadaan umum adakah
letargi atau tidak sadar, gekisah/rewel?
Inspeksi : apakah mata bayi cekung?
Palpasi : Kaji turgor kulit, apakah lamabat atau sangat
lambat?
Diare
63. 2
1
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Lakukan anamnesa apakah bayi kuning, jika ya pada
usia berapa mengalami kuning? Apakah warna tinja bayi
pucat?
Inspeksi : adakah kuning pada bayi, lihat sampai di
bagian tubuh manakah warna kuning tersebut?
Ikterus
64. 2
1
PENILAIAN TANDA DAN GEJALA
Adakah kesulitan diberi ASI, jika ya berapa kali dalam 24
jam? Apakah bayi diberi minuman/makanan selain ASI, jika
ya berpa kali dalam 24 jam.
Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
Lakukan penilaian nutrisi
Kemungkinan berat badan rendah dan/atau masalah pemberian ASI
67. 2
1
PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi infeksi bakteri dapat diklasifikasikan menjadi :
Infeksi local berat apabila ditemukan nanah pada daerah
mata, tali pusat atau pada umbilicus terjadi kemerahan yang
meluas sampai ke kulit perut.
Infeksi bacteri local apabila ditemukan adanya nanah yang
keluar dari mata akan, daerah tali pusat atau umbilicus
tampak kemerahan, pustul di kulit.
Klasifikasi penyakit sangat berat atau Infeksi Bakteri berat
68. 3
2
1
PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi
diare dehidrasi berat apabila terdapat tanda letargi atau
mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor kulit
jelek.
diare dehidrasi sedang atau ringan apabila ditemukan tanda
seperti gelisah atau rewel, mata cekung serta turgor kulit
jelek.
diare tanpa dehidrasi apabila hanya ada salah satu tanda
pada dehidrasi berat atau ringan.
Klasifikasi Diare
69. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
Pada klasifikasi ini diklasifikasikan menjadi
berat badan rendah menurut umur atau
masalah pemberian ASI
Klasifikasi Berat Badan Rendah atau Masalah Pemberian ASI
70. PENENTUAN KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEGAWATAN
apabila didapatkan berat badan rendah
menurut umur, ada kesulitan pemberian ASI,
tidak menghisap dengan efektif dan terdapat
luka bercak putih di mulut.
Klasifikasi Berat Badan Rendah atau Masalah Pemberian ASI
73. 3
2
1
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Tindakan atau pengobatan yang dapat dilakukan pada
klasifikasi infeksi bakteri sistemik adalah sebagai
berikut:
Lakukan penanganan kejang apabila dijumpai
adanya tanda dan gejala kejang,
Lakukan penanganan gangguan pernafasan bila
ada gangguan dalam pernafasan,
Lakukan penanganan terhadap hipotermia
apabila ditemukan tanda dan gejala hipotermia,
Infeksi bakteri berat
74. 6
7
5
4
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
Pertahankan kadar gula darah jangan sampai turun,
Berikan dosis pertama antibiotic dengan melalui
intramuscular,
Beri penjelasan ibu untuk mempertahankan bayi
agar tetap hangat,
Lakukan rujukan segera.
Infeksi bakteri berat
75. 2
1
Tindakan penanganan dan pengobatan pada infeksi
bakteri local adalah sebagai berikut:
Lakukan pemberian antibiotic secara oral: pilihan
pertama adalah amoxilin dan pilihan kedua ampisilin,
Beri penjelasan pada ibu dan ajari tentang perawatan
infeksi local,
Infeksi Bakteri Lokal
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
76. 5
4
3 Lakukan asusan dasar pada bayi muda,
Berikan penjelasan kapan sebaiknya untuk dibawa ke
petugas kesehatan,
Berikan penjelasan tentang kunjungan ulang setelah
hari kedua
Infeksi Bakteri Lokal
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
77. 3
2
1
Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare
dengan dehidrasi berat adalah sebagai berikut:
Tangani sesuai Rencana terapi C (lampiran),
ASI sebaiknya tetap diberikan,
Pertahankan agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar
Diare Dehidrasi Berat
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
78. 3
2
1
Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare
dengan dehidrasi ringan atau sedang adalah sebagai berikut:
Tangani sesuai Rencana Terapi B (lampiran),
Berikan ASI lebih sering dan lebih lama untuk setiap kali
pemberian,
Berikan oralit,
Diare Dehidrasi Ringan dan Sedang
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
79. 6
5
4 cegah agar gula darah tidak turun,
lakukan asuhan dasar bayi muda dan
rujuk segera
Diare Dehidrasi Ringan dan Sedang
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
80. 3
2
1
Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi masalah
diare tanpa dehidrasi dalah sebagai berikut:
Tangani sesuai Rencana terapi A (lampiran),
lakukan asuhan dasar bayi muda,
Nasehati segera kembali 2 hari kemudian
Diare Tanpa Dehidrasi
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
81. 3
2
1
Tindakan pengobatan untuk ikterus berat meliputi :
cegah agar gula darah tidak turun,
anjurkan agar bayi tetap hangat selama perjalanan,
rujuk segera,
Ikterus
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
82. 3
2
1
Ikterus
sedangkan jika hanya mengalami Ikterus saja
tindakannya adalah :
lakukan asuhan dasar bayi muda,
anjurkan lebih sering menyusui,
nasihati untuk kembali 2 hari kemudian, dan
apabila tidak ada ikterus tindakannya hanya diberikan
asuhan dasar bayi muda.
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
83. 3
2
1 Lakukan asuhan dasar bayi muda,
Ajarkan kepada ibu cara memberikan ASI yang
benar,
Kurangi makanan atau minumam selain ASI,
Berat Badan Rendah dan atau Masalah Pemberian ASI
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
84. 6
5
4 Jaga bayi tetap hangat,
nasehati kunjungan ulang 2 hari kemudian untuk luka
di mulut dan 14 hari kemudian untuk masalah berat
badan,
Lakukan rujukan.
Berat Badan Rendah dan atau Masalah Pemberian ASI
PENENTUAN TINDAKAN PENGOBATAN
87. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini diawali dengan menunjukan obat oral
yang akan diberikan dan dosis pemberiannya, kemudian
jelaskan alasan pemberian, peragakan cara mengukur atau
membuat dosis.
Konseling tentang Cara Pemberian Obat Oral di Rumah
88. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan jenis
infeksi bakteri pada bayi muda diantaranya infeksi
pada kulit atau pusar dan infeksi pada mata.
Konseling tentang Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal di Rumah
89. PEMBERIAN KONSELING
Apabila bayi memiliki infeksi mata cara konseling,
jelaskan cara pengobatan pada mata. Apabila bayi
memiliki infeksi kulit atau pusar cara konseling, jelaskan
cara pengobatan pada kulit atau pusar.
Konseling tentang Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal di Rumah
90. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan cara untuk
meningkatkan ASI dengan menyusui lebih sering.
Konseling tentang Cara meningkatkan ASI
91. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan cara
untuk meneteki dengan baik dan benar.
Konseling tentang Cara Meneteki
92. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan cara meningkatkan
pemberian cairan apabila bayi sakit jelaskan pada ibu tentang pemberian
ASI, tingkatkan pemberian cairan oralit, atau air matang, apabila bayi
diare lakukan tindakan sesuai dengan derajat dehidrasinya, amati dan
evaluasi pemahaman ibu.
Konseling tentang Cara Meningkatkan Pemberian Cairan Selama Anak Sakit
93. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan kapan
sebaiknya bayi dibawa ke petugas kesehatan
atau ke tempat pelayanan kesehatan dan evaluasi
pemahaman ibu tentang kapan sebaliknya dibawa ke
petugas kesehatan.
Konseling tentang Kapan Segera Dibawa ke Petugas Kesehatan
94. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan kapan
sebaiknya bayi ibu kunjungan ulang dengan cara
menjelaskan kepada ibu apabila bayi ditemukan tanda-tanda
bahaya.
Konseling tentang Kapan Kunjungan Ulang
95. PEMBERIAN KONSELING
Pada konseling ini dilakukan dengan menjelaskan cara
menjaga ibu tentang kesehatan sendiri seperti apabila
ibu sakit lakukan pengobatan atau perawatan pada ibu.
Konseling tentang Kesehatan Sendiri pada Ibu
98. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
apabila ditemukan tanda seperti nanah atau kemerahan
menetap atau bertambah parah maka lakukan rujukan segera,
apabila nanah atau kemerahan membaik maka diberikan
antibiotik selama 5 hari dan meneruskan pengobatan infeksi
di rumah sampai 5 hari.
Tindakan Lanjut Masalah infeksi Bakteri Lokal
99. PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT
Dalam pelaksanaan tindak lanjut pada masalah ini
apabila didapatkan klasifikasi ikterus maka lakukan
tindakan dan pengobatan sesuai dengan rencana
semula.
Tindak Lanjut Masalah Ikterus
100. Selamat, Saudara telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1
Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit. Apakah Saudara telah
mengerti dan memahami materi yang telah dipelajari?
Jika sudah maka Saudara dapat melanjutkan Belajar Ke Kegiatan
Belajar Selanjutnya
Namun jika belum, pelajarilah kembali pada materi yang menurut
Saudara belum Saudara kuasai