SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
MODUL 2
Karakteristik PKn Sebagai
Pendidikan Nilai dan Moral
Nama Kelompok :
1. Candra Thiermawan
2. Dwi Budi Utomo
3. Wahyu Bhakti Rohmansah
Pendekatan PKn Sebagai
Pendidikan Nilai dan Moral
01
Pendidikan Nilai ?
Herman (1972) “Value is neither taught
nor cought, it is learned”, yang artinya Nilai itu tidak di
ajarkan ataupun di tangkap, itu di pelajari.
Proses pendidikan nilai sudah
berlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam
bentuk berbagai tradisi seperti pepatah adat, tradisi
turun-temurunn, simbol-simbol, kesenian daerah
seperti “Macapat” yang ada di tatar jawa dan berbalas
pantun di tatar melayu.
Kesenian pada dasarnya
merupakan produk budaya masyarakat yang
melukiskan penghayatan tentang nilai yang
berkembang dalam lingkungan
masyarakatnya masing-masing
Indigasi adalah pemanfaatan
kebudayaan daerah untuk
pembelajaran mata pelajaran lain
dengan tujuan untuk mendekatkan
pelajaran itu dengan lingkungan
sekitar siswa.
Contoh Kebudayaan daerah :
MALIN KUNDANG
(SUMATRA BARAT)
SANGKURIANG
(JAWA BARAT)
Adalah beberapa contoh
kesenian budaya yang digunakan sebagai
stimulus dalam pembahasan konsep nilai
“Surga di telapak kaki ibu”.
Pendidikan memiliki dua tujuan besar yaitu :
Lickona (1992:6)
Mengembangkan individu
dan masyarakat yang
“smart and good”
Konteks Pendidikan Nasional telah di
tegaskan dalam
Pasal 1 butir 1 UU sidikan 20/2003
Prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut
Pendidikan diselengarkan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagaaman, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.
01
Pendidikan di selengarakan sebagai satu kesatuan yang
sistematik dengan system terbuka dan multicultural.
02
Pendidikan diselangarakan sebagai suatu proses
pembudaayn dan peberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
03
Pendidikan di selenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
04
Pendidikan di selenggarakan dengan mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung.
05
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat.
06
Pendidikan Nilai dan Moral
dalam standar isi PKn di SD
02
Permendiknas no 22 tahun 2006 : bahwa
“Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamantkan oleh pancasila
dan UUD 1945”
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif
dalam menanggapi isu kewarganegaraan
Tujuan Permendiknas tersebut di buat adala
adalah :
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan masyarakat, berbangsa, bernegara,
serta antikorupsi
3. Berkembang secara positif dan demkratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter
masyarakat indonesia agar dapat hidup
bersama bangsa lain
4. Berinterkasi dengan bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
02
03 Berpikir kreatif adalah proses psikologis untuk menghasilkan suatu cara atau proses baru
yang lebih berkualitasatas dasar pemikiran terbaik
Berpikir kritis adalah proses psikologis untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek
atau fenomena dengan informasi yang akurat dan otentik,
Berpikir rasional adalah proses psikologis untuk memahami suatu objek dengan logika
01
Dilihat dari rumusan tujuannya , tidak terdapat rumusan bahwa PKN merupakan
pendidikan nilai dan moral, namun bila dikaji secra cermat dan mendasar pada setiap rumusan
kualitas perilaku yang ingin dikembangkan melekat sejumlah nilai dan moral yaitu .
05
06
Hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain adalah sikap dan cara hidup dengan individu
yang berasal dari masyarakat lain dengan prinsip saling menghormati dan hidup
berdampingan secara damai
Partisipasi aktif dan bertanggung jawab proses perlibatan sosial kultural seseorang atas
dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan kesedian memikul resiko
Bertindak cerdas adalah aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan
yang matang dan utuh
04
Dilihat dari rumusan tujuannya , tidak terdapat rumusan bahwa PKN merupakan
pendidikan nilai dan moral, namun bila dikaji secra cermat dan mendasar pada setiap rumusan
kualitas perilaku yang ingin dikembangkan melekat sejumlah nilai dan moral yaitu .
01.
Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
NKRI, partisipasi pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan
dan jaminan keadilan
Berdasarkan Permendiknas no 22 tahun 2006
Secara umum meliputi nilai dan moral sebagai berikut :
02.
Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat,
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan bangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukium peradilan
internasional
03.
Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, anggota
masyarakat , instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan ,
penghormatan dan perlindungan ham
04.
Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong harga diri
sebagai masyarakat , kebebasan berorganisasi, mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, persamaan kedudukan
05.
Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di indonesia
hubungan dasar negara dengan konstitusi
06.
Kekuasaan dan politik meliputi pemerintah desa dan kecamatan,
demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani , sistem pemerintah , pers dalam
masyarakat demokrasi
07.
Pancasila meliputi pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan pancasila pancasila sebgai dasar negara,
pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideologi terbuka
08.
Globalisasi meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri
indonesia di era globalisasi, dampk globalisasi, hubungan
internasional, mengevaluasi globalisasi
Hubungan Interaktif
Pengembangan Nilai dan
Moral dalam PKN SD
03
Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan
proses pendidikan di sekolah harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai
secara konseptual dan operasional. Konsep-konsep "values education, moral
education, education for virtues” yang secara teorik, oleh Lickona (1992)
diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya selain
mengembangkan pikiran,
Seperti dikutip oleh Lickona
(1992) Theodare Roosevelt (mantan Presiden
USA) dan Bill Honing (Superintendent of
Public Insruction, California) memberi
landasan pentingnya pendidikan nilai di
Amerika
“Mendidik orang, hanya tertuju pada pikirannya
dan bukan moralnya, sama dengan mendidikkan
keburukan kepada masyarakat”.
Bandul telah berayun kembali dari ide
romantika yang memandang bahwa semua nilai
kemasyarakatan adalah ancaman. Tetapi para pendidik
telah lama mengikuti masa kegilaan itu, yang pada
akhirnya berujung pada peserta didik ethically illiserate.
ROSEVEELT
HONING
Dua kutipan tersebut memberikan
landasan bahwa pendidik di dunia Barat
mempunyai keyakinan bahwa pendidikan nilai,
etika, moral sangat penting sebagai salah satu
wahana sosiopedagogis dalam menjamin
kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan
negara.
Hal tersebut juga tampaknya dipicu oleh
kenyataan meningkatnya permasalahan moral dalam
masyarakat yang merentang dari sikap rakus dan tidak
jujur sampai pada aneka kriminalitas dan perilaku
merusak diri sendiri seperti narkoba dan bunuh diri
Lickona (19922:4-5) kini semua negara bagian Amerika
Serikat dan semua unsur dalam masyarakat, publik dan
privat sepakat dan mendorong agar dunia persekolahan
mengambil peran yang aktif dalam pendidikan Nilai
khususnya pendidikan nilai moral. Tujuannya adalah
agar peserta didik menjadi melek etika, dan mampu
berperilaku baik di dalam masyarakat. Dalam konteks
itu dunia pendidikan diharapkan semakin mampu
mewujudkan tujuan utama pendidikan, yakni
mengembangkan individu yang “cerdas dan baik”.
Lebih jauh juga Lickona (1992:6-7) melihat bahwa
para pemikir dan pembangun demokrasi, sebagai paradigma
kehidupan di dunia Barat, berpandangan bahwa pendidikan
moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan
berhasilnya kehidupan demokrasi.
Hal itu sangatlah beralasan, karena demokrasi pada
dasarnya merupakan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat. Sesungguhnyalah rakyat yang harus bertanggung
jawab untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya masyarakat
yang bebas dan adil
Dalam konteks itu setiap
individu warga negara
seyogianya mengerti dan
memiliki komitmen terhadap
fondasi moral demokrasi yakni;
Menghormati hak orang lain,
Mematuhi hukum yang berlaku,
Partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan
Peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umum.
Berpijak dengan penuh kesadaran pada pemikiran tersebut,
sejak dini sekolah diharapkan mampu mengambil peran
yang aktif dalam merancang dan melaksanakan pendidikan
nilai moral yang bersumber dari kebajikan dan keadaban
demokrasi.
Dengan kata lain pendidikan nilai dalam dunia barat
adalah pendidikan nilai yang bertolak dari dan bermuara
pada nilai-nilai sosial-kultural demokrasi.
Jean Piaget pada masa hidupnya pernah
menjadi Wakil Direktur “Institute of Educational
Science” dan sebagai Guru Besar (Profesor) Psikologi
Eksperimental pada university of Geneva. Ia dengan
tekun melakukan penelitian mengenai perkembangan
struktur kognitif (cognitive structure) anak dan kajian
moral (moral judgement) anak selama 40 tahunan.
Penelitiannya itu didasarkan pada sikap verbal anak
(children verbal aftitudes) terhadap berbagai aturan
permainan, perilaku sehari-hari, mencuri, dan
membohong.
mengidentifikasi bahwa ada dua tingkat perkembangan moral pada
anak usia antara 6-12 tahun yakni;
Jean Piaget
Heteronomi
Autonomi
yakni anak mulai menyadari adanya
kebebasan untuk tidak sepenuhnya
menerima aturan itu sebagai hal yang
datang dari luar dirinya. Pada tingkatan ini
anak menunjukkan kemampuan untuk
mengkritisi aturan dan memilih aturan yang
tepat atas dasar kesepakatan dan
kerjasama dengan lingkungannya.
yakni segala aturan oleh anak dipandang
sebagai hal yang datang dari luar jadi
bersifat eksternal dan dianggap sakral
karena aturan itu merupakan hasil
pemikiran orang dewasa.
Piaget bertolak dari postulat atau
asumsi dasar bahwa “moralita berada
dalam suatu sistem aturan, oleh
karena itu hakikat moralita seyogianya
dilihat dari sudut bagaimana individu
menyadari kebutuhannya akan aturan
itu”. Atas dasar itu ia meneliti
bagaimana anak menyadari adanya
aturan dan bagaimana ia menerapkan
aturan itu dalam suatu permainan.
Sifat heteronomi anak disebabkan
oleh faktor kematangan struktur
kognitif yang ditandai sifat
egosentrisme dan hubungan interaktif
dengan orang dewasa di mana anak
merasa kurang berkuasa dibanding
orang dewasa.
Sedang sifat Autonomi dipengaruhi
oleh kematangan struktur kognitif yang
ditandai oleh kemampuan mengkaji
aturan secara kritis dan
menerapkannya secara selektif yang
muncul dari sikap resiprositas dan
kerjasama,
Bagaimana nilai moral berkembang dalam diri individu?
Secara teoritik nilai moral berkembang
secara psikologis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks sosial. Dalam kaitannya
dengan usia, Piaget merumuskan perkembangan
kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut.
Piaget membagi beberapa tahapan dalam dua domain
yakni kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan
aturan.
aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat
motorik saja
Usia 0 – 2 Tahun
aturan diterima sebagai perwujudan dari
kesepakatan
Usia 6 – 10 Tahun
aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih ber
orientasi diri sendiri
Usia 2 – 6 Tahun
aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat
memaksa
Usia 0 – 2 Tahun
aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sakral dan
diterima tanpa pemikiran
Usia 2 – 8 Tahun
aturan diterima sebagai hasil kesepakatan
Usia 8 – 12 Tahun
Tahapan pada domain kesadaran
mengenai aturan:
aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah
dihimpun
Usia 10– 12 Tahun
Tahapan pada domain pelaksanaan
aturan:
Bertolak dari teorinya itu Piaget menyimpulkan bahwa
pendidikan sekolah seyogianya menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan
(decision making skills) dan memecahkan masalah
(problem solving) dan membina perkembangan moral
dengan cara menuntut para peserta didik untuk
mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan/kepatutan (fairness). Dengan kata lain,
pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah
pendidikan nilai moral atau nilai etis yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi
perkembangan moral kognitif. Di situlah pendidikan nilai
dititikberatkan pada pengembangan perilaku moral
yang dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam
konteks kehidupan masyarakat.
Di lain pihak, Lawrence Kohlberg,
Professor pada Harvard University, USA, sejak tahun
1969 selama 18 tahun ia mengadakan penelitian tentang
perkembangan moral berlandaskan teori
perkembangan kognitif Piaget. Ia mengajukan postulat
atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara
berpikir melalui pengalaman termasuk . pengertian
konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan
kesejahteraan manusia
B
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan. Ciri moralita pada tahap ini adalah apapun
yang pada akhirnya mendapat pujian atau dihadiahi adalah baik, dan apapun yang pada
akhirnya dikenai hukuman adalah buruk
Tahap 2: Orientasi instrumental nisbi. Ciri moralita pada tahap ini adalah seseorang
berbuat baik apabila orang lain berbuat baik padanya, dan yang baik itu adalah sesuatu
bila satu sama lain berbuat hal yang sama
A
Membangun cara berpikir melalui pengalaman
termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak,
persamaan, dan kesejahteraan manusia.
Penelitian yang dilakukannya memusatkan perhatian
pada kelompok usia di atas usia yang diteliti oleh Piaget.
Dari penelitiannya itu Kohlberg merumuskan adanya
tiga tingkat (level) yang terdiri atas enam tahap (stage)
perkembangan moral seperti berikut.
1. Tingkat I: Prakonvensional (Preconventional)
B
Tahap 3: Orientasi kesepakatan timbal balik. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bahwa sesuatu hal dipandang baik dengan pertimbangan untuk memenuhi anggapan
orang lain baik atau baik karena memang disepakati.
Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bawa sesuatu hal yang baik itu adalah yang diatur oleh hukum dalam masyarakat dan
dikerjakan sebagai pemenuhan kewajiban sesuai dengan norma hukum tersebut.
A
2. Tingkat II: Konvensional (Conventional)
B
Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalistik. Ciri utama moralita adalah bahwa sesuatu
dinilai baik bila sesuai dengan kesepakatan umum dan diterima oleh masyarakat sebagai
kebenaran konsensual.
Tahap 6: Orientasi prinsip etika universal. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bahwa sesuatu dianggap baik bila telah menjadi prinsip etika yang bersifat universal dari
mana norma dan aturan dijabarkan.
A
3. Tingkat Ill: Poskonvensional (Postconventional)
Dengan teorinya itu Kohlberg (SMDE-Website, 2002) menolak pendidikan nilai/ karakter tradisional
yang berpijak pada pemikiran bahwa ada seperangkat kebajikan/ keadaban (bag of virtues) seperti kejujuran, budi
baik, kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral. Oleh karena itu ditegaskannya bahwa tugas guru
adalah membelajarkan kebajikan itu melalui percontohan dan komunikasi langsung keyakinan serta memfasilitasi
peserta didik untuk melaksanakan kebajikan itu dengan memberinya penguatan. Konsepsi dan pendekatan tradisional
pendidikan nilai ini dinilai tidak memberi prinsip yang memandu untuk mendefinisikan kebajikan mana yang sungguh
berharga untuk diikuti.
Dalam kenyataannya para guru pada akhirnya
berujung pada proses penanaman nilai yang tergantung
pada kepercayaan sosial, kultural dan personal. Untuk
mengatasi hal tersebut Kohlberg mengajukan pendekatan
pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan
klarifikasi nilai (value clarification approach). Pendekatan ini
bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu
satunya terhadap suatu dilema moral, tetapi di situ ada nilai
yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat.
Dengan kata lain, pendekatan
pendidikan nilai yang ditawarkan oleh
Kohiberg sama dengan yang ditawarkan
Piaget dalam hal fokusnya terhadap
perilaku moral yang dilandasi oleh
penalaran moral, namun berbeda dalam
hal titik berat pembelajarannya di mana
Piaget menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan
mengambil kepwusan dan memecahkan
masalah, sedangkan Kohlberg
menitikberatkan pada pemilihan nilai
yang dipegang terkait dengan alternatif
pemecahan terhadap suatu dilema
moral melalui proses klarifikasi bernalar.
Kedua teori perkembangan moral ini
memiliki visi dan misi yang sama dan sampai
dengan saat ini menjadi landasan dan
kerangka berpikir pendidikan nilai di dunia
barat yang dengan jelas menitikberatkan
pada peranan pikiran manusia dalam
mengendalikan perilaku moralnya. Tampak
jelas di situ bahwa pendidikan milai atas
dasar teori Piaget dan Kohlberg tersebut
sangat kental dengan pendidikan nilai yang
bersifat sekuler tidak mempertimbangkan
bahwa di dunia ini ada nilai religius yang
melandasi kehidupan individu dan
masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya
didekati secara rasional.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik and
content by Eliana Delacour
THANKS!
Monggo Tanglet !!

More Related Content

What's hot

3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013Deir Irhamni
 
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran Dewi Zulaeva
 
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptx
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptxModul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptx
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptxachmadzakki2
 
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5RPP tema 3 subtema 1 kelas 5
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5Dianisa Sarjani
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDTatik prisnamasari
 
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAEman Syukur
 
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docxAnalisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docxHudanLinnas1
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxMaximusCarlesSeda
 
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XII
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XIISILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XII
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XIIMuhamad Yogi
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Ig Fandy Jayanto
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Media pembelajaran berbasis tik
Media pembelajaran berbasis tikMedia pembelajaran berbasis tik
Media pembelajaran berbasis tiksardin sirdan
 
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaran
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaranPemanfaatan media audio dalam pembelajaran
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaranIsmail Fizh
 
Buku Siswa Kls 5 Tema 4
Buku Siswa Kls 5 Tema 4Buku Siswa Kls 5 Tema 4
Buku Siswa Kls 5 Tema 4Deir Irhamni
 

What's hot (20)

3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
 
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Makalah Pemanfaatan dan Penggunaan Media Pembelajaran
 
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptx
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptxModul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptx
Modul 5- Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.pptx
 
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan Pendidikan
 
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5RPP tema 3 subtema 1 kelas 5
RPP tema 3 subtema 1 kelas 5
 
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDContoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
Contoh RPP MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD
 
Bahasa indonesia untuk kelas 5
Bahasa indonesia untuk kelas 5Bahasa indonesia untuk kelas 5
Bahasa indonesia untuk kelas 5
 
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN.ppt
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN.pptPERMASALAHAN PEMBELAJARAN.ppt
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN.ppt
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
 
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
 
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docxAnalisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
 
Ppt silabus KTSP
Ppt silabus KTSPPpt silabus KTSP
Ppt silabus KTSP
 
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XII
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XIISILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XII
SILABUS MATA PELAJARAN PPKn KELAS XII
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Media pembelajaran berbasis tik
Media pembelajaran berbasis tikMedia pembelajaran berbasis tik
Media pembelajaran berbasis tik
 
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaran
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaranPemanfaatan media audio dalam pembelajaran
Pemanfaatan media audio dalam pembelajaran
 
Buku Siswa Kls 5 Tema 4
Buku Siswa Kls 5 Tema 4Buku Siswa Kls 5 Tema 4
Buku Siswa Kls 5 Tema 4
 
Kedudukan dan fungsi pancasila
Kedudukan dan fungsi pancasilaKedudukan dan fungsi pancasila
Kedudukan dan fungsi pancasila
 

Similar to Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx

Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdf
Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdfPresentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdf
Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdfbadzlan752
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiAnang Sarbaini
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
Konsep nilai dalam PKn
Konsep nilai dalam PKnKonsep nilai dalam PKn
Konsep nilai dalam PKnOwner Fashion
 
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptxLusfianaKhairunnisa
 
Hakikat Pembelajaran PPKn SD
Hakikat Pembelajaran PPKn SDHakikat Pembelajaran PPKn SD
Hakikat Pembelajaran PPKn SDNovalMadani
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxReynaldi Wahyu
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Muh Nafis Edi Yahyana
 
Kurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikKurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikAli Murfhy
 
Kurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikKurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikAli Murfi
 

Similar to Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx (20)

Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdf
Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdfPresentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdf
Presentas kelompok 1 pembelajaran PKN SD.pdf
 
Pkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilaiPkn perspektif pendidikan nilai
Pkn perspektif pendidikan nilai
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
Portofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar PendidikanPortofolio Pengantar Pendidikan
Portofolio Pengantar Pendidikan
 
Konsep nilai dalam PKn
Konsep nilai dalam PKnKonsep nilai dalam PKn
Konsep nilai dalam PKn
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Makalah generasi muda
Makalah generasi mudaMakalah generasi muda
Makalah generasi muda
 
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx
1 paradigma pend kewarganegaraan sd.pptx
 
Hakikat Pembelajaran PPKn SD
Hakikat Pembelajaran PPKn SDHakikat Pembelajaran PPKn SD
Hakikat Pembelajaran PPKn SD
 
16919924.ppt
16919924.ppt16919924.ppt
16919924.ppt
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Tugas pkn siap tempur
Tugas pkn siap tempurTugas pkn siap tempur
Tugas pkn siap tempur
 
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptxPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (REVISI).pptx
 
Pendidikan moral
Pendidikan moralPendidikan moral
Pendidikan moral
 
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
Pendidikan dalam Membentuk Masyarakat Madani (makalah BIK)
 
Bab i pkn di pt
Bab i pkn di ptBab i pkn di pt
Bab i pkn di pt
 
Karakteristik mata pelajaran PPKn
Karakteristik mata pelajaran PPKnKarakteristik mata pelajaran PPKn
Karakteristik mata pelajaran PPKn
 
Pendidikan p kn di sd
Pendidikan p kn di sdPendidikan p kn di sd
Pendidikan p kn di sd
 
Kurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikKurikulum Humanistik
Kurikulum Humanistik
 
Kurikulum Humanistik
Kurikulum HumanistikKurikulum Humanistik
Kurikulum Humanistik
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

Modul 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral.pptx

  • 1. MODUL 2 Karakteristik PKn Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral Nama Kelompok : 1. Candra Thiermawan 2. Dwi Budi Utomo 3. Wahyu Bhakti Rohmansah
  • 3. Pendidikan Nilai ? Herman (1972) “Value is neither taught nor cought, it is learned”, yang artinya Nilai itu tidak di ajarkan ataupun di tangkap, itu di pelajari. Proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam bentuk berbagai tradisi seperti pepatah adat, tradisi turun-temurunn, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “Macapat” yang ada di tatar jawa dan berbalas pantun di tatar melayu.
  • 4. Kesenian pada dasarnya merupakan produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilai yang berkembang dalam lingkungan masyarakatnya masing-masing Indigasi adalah pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan sekitar siswa.
  • 5. Contoh Kebudayaan daerah : MALIN KUNDANG (SUMATRA BARAT) SANGKURIANG (JAWA BARAT) Adalah beberapa contoh kesenian budaya yang digunakan sebagai stimulus dalam pembahasan konsep nilai “Surga di telapak kaki ibu”.
  • 6. Pendidikan memiliki dua tujuan besar yaitu : Lickona (1992:6) Mengembangkan individu dan masyarakat yang “smart and good” Konteks Pendidikan Nasional telah di tegaskan dalam Pasal 1 butir 1 UU sidikan 20/2003
  • 7. Prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut Pendidikan diselengarkan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagaaman, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. 01 Pendidikan di selengarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan system terbuka dan multicultural. 02 Pendidikan diselangarakan sebagai suatu proses pembudaayn dan peberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 03
  • 8. Pendidikan di selenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 04 Pendidikan di selenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung. 05 Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat. 06
  • 9. Pendidikan Nilai dan Moral dalam standar isi PKn di SD 02
  • 10. Permendiknas no 22 tahun 2006 : bahwa “Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamantkan oleh pancasila dan UUD 1945”
  • 11. 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan Tujuan Permendiknas tersebut di buat adala adalah : 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa, bernegara, serta antikorupsi 3. Berkembang secara positif dan demkratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama bangsa lain 4. Berinterkasi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
  • 12. 02 03 Berpikir kreatif adalah proses psikologis untuk menghasilkan suatu cara atau proses baru yang lebih berkualitasatas dasar pemikiran terbaik Berpikir kritis adalah proses psikologis untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek atau fenomena dengan informasi yang akurat dan otentik, Berpikir rasional adalah proses psikologis untuk memahami suatu objek dengan logika 01 Dilihat dari rumusan tujuannya , tidak terdapat rumusan bahwa PKN merupakan pendidikan nilai dan moral, namun bila dikaji secra cermat dan mendasar pada setiap rumusan kualitas perilaku yang ingin dikembangkan melekat sejumlah nilai dan moral yaitu .
  • 13. 05 06 Hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain adalah sikap dan cara hidup dengan individu yang berasal dari masyarakat lain dengan prinsip saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai Partisipasi aktif dan bertanggung jawab proses perlibatan sosial kultural seseorang atas dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan kesedian memikul resiko Bertindak cerdas adalah aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang dan utuh 04 Dilihat dari rumusan tujuannya , tidak terdapat rumusan bahwa PKN merupakan pendidikan nilai dan moral, namun bila dikaji secra cermat dan mendasar pada setiap rumusan kualitas perilaku yang ingin dikembangkan melekat sejumlah nilai dan moral yaitu .
  • 14. 01. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan Berdasarkan Permendiknas no 22 tahun 2006 Secara umum meliputi nilai dan moral sebagai berikut : 02. Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan bangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukium peradilan internasional
  • 15. 03. Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, anggota masyarakat , instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan , penghormatan dan perlindungan ham 04. Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong harga diri sebagai masyarakat , kebebasan berorganisasi, mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, persamaan kedudukan 05. Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di indonesia hubungan dasar negara dengan konstitusi
  • 16. 06. Kekuasaan dan politik meliputi pemerintah desa dan kecamatan, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani , sistem pemerintah , pers dalam masyarakat demokrasi 07. Pancasila meliputi pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila pancasila sebgai dasar negara, pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka 08. Globalisasi meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri indonesia di era globalisasi, dampk globalisasi, hubungan internasional, mengevaluasi globalisasi
  • 17. Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKN SD 03
  • 18. Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan di sekolah harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan operasional. Konsep-konsep "values education, moral education, education for virtues” yang secara teorik, oleh Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, Seperti dikutip oleh Lickona (1992) Theodare Roosevelt (mantan Presiden USA) dan Bill Honing (Superintendent of Public Insruction, California) memberi landasan pentingnya pendidikan nilai di Amerika
  • 19. “Mendidik orang, hanya tertuju pada pikirannya dan bukan moralnya, sama dengan mendidikkan keburukan kepada masyarakat”. Bandul telah berayun kembali dari ide romantika yang memandang bahwa semua nilai kemasyarakatan adalah ancaman. Tetapi para pendidik telah lama mengikuti masa kegilaan itu, yang pada akhirnya berujung pada peserta didik ethically illiserate. ROSEVEELT HONING
  • 20. Dua kutipan tersebut memberikan landasan bahwa pendidik di dunia Barat mempunyai keyakinan bahwa pendidikan nilai, etika, moral sangat penting sebagai salah satu wahana sosiopedagogis dalam menjamin kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan negara.
  • 21. Hal tersebut juga tampaknya dipicu oleh kenyataan meningkatnya permasalahan moral dalam masyarakat yang merentang dari sikap rakus dan tidak jujur sampai pada aneka kriminalitas dan perilaku merusak diri sendiri seperti narkoba dan bunuh diri Lickona (19922:4-5) kini semua negara bagian Amerika Serikat dan semua unsur dalam masyarakat, publik dan privat sepakat dan mendorong agar dunia persekolahan mengambil peran yang aktif dalam pendidikan Nilai khususnya pendidikan nilai moral. Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi melek etika, dan mampu berperilaku baik di dalam masyarakat. Dalam konteks itu dunia pendidikan diharapkan semakin mampu mewujudkan tujuan utama pendidikan, yakni mengembangkan individu yang “cerdas dan baik”.
  • 22. Lebih jauh juga Lickona (1992:6-7) melihat bahwa para pemikir dan pembangun demokrasi, sebagai paradigma kehidupan di dunia Barat, berpandangan bahwa pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi. Hal itu sangatlah beralasan, karena demokrasi pada dasarnya merupakan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Sesungguhnyalah rakyat yang harus bertanggung jawab untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya masyarakat yang bebas dan adil
  • 23. Dalam konteks itu setiap individu warga negara seyogianya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi moral demokrasi yakni; Menghormati hak orang lain, Mematuhi hukum yang berlaku, Partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan Peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umum. Berpijak dengan penuh kesadaran pada pemikiran tersebut, sejak dini sekolah diharapkan mampu mengambil peran yang aktif dalam merancang dan melaksanakan pendidikan nilai moral yang bersumber dari kebajikan dan keadaban demokrasi. Dengan kata lain pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai yang bertolak dari dan bermuara pada nilai-nilai sosial-kultural demokrasi.
  • 24. Jean Piaget pada masa hidupnya pernah menjadi Wakil Direktur “Institute of Educational Science” dan sebagai Guru Besar (Profesor) Psikologi Eksperimental pada university of Geneva. Ia dengan tekun melakukan penelitian mengenai perkembangan struktur kognitif (cognitive structure) anak dan kajian moral (moral judgement) anak selama 40 tahunan. Penelitiannya itu didasarkan pada sikap verbal anak (children verbal aftitudes) terhadap berbagai aturan permainan, perilaku sehari-hari, mencuri, dan membohong.
  • 25. mengidentifikasi bahwa ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia antara 6-12 tahun yakni; Jean Piaget Heteronomi Autonomi yakni anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya. Pada tingkatan ini anak menunjukkan kemampuan untuk mengkritisi aturan dan memilih aturan yang tepat atas dasar kesepakatan dan kerjasama dengan lingkungannya. yakni segala aturan oleh anak dipandang sebagai hal yang datang dari luar jadi bersifat eksternal dan dianggap sakral karena aturan itu merupakan hasil pemikiran orang dewasa.
  • 26. Piaget bertolak dari postulat atau asumsi dasar bahwa “moralita berada dalam suatu sistem aturan, oleh karena itu hakikat moralita seyogianya dilihat dari sudut bagaimana individu menyadari kebutuhannya akan aturan itu”. Atas dasar itu ia meneliti bagaimana anak menyadari adanya aturan dan bagaimana ia menerapkan aturan itu dalam suatu permainan. Sifat heteronomi anak disebabkan oleh faktor kematangan struktur kognitif yang ditandai sifat egosentrisme dan hubungan interaktif dengan orang dewasa di mana anak merasa kurang berkuasa dibanding orang dewasa. Sedang sifat Autonomi dipengaruhi oleh kematangan struktur kognitif yang ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara kritis dan menerapkannya secara selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama,
  • 27. Bagaimana nilai moral berkembang dalam diri individu? Secara teoritik nilai moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial. Dalam kaitannya dengan usia, Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut. Piaget membagi beberapa tahapan dalam dua domain yakni kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan aturan.
  • 28. aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat motorik saja Usia 0 – 2 Tahun aturan diterima sebagai perwujudan dari kesepakatan Usia 6 – 10 Tahun aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih ber orientasi diri sendiri Usia 2 – 6 Tahun aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa Usia 0 – 2 Tahun aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran Usia 2 – 8 Tahun aturan diterima sebagai hasil kesepakatan Usia 8 – 12 Tahun Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan: aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun Usia 10– 12 Tahun Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
  • 29. Bertolak dari teorinya itu Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogianya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah (problem solving) dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut para peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan keadilan/kepatutan (fairness). Dengan kata lain, pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan moral kognitif. Di situlah pendidikan nilai dititikberatkan pada pengembangan perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat.
  • 30. Di lain pihak, Lawrence Kohlberg, Professor pada Harvard University, USA, sejak tahun 1969 selama 18 tahun ia mengadakan penelitian tentang perkembangan moral berlandaskan teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk . pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia
  • 31. B Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan. Ciri moralita pada tahap ini adalah apapun yang pada akhirnya mendapat pujian atau dihadiahi adalah baik, dan apapun yang pada akhirnya dikenai hukuman adalah buruk Tahap 2: Orientasi instrumental nisbi. Ciri moralita pada tahap ini adalah seseorang berbuat baik apabila orang lain berbuat baik padanya, dan yang baik itu adalah sesuatu bila satu sama lain berbuat hal yang sama A Membangun cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia. Penelitian yang dilakukannya memusatkan perhatian pada kelompok usia di atas usia yang diteliti oleh Piaget. Dari penelitiannya itu Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat (level) yang terdiri atas enam tahap (stage) perkembangan moral seperti berikut. 1. Tingkat I: Prakonvensional (Preconventional)
  • 32. B Tahap 3: Orientasi kesepakatan timbal balik. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa sesuatu hal dipandang baik dengan pertimbangan untuk memenuhi anggapan orang lain baik atau baik karena memang disepakati. Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bawa sesuatu hal yang baik itu adalah yang diatur oleh hukum dalam masyarakat dan dikerjakan sebagai pemenuhan kewajiban sesuai dengan norma hukum tersebut. A 2. Tingkat II: Konvensional (Conventional) B Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalistik. Ciri utama moralita adalah bahwa sesuatu dinilai baik bila sesuai dengan kesepakatan umum dan diterima oleh masyarakat sebagai kebenaran konsensual. Tahap 6: Orientasi prinsip etika universal. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah bahwa sesuatu dianggap baik bila telah menjadi prinsip etika yang bersifat universal dari mana norma dan aturan dijabarkan. A 3. Tingkat Ill: Poskonvensional (Postconventional)
  • 33. Dengan teorinya itu Kohlberg (SMDE-Website, 2002) menolak pendidikan nilai/ karakter tradisional yang berpijak pada pemikiran bahwa ada seperangkat kebajikan/ keadaban (bag of virtues) seperti kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral. Oleh karena itu ditegaskannya bahwa tugas guru adalah membelajarkan kebajikan itu melalui percontohan dan komunikasi langsung keyakinan serta memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kebajikan itu dengan memberinya penguatan. Konsepsi dan pendekatan tradisional pendidikan nilai ini dinilai tidak memberi prinsip yang memandu untuk mendefinisikan kebajikan mana yang sungguh berharga untuk diikuti. Dalam kenyataannya para guru pada akhirnya berujung pada proses penanaman nilai yang tergantung pada kepercayaan sosial, kultural dan personal. Untuk mengatasi hal tersebut Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai (value clarification approach). Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu satunya terhadap suatu dilema moral, tetapi di situ ada nilai yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat.
  • 34. Dengan kata lain, pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan oleh Kohiberg sama dengan yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelajarannya di mana Piaget menitikberatkan pada pengembangan kemampuan mengambil kepwusan dan memecahkan masalah, sedangkan Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait dengan alternatif pemecahan terhadap suatu dilema moral melalui proses klarifikasi bernalar. Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berpikir pendidikan nilai di dunia barat yang dengan jelas menitikberatkan pada peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya. Tampak jelas di situ bahwa pendidikan milai atas dasar teori Piaget dan Kohlberg tersebut sangat kental dengan pendidikan nilai yang bersifat sekuler tidak mempertimbangkan bahwa di dunia ini ada nilai religius yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya didekati secara rasional.
  • 35. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik and content by Eliana Delacour THANKS! Monggo Tanglet !!