Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Makalah ini membahas sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis mulai dari masa Rasul SAW hingga masa penyempurnaan dan pengembangan sistem penyusunan kitab hadis. Pembahasan dimulai dari cara Rasul menyampaikan hadis kepada sahabat, kemudian perkembangannya pada masa sahabat dan tabi'in beserta upaya melestarikan hadis, hingga masa penyusunan kitab hadis secara sistematis. [/ringkasan]
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Makalah ini membahas sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis mulai dari masa Rasul SAW hingga masa penyempurnaan dan pengembangan sistem penyusunan kitab hadis. Pembahasan dimulai dari cara Rasul menyampaikan hadis kepada sahabat, kemudian perkembangannya pada masa sahabat dan tabi'in beserta upaya melestarikan hadis, hingga masa penyusunan kitab hadis secara sistematis. [/ringkasan]
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Sejarah penghimpunan hadits dimulai sejak masa Rasulullah SAW hingga masa tabi'in, dengan perkembangan yang berbeda pada setiap masa khalifah. Kodifikasi hadits dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz atas perintahnya.
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Penulisan hadis pada masa Nabi dilakukan secara tidak resmi oleh beberapa sahabat untuk menguatkan hafalan, meski tidak diperintahkan secara resmi. Nabi menyampaikan hadis di berbagai tempat seperti masjid, pasar, dan rumah untuk didengar langsung oleh sahabat. Nabi juga mendorong penyebaran ilmu dengan memberikan motivasi berupa pahala bagi pengajar dan penuntut ilmu.
Kodifikasi hadis pada masa awal Islam dilakukan oleh sahabat kecil dan tabi'in. Mereka meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian dikumpulkan oleh generasi berikutnya seperti Az-Zuhri dan Ibn Abbas. Pergolakan politik antara Sunni dan Syi'ah menyebabkan munculnya pemalsuan hadis untuk mendukung klaim masing-masing kelompok.
Tulisan ini membahas pentingnya memahami kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Islam. Sumber-sumber sejarah awal tentang kehidupan Nabi SAW dibahas, termasuk penulis-penulis terkemuka. Penerbit berargumen bahwa memahami kehidupan Nabi SAW harus menjadi bagian penting dalam pendidikan umat Islam.
Tulisan ini memperingatkan terhadap praktik tajrih (mencela) dan tabdi' (membid'ahkan) yang dilakukan oleh kelompok kecil dari Ahlus Sunnah terhadap sesama Ahlus Sunnah. Tulisan ini mencontohkan dua ulama besar yang difitnah karena memberikan fatwa bolehnya bergabung dengan suatu organisasi, serta menyebutkan bahaya praktik ini yang dapat memutuskan silaturahmi.
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al buttiAnggit T A W
Teks tersebut membahas pentingnya mempelajari Sirah Nabi untuk memahami Islam secara utuh. Ia juga menjelaskan sumber-sumber Sirah Nabi seperti Al-Quran, hadis shahih, dan kitab-kitab sejarah. Selanjutnya teks tersebut membahas mengapa Arabia dipilih sebagai tempat kelahiran Islam dengan menggambarkan kondisi peradaban di berbagai belahan dunia pada saat itu.
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Dokumen tersebut membahas mengenai pengertian dan bidang studi Ulum al-Quran, yang meliputi pembelajaran tentang sejarah penurunan, kompilasi, bacaan, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan al-Quran. Ia juga menjelaskan perkembangan Ulum al-Quran sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad-abad berikutnya.
Pada zaman awal, Al-Quran ditulis dan dihafal oleh para sahabat. Pada zaman Abu Bakar, Al-Quran dikumpulkan dalam satu mashaf setelah penghafal meninggal dunia. Pada zaman Uthman, naskhah Al-Quran disalin untuk menghapuskan perbezaan bacaan.
Teks tersebut menjelaskan pentingnya mempelajari Sirah Nabawiyah untuk memahami Islam secara utuh. Sumber-sumber utama Sirah Nabawiyah adalah Al-Quran, hadis-hadis shahih, dan kitab-kitab sejarah. Jazirah Arab dipilih sebagai tempat kelahiran dan perkembangan Islam karena kondisi peradaban di negara-negara lain pada saat itu sudah jatuh ke dalam kebejatan moral dan kesalahan
Dokumen tersebut membahasakan tentang fahaman Wahabi, meliputi pengenalan Wahabi, sejarahnya, faktor-faktor berlakunya perkembangannya, kesan ancamannya, penyelewengan fahamannya, pandangan ulama dan ahli sarjana mengenainya, serta mengiktiraf perkara yang diperselisihkan dan disepakati dalam memahami bid'ah.
Dokumen tersebut membahas tentang Qira'at Sab'ah, termasuk pengertian Qira'at, jenis-jenis Qira'at, syarat-syarat Qira'at yang benar, dan imam-imam Qira'at Sab'ah beserta murid-murid mereka.
Ulumul Quran adalah ilmu yang membahas berbagai aspek terkait Al-Quran, meliputi sejarah penurunan ayat, pengumpulan, dan penyusunan Al-Quran serta kajian terhadap berbagai jenis ayat seperti Muhkam, Mutasyabihat, Nasikh dan Mansukh.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Sejarah penghimpunan hadits dimulai sejak masa Rasulullah SAW hingga masa tabi'in, dengan perkembangan yang berbeda pada setiap masa khalifah. Kodifikasi hadits dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz atas perintahnya.
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Penulisan hadis pada masa Nabi dilakukan secara tidak resmi oleh beberapa sahabat untuk menguatkan hafalan, meski tidak diperintahkan secara resmi. Nabi menyampaikan hadis di berbagai tempat seperti masjid, pasar, dan rumah untuk didengar langsung oleh sahabat. Nabi juga mendorong penyebaran ilmu dengan memberikan motivasi berupa pahala bagi pengajar dan penuntut ilmu.
Kodifikasi hadis pada masa awal Islam dilakukan oleh sahabat kecil dan tabi'in. Mereka meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian dikumpulkan oleh generasi berikutnya seperti Az-Zuhri dan Ibn Abbas. Pergolakan politik antara Sunni dan Syi'ah menyebabkan munculnya pemalsuan hadis untuk mendukung klaim masing-masing kelompok.
Tulisan ini membahas pentingnya memahami kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Islam. Sumber-sumber sejarah awal tentang kehidupan Nabi SAW dibahas, termasuk penulis-penulis terkemuka. Penerbit berargumen bahwa memahami kehidupan Nabi SAW harus menjadi bagian penting dalam pendidikan umat Islam.
Tulisan ini memperingatkan terhadap praktik tajrih (mencela) dan tabdi' (membid'ahkan) yang dilakukan oleh kelompok kecil dari Ahlus Sunnah terhadap sesama Ahlus Sunnah. Tulisan ini mencontohkan dua ulama besar yang difitnah karena memberikan fatwa bolehnya bergabung dengan suatu organisasi, serta menyebutkan bahaya praktik ini yang dapat memutuskan silaturahmi.
Sirah nabawiyah muhammad said ramadhan al buttiAnggit T A W
Teks tersebut membahas pentingnya mempelajari Sirah Nabi untuk memahami Islam secara utuh. Ia juga menjelaskan sumber-sumber Sirah Nabi seperti Al-Quran, hadis shahih, dan kitab-kitab sejarah. Selanjutnya teks tersebut membahas mengapa Arabia dipilih sebagai tempat kelahiran Islam dengan menggambarkan kondisi peradaban di berbagai belahan dunia pada saat itu.
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Dokumen tersebut membahas mengenai pengertian dan bidang studi Ulum al-Quran, yang meliputi pembelajaran tentang sejarah penurunan, kompilasi, bacaan, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan al-Quran. Ia juga menjelaskan perkembangan Ulum al-Quran sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga abad-abad berikutnya.
Pada zaman awal, Al-Quran ditulis dan dihafal oleh para sahabat. Pada zaman Abu Bakar, Al-Quran dikumpulkan dalam satu mashaf setelah penghafal meninggal dunia. Pada zaman Uthman, naskhah Al-Quran disalin untuk menghapuskan perbezaan bacaan.
Teks tersebut menjelaskan pentingnya mempelajari Sirah Nabawiyah untuk memahami Islam secara utuh. Sumber-sumber utama Sirah Nabawiyah adalah Al-Quran, hadis-hadis shahih, dan kitab-kitab sejarah. Jazirah Arab dipilih sebagai tempat kelahiran dan perkembangan Islam karena kondisi peradaban di negara-negara lain pada saat itu sudah jatuh ke dalam kebejatan moral dan kesalahan
Dokumen tersebut membahasakan tentang fahaman Wahabi, meliputi pengenalan Wahabi, sejarahnya, faktor-faktor berlakunya perkembangannya, kesan ancamannya, penyelewengan fahamannya, pandangan ulama dan ahli sarjana mengenainya, serta mengiktiraf perkara yang diperselisihkan dan disepakati dalam memahami bid'ah.
Dokumen tersebut membahas tentang Qira'at Sab'ah, termasuk pengertian Qira'at, jenis-jenis Qira'at, syarat-syarat Qira'at yang benar, dan imam-imam Qira'at Sab'ah beserta murid-murid mereka.
Ulumul Quran adalah ilmu yang membahas berbagai aspek terkait Al-Quran, meliputi sejarah penurunan ayat, pengumpulan, dan penyusunan Al-Quran serta kajian terhadap berbagai jenis ayat seperti Muhkam, Mutasyabihat, Nasikh dan Mansukh.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Panduan Evaluasi Sholat dan Hadits Shahih - Mengevaluasi Cara Sholat KitaHary HarysMatta
Dokumen tersebut membahas tentang panduan sholat berdasarkan hadits shahih. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian hadits dan jenis-jenisnya, proses pembukuannya, validitas hadits, serta tata cara melaksanakan sholat sesuai sunnah Rasulullah.
PENULISAN HADITS NABI PRAKODIFIKASI
(Masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ulumul Hadits
DOSEN:
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A
Oleh:
Liseu Taqillah
NIM: 182420106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDIN”
BANTEN
TAHUN 2019
1. Dokumen tersebut membahas tentang hadits maudhu' atau hadits palsu, yaitu hadits yang dibuat-buat dan tidak benar-benar diucapkan oleh Nabi Muhammad. Dokumen ini menjelaskan pengertian, faktor munculnya, dan upaya ulama dalam mendeteksi hadits palsu.
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)annisa berliana
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
Kodifikasi hadis dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Aziz untuk menyelamatkan hadis-hadis dari kepunahan akibat hilangnya para ulama dan bercampurnya hadis sahih dan palsu. Proses kodifikasi meliputi pengumpulan, penyeleksian, dan penyusunan hadis ke dalam kitab-kitab hadis oleh para ulama. Hal ini membantu melestarikan dan mengemb
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
Makalah ini membahas tentang qira'at sab'ah yang merupakan tujuh cara membaca Al-Quran yang diriwayatkan dari para imam qira'at. Pembahasan meliputi pengertian qira'at, pembagian dan macam-macam qira'at, syarat-syarat qira'at yang benar, serta imam-imam qira'at sab'ah dan murid-murid mereka.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang qiraat Al-Qur'an, termasuk pengertian, syarat-syarat yang sahih, jenis-jenisnya, tokoh-tokohnya, dan latar belakang timbulnya perbedaan qiraat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sahabat, cara mengetahui sahabat, dan pendapat ulama tentang keadilan sahabat. Sahabat didefinisikan sebagai orang yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan Islam. Cara mengetahui seseorang sebagai sahabat melalui khabar mutawatir, masyhur, pernyataan sahabat lain, atau pengakuan sendiri. Ada dua pendapat tentang keadil
Dokumen tersebut membahas sejarah Islam mulai dari masa sebelum kenabian Nabi Muhammad hingga kejatuhan khalifah terakhir. Terdiri dari 10 bab yang membahas periode sejarah Islam.
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai aliran dalam Islam, khususnya yang tergolong sesat. Disebutkan terdapat 72 aliran sesat yang terbagi atas beberapa kelompok seperti Syiah, Khawarij, Mu'tazilah, dan lainnya.
2. Ahlussunnah wal Jamaah dijelaskan sebagai golongan yang mengikuti ajaran dan amalan Nabi beserta sahabat-sahabatnya. Terdapat delapan kelompok dalam
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dokumen tersebut membahas tentang sifat dan akhlak Imam Al-Bukhari dalam kajian hadis, khususnya kesungguhannya yang tinggi dalam menghafal hadis.
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxNunuNurhayati3
Ulumul hadist merupakan ilmu yang membahas hadist Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya terbagi menjadi tiga periode yaitu masa klasik, pertengahan, dan modern. Pada masa klasik, hadist dibentuk dan diamalkan oleh para sahabat Nabi. Kemudian pada masa pertengahan, hadist diseleksi dan dikembangkan lebih lanjut melalui penyusunan kitab-kitab hadist. Pada masa modern, pengembangan ilmu had
SDN Padasuka Mandiri 1 adalah sekolah negeri yang berlokasi di Kota Cimahi, Jawa Barat. Sekolah ini memiliki 18 guru dan 467 siswa dari kelas 1 sampai 6. Sekolah ini mencapai prestasi akademik dan non-akademik tinggi pada tingkat kota, provinsi, bahkan nasional melalui berbagai lomba seperti pantomin, pramuka, dan renang.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan total quality management (TQM) dan implementasi awal TQM dalam dunia pendidikan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) TQM berawal dari kebutuhan akan kualitas produksi massal, (2) TQM di Jepang berkembang setelah Perang Dunia 2, dan (3) penerapan awal TQM dalam pendidikan meliputi pengembangan guru dan standarisasi mutu pendidikan.
Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7/8 Masehi melalui perdagangan dan penyebaran oleh pedagang Muslim Arab dan India. Teori utama masuknya Islam adalah melalui Sriwijaya dan Barus yang memanfaatkan jalur perdagangan, serta kunjungan utusan Arab ke Kerajaan Kalingga pada 674 M. Pengaruh Persia dan Turki juga berperan melalui bahasa, tarekat, dan ulama yang menyebarkan ajaran Islam.
slide tentang pembahasan mengenai beberapa ayat di dalam al-Quran yang membahas tentang supervisi pendidikan, terutama dalam hal perencanaan pendidikan islami
Sistem informasi manajemen kesiswaan di mts baiturrahim kota cimahiMuhamad Anugrah
MTs. Baiturrahim telah menerapkan sistem informasi manajemen kesiswaan untuk mempermudah akses informasi siswa walaupun sebagian masih manual. Sistem ini meliputi penerimaan siswa baru, pembelajaran, dan disiplin, serta dimanfaatkan untuk komunikasi dengan orangtua melalui aplikasi seperti WhatsApp, SIMPATIKA, dan EMIS Madrasah.
Penerapan spmi di sd negeri padasuka mandiri 1Muhamad Anugrah
Dokumen ini membahas penerapan sistem penjaminan mutu internal di SD Negeri Padasuka Mandiri 1. Sekolah ini melaksanakan siklus penjaminan mutu meliputi pemetaan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi mutu, serta penyusunan strategi baru. SD ini juga ditunjuk sebagai sekolah model untuk memberikan bimbingan kepada sekolah-sekolah di sekitarnya.
Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan supervisi manajerial dalam pengelolaan kurikulum 2013 untuk meningkatkan kompetensi manajerial kepala sekolah dan tim pengembang sekolah agar sekolah dapat memenuhi delapan standar nasional pendidikan. Supervisi ini akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti pengembangan dokumen pengelolaan kurikulum, pemenuhan standar berbasis data, peningkatan otonomi sekolah, dan
Program supervisi kepala sekolah contoh untuk smkMuhamad Anugrah
Program supervisi kepala sekolah SMK menjelaskan rencana supervisi akademik dan manajerial untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Rencana supervisi akademik meliputi pengembangan silabus, peningkatan metode pembelajaran, dan analisis hasil belajar. Sedangkan supervisi manajerial meliputi pengelolaan kurikulum, sarana prasarana, dan kerjasama dengan stakeholder. Program ini diharapkan dapat meningkatkan prof
Instrumen supervisi manajerial ini digunakan untuk menilai delapan aspek administrasi dan manajemen sekolah, yaitu administrasi kurikulum dan pembelajaran, administrasi kelas, administrasi dan manajemen sekolah, organisasi dan kelembagaan, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, serta peserta didik. Instrumen ini berisi delapan lembar soal dengan berbagai komponen penilaian untuk masing-masing aspek.
Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru. Terdiri dari dua bagian yaitu instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran yang menilai perencanaan guru, dan instrumen observasi kelas yang menilai pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kedua instrumen ini berisi kriteria penilaian untuk aspek-aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru beserta skala nilai untuk setiap k
Dokumen tersebut membahas tentang standar, komponen, aspek, dan indikator untuk supervisi, monitoring, dan evaluasi SMP berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Dokumen ini menjelaskan lima standar utama yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, beserta komponen, aspek, dan indikator penilaian untuk masing-masing standar.
Dokumen tersebut membahas tentang pembobotan standar, komponen, aspek, dan indikator pendidikan untuk supervisi, monitoring, dan evaluasi SMP berdasarkan Standar Nasional Pendidikan yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Dokumen ini menjelaskan empat standar utama yaitu isi, proses, kompetensi lulusan, dan guru beserta tenaga kependidikan lainnya beserta bobotnya masing-masing.
Dokumen tersebut merupakan instrumen untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama berdasarkan enam standar, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, serta standar pengelolaan. Dokumen tersebut berisi kriteria dan jenis dokumen yang harus dimiliki sekolah untuk memenu
SMP-SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) membahas standar pembiayaan pendidikan yang mencakup aspek-aspek seperti biaya investasi, biaya operasional, biaya personal, dan transparansi serta akuntabilitas. Dokumen ini memberikan pedoman bagi sekolah dalam menyusun rencana kerja dan anggaran sekolah yang melibatkan berbagai pihak serta mengelola dana secara sistematis dan akuntabel.
[Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) merupakan dokumen penting dalam pengelolaan sekolah. RKS dan RKAS disusun dengan sistematika yang mencakup visi, misi, tujuan, program, anggaran, dan rencana evaluasi, serta mencakup berbagai aspek seperti kurikulum, sarana prasarana, dan sumber daya manusia.]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Metode kritik hadits
1. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana U
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
.............................................................................................................................
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
A. Pendahuluan
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
sabda-sabdanya selain Al-Quran
berhubungan dengan tulisan selain
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
• Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me
para sahabat diperbolehkan mencatatnya.
• Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara
dan hadits.
• Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
dan diperbolehkan bagi yang sulit me
• Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan
• Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
dari pada Al-Quran
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent
• Al-Shahifah Al-Shadiqah
shahifah al-shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih.
• Al-Majmuah, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
dan Ibn Mas’ud.
Pada masa tabi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab
Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
1
RANGKUMAN
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
Oleh
Nama : Muhamad Anugrah
NIM : 20010015002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
.............................................................................................................................
RANGKUMAN
METODE KRITIK HADITS BAB I S/D BAB III
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
Quran, Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang
berhubungan dengan tulisan selain Al-Quran, tetapi pada beberapa peristiwa lainn
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah me
para sahabat diperbolehkan mencatatnya.
Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara
Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
dan diperbolehkan bagi yang sulit memahaminya.
Pencatatan hadits dilarang jika dicampuradukan dengan Al-Quran.
Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
Quran.
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bent
Shadiqah ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al
shahihah ditulis oleh Hammam Bin Munabih.
, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab
2015
......................................................................................................................................................
Pada masa permulaan islam, Rasulullah saw tidak merestui para penulis wahyu mencatat
, Rasulullah saw memerintahkan menghapus segala catatan yang
, tetapi pada beberapa peristiwa lainnya terungkap
adanya kecenderungan bahwa larangan Rasulullah saw tidak mutlak. Oleh karena itu, ulama
menyimpulkan beberapa kemungkinan sebab timbulnya mukhtalaf tersebut, yaitu :
Pencatatan hadits dilarang pada permulaan islam, tetapi ketika islam sudah menyebar
Pencatatan hadit dilarang bagi mereka yang belum bisa membedakan antara Al-Quran
Pencatatan hadit dilarang bagi sahabat yang dapat memahami hadits dengan mudah,
Pencatatan hadits dilarang jika para sahabat lebih mengutamakan mempelajari hadits
Hadits yang pernah dicatat oleh sahabat pada zaman Rasulullah saw ada dua bentuk yaitu :
ialah pencatatan hadits oleh Abdullah Bin Amr Bin Ash, al-
, merupakan hadits yang dikumpulkan oleh Ali Bin Abi Thalib, Ibn Abbas
bi’in besar dan berakhirnya sahabat generasi terakhir, pegkodifikasian hadits
mendapat perhatian secara resmi dari pemerintahan waktu itu Umar Bin Abdul Aziz (99 – 110 H)
menjadi khalifah. Peletak batu pertama mengumpulkan hadits nabi saw dalam satu kitab adalah
2. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
2
Muhammad Bin Syihab Az-Zuhri. Pada masa ini hadits nabi masih tercampur dengan fatwa sahabat
dan fatwa tabi’in. Kitab al-muwatha imam malik dipandang sebagai kitab tertua yang sampai ke
tangan umat islam, karena karya al-Zuhri tidak diketemukan.
Pada masa imam Bukhari terjadilah puncak ilmu hadits dan penilaian hadits secara kritis
karena beliaulah yang mula-mula menghimpun hadits shahih, pada zaman beliaulah diklasifikasikan
hadits secara marfu’, mauquf, mursal. Imam Syafi’i sebagai Nashir Al-Sunah yang sekaligus sebagai
peletak dasar epistemologi hadits, yang tersusun dalam kitabnya ar-Risalah. Pembagian hadits
secara eksplisit antara hadits shahih, hasan dan dhaif terjadi pada zaman al-tirmidzi (w. 279 H).
Adapun kriteria keshahihan suatu hadits adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Itishal Al-Sanad
Bersambungnya sanad merupakan langkah pertama dalam meyakinkan penisbatan suatu
hadits kepada nabi saw. Setelah itu baru dibicarakan mengenai rawi yang meriwayatkannya.
Beberapa langkah dalam mengetahui bersambung tidaknya suatu sanad, diantaranya sebagai
berikut :
• Mencatat semua rawi dalam sanad yang akan diteliti.
• Mempelajari masa hidup masing-masing rawi.
• Mempelajari shigat tahammul wal ‘ada, yaitu bentuk lafal ketika menerima atau
mengajarkan hadits.
• Meneliti guru dan murid.
2. Adalat Al-Rawi
Menurut al-Razi, Adil didefinisikan sebagai kekuatan rohani (kualitas spiritual) yang
mendorong untuk berbuat takwa, yaitu mampu menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan
melakukan dosa-dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muruah,
seperti makan sambil berdiri, buang air kecil bukan pada tempatnya, serta bergurau secara
berlebihan.
3. Dhabit Al-Rawi
Dhabit ialah kemampuan rawi memelihara hadits, baik melalui hafalan maupun catatan, yaitu
mampu meriwayatkan hadits sebagaimana diterimanya.
4. Tidak Syadzdz
Syadzdz ialah apabila rawi yang tsiqat (terpercaya) dalam suatu hadits menyalahi hadits lain
yang rawinya lebih tsiqat dibandingkan rawi pada hadits pertama.
5. Tidak Ada Illat
Illat artinya penyakit atau sesuatu yang menyebabkan keshahihan hadits ternodai. Illat yang
ada pada suatu hadits tidak tampak suatu jelas melainkan samar-samar, sehingga sulit ditemukan,
3. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
3
kecuali oleh ahlinya. Oleh karenanya, hadits semacam ini akan banyak ditemukan pada tiap rawi
yang tsiqat sekalipun.
Ilmu jarh dan ta’dil mulai muncul sejak abad pertama dan berkembang pada abad kedua
hijriah, yaitu ketika banyak terjadi peristiwa besar dalam sejarah yang melibatkan para politisi,
sehingga carut marut politik dan perebutan kekuasaan dikhawatirkan memicu pembuatan hadits
palsu.
Kualifikasi para sahabat lebih difokuskan pada ke-dhabit-annya daripada keadilannya. Ilmu
hadits menyebut mereka sebagai adil secara keseluruhan. Para jarrih dan muaddil berbeda-beda
dalam memandang ke-tsiqat-an seorang rawi, ada yang tasahul, lebih longgar dan yang tasyaddud
lebih ketat. Sebagai contoh al-Hakim tasyahul dalam hadits yang berkaitan dengan keutamaan amal,
dan tasyaddud dalam hadits yang berkaitan dengan hukum.
Dhabit dan ‘adil tidak difahami sebagai syarat ilahiyah dalam diri seorang rawi dalam bentuk
kemaksuman, tetapi ukuran manusia biasa. Seorang perawi dikatakan marjuh apabila memiliki aib
sebagai berikut :
• Ia seorang bid’ah
• Mukhalafah, menyalahi periwayatannya dengan orang yang lebih tsiqat darinya.
• Ghalath, banyak keliru dalam periwayatan.
• Jahalah al-hal, keadaannya tidak diketahui.
• Da’wa al-inqitha, dituduh sanadnya tak bersambung.
B. Kualifikasi Rawi Dalam Sudut Tinjau Ke-Tsiqat-An
1. Kualifikasi Rawi Dalam Keadilannya
Pengertian adil adalah sifat yang tertanam kuat dalam diri yang membawa pelakunya pada
ketetapan takwa dan muru’ah. Adapun yang dimaksud takwa adalah menjauhnya seseorang
terhadap perbuatan buruk berupa kefasikan dan kebid’ahan, sedangkan yang dimaksud muru’ah
adalah terpeliharanya manusia dari hal-hal yang tercela secara adat kebiasaan.
Syarat-yarat adil menurut Nur al-din ‘Itir, yaitu :
• Hendaklah ia seorang muslim
• Hendaklah ia seorang balig
• Hendaklah ia seorang berakal
• Hendaklah ia seorang yang bertakwa
• Hendaklah ia menjaga muru’ah
a. Keadilan Sahabat
• Menurut khawarij mereka menolak pandangan mengenai seluruh sahabat itu adil
• Murjiah menganggap para sahabat merupakan orang-orang yang dapat dipercaya
dan tidak perlu dipertimbangkan tentang apa yang diperbuatnya.
• Mu’tazilah tidak sepakat dengan keadilan sahabat. Kaum mu’tazilah tidak
mengakui keberadaan sunah, karena mereka mergukan keorisinalannya dari Nabi
Muhammad saw.
4. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
4
• Syi’ah, mereka berpendapat tidak semua sahabat adil, terutama adalah para
sahabat yang mereka anggap merebut kekuasaan dari Ali Bin Abi Thalib.
• Ahli sunnah, ahli sunnah mengganggap semua sahabat adil, dan menyerahkan
persoalan pertentangan para sahabat kepada Allah SWT.
b. Keadilan Selain Sahabat
Para rawi terdiri atas sahabat, tabi’in, muhadramin, al-mawali dan tabiy tabi’in.
Pada periode setelah sahabat tidak berlaku lagi adanya kaidah keadilan secara menyeluruh,
karena pada periode ini aktivitas untuk meneliti keadilan rawi sangat efektif. Muncul dan
menjamurnya hadits-hadits palsu yang disebarkan atas dasar kepentingan kelompok masing-masing,
menyebabkan gencarnya para muhaditsin melakukan penelitian atas keadilan para rawi yang
meriwayatkan hadits.
2. Kualifikasi Rawi Dalam Ke-Dhabit-Annya
Kedhabitan rawi ditunjukan dalam kapasitias pemahaman, kecerdasan, dan dalam
penerimaan serta periwayatan hadits.
Seorang perawi mutlak menduduki maqam ini agar ia mampu menyampaikan kembali
secara baik dan benar apa yang dimaksud rasul saw, baik secara lafal atau makna. Seorang rawi
memiliki kesadaran dalam mengambil hadits. Setelah itu ia berjanji setia untuk menyampaikannya
dengan baik seperti ia mengambil dalam permulaan. Kemudian ke-dhabit-an rawi dalam memelihara
hadits itu bisa dengan mengingatnya atau menuliskannya.
Syarat Dhabit, yaitu :
• Rawi harus sadar, dalam arti dia harus mengetahui apa yang didengar dan dikatakannya.
• Rawi itu harus hafiz terhadap haditsnya, dalam arti ia tidak tertuduh dalam pemalsuan
(terhadap hadits yang diriwayatkannya)
Seorang perawi dalam memelihara hafalannnya harus memperhatiakan hal-hal sebagai
berikut, yaitu :
• Berusaha mempelajari hadits yang shahih, menerimanya dengan baik, baik dengan
mendengarnya ataupun dengan yang lainnya.
• Memelihara hadits yang sudah diterima dari gurunya, baik dengan mengingatnya atau
dengan menuliskannya. Dhabi shadr, meriwayatkan hadits yang dihafalkannya, dhzbit
kitab, meriwayatkan hadits melalui kitabnya.
Gelar keahlian para rawi
• Amir al-mukminin fi al-hadits,
• Al-hakim, gelar bagi yang menguasai hadits-hadits yang diriwayatkannya baik secara
matan, sifat rawi, ta’dil dan tarjih, sejarah hidup rawi dan guru-gurunya. Mereka yang
menghafal lebih dari 300.000 hadits. Ex. Ibnu Dinar, Al-Laits Bin Sa’ad, Imam Malik Bin
Anas, Imam Syafi’i
5. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
5
• Al-Hujjah, yang menghafal 300.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya. Ex, Hisyam Bin Urwah, Muhammad Abdullah Bin Amr
• Al-hafizh, mereka yang hafal 100.000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya. Ex. Al-Iraqi, Syarifudin Al-Dimyati, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Ibnu Daqiqil ‘Ied
• Al-muhaddits, mereka yang hafal 1000 hadits lengkap dengan sanad, rawi, jarh dan
ta’dilnya, tingkatan hadits, mampu memahami al-kutub as-sitah, musnad ahmad, sunan
baihaqi, u’jam al-thabrani. Ex. Atha’ Bin Abi Rabah dan Al-Zabidi.
• Al-musnid, mereka yang memiliki keahlian meriwayatkan hadits lengkapdengan
sanadnya, baik menguasai ilmunya ataupun tidak. Mereka ini disebut juga dengan al-
thalib, al-mubtadi dan al-rawi.
C. Sejarah Perkembangan Ilmu Jarh Wa Ta’dil
1. Pengertian Jarh Wa Ta’dil
a. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Secara Harfiah
Jarh atau tajrih menurut bahasa berarti luka atau melukai dan dapat juga diartikan sebagai aib
atau mengaibkan. Sedangkan ta’dil berarti lurus, meluruskan; ta’dil berarti pula tazkiyah yaitu
membersihkan atau menganggap bersih.
b. Pengertian Jarh Wa Ta’dil Menurut Istilah
Jarh secara istilah artinya tersifatinya seorang rawi dengan sifat tercela sehingga tertolak
riwayatnya. Sedangkan ta’dil artinya tersifatinya seorang rawi yang mengarah pada diterimanya
periwayatan. Orang yang dinilai adil adalah yang tidak cacat urusan agama dan muruahnya, sehingga
kabar dan persaksiannya dapat diterima sepanjang syarat-syarat terpenuhi. Ilmu jarh dan ta’dil
artinya ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah mencela perawi dan mengadilkannya.
Dalam kerangka jarh dan ta’dil, maka para perawi hadits adalah mereka yang memiliki
persyaratan berikut :
• Islam, riwayat orang kafir tidak boleh diterima.
• Baligh, orang yang meriwayatkan hadits disyaratkan dewasa karena kedewasaan ini
seseorang akan mendapat taklif, tuntutan pertanggungjawaban terhadap yang
perkataan dan perbuatannya.
• Adil, suatu sifat yang mendorong untuk berbuat takwa secara terus menerus dan
selalu terpelihara kehormatan pribadinya (muruah).
• Dhabi, kuat hafalan dan daya tangkapnya.
Menurut imam malik, tidak boleh diterima hadits dari empat kelompok di bawah ini, yaitu :
• Jangan diterima dari orang yang diktehui kebodohannya.
• Jangan diterima dari pendusta.
• Jangan diterima dari pelaku hawa nafsu.
• Seorang ahli ibadah, apabila dia tidak memahami dan mengetahui yang
diriwayatkannya.
6. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
6
2. Hukum Men-Jarh Dan Men-Ta’dil
Menurut Ibnu Daqiqi al-Ied jika tidak sangat mendesak tidak dibenarkan mencerca seseorang ,
mencela dibutuhkan jika terpaksa, walaupun tetap dalam batas-batas wajar.
Dengan demikian, pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu :
• Mencela seseorang diperbolehkan bila diperlukan dalam periwayatan hadits.
• Tidak dibenarkan mengungkapkan bebagai macam keaiban jika sudah cukup dengan
satu macam saja.
• Mencela orang yang meriwayatkan hadits termasuk keadaan memaksa.
Al-Hafizh An-Nawawi mengatakan bahwa hukum men-tarjih seseorang yang meriwayatkan
hadits bukan hanya sekedar boleh, tetapi juga wajib; ini dilakukan tidak lain untk membela
kepentingan syariat Islam.
3. Latar Belakang Terjadinya Jarh Wa Ta’dil
Pertumbuhan ilmu jarh dan ta’dil dimulai sejak adanya periwayatan hadits; ini adalah sebagi
usaha ahli hadits dalam memilih dan menentukan hadits shahih dan dhaif. Berikut adalah tujuh
periode perkembangan hadits, yaitu :
• Masa turun wahyu
• Masa khulafaur rasyidin, masa pembatasan dan penyedikitan riwayat.
• Masa perkembangan dan perlawanan ke kota-kota untuk memberi hadits.
• Masa pembukuan hadits.
• Masa pen-tashih-an hadits.
• Masa menafis dan menyaring kitab-kitab hadits
• Masa membuat syarah dan menyusun kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadits
hukum dan menyusun dalam kitab-kitab jami’.
a. Masa Turunnya Wahyu
Pada periode pertama hanya Rasulullah saw yang menjadi pusat perhatian umat islam, baik
mengenai lisan maupun perbuatannnya. Para sahabat langsung menanyakan persoalan itu kepada
Rasulullah atau menyuruh orang lain yang dipercaya. Rasulullah saw menyampaikan risalah melalui
berbagai cara, yaitu :
• Mengajar secara bertahap, dari tauhid ke hukum, gamapang ke sulit, dsb.
• Medan pengajaran, Rasulullah saw selalu memilih tempat yang sesuai untuk
mengajar. Contoh Darul Arqam di Mekah.
• Variasi waktu, waktu diatur agar tidak membosankan.
• Penerapan ilmu, bukan hanya teori tetapi praktek juga.
• Keluwesan dalam mendidik dan mengajar, mempergunakan bahasa yang lembut
dan berbagai contoh.
• Memelihara kebersamaan dari masyarakat yang heterogen, mengajar dengan
memperhatikan audience.
7. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
7
• Memudahkan dan tidak bertindak kasar, Rasulullah saw menyediakan waktu dan
tempat khusus untuk mengajar bagi wanita.
Cara-cara shahabat menerima ajaran Rasulullah saw, yaitu :
• Majelis Rasulullah, Rasulullah saw membuat majelis khusus, kemudian shahabat
mendatanginya.
• Kasus-kasus yang dialami sendiri oleh Rasulullah saw, apabila Rasulullah saw
menjumpai suatu persoalan yang kiranya penting, maka akan disampaikan
kepada para shahabat.
• Peristiwa-peristiwa yang terjadi terhadap kaum muslimin. Manakala sahabat
menemukan suatu persoalan, maka hal tersebut akan disampaikan kepada
Rasulullah saw.
• Peristiwa-peristiwa yang disaksikan para sahabat bagaimana Rasulullah saw
melakukannnya.
b. Masa Khulafa Al-Rasyidin
• Masa Abu Bakar dan Umar, pada masa ini yang diutamakan dipelajari dan
disebarluaskan adalah al-Quran; sedangkan mengenai hadits tidak menjadi
pengajarn khusus sebagaimana al-Quran.
• Masa Utsman dan Ali Bin Abi Thalib, pada masa ini bepergian dari satu kota ke
kota lain dalam rangka mencari ilmu dan informasi tentang hadits banyak
dilakukan oleh para shahabat dan thabi’in besar.
c. Masa Perkembangan Riwayat
Pada masa ini marak pembuatan hadits palsu, dikarenakan fitnah yang melanda umat islam,
kelompok-kelompk yang dicuragai membuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu :
• Syiah (pembela Ali), kelompok ini banyak membuat hadits palsu yang memuji Ali
dan ahli bait, imamah dan wilayah yang hanya untuk Ali karena beliau adalah wali
Nabi.
• Ahli sunnah wal jama’ah, bersifat netral, hanya mengikuti pemerintahan yang
sedang berkuasa.
• Khawarij, golongan ini mencela Utsaman bin Affan, Ali bin Abi Thali dan
Muawiyah.
• Murjiah, tidak menyetujui pemahaman khawarij yang mengkafirkan orang
berdosa besar.
• Mu’tazilah, golongan yang menggap fasik orang yang berdosa besar.
Adapun alasan banyak orang yang mebuat hadits palsu adalah sebagai berikut, yaitu :
• Perbedaan pandangan politik, demi mempertahankan keutuhan dan kelestarian
politik masing-masing, umat islam pada masa itu membuat hadits palsu dan
mengatasnamakan Rasulullah saw dlam fatwa-fatwanya.
• Kaum zindiq, orang-orang kafir dan membenci islam. Mereka sengaja membuat
hadits palsu, agar mat islam ragu kepada agamanya.
• Ta’ashub kebangsaan, qabilah, bahasa, negara, dan imam madzhab.
8. Nama : Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung, 2015
8
• Pendongeng dan orator, untuk menyemarakan susana mereka menambah-
nambah hadits dan dongeng-dongeng atas nama Rasulullah saw.
• Perbedaan fiqih dan kalam,
• Orang yang mencintai kebaikan, tetapi tidak melengkapi dirinya dengan
pengetahuan agama. Sengaja membuat hadits palsu sesuai ibadah yang mereka
sukai (taghrib) dan dorongan untuk membenci suatu amal (tarhrb)
Menurut Ibn Sirrin menjadi jelas bahwa fitnah, bid’ah dan tersebarluasnya hadits palsu
merupakan pendorong utama dari muhadditsin untuk membicarakan hadits dari segala seginya,
termasuk didalamnya membicarakan sanad dan matannya sekaligus.
4. Para Perintis Ilmu Jarh Wa Ta’dil
Para sahabat yang pernah memperkatakan sanad adalah IbnAbbas (w. 96 H) dan Anas bin
Malik (w. 93 H). Dilakalangan thabi’in adalah Al-Syu’bi (104 H), Ibn Sirin (110 H), dikalangkan thabi’it
thabi’in adalah Ibn Ma’in (233 H), Ahmad Bin Hambal (241 H) dsb.
Referensi
Abdurrahman, M, Metode Kritik Hadits, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2013)